Вы находитесь на странице: 1из 11

LATIHAN 10

ANALISIS SEMEN

A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Melakukan pemeriksaan semen seorang pria.
2. Untuk mengetahui fertilitas seorang pria, mengetahui adanya gangguan pada
organ reproduksi penghasil semen pada pria.
3. Mengetahui kulaitas dan kuantitas semen seorang pria.
4. Menganalisis hasil pemeriksaan dan menarik kesimpulan mengenai hasil
pemeriksaan, apakah seorang pria fertile atau infertile.

B. DASAR TEORI
Pengertian semen berbeda dengan sperma. Secara keseluruhan, cairan putih
dan kental yang keluar dari alat kelamin pria saat ejakulasi disebut semen.
Sedangkan 'makhluk' kecil yang berenang-renang di dalam semen disebut sperma.
Ejakulat yang keluar dari organ genitalia pria terdiri dari dua bagian yaitu plasma
sperma (plasma semen) dan spermatozoa. Plasma sperma dihasilkan oleh
kelenjar-kelenjar prostat, vesika seminalis, epididimis, cowper dan littre.
Sedangkan spermatozoa dihasilkan oleh aktivitas tubuli seminiferus. Plasma
semen yang merupakan sekret kelenjar genital tambahan sebenarnya tidak
dikeluarkan sekaligus sewaktu ejakulasi, tetapi secara bertahap. Ada 4 tahap atau
fraksi yaitu:
1. Fraksi Pre ejakulasi
Hasil sekresi dari kelenjar Cowper / Bulbo urethra dan kelenjar Littre. Sekret ini
dikeluarkan dari penis jauh sebelum ejakulasi, volume ± 0,2 ml. Diduga berfungsi
untuk melicinkan urethra dan melicinkan vagina waktu coitus.
2. Fraksi Awal
Hasil sekresi dari kelenjar Prostat, sekretnya berupa lendir, volume 0,5 ml.
Lendir mengandung berbagai zat untuk memelihara spermatozoa ketika
berada di luar tubuh.
3. Fraksi Utama
Terdiri dari lendir yang berasal dari vesicula seminalis dan spermatozoa yang
berasal dari epididimis. Volume ± 2 ml.
4. Fraksi Akhir
Terdiri dari lendir yang berasal dari vesicula seminalis dan sedikit sekali
spermatozoa (yang non motil). Volume ± 0,5 ml.
Analisis semen dapat dilakukan untuk mengevaluasi gangguan fertilitas
(kesuburan) yang disertai dengan atau tanpa disfungsi hormon androgen.
Dalam hal ini hanya beberapa parameter ejakulat yang diperiksa (dievaluasi)
berdasarkan buku petunjuk WHO “Manual for the examination of the Human
Semen and Sperm-Mucus Interaction”. Pada semen yang baik, sperma akan
dapat survive, berenang dan akhirnya mencapai sel ovum di saluran
reproduksi wanita. Sperma dan ovum akan bersatu dalam suatu proses yang
disebut fertilisasi (pembuahan) membentuk zygot. Zygot inilah calon individu
baru yang mewarisi setengah sifat ayah dan setengah sifat ibu.
Spermatogenesis merupakan peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif
membelah ke sperma yang masak serta menyangkut berbagai macam
perubahan struktur yang berlangsung secara berurutan.
Spermatogenesis terjadi di dalam semua tubulus seminiferus testis selama
kehidupan seksual aktif sebagai akibat dari rangsangan hormon gonadotropin
hipofisis anterior dimulai rata-rata pada usia 13 tahun dan berlanjut sepanjang
hidup. Setelah terbentuk dalam tubulus seminiferus testis sperma akan
ditimbun di dalam bagian yang dinamakan epididimis. Apabila tempat
penimbunan telah penuh akan terjadi mekanisme untuk mengeluarkannya
seperti yang terjadi pada anak laki-laki melalui mimpi basah. Selain
menghasilkan sperma, testis juga menghasilkan hormon testosteron atau
hormon laki-laki.
Struktur dari spermotozoa manusia terdiri dari kepala, leher, dan ekor.
Kepala terdiri atas sel berinti padat dan hanya sedikit sitoplasma dan lapisan
membran sel di sekitar permukaannya. Di bagian luar, dua pertiga anterior
kepala terdapat selubung tebal yang disebut akrosom yang mengandung enzim
hialurodinase. Enzim ini mencerna filamen proteoglikan dari jaringan dan
enzim proteolitik yang sangat kuat untuk mencerna protein sehingga
memainkan peranan penting untuk membuahi ovum. Gerakan ekor mendekat
dan menjauh mamberikan motilitas pada sperma. Sperma yang normal
bergerak dalam garis lurus dengan kecepatan 1 sampai 4 mm / menit.
Kecepatan ini akan memungkinkan sperma untuk bergerak melalui traktus
genitalis wanita untuk mencapai ovum.
Pemeriksaan sperma (lebih tepatnya analisis semen) adalah pemeriksaan
yang dilakukan untuk mengukur jumlah serta kualitas semen dan sperma
seorang pria. Analisis semen merupakan salah satu pemeriksaan tahap
pertama untuk menentukan kesuburan pria. Pemeriksaan ini dapat membantu
menentukan apakah ada masalah pada sistim produksi sperma atau pada
kualitas sperma, yang menjadi biang ketidaksuburan. Perlu diketahui, hampir
setengah pasangan yang tidak berhasil memperoleh keturunan, disebabkan
karena ketidaksuburan pasangan prianya. Ada dua tahap penting pada
pemeriksaan sperma, yaitu tahap pengambilan sampel dan tahap pemeriksaan
sperma. Pada tahap pengambilan sampel, beberapa hal yang harus
diperhatikan adalah
1. Pria yang akan diambil semennya dalam keadaan sehat dan cukup istirahat.
Tidak dalam keadaan letih atau lapar.
2. Tiga atau empat hari sebelum semen diambil, pria tersebut tidak boleh
melakukan aktifitas seksual yang mengakibatkan keluarnya semen. WHO
bahkan merekomendasikan 2 – 7 hari harus puasa ejakulasi, tentunya tidak
sebatas hubungan suami istri, tapi dengan cara apapun.
3. Semen (sperma) dikeluarkan melalui masturbasi di laboratorium (biasanya
disediakan tempat khusus). Sperma kemudian ditampung pada tabung terbuat
dari gelas.
4. Masturbasi tidak boleh menggunakan bahan pelicin seperti sabun, minyak,
dll. Sedangkan pada tahap kedua, dilakukan pemeriksaan sampel semen di
laboratorium.
Secara teknis laboratoris analisa sperma dibagi menjadi dua yaitu Analisa
sperma dasar (rutin) dan Analisa sperma lengkap. Untuk praktikum yang
dikerjakan adalah Analisa sperma dasar (rutin). Analisa sperma dasar
dilakukan menurut tahapan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Makroskopis yang meliputi : koagulum, likuefaksi, warna,
bau, volume, viskositas, dan pH.
2. Pemeriksaan Mikroskopis, ada 2 macam, yaitu : Pemeriksaan Mikroskopis
pertama yang meliputi kepadatan, motilitas, aglutinasi, round cell, dan
viabilitas. Pemeriksaan Mikroskopis kedua yang meliputi jumlah
spermatozoa dan morfologi spermatozoa.
Sedangkan Analisa sperma lengkap, selain pemeriksaan analisa sperma
dasar seperti di atas, ditambah dengan :
1. Pemeriksaan Biokimia yang meliputi fruktosa, fosfatase asam, asam sitrat,
Zn dan Mg.
2. Pemeriksaan Tambahan, yang meliputi uji MAR, uji butir imun, biakan
sperma, uji kontak sperma getah serviks, dan biopsi testis.

Tabel Interpretasi Analisa Sperma Rutin


No Nomenklatur Jumlah Motil (%) Morfologi
Spermatozoa Spermatozoa
(juta/ml) normal (%)
1 Normozoospermia > 20 > 50 > 50
2 Oligozoospermia > 20 > 50 > 50
3 Ekstrim Oligozoospermia <5 > 50 > 50
4 Astenospermia > 20 < 50 > 50
5 Teratospermia > 20 > 50 < 50
6 Oligo-astenozoospermia < 20 < 50 > 50
7 Oligo-asteno-teratozoospermia < 20 < 50 < 50
8 Oligo-teratozoospermia < 20 > 50 < 50
9 Asteno-teratozoospermia > 20 < 50 < 50
10 Polizoospermia > 250 > 50 > 50
11 Azoospermia - - -
12 Nekrozoospermia Jika semua spermatozoa tan viabel
13 Kriptozoospermia Adalah spermatozoa yang tersembunyi
14 Aspermia Apabila tidak ada sperma

C. HASIL PERCOBAAN
Terlampir
D. PEMBAHASAN
Dari parameter analisis semen yang dilakukan pada 5 Januari 2018 jam 16.10
WIB, dapat diketahui bahwa sampel semen dari OP Mr X (23 tahun)
menunjukkan hasil yang normal dan fertil. Hasil yang diperoleh yaitu sebagai
berikut.
1. Warna
Warna semen pada sampel ialah putih keabu-abuan (normal). Warna semen
ketika baru diejakulasi seperti warna lem kanji encer atau putih keabu-abuan.
Makin banyak mengandung spermatozoa, warna makin gelap. Sebaliknya jika
sedikit atau tidak ada spermatozoa sama sekali, semen berwarna bening jernih.
Jika warna semen putih atau kunning menandakan banyak leukosit yang
mengindikasi adanya infeksi pada organ genitalia.
2. Bau
Bau semen pada sampel Mr. X  khas, tajam, serta tidak busuk (normal).
Adanya bau khas ini disebabkan karena ketika bereaksi dengan udara, terjadi
oksidasi zat spermin yang ada didalam semen (yang dihasilkan oleh kelenjar
prostat). Jika sampel berbau busuk dapat disebabkan karena adanya infeksi,
sedangkan jika tidak ada bau khas semen disebabkan oleh karena prostat tidak
aktif atau terdapat gangguan.
3. pH
pH sampel tersebut adalah 8, sedangkan pH semen normal seorang pria yaitu
berkisar antara 7,2 – 7,8, jika pH lebih tinggi dari itu maka ada indiasi infeksi.
Pemeriksaan pH sampel menggunakan pH meter stick universal, sehingga hasil
pemeriksaan kadar pH terhadap sampel tidak benar-benar akurat.
4. Viskositas
Viskositas sampel Mr. X yaitu ±3 cm (normal 3-5 cm). Jika lebih dari 5 cm
berarti semen terlalu kental (kurang enzim likuifaksi dari kelenjar prostat).
Sebaliknya jika kurang dari 3 cm berarti semen terlalu encer karena zat koagulasi
dari vesikula seminalis terlalu sedikit atau enzim likuifaksi terlalu banyak.
Parameter ini harus diukur segera post-ejakulasi.
5. Volume
Volume semen pada sampel yaitu sekitar ±2 ml (normal). Volume semen
normal dalam sekali ejakulat yaitu 2-3 ml. Jika kurang dari 1 ml, kemungkinan ada
kelainan pada kelenjar prostat dan vesikula seminalis yang merupakan penghasil
utama plasma semen.
6. Likuifaksi/pencairan
waktu likuifaksi ±20 menit (normal)  fertil. Jika likuifaksi diluar normal
berarti terdapat kemumngkinan adanya kelainan pada kelenjar prostat dan
biasanya seseorang menjadi kurang fertil (subfertil).
7. Motilitas
Pemeriksaan motilitas spermatozoa dilakukan dengan cara meneteskan setetes
sperma pada gelas obyek. Motilitas spermatozoa sekitar 73% menunjukkan
motilitas baik yakni spermatozoa bergerak lurus kedepan, lincah, cepat dengan
beat ekor yang berirama, Sperma yang bergerak aktif ini sangat penting artinya,
karena menunjukkan kemampuan sperma untuk bergerak dari tempat dia
disemprotkan menuju tempat pembuahan (tuba fallopi, bagian dari kandungan
wanita). Walaupun ada beberapa saja Spermatozoa yang pergerakannya buruk
yang hanya bergetar dalam satu bidang saja dan kadang-kadang berhenti. Ekor
hanya bergetar kekiri atau ke kanan tak bergetar rotasi meskipun frekuensi
getarnya dapat tinggi. Karena terdapat kelainan morfologis atau kelainan
pengantaran energi gerak melingkar maka spermatozoa dapat menempuh gerakkan
kurva, spematozoa motilitasnya berputar-putar saja. Ada juga yang motilitasnya
tanpa arah, pada keadaan ini ekor spermatozoa dapat bergetak tinggi atau rendah.
Kepala bergerak tak teratur. Kelainan ini disebabkan adanya bentuk spermatozoa
abnormal maupun distribusi dan pengantaran energi tak normal pada spermatozoa.
8. Jumlah spermatozoa
Pemeriksaan jumlah spermatozoa menggunakan alat hemocytometer diperoleh
jumlah spermatozoa adalah 76,4 juta/mL (normospermia) karena sesuai standar
yaitu 250 (juta/ml) ≤ jumlah spermatozoa > 40 (juta/ml). Jika > 250 juta/ml
disebut polizoospermia, < 40 juta/ml disebut oligozoospermia dan jika 0juta/ml
disebut azoospermia.
9. Morfologi Spermatozoa
Pemeriksaan morfologi spermatozoa dengan melihat bentuk-bentuk
spermatozoa yang didasarkan atas bentuk kepala dari spermatozoa. Seperti
diketahui spermatozoa mempunyai beberapa macam bentuk. Dengan
pemeriksaan ini diketahui beberapa banyak bentuk spermatozoa normal dan
abnormal. Bentuk yang normal adalah spermatozoa yang kepalanya berbentuk
oval dan mempunyai ekor yang panjang. Untuk pemeriksaan morfologi ini
dimulai dengan pembuatan preparat smear di atas objek glass, yang dibiarkan
kering dalam temperatur kamar. Setelah preparat smear tersebut kering, maka
selanjutnya dilakukan prosedur pewarnaan Giemsa. Morfologi spermatozoa
yang normal adalah 67%, kemudian sisanya adalah abnormal yakni 33%,
gambaran morfologi spermatozoa dilihat dari kepala, inti dan ekor. Bentuk
kepala yang abnormalyang ditemukan yaitu kepala yang terlalu besar serta
kepala yang terlalu kecil, inti tidak pecah dan ekor tidak ada. Adapun gambar
morfologi spermatozoa normal dan abnormal adalah sebagai berikut :
E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum analisis semen dari sampel Mr. X yang telah
dilakukan didapatkan hasil,
1. Warna = Putih keabu-abuan 6. Likuifaksi = 20 menit (normal)
(normal) 7. Motilitas = 73% (normal)
2. Volume = 2 mL (normal) 8. Jumlah spermatozoa = 76,4
3. Bau = bau khas semen (normal) juta/mL (normal)
4. pH = 8 (tinggi, normal 7,2-7,8) 9. Morfologi spermatozoa = normal
5. Viskositas = 3 cm (normal) 67%, abnormal 33%.

Dari hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa dari paramater pemeriksaan secara
keseluruhan menunjukkan bahwa tidak ada kelainan pada spermatozoa atau
normal, sehingga dapat dikatakan bahwa Mr.X fertil.

F. SARAN
Saran untuk praktikum selanjutnya disarankan agar pengeluaran ejakulat
sedekat mungkin dengan waktu pemeriksaan selambatnya 1 jam post-ejakulasi,
serta parameter viskositas harus diukur segera post-ejakulasi, jika pemeriksaan
lebih dari 4 jam sampel ejakulat disimpan didalam lemari es ketika akan diperiksa
sampel dibiarkan pada suhu kamar terlebih dahulu agar tidak mempengaruhi hasil
pemeriksaan. Kemudian untuk pemeriksaan pH semen, sebaiknya untuk tidak
menggunakan pH stick universal, karena nilai yang diperoleh kurang akurat
Daftar Pustaka

Guyton, Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC,
R, Gandasoebrata. 1989. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Penerbit Dian
Rakyat.
Sacher, R. A., Richard A. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi
11. Mc.Pharson. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Wibowo, S. Daniel. 2013. Anatomi Fungsional Elementer. Jakarta: Penerbit
Grasindo.
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI MANUSIA

ANALISIS SEMEN

Oleh :

NI KADEK DWI ANJANI


163112620120104

FAKULTAS BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI MEDIK
UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA
2018

Вам также может понравиться