Вы находитесь на странице: 1из 22

1.

Pengertian dan hubungan antara konsumsi, tabungan dan pendapatan


2. Fungsi konsumsi APC dan MPC
Fungsi Konsumsi menjelaskan hubungan antara konsumsi dan pendapatan nasional
kedalam bentuk persamaan digunakan beberapa asumsi sebagai berikut :
a. Jika Y = 0 masyarakat tetap akan melakukan pengeluaran konsumsi minimum
(otonom)
b. Pengeluaran konsumsi tergantung dari besar kecilnya pendapatan
c. Jika terjadi kenaikan pendapatan, maka konsumsi meningkat dengan jumlah yang
lebih kecil dibanding kenaikan pendapatan.
d. Proporsi kenaikan pendapatan yang akan dikonsumsi adalah tetap. Proporsi ini
disebut “Marginal Propensity to Consume” (MPC)
Berdasarkan asumsi persamaan linier pengeluaran konsumsi dirumuskan :
C = a + bY

Keterangan :
Y = Pendapatan (income)
C = Konsumsi
a = Konstanta, besarnya konsumsi saat tidak ada pendapatan ( sama dengan nol)
disebut konsumsi otonom.
b = Tambahan melakukan konsumsi bila ada tambahan pendapatan, disebut hasrat
konsumsi
marginal, merupakan perbandingan antara perubahan pengeluaran konsumsi dan
perubahan pendapatan.
APC = C/Y dan MPC = ∆C/∆Y

Untuk menghitung besar ( a ) dirumuskan


a = (APC – MPC) Y
Untuk menghitung ( b ) Secara matematis dirumuskan :
MPC = ∆C/∆Y
Dimana :
APC = Average Propencity to Consume
MPC = Marginal Propensity to Consume
3. Fungsi tabungan APS dan MPS
Pendapatan dimanfaatkan untuk konsumsi dan tabungan sehingga rumus umumnya:
Y=C+S
Keterangan:
Y = Pendapatan
C = Konsumsi
S = saving (tabungan)

Karena Y = C + S maka S = Y – C, Jika kita subtitusikan dengan fungsi konsumsi,


maka:
S=Y–C
S = Y – (a + BY)
S = Y – a – BY
S = –a + (1 – b)Y

Hasrat untuk Menabung (Marginal Propensity to Save/ MPS)


Dalam fungsi saving juga mengenal Marginal Propensity to Save (MPS), yaitu
perbandingan antara bertambahnya saving dengan bertambahnya pendapatan nasional
yang mengakibatkan bertambahnya saving termaksud. Di mana perumusannya adalah
sebagai berikut :

Keterangan:
∆S = Tambahan tabungan
∆Y = Tambahan pendapatan
Di dalam fungsi konsumsi S = –a + (1 – b)Y, maka besarnya MPS = 1 – b Karena b =
MPC, maka MPS = 1 – MPC atau MPS + MPC = 1. Untuk fungsi saving berbetuk
garis lurus besarnya nilai S, yaitu marginal propensity to save, pada semua tingkatan
pendapatan nasional adalah sama.
Faktor yang memengaruhi Tabungan (S), yaitu:
1) Pendapatan yang diterima
Semakin banyak pendapatan yag diterima berarti semakin banyak pula pendapatan
yang disisihkan untuk saving.
2) Hasrat untuk menabung (Maginal Propensity to Save)
Hal ini didorong dengan keinginan masing-masing individu dalam mengalokasikan
pendapatannya untuk ditabung karena pertimbangan keamanan.
3) Tingkat suku bunga bank
Semakin tinggi tingkat suku bunga simpanan maka semakin banya
masyarakatuntuk menabung (saving).
4. Pendapatan nasional keseimbangan
A. Perhitungan Pendapatan Nasional Keseimbangan Pada Perekonomian 1 Sektor
(Perekonomian Tertutup)
Y=C
C = a + by (Fungsi Konsumsi)
b = MPC = Marginal Propensity to Consume = dc:dy = Besarnya perubahan
konsumsi (dc) sebagai akibat adanya perubahan pendapatan (dy)
a = besarnya konsumsi ( c ) pada waktu y = 0, disebut konsumsi otonom
APC = c:y = Average Propensity to consume =Hasrat rata-rata konsumsi
masyarakat .
C = (APC – MPC ) Y + bY

Contoh :
Pada tingkat pendapatan nasional pertahunnya sebesar Rp.100 M. Besarnya
konsumsi sebesar Rp.95 M per tahun. Pada tingkat pendapatan nasional
sebesar Rp. 120 M pertahun besarnya konsumsi pertahunnya Rp. 110 M,
Carilah fungsi konsumsi, gambarkan fungsi konsumsi, cari keseimbangan
pendapatan nasional pada tingkat Y berapa ?
Diketahui : Y1 = Rp.100 M, maka C = Rp. 95 M
Y2 = Rp. 120 M, maka C = Rp. 110 M
Ditanya : Fungsi C ?, Gambarkan fungsi C ?, cari Y = C ?
Dijawab :APC1 = C : Y = 95 : 100 = 0.95

APC2 = C : Y = 110 : 120 = 0.916


MPC = dc : dy = (C2 – C1) : (Y2 –Y1)
= (110 – 95) : (120 – 100)
= 0.75
C = a + by
95 = a + 0.75 (100)
95 = a + 75
a = 20
Jadi fungsi konsumsi, C = 20 + 0.75y

Keseimbangan pendapatan nasional pada perekonomian 1 sektor Y = C


Y=C
Y = 20 + 0.75y
0.25y = 20
y = 80

Pendapatan nasional keseimbangan yaitu sebesar Rp. 80 M, pada saat


pendapatan 80 M, maka konsumsi masyarakatpun sebesar Rp. 80 M.

Gambar fungi konsumsi :

Y=C
C = 20 + 0.75y
Jika Y = 0 maka C = 20 , titik A ( 0 ; 20)
Jika Y = 80 maka C = 80, titik B ( 80 ; 80)

B. Perhitungan Pendapatan Nasional Keseimbangan Pada Perekonomian 2 Sektor


Pendapatan Keseimbangan,
Y=C+I
S=I
Y = ( 1 : (1-b)) (a + I)
C = a + bY
Y = ( a + bY) + I
Y – bY = a + I
(1-b)Y = a + I
Y = ( 1 : (1-b)) (a + I)

Contoh :
Diketahui fungsi konsumsi C = 20 + 0.75y, besarnya investasi pertahun I = 40, cari
besarnya pendapatan nasional equilibrium (keseimbangan) ?, cari besarnya konsumsi
equilibrium ?, dan cari besarnya saving equilibrium ?.

Jawab : Y = C + I
Y = 20 + 0.75Y + 40
0.25Y = 60
0.25Y = 60
Ye = 240 (Besarnya pendapatan nasional equilibrium )

C = 20 + 0.75y
C = 20 + 0.75 (240)
C = 200 (Besarnya consumsi equilibrium)
S=Y–C
S = 240 – 200 = 40 ; (S = I = 40) (Besarnya saving equilibrium)

Pembuktian ; Y = C + I = 200 + 40 = 240 = Ye = 240

Gambar Grafiknya
C = 20 + 0.75Y
Jika Y = 0 maka C = 20 ; (titik 0;20)
Jika Y = 240 maka C = 200 ; (titik 240;200)
C + I = 60 + 0.75Y
Jika Y = 0 maka C+I = 60 (titik 0;60)
Jika Y = 240 maka C+I= 240 (titik 240;240)
S=Y–C
C = a + bY
S = Y – (a+bY)
S = Y – a – bY
S = -a + Y – bY
S = -a + (1-b)Y ( Formula Fungsi Tabungan)
S = -20 + ( 1 – 0.75)Y
S = -20 + 0.25Y1.

C. Perhitungan Pendapatan Nasional Keseimbangan Pada Perekonomian 3 Sektor


Pendapatan Keseimbangan,
Y=C+I+G
S+T=I+G

Contoh :
Diketahui C0 atau a = 50. MPC = 0.75. I=Io=20. G=15
Ditanya tentukan keseimbangan pendapatan nasional :
Dijawab : Y = C + I + G
C = 50 + 0.75Y
I = 20
G = 15
Y = 50 + 0.75Y + 20 + 15
Y = C + I + G = 85 + 0.75Y
0.25Y = 85
Ye = 340
Gambar Grafik
C + I + G = 85 + 0.75Y
Jika y = 0 maka C + I + G = 85
Jika y = 340 maka C + I G = 340
Jika Y = 0 maka S = -20 (titik 0;-20)
Jika Y = 240 maka S = 40 (titik 240;40)

Formula lainnya untuk menghitung pendapatan nasional


Diketahui :
a). Y = C + I + G
b). C = a + bYd
c). Yd = Y + tr – tx
Formula NIE adalah :
Y=C+I+G
Y = a + bYd + I + G
Y = a + b (Y + tr – tx) + I + G
Y = a + bY + btr – btx + I + G
Y – bY = a + btr – btx + I + G
(1-b)y = a + btr – btx + I + G
Y = 1 X (a + btr – btx + I + G )
(1 – b )
Formula NIE lainnya jika tidak ada tr,tx dan G
Y = 1 X (a + I )
(1 – b )

Perhitungan NIE dengan MULTIPLIER


Nilai Y = 1 disebut juga Multiplier (Ki)
(1 – b )
Ki = 1 = 1
(1 – b ) (1 – MPC)

Multiplier (Ki) adalah angka kelipatan, contoh : jika I = 20 M, dapat menyebabkan


Y=400 menjadi Y=480 M, berarti NIE (Y) naik sebesar 80 M ( 4 kali), kenaikan ini
disebabkan karena ada I = 20 M. Kejadian ini disebut Multiplier.
Adanya I (dI) meningkatkan Y (dY), Ki = dy/di
Maka formula NIE : Y + dY
Y + dY = 1 ( a + I + dI)
(1 – b )

Y + dY = 1 ( a + I ) + 1 (dI)
(1 – b ) (1 – b )

Karena Y = = 1 ( a + I )
(1 – b )
Maka dY = = 1 ( d I )
(1 – b )
Maka dY = = 1
dI (1 – b )
Maka Ki = 1
(1 – b )

D. Perhitungan Pendapatan Nasional Keseimbangan Pada Perekonomian 4 Sektor


Contoh : Diketahui data sebagai berikut :
Konsumsi : C = 440 + 0.80 Yd
Investasi I = 10 + 0.05 Y
Government G = 15
Export X = 15 + 0.10 Y
Import M = 4 + 0.01 Y
Transfer tr = 20
Pajak tx = -10 + 0.05 Y

Ditanya :
a. Berapa besarnya pendapatan nasional ekuilibrium (NIE)?
b. Berapa besarnya pajak yang diterima pemerintah?
c. Berapa besarnya C, S, X, M Equilibrium?
d. Berapa besarnya surplus/defisit yang terjadi?
e. Gambar Grafiknya?

Jawab :
a) Y = C + I + G + (X-M)
Y = 440 + 0.80Yd + 10 + 0.05Y + 15 + 15 + 0.10Y- (4+0.01Y)
Y = 440 + 0.80 (Y + 20 – ( -10 + 0.05Y) + 10 + 0.05Y + 15 + 15 + 0.10Y – 4 -
0.01Y
Y = 440 + 0.80 (Y + 20 +10 - 0.05Y) + 10 + 0.05Y + 15 + 15 + 0.10Y – 4 - 0.01Y
Y = 440 + 0.80 (0.95Y + 30) + 10 + 0.05Y + 15 + 15 + 0.10Y – 4 - 0.01Y
Y = 440 + 0.76Y + 24 + 10 + 0.05Y + 15 + 15 + 0.10Y – 4 - 0.01Y
Y = 500 + 0.90Y
Y = 5000 (NIE)

b). Pajak yang diterima pemerintah


tx = -10 + 0.05Y
tx = -10 + 0.05 (5000)
tx = -10 + 250
tx = 240

c). Konsumsi dan Saving Equilibrium


C = 440 + 0.80 Yd
C = 440 + 0.80 ( 5000 + 20 – 240)
C = 440 + 0.80 (4780)
C = 440 + 3824
C = 4264

S = - 440 + 0.20 Yd
S = -440 + 0.20 (4780)
S = -440 + 956
S = 516

Export dan Import


X = 15 + 0.10Y
X = 15 + 0.10 (5000)
X = 515
M = 4 + 0.01Y
M = 4 + 0.01 (5000)
M = 54

d). Neraca Surplus 461, karena X > M, (515 – 54 = 461)


e). Gambar Grafik
Y= C+I+G+(X-M) = 500 + 0.90Y
Jika Y = 5000 maka C+I+G+(X-M) = 5000
Y = 0 maka C+I+G+(X-M) = 500

5. Teori konsumsi Keynes


Menurut John Maynard Keynes, jumlah konsumsi saat ini (current disposable
income) berhubungan langsung dengan pendapatannya. Hubungan antara kedua
variabel tersebut dapat dijelaskan melalui fungsi konsumsi. Fungsi konsumsi
menggambarkan tingkat konsumsi pada berbagai tingkat pendapatan.
C = a +bY => FUNGSI KONSUMSI

Keterangan : C = konsumsi seluruh rumah tangga (agregat)


a = konsumsi otonom, yaitu besarnya konsumsi ketika pendapatan nol
(merupakan konstanta)
b = marginal propensity to consume (MPC)
Y = pendapatan disposable
Dalam hal ini, pendapatan (Y) yang dimaksud oleh Keynes adalah :
Pendapatan riil/nyata (yang menggunakan tingkat harga konstan), bukan pendapatan
nominal
Pendapatan yang terjadi (current income), bukan pendapatan yang diperoleh
sebelumnya, dan bukan pula pendapatan yang diperkirakan terjadi di masa datang
(yang diharapkan)
Pendapatan absolut, bukan pendapatan relatif atau pendapatan permanen.
b adalah marginal propensity to consume (MPC) atau kecenderungan mengonsumsi
marginal, yaitu berapa konsumsi bertambah bila pendapatan bertambah. Dan secara
matematis dapat dirumus :
MPC = perubahan C dibagi dengan perubahan Y atau MPC = C/Y
Dalam kurva konsumsi, MPC menunjukkan kemiringan/kecondongan (slope) kurva
konsumsi. Marginal propensity to save (MPS) adalah berapa tabungan bertambah
karena bertambahnya pendapatan.

Faktor-faktor yang mempengaruhiTingkat Konsumsi


Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga.
Faktor-faktor tersebut dapat dikasifikasikan menjadi tiga besar :
a. faktor-faktor ekonomi
b. faktor-faktor Demografi (kependudukan)
c. faktor-faktor Non-Ekonomi

A. Faktor-faktor Ekonomi
1. Pendapatan Rumah Tangga (Household Income)
Pendapatan rumah tangga sangat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi.
Biasanya makin baik (tinggi) tingkat pendapatan, tingkat konsumsi makin tinggi.
Kerena ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk
membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi makin besar. Atau mungkin juga pola
hidup makon konsumtif, setidak-tidaknya semakin menuntut kualitas yang baik.
Contoh yang amat sederhana adalah jika pendapatan sang ayah masih sangat rendah,
biasanya beras yang dipilih untuk konsumsi juga beras kelas rendah/menengah.
2. kekayaan Rumah Tangga ( Household Wealth)
Tercakup dalam pengertian kekayaan rumah tangga adalah kekayaan riil (misalnya:
rumah,tanah dan mobil) dan financial (deposito berjangka, saham, surat-surat
berharga). Kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi, karena menambah
pendapatan disposibel. Misalnya bunga deposito yang diterima tiap bulan dan deviden
yang diterimaa setiap tahun menambah pendapatan rumah tangga.
3. Jumlah Barang-barangt Konsumsi Tahan Lama Dalam Masyarakat
Pengeluaran konsumsi masyarakat juga dipengaruhi oleh jumlah barang-barang
konsumsi tahan lama (consumers durables). Pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi
bisa bersifat positif (menambah) dan negatif (mengurangi). Barang-barang tahan lama
biasnya harganya mahal, yang untuk memperolehnya dibutuhkan waktu untuk
menabung. Apabila membelinya secara tunai, maka sebelum membeli harus banyak
menabung.
4. Tingkat Bunga
Tingkat bunga yang tinggi dapat mengurangi konsumsi, baik dilihat dari sisi keluarga
yang memiliki kelebihan uang maupun yang kekurangan uang. Dengan tingkat bunga
yang tinggi, maka biaya ekonomi dari konsumsi akan semakin mahal. Bagi mereka
yang ingin mengkonsumsi dengan berutang dahulu, misalnya dengan meminjam dari
bank atau menggunakan fasilitas kartu kredit, biaya bunga semakin mahal, sehingga
lebih baik mengurangi konsumsi. Tingkat bunga yang tinggi menyebabkan
menyimpan uang di bank terasa lebih menguntungkan ketimbang dihabiskan untuk
dikonsumsi. Jika tingkat bunga lebih rendah yang terjadi adalah sebaliknya.
5. Perkiraan Taenatang Masa Depan (Household expectation about the future)
Jika rumah tangga memperkirakan masa depannya makin baik, mereka akan merasa
lebih leluasa untuk melakukan konsumsi. Karenanya pengeluaran konsumsi
cenderung meningkat.

B. Faktor-faktor Demografi
1. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara
menyeluruh, walaupun rata-rata per orang atau keluaraga relatif rendah. Misalnya,
walaupun tingkat konsumsi rata-rata penduduk Indonesia lebih rendah daripada
penduduk Singapura, tetapi secara absoult tingkat pengeluaran konsumsi Indonesia
lebih besar daripada penduduk Singapura. Sebab jumlah penduduk Indonesia lima
puluh kali lipat penduduk Singapura.
2. Komposisis Penduduk
Komposisi penduduk satu negara dapat dilihat dari beberapa klasifikasi diantaranya :
usia (produktif dan tidak produktif), pendidikan (rendah, menengah, tinggi) dan
wilayah tinggal ( pekotaan atau pedesaan).

c. Faktor-faktor Non-Ekonomi
faktor-faktor ekonomi yang paling berpengaruh terhadap besarnya konsumsi adalah
faktor sosial-budaya masyarakat. Misalnya, berubahnya pola kebiasaan makan,
perubahan etika dam tata nilai karena ingin meniru kelopmok masyarakat lain yang
dianggap lebih hebat. Tidak mengherankan bila ada rumah tangga yang mengeluarkan
uang ratusan juta, bahakan miliarab rupiah, hanya untuk membeli rumah idaman.
Dalam dunia nyata, sulit memilah-milah faktor apa mempengaruhi apa, seingga
menyebabkan tejadinya perubahan/peningkatan konsumsi. Karena itu bisa saja terjadi
dalam kelompok masyarakat yang berpendapat rendah yang memaksakan untuk
membeli barang-barang dan jasa yang sebenarnya tidak sesuai dengan
kemampuannya.
6. Model konsumsi siklus hidup
Model konsumsi siklus hidup lebih menekankan pada variabel sosial ekonomi,
di mana yang lebih menjadi perhatian adalah variabel usia (umur). Model ini
dikembangkan oleh Franco Modigliani, Albert Ando, Richard Brumberg. Di dalam
teorinya dijelaskan bahwa pengeluaran konsumsi seseorang sangat tergantung dari
perjalanan umur seseorang.
Model siklus hidup ini membagi perjalanan manusia ke dalam 3 periode:[5]
1. Periode belum produktif (0 tahun sampai dengan usia kerja). Dalam tahap ini
dikatakan oleh ABM bahwa seseorang melakukan konsumsi dalam kondisi
“Dissaving”, kenapa demikian karena seseorang melakukan konsumsi sangat
tergantung pada orang lain.
2. Periode produktif (dari usia kerja sampai dengan usia di mana orang tersebut
sudah menjelang usia tua). Tahap ini dikatakan bahwa seseorang berkonsumsi
dalam kondisi “Saving”, kenapa dikatakan demikian, karena seseorang pada tahap
ini pengeluaran konsumsinya sudah tidak tergantung pada orang lain.
3. Periode tidak produktif lagi. Tahap ini seseorang kembali berada dalam kondisi
“Dissaving”, dengan kata lain bahwa seseorang melakukan konsumsi kembali
tergantung pada orang lain. Karena dalam tahap ini seseorang tidak lagi mampu
untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri.
Formulasi model fungsi konsumsi siklus hidup sebagai berikut:
C = aW
Ada tiga faktor yang membentuk nilai W
a) Nilai sekarang penghasilan dari kekayaan yaitu berupa bunga, sewa.
b) Nilai sekarang penghasilan dari balas jasa kerja yaitu berupa upah, gaji.
c) Nilai sekarang penghasilan upah yang diharapkan diterima seumur hidup.

7. Teori pendapatan permanen


Teori konsumsi dengan hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh M.
Friedman. Menurut teori ini bahwa pendapatan masyarakat dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan
sementara (transitory income).Pengertian dari pendapatan permanen adalah:
Pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat
diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan dari upah, gaji.
Pendapatan yang diperoleh dari hasil semua faktor yang menentukan kekayaan
seseorang. Kekayaan suatu rumah tangga dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
kekayaan non-manusia (non- human wealth) dan kekayaan manusia (human wealth).
Kekayaan non-manusia misalnya kekayaan fisik (misalnya barang konsumsi tahan
lama, bangunan, mesin), sedangkan kekayaan manusia adalah kemampuan yang
melekat pada diri manusia itu sendiri, seperti keahlian, keterampilan, pendidikan.
Formulasi kekayaan seseorang menurut Friedman adalah:

W = Yp/i W

yang menyatakan bahwa


W = kekayaan seseorang

Yp = pendapatan permanen orang tersebut

i = tingkat bunga

Formulasi pendapatan permanen seseorang (Yp) dapat diperoleh dari formulasi


kekayaan seseorang (W), yaitu:

Yp = i W

Pengertian pendapatan sementara adalah pendapatan yang tidak dapat


diperkirakan sebelumnya. Nilainya dapat positif jika nasibnya baik dan negatif jika
bernasib buruk. Misalnya, seseorang yang mendapat undian, maka ia mempunyai
pendapatan sementara positif, sedangkan seseorang yang mendapat musibah
(misalnya gagal panen karena musim kemarau panjang) mempunyai pendapatan
sementara negatif.
Pendapatan yang terukur (measured income) seseorang merupakan
penjumlahan dari pendapatan permanen dan pendapatan sementara. Atau secara
matematis dapat ditulis dengan formulasi sebagai berikut:

Y = Yp + Yt

yang menyatakan bahwa

Y = pendapatan yang terukur

Yp = pendapatan permanen

Yt = pendapatan sementara
8. Teori pendapatan relative
Teori Konsumsi dengan hipotesis pendapatan relatif dikemukakan oleh James
Duesenberry. Dalam teorinya, Duesenberry menggunakan dua asumsi, yaitu:
Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen.
Artinya, pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran yang
dilakukan oleh orang sekitarnya (tetangganya).
Pengeluaran konsumsi adalah irreversible. Artinya, pola pengeluaran
seseorang pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat
penghasilan mengalami penurunan.
Duesenberry menyatakan bahwa teori konsumsi atas dasar penghasilan absolut
sebagaimana yang dikemukakan oleh Keynes tidak mempertimbangkan aspek
psikologis seseorang dalam berkonsumsi. Duesenberry menyatakan bahwa
pengeluaran konsumsi suatu rumah tangga (seseorang) sangat dipengaruhi oleh posisi
(kedudukan) rumah tangga tersebut di masyarakat sekitarnya. Apabila seorang
konsumen senantiasa melihat pola konsumsi tetangganya yang penghasilannya lebih
tinggi, maka orang tersebut cenderung menirunya (demonstrations effect). Namun,
seseorang peniruan pola konsumsi tetangga harus dilihat dari kedudukan relatif orang
tersebut pada masyarakat sekelilingnya.

Misalnya, seseorang berpenghasilan Rp. 3 juta setiap bulan dan tinggal di lingkungan
masyarakat yang rata-rata berpenghasilan Rp. 500.000. Ia akan cenderung untuk
menabung lebih banyak dan berkonsumsi lebih sedikit, sebab penghasilannya relatif
lebih tinggi dibandingkan penghasilan rumah tangga sekitarnya.

Kenaikan penghasilan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi dari tahun


ke tahun tidak akan mengubah distribusi penghasilan seluruh masyarakat. Kenaikan
pengahasilan absolut akan menaikkan pengeluaran masyarakat dan juga akan
menaikkan jumlah yang ditabung pada proporsi yang sama. Ini berarti APC = C/Y
tidak mengalami perubahan dan ini berarti pula APC = MPC yang merupakan fungsi
konsumsi jangka panjang.

Berdasar pada fungsi konsumsi jangka panjang tersebut, Duesenberry


menurunkan fungsi konsumsi jangka pendek dengan menggunakan asumsi ke dua.
Besarnya pengeluaran konsumsi seseorang dipengaruhi oleh besarnya penghasilan
tertinggi yang pernah ia peroleh. Jika terjadi kenaikan penghasilan, maka pengeluaran
konsumsi akan cenderung meningkat dengan proporsi tertentu. Sedangkan jika
penghasilannya turun, maka ia akan mengurangi pengeluaran konsumsinya, namun
proporsi penurunan konsumsinya lebih rendah dibandingkan dengan proporsi
kenaikan pengeluaran konsumsi jika penghasilan naik.

9. Teori klasik dan Keynes mengenai keseimbangan pendapatan nasional


Pandangan Klasik.
Pandangan akan perekonomian menurut para ahli ekonomi klasik adalah :
?Perekonomian pada umumnya akan selalu mencapai tingkat penggunaan tenaga
kerja yang penuh (Full Employment).?
Pandangan ini didasarkan atas keyakinan bahwa :
1. Fleksibilitas tingkat bunga akan mewujudkan kesamaan/keseimbangan antara
penawaran agregat dan permintaan agregat dari jumlah tabungan dan investasi
pada kondisi penggunaan tenaga kerja penuh.
Tingkat bunga akan menentukan besarnya tabungan rumah tangga maupun
investasi yang akan dilakukan oleh perusahaan dalam perekonomian. Menurut
para ahli, tingkat suku bunga akan berubah-ubah sampai mencapai tingkat
keseimbangan di mana besarnya tabungan = investasi.
Sebagai ilustrasi:
Pada saat tingkat suku bunga 20 %, besarnya tabungan akan meningkat
pesat karena memberikan tingkat pengembalian yang tinggi. Akan tetapi, bank
akan kesulitan untuk menyalurkan pinjaman karena masyarakat akan lebih
memilih untuk menabung daripada berinvestasi karena return atas tabungannya
lebih tinggi. Untuk menanggulangi hal tersebut, bank akan menurunkan suku
bunganya.
Sebaliknya pada saat tingkat suku bunga 10 %, masyarakat akan memilih
untuk mencairkan tabungannya dan memilih untuk berinvestasi saja (dengan
asumsi return atas investasi lebih baik). Karena banyak orang yang memilih untuk
berinvestasi, bank menjadi kekurangan dana untuk dipinjamkan kepada para
investor, untuk menghimpun dana, maka bank akan menaikkan suku bunga
tabungannya.
Penyesuaian ini, dalam pandangan ekonomi klasik akan terus berulang-
ulang hingga tercapai tingkat bunga pada titik keseimbangan, misalnya 15 %, di
mana pada titik tersebut jumlah tabungan dan jumlah investasi adalah sama besar.
Dalam kondisi ini pendapatan sebesar 15% dari bunga akan habis untuk
pembelian barang kebutuhan karena harga yang ditetapkan oleh para investor
memberikan return sebesar 15 % dari nilai investasinya.
Pada titik tersebut, menurut pandangan ekonomi klasik merupakan titik
terjadinya kondisi penggunaan tenaga kerja penuh (Full Employment) dimana
penawaran agregat = pengeluaran agregat. Keadaan keseimbangan ini akan tetap
wujud karena kebocoran (aliran keluar) dari sektor rumah tangga yaitu ? tabungan
akan diimbangi oleh suntikan (aliran masuk) yang sama besar yaitu investasi oleh
para pengusaha.
2. Fleksibilitas tingkat upah akan mewujudkan keadaan di mana permintaan dan
penawaran tenaga kerja akan mencapai keseimbangan pada penggunaan tenaga
kerja penuh.
Para ahli ekonomi klasik beryakinan apabila terjadi pengangguran,
mekanisme pasar akan menciptakan penyesuaian-penyesuaian di dalam pasar
tenaga kerja sehingga pengangguran pada akhirnya dapat dihapuskan. Asumsi
yang digunakan para ahli ekonomi klasik antara lain :
 Para pengusaha akan selalu mencari keuntungan yang maksimum
 Keuntungan maksimum akan dicapai pada keadaan di mana upah adalah
sama dengan produksi marjinal (biaya untuk memproduksi tambahan
produk baru)
Secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut :
Bahwa dalam kondisi adanya pengangguran, para penganggur akan
bersedia untuk menerima pekerjaan dengan tingkat gaji yang lebih rendah.
Keadaan ini akan menimbulkan kekuatan yang akan menurunkan tingkat gaji.
Sebagai ilustrasi, pada tingkat upah misalkan Rp.1.000.000, perusahaan
memiliki 1000 orang pekerja. Kemudian terjadi tambahan angkatan tenaga
kerja baru sebesar 200 orang yang juga ingin bekerja pada tingkat upah
sebesar Rp. 1.000.000. Karena perusahaan hanya bersedia mengupah 1000
orang pada tingkat upah Rp. 1.000.000, maka terjadi pengangguran sebesar
200 orang. Untuk memaksimumkan keuntungan dan memperbanyak produksi,
perusahaan akan menurunkan tingkat upah menjadi Rp. 800.000 untuk 1200
pekerja. Dengan demikian, jumlah pengangguran akan terserap semua,
sehingga selalu terjadi kondisi penggunaan tenaga kerja penuh (Full
Employment).
Dengan berdasarkan pandangan ekonomi klasik, maka tingkat
perekonomian suatu negara ditentukan oleh :
 Jumlah barang modal yang tersedia dan digunakan dalam
perekonomian (C = Capital)
 Jumlah dan kualitas tenaga kerja yang tersedia dalam perekonomian (L
= Labor)
 Jumlah dan jenis kekayaan alam yang akan digunakan (Q = Quantity)
 Tingkat teknologi yang digunakan (T = Technology)
Pandangan Keynes
Teori makroekonomi berkembang setelah J.M. Keynes menunjukkan
kelemahan-kelemahan pandangan para ahli ekonomi klasik mengenai penentuan
tingkat perekonomian suatu negara yang didasari oleh penggunaan tenaga kerja
penuh. Pandangan Keynes yaitu :
 Penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) adalah keadaan yang jarang
terjadi, dan hal itu disebabkan karena kekurangan permintaan agregat yang
wujud dalam perekonomian.
 Perbedaan pandangan Keynes dan Ekonomi Klasik didasarkan atas perbedaan
pendapat yang bersumber dalam persoalan berikut:
1. Faktor-faktor yang menentukan tingkat tabungan dan tingkat investasi
dalam perekonomian.
Menurut pandangan ahli ekonomi klasik faktor penentu besarnya
tabungan dan investasi adalah tingkat suku bunga. Akan tetapi, menurut
Keynes, besarnya tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga bukan
tergantung pada tinggi rendahnya tingkat suku bunga, tetapi tergantung
pada besar kecilnya tingkat pendapatan rumah tangga. Artinya semakin
besar tingkat pendapatan rumah tangga semakin besar pula tabungan dan
sebaliknya.
Dalam pandangan Keynes terhadap besarnya investasi, dia
beranggapan bahwa tingkat bunga bukan merupakan satu-satunya
komponen utama dalam menentukan besarnya investasi. Besarnya
investasi juga ditentukan oleh faktor lain seperti keadaan ekonomi pada
masa kini, ramalan perkembangan di masa depan, dan tingkat penggunaan
dan perkembangan teknologi. Jadi meskipun tingkat bunga tinggi, namun
apabila keadaan perekonomian sekarang baik untuk dilakukan investasi
dan prospek ke depannya sangat baik, maka kegiatan investasi tetap akan
dilakukan.
2. Hubungan antara tingkat upah dengan penggunaan tenaga kerja oleh
pengusaha.
Para ahli ekonomi klasik beranggapan bahwa dengan asumsi
ceteris paribus, penurunan tingkat upah tidak akan mempengaruhi biaya
produksi marjinal (biaya untuk memproduksi tambahan produk baru).
Akan tetapi menurut Keynes, tidaklah demikian. Dia beranggapan bahwa
penurunan tingkat upah akan menurunkan daya beli masyarakat. Turunnya
daya beli masyarakat akan menurunkan tingkat pengeluaran dan berakibat
pada turunnya tingkat harga barang dan jasa. Turunnya tingkat permintaan
terhadap barang dan jasa akibat lemahnya daya beli masyarakat akan
berakibat pada penurunan kapasitas produksi yang artinya pengurangan
jumlah tenaga kerja. Dengan demikian penurunan tingkat upah tidak dapat
menciptakan penggunaan tenaga kerja penuh (Full Employment).
Karena perbedaan pendapat antara Keynes dengan para ahli
ekonomi klasik di atas, Keynes juga mempunyai pandangan tersendiri
terhadap faktor yang menjadi penentu tingkat kegiatan ekonomi suatu
negara. Menurut Keynes, faktor penentu kegiatan ekonomi suatu negara
adalah permintaan efektif. Yang dimaksud dengan permintaan efektif
adalah permintaan yang disertai kemampuan untuk membayar barang-
barang dan jasa-jasa dalam wujud perekonomian.
Dengan bertambah besarnya permintaan efektif dalam
perekonomian, bertambah pula tingkat produksi yang akan dicapai oleh
sektor perusahaan. Keadaan ini dengan sendirinya akan menyebabkan
pertambahan dalam tingkat kegiatan ekonomi, penggunaan tenaga kerja
dan faktor-faktor produksi.
Dalam analisis Keynes, dia membagi permintaan agregat kepada
dua jenis pengeluaran, yaitu pengeluaran konsumsi oleh rumah tangga dan
penanaman modal oleh pengusaha. Akan tetapi, dalam analisis makro
ekonomi, pengeluaran pemerintah dan ekspor juga ikut mempengaruhi
pengeluaran agregat. Berikut adalah penjelasan faktor yang mempengaruhi
permintaan agregat :
1. Konsumsi dan Investasi.
Pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh sektor rumah tangga
dalam perekonomian tergantung dari besarnya pendapatan. Perbandingan
antara besarnya konsumsi dengan jumlah pendapatan disebut kecondongan
mengkonsumsi (MPC = Marginal Propensity to Consume). Semakin besar
MPC semakin besar pula pendapatan yang digunakan untuk kegiatan
konsumsi dan sebaliknya.
Pada kondisi negara yang MPC-nya rendah, maka akan
menyebabkan selisih antara produksi nasional (dengan asumsi full
employment) dengan tingkat konsumsi (penggunaan produk) menjadi
semakin besar. Agar mencapai penggunaan tenaga kerja penuh, para
pengusaha perlu melakukan investasi sebesar selisih antara tingkat
konsumsi dan produksi tersebut. Jika besarnya investasi tidak mencapai
jumlah tersebut, maka akan terjadi pengangguran. Karena kondisi tersebut
dalam kondisi nyata tidak selalu tercapai, maka pengangguran akan selalu
ada.
Untuk investasi, seperti yang telah disebutkan di atas, dipengaruhi
oleh tingkat bunga dan efisiensi marjinal modal.
Tingkat bunga menurut Keynes dipengaruhi oleh jumlah
permintaan uang (yaitu keinginan masyarakat untuk memperoleh uang
untuk digunakan untuk berbagai keperluan seperti transaksi, tabungan,
spekulasi dan atau untuk kebutuhan mendadak) dan jumlah penawaran
uang (yaitu uang yang ada dalam perekonomian dan dapat digunakan oleh
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa).
Apabila penawaran uang > permintaan uang, maka tingkat suku
bunga akan naik untuk menyerap kelebihan dana yang beredar di
masyarakat, dan sebaliknya jika penawaran uang < permintaan uang, suku
bunga tabungan akan turun agar masyarakat memilih untuk berinvestasi
dan mencairkan tabungannya sehingga jumlah penawaran uang akan
meningkat.
Efisiensi marjinal modal yaitu tingkat pengembalian atas modal
yang ditanamkan yang dipengaruhi oleh faktor seperti kondisi ekonomi
sekarang, penggunaan teknologi dan ramalan prospek ekonomi di masa
mendatang. Semakin tinggi tingkat efisiensi modal semakin besar pula
investasi dan sebaliknya.
2. Pengeluaran Pemerintah dan Ekspor
Dalam analisis makroekonomi dan perhitungan pendapatan
nasional (dengan pendekatan pengeluaran) pengeluaran pemerintah
dan ekspor juga merupakan bentuk pengeluaran.
Besarnya tingkat pengeluaran pemerintah (G) akan
mempengaruhi produksi nasional karena pemerintah sendiri
merupakan konsumen yang besar. Sehingga konsumsi dari pemerintah
juga mencakup sebagian besar dari konsumsi nasional.
Ekspor menunjukkan permintaan efektif yang berasal dari luar negeri.
Semakin besar ekspor semakin banyak pula produksi nasional yang
dikonsumsi.
Untuk menjelaskan bagaimana tingkat kegiatan perekonomian ditentukan, akan
diberikan ilustrasi sebagai berikut :
(1) (2) (3)
100 157 Ekspansi
200 250 Ekspansi
300 325 Ekspansi
400 400 Seimbang
500 475 Kontraksi
600 550 kontraksi

Keterangan :
(1) Alternatif tingkat produksi yang akan dicapai perusahaan atau tingkat pendapatan
nasional yang akan dicapai dengan kondisi faktor produksi yang ada.
(2) Pengeluaran agregat aktual yang terdiri dari konsumsi, investasi, pengeluaran
pemerintah dan ekspor
(3) Kegiatan ekonomi sebagai akibat perbedaan tersebut.
Pada saat (1) < (2), adalah kondisi dimana pengeluaran agregat melebihi produksi
nasional, dengan demikian faktor produksi yang tersedia tidak cukup untuk
mencukupi tingkat konsumsi yang ada sekarang, sehingga pemerintah harus
mengadakan kegiatan perekonomian yang bersifat ekspansi seperti mencari dan
membangun faktor produksi yang baru.
Pada saat (1) = (2), adalah kondisi dimana pengeluaran agregat sama dengan tingkat
produksi nasional yang ada, dengan demikian pemerintah tidak perlu melakukan
perubahan atas kondisi kegiatan ekonomi yang sedang berjalan.
Pada saat (1) > (2), adalah kondisi dimana pengeluaran agregat lebih kecil dari tingkat
produksi nasional, dengan demikian terdapat terdapat faktor produksi yang
menganggur dan atau kelebihan produksi. Sehingga, pemerintah akan melakukan
kegiatan ekonomi yang bersifat kontraksi seperti menurunkan tingkat investasi
dengan menaikkan suku bunga, dan membuat kebijakan yang dapat menurunkan
tingkat produksi nasional seperti pembatasan dalam bentuk izin, lisensi, kuota dan
lainnya.

Refrensi
http://oviaws.blogspot.com/2014/04/fungsi-tabungan-dan-fungsi-tabungan.html
http://putreeoktaviani.blogspot.com/2012/11/makalah-pendapatan-nasional-
keseimbangan.html
https://www.google.com/?gws_rd=ssl#q=Model+konsumsi+siklus+hidup
http://susisitisapaah.blogspot.com/2011/05/teori-konsumsi.html
http://rifdoisme.wordpress.com/2012/09/19/teori-konsumsi/
http://gioakram13.blogspot.com/2013/04/teori-ekonomi-pandangan-klasik-
dan.html

Вам также может понравиться