Вы находитесь на странице: 1из 16

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Demam Berdarah Dengue ( DBD )

a. Pengertian Demam Berdarah Dengue ( DBD )

Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai

dengan demam mendadak 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah atau

lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda perdarahan di kulit berupa

bintik perdarahan, lebam atau ruam, kadang-kadang mimisan, berak

darah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (Depkes RI,

1992c). Menurut Soedarto (1995) DBD menyerang baik orang dewasa

maupun anak-anak tetapi lebih banyak menimbulkan korban pada anak-

anak berusia di bawah 15 tahun, disertai dengan perdarahan dan dapat

menimbulkan renjatan yang dapat mengakibatkan kematian penderita.

Virus dengue sebagai agen penyebab demam berdarah memerlukan masa

inkubasi selama 3-14 hari, pada umumnya 4-7 hari (Firdaus, 2005).

Darah penderita sudah mengandung virus, yaitu sekitar 1-2 hari sebelum

terserang demam. Virus berada dalam darah selama 5-8 hari. Jika daya

tahan tubuh tidak cukup kuat melawan virus, maka orang tersebut

mengalami berbagai jenis gejala DBD (Satari, 2004).

DBD/Dengue Haemorrhagir Fever (DHF) adalah penyakit yang

disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong Arbovirus dan

7
8

masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti

(betina), terutama menyerang anak remaja dan dewasa yang seringkali

menyebabkan kematian (Effendy, 1995).

b. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala penyakit DBD ( Depkes, 1992c ) adalah sebagai

berikut dibawah ini :

1) Hari pertama sakit: panas mendadak terus-menerus, badan lemah


atau lesu. Pada tahap ini sulit dibedakan dengan penyakit lain.

2) Hari kedua atau ketiga: timbul bintik-bintik perdarahan, lebam,

atau ruam pada kulit di muka, dada, lengan atau kaki dan nyeri ulu

hati. Kadang- kadang mimisan, berak darah atau muntah darah.

Bintik perdarahan mirip dengan bekas gigitan nyamuk.

3) Antara hari ketiga sampai ketujuh, panas turun secara tiba-tiba.

Kemungkinan yang selanjutnya:

a) Penderita sembuh, atau

b) Keadaan memburuk yang ditandai dengan gelisah, ujung

tangan dan kaki dingin, banyak mengeluarkan keringat. Bila

keadaan berlanjut, terjadi renjatan (lemah lunglai, denyut nadi

lemah atau tak teraba). Kadang- kadang kesadarannya

menurun.

Menurut WHO (dalam Soedarto, 1995), derajat beratnya DBD dibagi

menjadi empat tingkatan:

1) Derajat I: ringan, bila demam mendadak 2-7 hari disertai gejala


9

klinik lain dan manifestasi perdarahan paling ringan yaitu tes

turniquet yang positif.

2) Derajat II: sedang, dengan gejala lebih berat daripada derajat I,

disertai manifestasi perdarahan kulit, epistaksis, perdarahan gusi,

hematemesis atau melena. Terdapat gangguan sirkulasi darah

perifer yang ringan berupa kulit dingin dan lembab, ujung jari dan

hidung dingin.

3) Derajat III: berat, dengan gejala syok mengikuti gejala-gejala

tersebut di atas

4) Derajat IV: berat sekali, penderita syok berat, tensi tidak terukur,

dan nadi tidak dapat diraba.

c. Etiologi

Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok

Arbovirus B, yaitu arthropod-borne atau virus yang disebarkan oleh

artropoda. Virus ini termasuk genus flavivirus dari famili flaviviridae.

Nyamuk Aedes betina biasanya terinfeksi virus dengue pada saat

menghisap darah dari seseorang yang sedang berada pada tahap demam

akut (viraemia). Setelah melalui periode inkubasi ekstrinsik selama 8

sampai 10 hari, kelenjar ludah Aedes akan menjadi terinfeksi dan

virusnya akan ditularkan ketika nyamuk menggigit dan mengeluarkan

cairan ludahnya kedalam luka gigitan ke tubuh orang lain. Setelah masa

inkubasi instrinsik selama 3-14 hari (rata-rata selama 4-6 hari) timbul

gejala awal penyakit secara mendadak, yang ditandai dengan demam,


10

pusing, myalgia (nyeri otot), hilangnya nafsu makan dan berbagai tanda

atau gejala non spesifik seperti nausea (mual-mual), muntah dan rash

(ruam pada kulit). Viraemia biasanya muncul pada saat atau persis

sebelum gejala awal penyakit tampak dan berlangsung selama kurang

lebih 5 hari setelah dimulainya penyakit. Saat-saat tersebut merupakan

masa kritis dimana penderita dalam masa sangat infektif untuk vektor

nyamuk yang berperan dalam siklus penularan (Widoyono, 2008; Sitio,

2008).

d. Manifestasi

1) Demam

Penyakit DBD di awali dengan demam mendadak dan terus-

menerus selama 2-7 hari dan disertai gejala klinis yang tidak

spesifik seperti : lemah, nyeri pada punggung, tulang, sendi dan

kepala. Pada umumnya gejala klinik ini tidak mengkhawatirkan

demam berlangsung antara 2-7 hari kemudian turun secara lysis

(Effendy, 1995).

2) Manifestasi perdarahan

Manifestasi perdarahan umumnya muncul pada hari ke 2-3,

termasuk setidak-tidaknya uji turniket positif dan salah satu bentuk

lain (petekei, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi),

hematemesis dan atau melena (Effendy, 1995).

3) Pembesaran hati / Hepatomegali

Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun


11

pada anak yang kurang gizi juga sudah teraba. Gejala pembesaran

hati ini kurang khas dan derajatnya tidak sesuai dengan beratnya

penyakit (Purwanto dkk, 2000).

4) Renjatan / Shock

Renjatan yang ditandai dengan nadi lemah, cepat sampai tak teraba

disertai tekanan darah menurun (tekanan sistolik menjadi 80 mmHg

atau kurang dan diastolik 20 mmHg atau kurang), disertai kulit

yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari

dan kaki, penderita timbul gelisah dan sianosis disekitar mulut

(Effendy, 1995).

e. Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit DBD

1) Faktor nyamuk Aedes Aegypti

Adapun ciri-cari dari nyamuk Aedes Aegypti sebagai berikut :

a) Berwarna hitam dengan loreng putih pada tubuhnya, dengan

bercak-bercak putih di sayap dan kakinya.

b) Berkembang biak di tempat penampungan air yang tidak

beralaskan tanah separti bak mandi/WC, tempayan, drum dan

barang-barang yang menampung air seperti kaleng, ban bekas,

pot tanaman air, tempat minum burung dan lain-lain.

c) Biasanya menggigit pada siang hari.

d) Nyamuk betina membutuhkan darah manusia untuk

mematangkan telurnya agar dapat meneruskan keturunanya.


12

e) Kemampuan terbangnya 100 meter.

2) Faktor nyamuk Aedes Albopictus

Ciri-ciri nyamuk ini menurut Rampengan (1993), sebagai berikut :

a) Tempat habitatnya di tempat air jernih. Biasanya di sekitar

rumah atau pohon-pohon, di mana tertampung air hujan yang

bersih yaitu pohon pisang, pandan, kaleng bekas dan lain-lain.

b) Menggigit pada waktu siang hari.

c) Jarak terbang 50 meter.

3) Faktor Manusia

Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap orang dapat

terkena DBD. Perbedaab pravalensi menurut umur dan jenis kelamin

sebenarnya berkaitan erat dengan perbedaan derajat kekebalan

tubuhnya. Infeksi dengue tidak jarang menimbulkan kasus ringan

pada anak.

4) Faktor Lingkungan

Lingkungan adalah sesuatu yang ada diluar host, baik benda

mati, benda hidup atau abstrak seperti suasana yang berbentuk

akibat dari interaksi semua elemen-elemen tersebut termasuk host

yang lain. Lingkungan mencangkup subfaktor yang sangat luas

diantaranya yaitu lingkungan fisik, lingkungan biologik dan

lingkungan sosial budaya.

a) Lingkungan Fisik

Aedes Aegypti tersebar luas di wilayah tropis dan subtropis di


13

Asia Tenggara dan terutama tersebar di sebagian besar wilayah

perkotaan, pedesaan. Penyebaran Aedes Aegypti relatif sering

terjadi dan dikaitkan dengan pembangunan sistim persediaan

air di pedesaan dan sistem transportasi. Di Asia Tenggara yang

curah hujannya melebihi 200 cm pertahun ternyata nyamuk

Aedea Aegypti ini lebih stabil dan ditemukan didaerah

perkotaan, pinggiran kota dan di daerah pedesaan.

b) Lingkungan Biotik

Di Asia Tenggara penggunaan preparat biologik untuk

mengendalikan populasi nyamuk Aedes Aegypti yang

merupakan salah satu vektor penyebab dengue terutama pada

tahap larvanya, hanya menjadi kegiatan lapang yang berskala

kecil. Penggunaan ikan sebagai pencegahan biologik sudah

semakin banyak digunakan untuk mengendalikan nyamuk Aedes

Aegypti di kumpulan air yang banyak (TPA) atau air di

kontainer yang besar di negara-negara Asia Tenggara. Kegunaan

dan keefesian alat pengendali ini bergantung pada jenis

penampung yang dipakai.

c) Lingkungan Sosial Budaya

Masyarakat dan lembaga pemerintah harus menunjukkan

perhatian yang tulus terhadap penderitaan manusia, misalnya

angka kesakitan dan angka kematian penderita DBD di negara

tersebut, kerugian ekonomi bagi keluarga dan negara dan


14

bagaimana mamfaat program tersebut bisa memenuhi kebutuhan

dan harapan masyarakat. Penggunaan sumberdaya harus terus

didorong kapanpun koordinator program pengendalian dengue

dapat memanfaatkan pembuatan peralatan yang dibutuhkan

masyarakat lokal, tenaga pemerintah perbaikan penyediaan air

atau kelompok masyarakat dan pemuda untuk tidak membuang

ban bekas, wadah tak terpakai lainnya dilingkungan.

f. Faktor yang Berperan dalam Penularan DBD

Faktor yang berperan dalam penularan penyakit DBD yang dibuat oleh

Jhon Gordon, penularan penyakit DBD ini juga dipengaruhi oleh

interaksi tiga faktor, yaitu sebagai berikut :

1) Faktor penjamu (Target penyakit, inang), dalam hal ini adalah

manusia yang rentan tertular penyakit DBD.

2) Faktor penyebar (vektor) dan penyebab penyakit (agen), dalam hal

ini adalah virus DEN tipe 1-4 sebagai agen penyebab penyakit,

sedangkan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes albopictus yang

berperan sebagai vektor penyebar penyakit DBD.

3) Faktor lingkungan yaitu lingkungan yang memudahkan terjadinya

kontak penularan penyakit DBD.

Berbagai upaya untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit

DBD dapat dilakukan dengan cara memodifikasikan faktor-faktor yang

terlibat di dalamnya. Perbaikan kualitas kebersihan saniatsi lingkungan,

dapat menekan jumlah populasi nyamuk Aedes Aegypti sebagai vektor


15

penyebab penyakit DBD, sedangkan pencegahan penyakit dan

pengobatan segera bagi penderita penyakit DBD adalah beberapa langkah

yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan ini. Hal yang harus

diperhatikan adalah peningkatan pemahaman, kesadaran, sikap, dan

perubahan perilaku masyarakat terhadap penyakit DBD, akan sangat

mendukung percepatan upaya memutuskan mata rantai penularan

penyakit DBD. Sehingga pada akhirnya dapat menekan laju penularan

penyakit memetikan ini di masyarakat (Ginanjar, 2008).

2. Angka Bebas Jentik ( ABJ )

a. Survey Jentik

Untuk mengetahui kepadatan vektor di suatu lokasi dapat di

lakukan beberapa survei yang di pilih secara acak yang meliputi survei

nyamuk, survei jentik dan survei perangkap telur, survei jentik di lakukan

dengan cara pemeriksaaan terhadap semua tempat air di dalam dan di

luar rumah dari 100 (seratus) rumah yang di periksa di suatu daerah

dengan mata telanjang untuk mengetahui ada tidaknya jentik. Menurut

Depkes RI (2005) pelaksaaan survei ada 2 (dua) metode yang meliputi:

1) Metode single survei

Survei ini di lakukan dengan mengambil satu jentik di setiap

tempat genangan air yang di temukan ada jentiknya untuk identifikasi

lebih lanjut jentiknya.


16

2) Metode visual

Survei ini di lakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik di

setiap tempat genagan air tanpa melakuan pengambilan jentik. Dalam

program pemberantasan penyakit DBD, survei jentik yang biasa di

gunakan adalah cara visual dan ukuran yang di pakai untuk

mengetahui kepadatan jentik yaitu:

1) Angka bebas jentik (ABJ)

Angka bebas jentik adalah persentase pemeriksaan jentik yang di

lakukan di semua desa/kelurahan setiap 3 (tiga) bulan oleh petugas

puskesmas pada rumah rumah penduduk yang diperiksa secara

acak.

Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan jentik


X 100%
Jumlah rumah/bangunan yang di periksa

2) House indeks (HI)

House Indeks (HI) adalah persentasi jumlah rumah yang di

temukan jentik yang di lakukan di semua desa/kelurahan oleh

petugas puskesmas setiap 3 (tiga) bulan pada rumah-rumah yang di

periksa secara acak.

Jumlah rumah yang di temukan jentik


X 100%
Jumlah rumah yang diperiksa
17

3) Container indeks (HI)

Container indeks (CI) adalah persentase pemeriksaan jumlah

container yang di periksa di temukan jentik pada container di

rumah penduduk yang dipilih secara acak.

Jumlah rumah yang di temukan jentik

X 100 %

Jumlah rumah yang diperiksa

4) Breteau indeks (HI)

Jumlah container yang terdapat jentik dalam 100 rumah. Container

adalah tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat perkembang

biaknya nyamuk Ae.aegypti. Angka bebas jentik dan house index

lebih menggambarkan luasnya penyebaran nyamuk di suatu daerah.

Tidak ada teori yang pasti angka bebas jentik dan house index

minimal 1% yang berarti persentase rumah yang di periksa jentikya

harus negatip. Ukuran tersebut di gunakan sebagai indikator

keberhasilan pengendalian penularan DBD (Depkes RI, 1998).

b. Cara melaksanakan pemeriksaan jentik

1) Periksalah bak mandi/WC, tempayan, drum dan tempat-tempat

penampungan air lainnya.


18

2) Jika tidak tampak, tunggu ± 0,5-1 menit, jika ada jentik ia akan

muncul kepermukaan air untuk bernafas.

3) Ditempat yang gelap gunkan senter/battery

4) Periksa juga vas bunga, tempat minum burung, kaleng-kaleng, plastik,

ban bekas, dan lain-lain. Tempat-tempat lain perlu diperiksa oleh

jumantik antara lain talang/saluran air yang rusak/ tidak lancar,

lubang-lubang pada potongan bambu, pohon, dan tempat-tempat lain

yang memungkinkan air tergenang seperti di rumah-rumah kosong,

pemakaman dan lain-lain. Jentik-jentik yang di temukan di tempat-

tempat penampungan air yang tidak beralaskan tanah (bak mandi/WC,

drum, tempayan dan sampah-sampah/barang-barang bekas yang dapat

manampung air hujan) dapat di pastikan bahwa jentik tersebut adalah

nyamuk Aedes aegypti penular demam berdarah dengue (DBD).

Jentik-jentik yang terdapat di got/comberan/selokan bukan jentik

nyamuk Aedes aegypti (Depkes, 2007).

3. Peberantasan Sarang Nyamuk ( PSN )

Pemberantasan terhadap jentik Ae.aegypti yang dikenal dengan

istilah pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN

DBD). Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN

DBD) adalah kegiatan memberantas telur, jentik dan kepompong nyamuk

penular DBD (Aedes aegypti) di tempat-tempat perkembangbiakannya.

Tujuan PSN DBD ini adalah untuk mengendalikan populasi nyamuk Aedes
19

aegypti, sehingga penularan DBD dapat di cegah atau di kurangi.

Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian

vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti.

Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN

DBD) dilakukan dengan cara :

a. Fisik

Cara ini dikenal dengan kegiatan “3M”, yaitu menguras dan

menyikat tempatempat penampungan air, seperti bak mandi/WC, drum

dan tempat lainya seminggu sekali (M1), menutup rapat-rapat

penampungan air, seperti gentong air/tempayan dan lain-lain(M2),

mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat

menampungan air hujan (M3).

Selain cara di atas pada saat ini telah dikenal pula dengan istilah

“3M” plus (Ditjen P2P dan PL, Depkes RI, 2008) yaitu mengganti atau

menyingkirkan air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-

tempat yang sejenisnya seminggu sekali, memperbaiki saluran dan

talang air yang tidak lancar/rusak, menutup lubang-lubang pada

potongan bambu/pohon, dan lain-lain (dengan tanah atau benda

sejenisnya), menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat-tempat

yang sulit dikuras atau di daerah yang sulit air, memelihara ikan

pemakan jentik di kolam/bak-bak penampungan air, memasang kawat

kasa, menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar,


20

mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai,

mengunakan kelambu, memakai obat yang dapat mencegah gigitan

nyamuk.

b. Kimia

Cara memberantas jentik Ae.aegypti dengan menggunakan

insektisida pembasmi jentik dengan (larvasida) yang dikenal dengan

istilah larvasidasi. Larvasidasi yang biasa digunakan adalah granules

(sand granules). Dosis yang digunakan 1 ppm atau 10 gram (± 1 sendok

makan rata) untuk tiap 100 liter air. Larvasidasi dengan temephosini

mempunyai efek risidu 3 bulan. Selain itu dapat pula digunakan

golongan insectgrowth regulator.

c. Biologis

Misalnya memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah,

ikan gupi, ikan cupang/tempalo, dan lain-lain). Dapat juga digunakan

Bacillus thurringlensisvar, Israeliensia (Bti).

Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel Independent (bebas)

Dalam penelitian ini sebagai variabel independent adalah kebiasaan

menguras bak mandi kepala keluarga dalam pencegahan demam

berdarah dengue (DBD).

b. Variabel Dependent (terikat)

Dalam penelitian ini sebagai variabel dependent adalah angka bebas

jentik dari upaya pencegahan demam berdarah dengue (DBD).


B. Kerangka Berpikir

DBD

Sumber
Penular
Virus
Dengue

Aedes aegypti

Jentik
Aedes
aegypt
i
Angka Jentik
PSN

Fisik Kimia Biologi


C.
Ada Jentik Tidak ada
Menguras Jentik

Menutup

Mengubur
22

Keterangan :

= Diteliti

= Tidak Diteliti

C. Hipotesis Penelitian

Ada hubungan antara pemberantasan sarang nyamuk demam

berdarah (PSN DBD) melalui menguras bak mandi dengan keberadaan jentik

Aedes aegypti di Dusun Cijambu Desa Garajati Kecamatan Ciwaru

Kabupaten Kuningan tahun 2017.

Вам также может понравиться