Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1. Mutual Agency (saling mewakili), artinya setiap anggota dalam menjalankan usaha
firma adalah rnerupakan wakil dari anggota-anggota firma yang lain. Jadi apabila ada
salah seorang anggota beroperasi dalam bidang usaha firma, maka secara tidak
langsung anggota tersebut mewakili anggota-anggota firma yang lain.
2. Limited Life (umur terbatas), artinya firma yang didirikan oleh beberapa orang anggota
mempunyai umur yang terbatas. Maksudnya adalah apabila ada anggota/sekutu yang
keluar berarti firma tersebut secara hukum dinyatakan bubar, demikian pula apabila ada
anggota baru yang masuk Jadi kesimpulannya firma dinyatakan masih beroperasi atau
belum bubar apabila tidak ada perubahan dalam komposisi ke- anggoaannya atau tidak
terjadi pergantian dalam anggotanya dan anggota firma harus tetap sama seperti saat
pendirian.
3. Unlimited Liability (TanggungJawab terhadap kewajiban firma tidak terbatas), artinya
tanggung jawab atas hutang atu kewajiban firma tidak terbatas pada kekayaan yang
ditanamkan dalam firma saja, tetapi iuga sampai harta milik pribadi anggota firma. Jadi
apabila dalam keadaan tertentu firma mempunyai kewajiban atau hutang pada kreditan
dan firna tersebut tidak mampu untuk membayarnya karena jumlah kekayaan tidak
mencukupi maka kreditar tersebut berhak menagih kepada anggota-anggota firma
sampai harta milik pribadiya.
4. Ownership of an Interest in a Partnership, artinya bahwa kekayaan masing-masing
sekutu yang telah ditanamkan dalam Firma merupakan kekayaan bersama dan tidak bisa
dipisah-pisahkan secara jelas. Masing-masing sekutu/anggota adalah sebagai pemilik
bersama atas kekayaan Firma. Tanpa seijin anggota yang lain, seorang anggota tidak
boleh menggunakan kekayaan Firma. Hak anggota terhadap kekayaan firma akan
tampak dalam saldo modal akhir masing-masing anggota firma yang terdiri dan unsur-
unsur sebagai berikut : penanaman modal awal, penanaman modal tambahan,
pengambilan prive, penambahan dan pembagian laba, dan pengurangan dan pembagian
rugi.
5. Participating in Partnership Profit, artinya laba atau rugi sebagai hasil operasi Firma
akan dibagikan kepada setiap anggota firma berdasarkan partisipasi atau aktitivitas
masing-masing anggota di dalam firma. Apabila ada salah seorang anggota yang aktif
menjalankan usaha firma, maka anggota tersebut berhak atas bagian laba yang lebih
besar daripada anggota yang lain meskipun modal yang ditanamkannya lebih kecil
daripada modal yang ditanamkan oleh anggota yang tidak aktif atau dapat ditentukan
secara lain atas sepertujuan anggota-anggota Firma. Ketentuan mengenai proporsi
pembagian laba-rugi ini harus dicantumkan secara rinci dan jelas dalam akte pendirian
Dalam pendirian suatu persekutuan atau firma, sebelum operasi biasanya para anggota
membuat suatu kesepakatan atau perjanjian yang tertuang dalam akta pendirian yang biasanya
berisi tentang hal-hal berikut ini:
Firma biasanya didirikan oleh beberapa anggota untuk memperluas usahanya masing-masing
atau untuk memperoleh tambahan laba. Masing-masing anggota yang mendirikan firma dapat
terdiri dari beberapa kemungkinan sebagai berikut:
1. Firma didirikan oleh anggota-anggota yang semuanya belum mempunyai usaha (semua
anggota baru)
2. Firma didirikan oleh anggota yang sudah memiliki usaha sebelumnya dan anggota yang
belum punya usaha.
3. Firma didirikan oleh anggota-anggota yang semuanya sudah memiliki usaha
sebelumnya.
Akibat adanya beberapa kemungkinan anggota-anggota pendiri, maka ada 2 (dua)
metode akuntansi yang dapat digunaka untuk mencatat pendjrjan firma yaitu:
1. Pembukuan firma menggunakan buku baru.
2. Pembukuan firma melanjutkan milik salah seorang anggota firma yang sudah
memiliki usaha
1.2.1. Firma Didirikan Oleh Anggota-anggota Yang Semuanya Belum Memiliki Usaha
Apabila firma didirikan oleh anggota-anggota yang semuanya belum memiliki usaha, maka
setoran pertama di masing-masing anggo tersebut akan langsung dicatat dalam rekening modal
masing-masing anggota. Apabila ada anggota yang menyetorkan modal pertama berupa aktiva
non-kas maka aktiva non-kas tersebut terlebih dahulu harus dinilai sebesar nilai wajar atau
harga pasarnya Jika tidak dapat ditentukan nilai wajar atau harga pasar aktiya non-kas tersebut
maka aktiva non-kas tersebut dinilai berdasarkan perjanjian dan para anggota. Jumlah setoran
pertama dan masing masing anggota ini harus dicantumkan dajam akte pendirian firma.
Untuk memperoleh gambar yang jelas mengenaj prosedur akuntansi pendirian firma dapat
diikuti dalam contoh berikut ini.
Contoh 1 :
Pada tanggal I Januari 19A, Tuan Ali, Ahmad dan Ardi sepakat untuk mendirikan sebuah firma.
Berikut ini adalah setoran modal masing-masing anggota.
Jumlah 2.000.000,00 – –
Rp 25.000.000,0020.000.000,0030.000.000,00
Jurnal yang harus dibuat untuk mencatat transaksi penyetoran modal masing-masing anggota
adalah sebagai berikut:
Persediaan………….. 8.000.000,00
Tanah ………………. 10.000.000,00
Setelah jurnal penyetoran modal masing-masing anggota dibuat, maka selanjutnya transaksi
penyetoran tersebut diposting ke dalam masing-masing rekening buku besar sehingga pada saat
pendirian, firma tersebut memiliki delapan buah buku besar, yaitu:
Perlu diketahui pula bahwa buku-buku yang digunakan oleh firma tersebut semuanya adalah
buku baru, hal ini disebabkan karena semua pendiri firma merupakan anggota-anggota yang
sebelumnya tidak memiliki usaha-usaha perseorangan sehingga pembukuan firma menggunakan
buku baru.
Apabila masing-masing rekening sudah dicatat dalam buku besarnya, maka neraca awal pada
saat pendirian firma akan tampak sebagai berikut:
Firma “AAA”
NERACA AWAL
1 Januari 19A
Kendaraan
Jumlah Aktiva
14.000.000,00 25.000.000,00
2.000.000,00 20.000.000,00
10.000.000,00 30.000.000,00
26.000.000,00 75.000.000,00
75.000.000,00 75.000.000,00
Setelah neraca awal firma dibuat, selanjutnya ditentukan pula rasio atau perbandingan
pembagian laba-rugi firma untuk masing-masing anggota dan perjanjian mengenai
perbandingan pembagian laba-rugi ini harus dicantumkan dalam akte pendirian.
1.2.2. Firma Didirikan Oleh Anggota yang Sudah Memiliki Usaha dan Anggoga yang Belum
Memiliki Usaha
Apabila firma didirikan oleh salah seorang anggota yang sudah memiliki usaha perusahaan
perseorangan dan beberapa anggota yang belum memiliki usaha, maka prosedur akuntansinya
adalah sebagai berikut:
1. Mengadakan penilaian kembali aktiva atau kekayaan milik anggota yang sudah memiliki
usaha.
2. Mencatat penyetoran kekayaan anggota yang belum memiliki usaha
3. Menyusun neraca awal firma.
Akibat adanya anggota pendiri firma yang sudah memiliki usaha dan yang belum memiliki
usaha, maka ada dua metode akuntansi yang dapat digunakan untuk mencatat pendirian firma,
yaitu :
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas, dapat diikuti kasus dalam contoh berikut ini :
Contoh 2
Pada tanggal 3 Maret 19B, Tuan Arpra, Nyonya Fina, Tuan Riski, dan Nona Rahma bersepakat
untuk mendirikan sebuah firma yang bergerak dalam bidang perdagangan konveksi. Nyonya
Fina, Tuan Riski dan Nona Rahma adalah merupakan anggota-anggota yang sebelumnya belum
memiliki usaha, sedangkan Tuan Arpra sudah memiliki perusahaan perseorangan yang berupa
Toko Konveksi pakaian jadi yang pada saat firma akan didirikan mempunyai posisi keuangan
sebagai berikut:
3 Maret 19B
18.500.000,00 18.500.000,00
Kendaraan……………….. –16.000.000,00 –
Tanah…………………….. 18.000.000,00 – –
Jumlah – – 6.000.000,00
Rp 20.000.000,0024.000.000,0016.600.000,00
Setelah ke-empat anggota pendiri firma tersebut bersepakat untuk mendirikan firma,
maka mereka mengadakan perjanjian mengenai hal-hal sebagai berikut :
1. Kas milik tuan Arpra diambil seluruhnya oleh Tuan Arpra.
2. Persediaan barang dagangan tuan Arpra dinilai kembali dan diturunkan nilainya
Sebesar Rp 2.500.000,00
3. Hutang Bank tuan Arpra akan dilunasi sendiri oleh Tuan Arpra.
4. Tanah milik Nona Rahma dinilai kembali sebesar nilai wajarnya, yaitu sebesar Rp
8.400.000,00
5. Kendaraan milik Nyonya Fina juga dinilai kembali menjadi Rp l4.000.000,00
6. Firma tersebut diberi nama Firma ‘KURNIA’.
Berdasarkan transaksi pada contoh 2 di atas, maka prosedur akuntansi pendirian firma dengan
menggunakan dua metode pembukuan adalah sebagai berikut:
Jika firma Kurnia menggunakan buku baru, maka prosedur akuntansi yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1) Mengadakan penyesuaian kekayaan anggota yang sudah memiliki usaha (dalam hal ini
Tuan Arpra), yaitu dengan membuat jurnal penyesuaian sesual dengan perjanjian sebagai
berikut:
Akibat adanya jurnal di atas, maka kekayaan dan modal tuan arpra akan menjadi sebagai
berikut :
Persediaan 6.250.000,00
4) Membuat neraca awal firma Kurnia, yaitu sebesar masing-masing rekening dari
penyetoran kekayaan masing-masing anggota yang sudah dicatatdalam buku besar. Adapun
neraca awal firma akan tarnpak sebagai berikut :
Kenderaan ……………..
8.000.000,00
Rp 36.000.000,00
Rp 79.000.000,00
Sctelah neraca awal firma dibuat, langkah seianjutnya adalah menentukan rasio pembagian
laba-rugi firma, kemudian barulah firma tersebut mulai beroperasi.
Apabila firma Kurnia menggunakan buku melanjutkan buku milik salah seorang anggota yang
sudah memiliki usaha, maka prosedur akuntansi yang dilakukan
1) Mengadakan penyesuaian kekayaan anggota yang sudah memiliki usaha (dalam hal mi
Tuan Arpra). Jurnal penyesuaian yang dibuat identik dengan jurnal penyesuaian pada metode
pembukuan firma dengan menggunakan buku baru yang telah diuraikan di muka.
3) Membuat neraca awal firma yang caranya sama persis dengan metode pembukuan firma
dengan menggunakan buku baru (lihat di muka).
Dengan adanya dua metode pembukuan yang telah dibahas di atas, ternyata pada dasarnya
keduanya akan menggunakan cara pencatatan dan penjurnalan yang sama. Perbedaan yang ada
antara menggunakan buku baru dengan melanjutkan buku salah satu anggota yang sudah
memiliki usaha hanyalah terletak pada ‘Penutupan buku anggota yang sudah punya usaha’.
Untuk metode yang pertama, buku anggota yang sudah punya usaha perlu ditutup sebab firma
akan menggunakan buku baru dan anggota tersebut dianggap tidak punya usaha dan sebagai
akibatnya dibuat pula jurnal penyetoran kekayaan anggota yang sudah punya usaha (Lihat
jurnal nomor 3d pada metode yang pertama).
Sedangkan pada metode yang ke dua, tidak diadakan penutupan buku dan jurnal penyetoran
kekayaan anggota yang sudah punya usaha, sebab pembukuan firma menggunakan buku
rniliknya atau rnelanjutkan buku-buku miliknya.
Neraca awal pendirian firma dengan menggunakan metode pertama dan metode ke dua akan
menghasilkan informnasi yang sama.
1.2.3. Firma Didjrikn Oleh Anggota-anggota Yang Semuanya Sudah Memiliki usaha
Perseorangan
Apabila firma didirikan oleh anggota-anggota yang semuanya sudah punya usaha sebelumnya,
maka prosedur akuntansi yang digunakan untuk mencatat pendirian firma:
1. Modal tuan A :
11
1. Modal tuan B :
Perhitungan modal tuan B dapat menggunakan caraseperti pada perhitungan modal rata-rata
tuan A. tetapi untuk memberikan alternatif cara perhitungan yang lain kepada para pembaca,
dapat pula digunakan cara berikut:
Modal yang ditanam X jumlah bulan = Jumlah modal dalam jangka penanaman
Rp 10.000.000,00 X 2 bln(1 Peb – 2 April) Rp 20.000.000,00
Rp 14.000.000,00 X 3 bln(2 April – 1 Juli) Rp 42.000.000,00
Rp 11.000.000,00 X 6 bln(1 Juli – 31 Des) Rp 66.000.000,00
11 bulan Rp 128.000.000,00
11
Perhitungan modal rata-rata tuan C dapat menggunakan cara seperti pada perhitungan modal
rata-rata tuan A dan tuan B. tetapi untuk mmemberikan alternatif cara perhitungan yang lain
kepada para pembaca, dapat pula digunakan cara perhitungan sebagai berikut:
11
Keterangan:
Angaka 5 pada rumus diatas menunjukkan masa modal tuan C ditanamkan dalam bulan, yaitu
mulai tanggal 1 Pebruari 19X0 – 1 Juli 19X0. Demikian pula angka 4 dan 2 yang merupakan
jumlah bulan penanaman.
Setelah modal rata-rata masing-masing anggota dengan berdasarkan perbandingan modal rata-
rata tersebut sebagai berikut:
Dengan adanya pembagian laba firma tersebut, maka saldo masing-masing anggota akan
bertambah sebesar haknya atas laba masing-masing anggota. Perlu dicatat disini bahwa untuk
menghitung modal rata-rata dapat menggunakan salah satu cara dari tiga cara yang diuraikan
dimuka, tinggal memilih cara mana yang dianggap paling mudah.
1.3.6. Laba – Rugi Dibagi Sama Setelah Dikurangi Gaji dan Bonus
Apabila laba-rugi Firma dibagi setelah dikurangi gaji dan bonus maka yang menjadi hal
penting disini adalah jumlah gaji dan bonus kepada para anggota. Dalam hal ini terlebih dahulu
ditetapkanbesarnya gaji (misalnya gaji bulanan) kepada para anggota dan juga di perhitungkan
adanya bonus kepada anggota. Setelah gaji dan bonus ditetapkan jumlahnya, maka akan
mengurangi laba-rugi Firma dan sisa laba setelah dikurangi gaji dan bonus tersebut barulah
dibagikan kepada para anggota sesuai dengan keputusan yang telah disetujui.
Dengan menggunakan contoh 4 dimuka, apabila diketahui bahwa gaji dan bonus untuk masing-
masing anggota adalah sebagai berikut:
Berdasarkan data gaji dan bonus tersebut dapat dibuat perhitungan sebagai berikut:
Berdasarkan perhitungan diatas, jumlah gaji dan bonus untuk para anggota adalah Rp
24.000.000,00. Dengan demikian sisa laba yang akan dibagikan para anggota adalah sebesar
Rp 60.000.000,00 – Rp 24.000.000,00 = Rp 36.000.000,00. Sisa laba sebesar Rp 36.000.000,00
dibagi rata kepada anggota yaitu masing-masing sebesar Rp 12.000.000,00
Akibat dari perhitungan diatas, maka laba sebesar Rp 60.000.000,00 akan dibagikan kepada
anggota sebagai berikut:
Jumlah = Rp 60.000.000,00
1.3.7. Laba – Rugi Dibagi Sama Setelah Dikurangi Bunga Modal Rata-rata
Dalam menggunakan contoh 4 dimuka, apabila ditentukan bahwa besarnya bunga modal rata-
rata untuk masing-masing anggota adalah 9%, maka besarnya bunga modal rata-rata masing-
masing anggota dapat dihitung sebagai berikut:
Jumlah = Rp 4.049.900,00
Dengan demikian, maka hak laba untuk masing-masing anggota adalah sebagai berikut:
2. Perubahan pemilikan Firma akibat adanya anggota yang keluar atau meninggal dunia
Apabila anggota masuk menjadi anggota Firma dengan cara mengganti atau membeli
hak anggota lama, maka transaksi jual beli tersebut tidak akan mempengaruhi modal
Firma, sebab transaksi jual beli tersebut adalah merupakan transaksi pribadi antara
anggota baru dengan anggota lama yang menjual haknya, dalam hal ini Firma hanya
mencatat pemindahan modal dari anggota lama kepada anggota baru dan juga
mencatat mengenai hak atas laba-rugi anggota baru tersebut. Kemudian untuk
prosedur hukumnya, para anggota Firma membuat akte pendirian baru. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dalam contoh berikut ini:
Firma “ PQR”
Neraca
31 Maret 19XI
Kas……………………Rp. 4.000.000,00 Hutang Dagang….Rp. 2.000.000,00
Kasus I :
Tuan S ingin masuk menjadi anggota Firma dengan cara membeli hak Tuan R
dengan sejumlah pembayaran Rp. 7.250.000,00. Jurnal yang dibuat oleh Firma
dengan adanya transaksi tersebut adalah sebagai berikut :
(mencatat pemindahan hak pemilikan Tuan R ke Tuan S sebesar saldo modal Tuan R)
Setelah dijual oleh Firma, maka Tn. R sudah tidak mempunyai hak pemilikan lagi
terhadap Firma karena hak kepemelikannya sudah dibeli oleh Tn. S mengenai besarnya uang kas
yang diserahkan Tn. S untuk membeli hak Tn. R, tidak perlu dicatat oleh Firma sebab transaksi
penerimaan Tn. S ke Tn. R adalah urusan pribadi mereka, bukan urusan Firma. Akibatnya
pemilik Firma sekarang adalah Tn. P, Tn. Q dan Tn. S. jumlah Modal Firma tidak berubah.
a. Modal anggota baru dicatat sebesar kekayaan yang disetorkan ke dalam Firma.
b. Modal anggota baru dicatat lebih besar daripada kekayaan yang disetorkan kepada
Firma.
C. Modal anggota baru dicatat lebih kecil daripada kekayaan yang disetorkan ke
dalam Firma.
d. Modal anggota baru dicatat setelah pembentukan Goodwill kepada anggota lama.
Tuan Danar masuk menjadi anggota Firma dengan menyetorkan uang sebesar
Rp 4.00000 dan diakui haknya sebesar setorannya Jurnal yang dibuat atas masuknya
Tn. Danar adalah:
Kas……………… Rp 4.000.000,00
Permasalahan yang timbul adalah berapa hak atas Laba – Rugi Firma milik
Tn. Danar? Masalah pembagian laba – rugi mi harus dibuat perjanjian lagi oleh
anggota-anggota Firma tersebut. Misalnya saja Tn, Danar diberi hak atas laba Firma
sebesar 25%, maka hak atas laba untuk anggota lainya tinggal sebesar 100% – 25% ±
75% dan mi akan. dibagi kepada Tn. Dana, Tn. Dino dan Tn. Dono dengan cara
sebagai berikut:
Tn. Danar –
= 25,00%
Jumlah 100% 100%
Kas……………… Rp 4.000.000,00
Permasalahan yang timbul adalah berapa hak atas Laba – Rugi Firma milik
Tn. Danar? Masalah pembagian laba – rugi mi harus dibuat perjanjian lagi oleh
anggota-anggota Firma tersebut. Misalnya saja Tn, Danar diberi hak atas laba Firma
sebesar 25%, maka hak atas laba untuk anggota lainya tinggal sebesar 100% – 25% ±
75% dan mi akan. dibagi kepada Tn. Dana, Tn. Dino dan Tn. Dono dengan cara
sebagai berikut:
Tn. Danar –
= 25,00%
Jumlah 100% 100%
Apabila ada anggota Firma yang keluar dan akan memperoleh haknya sebesar saldo modalnya, maka
terlebih dahulu harus dihitung saldo modal akhir anggota tersebut setelah disesuaikan dengan laba atau
rugi sampai dengan saat anggota tersebut keluar. Yang dimaksud dengan saldo modal disini adalah saldo
modal akhir.
Contoh:
Berdasarkan contoh diatas, terlebih dahulu harus dihitung saldo modal akhir
masing-masing anggota dengan cara sebagai berikut:
Gaji = 7.875.000,00
Sisa = 15.000.000,00
berikut :
Jumlah 15.000.000,00
Berdasarkan perhitungan di atas, jurnal yang harus dibuat untuk mencatat pengakuan
hak Tn. M pada saat keluar:
Tn. K
Tn. L
Tn. M
Tn. N
Jumlah
Sebelum
Tn. M keluar
Rp 11.900.000,00
Rp 15.950.000,00
Rp 6.825.000,00
Rp 10.900.000,00
Rp 45.575.000,00
Sesudah
Tn. M keluar
Rp 11.900.000,00
Rp 15.950.000,00
Rp 11.900.000,00
Rp 45.575.000,00