Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
NURLAILA JUM’ATI
NPM. 13210052
1
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING
MELALUI LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN
KREATIFITAS MATEMATIKA SISWA
SMA NEGERI 1 LABUHAN HAJI
Nurlaila jum’ati
Program Studi Pendidikan Matematika
ella.celen16@gmail.com
2
APPLICATION OF LEARNING USING BASED PROJECT BASED
LESSON STUDY TO IMPROVE STUDENT MATHEMATICS
CREATIVITY SMA NEGERI 1 LABUHAN HAJI
Nurlaila jum’ati
Program Studi Pendidikan Matematika
ella.celen16@gmail.com
3
Keywords: Project Based Learning, Lesson Study, math creativity.
PENDAHULUAN
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dan
sangat dibutuhkan di dalam kehidupan sehari-hari baik masa sekarang maupun masa
depan. Matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang menduduki
peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran
sekolah lebih banyak dibanding pelajaran yang lain. Matematika diajarkan bukan
hanya untuk mengetahui dan memahami apa yang terkandung di dalam matematika
itu sendiri, tetapi matematika diajarkan pada dasarnya bertujuan untuk membantu
melatih pola pikir semua siswa agar dapat memecahkan masalah dengan
kritis,kreatif, logis dan tepat. Oleh sebab itu pembelajaran matematika bagi seluruh
siswa perlu ditingkatkan. Akan tetapi, matematika masih merupakan pembelajaran
yang sulit dipelajari oleh siswa bahkan merupakan pelajaran yang ditakuti, dan
dihindari karena dianggap sulit dan membosankan.
Siswa tidak suka belajar matematika, karena mereka memandang matematika
sebagai mata pelajaran yang sangat sulit. Penyebab dari kesulitan belajar siswa
berasal dari faktor guru dan siswa itu sendiri. Menurut Slameto (2010: 54) faktor-
faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua, yaitu: a) Faktor yang
ada pada diri individu yang sedang belajar (intern), b) Faktor yang ada di luar
individu (ekstern). Faktor belajar yang muncul dari siswa berasal dari rasa takut,
bosan, tidak menarik, kurangnya sumber belajar, dan kurangnya pengetahuan awal
4
tentang matematika. Sedangkan salah satu faktor kesulitan belajar siswa yang
muncul dari guru adalah cara mengajar yang masih monoton dan masih menggunakan
pembelajaran secara konvesional yaitu metode ceramah dimana pembelajaran ini
hanya terfokus pada guru. Siswa hanya menerima materi sebatas yang disampaikan
oleh guru sehingga siswa cenderung pasif dan keaktifan siswa kurang diperhatikan.
Hal inilah yang menyebabkan rendahnya kreativitas siswa dalam belajar matematika
karena mereka tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi yang ada pada
diri mereka.
Pendidikan pembelajaran matematika, kebanyakan hanya ditekankan pada
hafalan dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan.
Proses-proses pemikiran tinggi termasuk berpikir kreatif seperti kemampuan siswa
untuk menemukan ide-ide baru, memecahkan masalah, dan kreativitas siswa dalam
bertanya jarang dilatih. Oleh karena itu tidak heran bila dalam suatu proses
pembelajaran tidak ditemukan seorang pun siswa yang mampu mengemukakan ide-
ide baru.
Hal ini disebabkan karena siswa hanya pasif mengikuti pembelajaran, mereka
tidak dilatih untuk mengembangkan daya pikir mereka untuk menjadi aktif dan
inovatif. Disamping itu bila siswa dihadapkan pada suatu masalah, siswa tidak
mampu memecahkan masalah tersebut dengan kritis, logis,kreatif, dan tepat sehingga
hasil belajarnya pun juga rendah. Untuk mengatasi kondisi seperti ini, minimal
mengurangi kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran matematika disekolah maka
perlu dilakukan upaya perbaikan untuk meningkatkan kualitas dalam proses belajar
mengajar.
Hasil observasi dan wawancara peneliti dengan bapak H. Andap S.Pd selaku
guru mata pelajaran matematika di SMAN 1 Labuhan Haji pada hari Rabu 15 Maret
2017, diketahui pada saat pembelajaran berlangsung kreativitas siswa dalam belajar
matematika masih kurang. Terlihat bahwa pada saat pelaksanaan pembelajaran
matematika, aktivitas yang dilakukan masih didominasi oleh guru. Siswa hanya pasif
dan kurang inisiatif dalam pembelajaran. Ketika siswa diberikan soal yang
5
dikembangkan lebih lanjut (bervariasi), siswa kesulitan mengerjakan soal karena
siswa hanya mendengarkan, meniru pola-pola yang diberikan oleh guru, serta
mencontoh cara-cara guru menyelesaikan soal. Siswa terkadang malas mengerjakan
soal yang mereka anggap sulit sehingga hanya menunggu jawaban dari teman lain
yang mengerjakannya ataupun menunggu guru mengerjakan. Kebanyakan siswa tidak
mau mengemukakan gagasan atau idenya dalam menyelesaikan soal, jika tidak
ditunjuk oleh guru. Siswa juga masih takut mengerjakan soal ke depan kelas karena
takut salah sehingga hanya sebagian kecil yang berani untuk maju mengerjakan soal
ke depan kelas. Dari kenyataan yang ada di kelas XI MIPA-1 SMAN 1 Labuhan Haji
tersebut telah dapat menunjukkan bahwa siswa kurang kreatif dalam kegiatan
pembelajaran matematika pada materi matriks hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan
harian siswa berikut:
Tabel 1
Rata-Rata Nilai Ulangan Harian Siswa Pada Materi Matriks
Deskripsi Kelas
MIPA1 MIPA2 MIPA3 MIPA4 IPS1 IPS2 IPS3
Jumlah siswa 31 31 31 30 30 30 30
45,3
Rata-rata 66,35 60,57 54,35 55,50 58,50
65,72 5
Jumlah siswa tuntas 14 18 12 11 10 14 13
Jumlah siswa tidak tuntas 17 13 19 20 20 16 17
43,3
Ketuntasan klasikal (%) 45,16 58,06 38,70 36,66 33,33 46,67
3
Sumber: guru matematika SMA Negeri I Labuhan Haji
6
atau gagasan yang baru dalam menghasilkan suatu cara dalam menyelesaikan
masalah, bahkan menghasilkan cara yang baru sebagai solusi alternatif pada proses
belajar matematika. Sesuai dengan masalah diatas materi yang diambil pada
penelitian ini yaitu materi matriks. Matriks merupakan salah satu materi yang
dajarkan pada kelas XI SMA semester ganjil kurikulum 2013. Dalam kehidupan
sehari-hari matriks dapat digunakan untuk menyelesaikan sistem persamaan linear,
transformasi geometri, program komputer dll. Alasan menggambil materi ini sesuai
dengan permasalahan yang telah dibahas di atas dengan ketuntasan klasikal yang
yang masih rendah dan kreativitas siswa rendah sehingga perlu dilakukan perbaikan.
7
melaksanakan dan mengamati Reserch Lesson (“pembelajaran yang dikaji”), dan 4)
melakukan refleksi untuk mendiskusikan pelajaran yang dikaji dan
menyempurnakannya dan merencanakan pembelajaran berikutnya. Oleh karena itu
peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) Melalui Lesson Study Untuk
Meningkatkan Kreatifitas Matematika Siswa Kelas XI MIPA-1 SMAN 1 Labuhan
Haji”.
METODE PENELITIAN
8
Dua jenis data dalam penelitian ini yaitu: 1) Data kualitatif yang berupa hasil
observasi aktivitas siswa dan kegiatan guru pada proses pembelajaran dengan
melalui kegiatan Lesson Study. 2) Data kuantitatif yang berupa skor yang diperoleh
dari tes evaluasi yang diberikan pada akhir setiap siklus atau hasil belajara siswa
yang diperoleh dari tes dengan penerapan model pembelajaran project based
learning (PjBL) melalui kegiatan Lesson Study.
Tehnik yang akan digunakan untuk mengumpulkan data adalah sebagai
berikut:1) Observasi (pengamatan) yang dilakukan dengan mengamati jalannya
pelaksanaan pembelajaran selama pembelajaran berlangsung di kelas.2) Kuesioner
(Angket) dilakukan dengan memberikan pertanyaan – pertanyaan tertentu yang
diberikan kepada siswa berdasarkan pengalaman pembelajaran yang telah dilakukan.
Dalam penelitian ini angket yang digunakan adalah angket respon siswa. Tehnik
angket dilaksanakan di akhir siklus. 3) Tes adalah suatu alat pengumpulan informasi,
tes ini digunakan untuk memperoleh data tentang meningkatkan hasil belajar siswa
pada pokok matriks. 4) Dokumentasi berupa perangkat pembelajaran, lembar
observasi siswa, observasi guru, angket respons siswa serta foto – foto saat proses
pembelajaran.
Instrument yang digunakan sebagai berikut: 1) Lembar observasi pembelajaran
terdiri dari lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi aktivitas guru
berbentuk variabel yang akan dikumpulkan datanya (check list) menggunakan
rentang nilai dalam bentuk angka (1,2,3,4,5). Untuk penilaian keterlaksanaan
pembelajaran yang berarti angka 5 = sangat baik, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang, 1
= sangat kurang. 2) Angket respon siswa bentuknya adalah alternatif pilihan.
Kategori jawaban yang digunakan adalah sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak
setuju dan sangat tidak setuju. 3) Lembar soal tes evaluasi digunakan untuk
mengumpulkan data tentang peningkatan hasil belajar matematika dalam materi
pokok matriks. Soal tes yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah tes uraian yang
terdiri dari 5 butir soal yang dilakukan diakhir siklus. Tes yang digunakan peneliti
9
telah diuji cobakan dan dihitung validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya
pembeda dengan rumus dibawah ini.
Tehnik analisis data untuk observasi siswa dan guru yaitu : 1) Data observasi
dengan pemberian skor pada setiap indikator. Adapun pedoman penskoran sebagai
berikut: Skor 1 : diberikan jika tidak ada descriptor tercapai ,Skor 2 : diberikan jika
1 deskriptor tercapai, Skor 3 : diberikan jika 2 deskriptor tercapai, Skor 4 : diberikan
jika 3 deskriptor tercapai, Skor 5 : diberikan jika 4 deskriptor tercapai. Setiap
indikator memiliki 4(empat) deskriptor, yang akan menjadi acuan penelitian aktivitas
siswa dan guru dalam proses pembelajaran. 2) Angket respon siswa, analisis data
isian angket dilakukan dengan memberi skor pada masing – masing butir pada
lembar hasil pengisian angket. Adapun penskoran untuk masing – masing butir
sebagai berikut: skor 5 (SS = Sangat Setuju), skor 4 (S = Setuju) skor 3 (KS =
Kurang Setuju) skor 2 (TS = Tidak Setuju) skor 1 (STS = Sangat Tidak Setuju)
Untuk menghitung rata- rata skor aktivitas siswa, kemampuan guru dalam mengelola
kelas dan angket respon siswa, dapat dicari menggunakan rumus menurut Sugiyono
(2010:49) yaitu:
Me =
Keterangan : Me = rata – rata skor
∑ x = Jumlah skor yang diperoleh.
n = banyak item penilaian
Rata-rata (mean) merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasrkan atas
nilai rata-rata dari kelompok tersebut (Sugiyono, 2010: 49). Rata-rata kelas ini
dihitung untuk mengetahui perubahan nilai dari prasiklus ke siklui I, siklus II, dan
selanjutnya ke siklus ke III .
1. Siklus I
10
Berdasarkan hasil analisis terhadap lembar observasi belajar siswa dari guru.
Hasilnya diperoleh rata-rata skor kegiatan guru berada pada kategori baik, rata-
rata skor aktivitas siswa berada pada kategori aktif, dan rata-rata hasil penilaian
diskusi kelompok berada pada kategori baik. Peneliti juga melakukan tes evaluasi
pembelajaran untuk siklus I yang berkaitan dengan matriks yang hasil yaitu
ketuntasan klasikal 41,93%, 13 siswa yang tuntas dan 18 siswa yang belum tuntas.
sehingga dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1
Tes kemampuan berpikir kreatif Siswa Siklus I
Dari tabel di atas terlihat bahwa rata-rata nilai siswa adalah 69,85 dari 31
siswa yang mengikuti tes evaluasi, jumlah siswa yang tuntas adalah 13 dan
persentase ketuntasan klasikal sebesar 41,93% dan jumlah siswa yang tidak tuntas
adalah 18 orang siswa atau 58,06%. Hasil ini menunjukkan bahwa ketuntasan
belajar secara klasikal yaitu ≥ 85% belum tercapai. Dengan demikian perlu
diadakan perbaikan–perbaikan pada siklus selanjutnya.
2. Siklus II
11
Pada pelaksanaan siklus II hasilnya diperoleh rata-rata skor keterlaksanaan
pembelajaran oleh guru berada pada kategori sangat baik, rata-rata skor aktivitas
siswa berada pada kategori sangat aktif, dan rata-rata hasil penilaian diskusi
kelompok berada pada kategori sangat baik. Peneliti juga melakukan tes evaluasi
pembelajaran untuk siklus II hasilnya yaitu untuk ketuntasan klasikal 90,32 %, 28
siswa yang tuntas dan 3 siswa yang belum tuntas sehingga diperoleh ketuntasan
klasikal belajar mencapai target yang sudah ditentukan, dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2
Tes kemampuan berpikir kreatif Siswa Siklus II
Banyaknya siswa yang hadir 31
Banyak siswa yang tidak hadir -
Nilai total 2478,7
Nilai rata-rata 79,95
Nilai tertinggi 92
Nilai terendah 64,67
Banyaknya siswa yang tuntas 28
Banyaknya siswa yang tidak tuntas 3
Persentase ketuntasan klasikal (%) 90,32 %
Dari tabel di atas terlihat bahwa rata-rata nilai siswa adalah 80,94 dari 31
siswa yang mengikuti tes evaluasi, jumlah siswa yang tuntas adalah 28 dan
persentase ketuntasan klasikal sebesar 90,32 % dan jumlah siswa yang tidak tuntas
adalah 3 orang siswa atau 9,67%. Hal ini menandakan siswa sudah menguasai
materi sepenuhnya. Dalam hal ini dari siklus I sampai siklus II tingkat kreatifitas
12
matematika siswa sudah mengalami peningkatan. Hasil ini menunjukkan bahwa
ketuntasan belajar secara klasikal yaitu ≥ 85% sudah tercapai.
dan II
interpretasikan ke sekala lima terdapat tiga belas orang yang memenuhi kriteria
sangat kreatif, lima orang yang memenuhi kriteria kreatif, tujuh orang yang
memenuhi kriteria cukup kreatif, dan enam orang yang memenuhi kriteria kurang
kreatif pada siklus 1, sedangkan pada siklus II terdapat 28 orang yang memenuhi
kriteria sangat kreatif, 2 orang yang memenuhi kriteria kreatif. Dari hasil analisis
tes kemampuan berfikir kreatif siswa dapat disimpulkan bahwa dari siklus I dan II
Berdasarkan hasil penelitan dan analisis data yang dilakukan yang mengacu
pada tujuan penelitan ini, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran project based learning melalui Lesson Study dapat meningkatkan
kreatifitas matematika siswa SMAN I Labuhan Haji. Hal ini dapat dilihat dari hasil
evaluasi belajar siswa pada siklus I sampai siklus II terus mengalami peningkatan,
sehingga pada siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yang sudah ditentukan
sebelumnya. Kertercapaian tersebut dapat dilihat dari meningkatnya aktivitas
kegiatan guru, aktivitas siswa, aktivitas diskusi kelompok, respon siswa dan tes
kemampuan berpikir kreatif.
13
Berdasarkan hasil penelitan yang dilakukan, maka saran yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut:
alternatif yang dapat digunakan untuk mengajar, agar siswa dapat dengan
perlu digunakan adalah Lembar Kerja Proyek (LKP) yang disusun oleh guru
lebih baik karena menuntut kesiapan guru dalam mengajar dan membantu
yang di gunakan ini tidak hanya berupa foto akan tetapi alangkah lebih
menggunakkan video.
DAFTAR PUSTAKA
14
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=129165&val=1482
tanggal 3 Maret 2017.
Anisah Basleman. & Syamsu Mappa. (2011). Teori Belajar Orang Dewasa. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Badaruddin dan Esa Nur Wahyuni. (2009). Teori Belajar & Pembelajaran.
Jogjakarta: Ar-ruzz Media.
Benny A. Pribadi. (2009). Model Desain Sistem pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat
Dimas Sopan Sahid Satrio Utomod. (2015). Upaya Peningkatan Kreativitas Siswa
Pada Mata Pelajaran Muatan Lokal Batik Menggunakan Metode Project-
Based Learning Pada Siswa Kelas VIII G SMP N Ttrucuk Kabupaten Klaten.
Diunduh dari http://eprints.uny.ac.id/15838/1/Dimas%20Sopan%20Sahid
%20SU%2010207241008.pdf pada tanggal 23 Maret 2017.
15
Heris Hendriana & Utari Soemormo. (2014). Penilaian Pembelajaran Matematika.
Bandung: PT Refika Aditama.
Istamar Syamsuri & Ibrohim. (2011). Lesson Study (Studi Pembelajaran). Malang:
Universitas Negeri Malang (UM Press).
Herawati Susilo. dkk (2011). Lesoon study Berbasis Sekolah: Guru Konservatif
Menuju Guru Inovatif. Malang: Bayumedia Publishing.
16
Pesta E. S. dan Cecep Anwar . H. F. S. (2008). Matematika Aplikasi Jilid 3: Untuk
SMA dam MA Kelas XII Program Studi Ilmu Alam. Jakarta: Jape Press Media
Utama.
Suryosubroto. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah: Wawasan Baru
Beberapa metode Pendukung, dan Beberapa Komponen Layanan Khusus
(Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
Suyono dan Hariayanto. (2012). Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Yunus Abidin. (2016). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013.
Bandung: Refika Aditama.
17