Вы находитесь на странице: 1из 12

Paper of Research Result Seminar

AKTIVITAS EKSTRAK ANTIFUNGI ISOLAT AKTINOMISETES


SA E40 FS ASAL TANAH PERAKARAN MANGROVE SEGARA
ANAKAN, CILACAP TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR
PATOGEN TANAMAN
Silviyatun Ni’mah1, Dini Ryandini2, Endang Sri Purwati3
Pemrasaran1, Pembimbing I2, Pembimbing II2
Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
Email: silviyatun4869@gmail.com

Abstract

Actinomycetes are Gram positive bacteria that able to produce bioactive


compounds e.g antifungal compound. This research aims to know the inhibitory
activity of antifungal extract of actinomycetes against plant pathogenic fungi
(Fusarium sp., Rhizoctonia solani., Sclerotium rolfsii). This research used survey and
experimental methods by Factorial Completely Randomized Design with two factors,
i.e growth medium and incubation period. Each factor has three levels. Each
treatment was repeated 3 times. The independent variables were growth medium
SCN Broth (E1), ISP2 Broth (E3), ISP3 Broth (E3) and incubation period (7 days
(T7), 14 days (T14), 21 days (T21), while the dependent variable was the inhibitory
activity of antifungal extract against Fusarium sp., Rhizoctonia solani, and
Sclerotium rolfsii. The main parameter was the inhibitory zone wide of antifungal
extract against plant pathogenic fungi, dry biomass weight, and medium pH. The
supporting parameters were, zone wide of actinomycetes isolate against plant
pathogenic fungi, and Rf value of Thin Layer Chromatography (TLC). The data was
analyzed by Analysis of Variance (ANOVA) at 95% of confidence level, then
followed by Duncan's Multiple Range Test (DMRT). The result showed that 1 of 3
potential actinomycetes has the best capability in inhibiting the growth of pathogenic
fungi, i.e actinomycetes isolate E40 FS. The optimum incubation period in producing
antifungal compound was 21 days. The highest inhibitory zone wide showed by
treatment E1T21, with 4,57 mm against Fusarium sp., 4, 27 mm against Sclerotium
rolfsii, and 5,73 mm against Rhizoctonia solani. The characteristic of antifungal
extract has 3 fractions of bioactive compound with Rf value ranged to 0,70-0,85 in
the chloroform, ethyl acetate, and acetic acid solvents (5:3:1 v/v/v).

Keywords: actinomycetes, antifungal activity, Fusarium sp., Rhizoctonia solani,


Sclerotium rolfsii.

PENDAHULUAN merupakan tempat pertemuan antara


Keberadaan mikroba di dalam tanah dengan akar tumbuhan. Jumlah
tanah terutama dipengaruhi oleh sifat mikroba di daerah perakaran lebih
kimia dan fisika tanah. Struktur tanah banyak dibanding di tanah yang tidak
akan menentukan keberadaan oksigen terdapat perakaran, karena di daerah
dan lengas dalam tanah, sehingga hal perakaran terdapat nutrien-nutrien
ini akan membentuk lingkungan mikro seperti asam amino dan vitamin yang
dalam suatu struktur tanah. Mikroba diekskresikan oleh jaringan akar.
akan membentuk mikro koloni dalam Hutan mangrove Segara Anakan
struktur tanah tersebut (Anas, 1989). secara ekologis berfungsi sebagai
Menurut Rao (1994), rhizosfer tempat pemijahan (spawning ground),

1
dan mencari makan (feeding ground) bercabang-cabang, tidak berklorofil,
bagi berbagai jenis hewan seperti ikan, dinding selnya mengandung kitin,
udang dan makrobenthos (Moosa et selulosa, atau keduanya. Jamur ada
al., 1996). Pembusukan bahan organik yang dikenal sebagai jamur patogen
dan penambatan nitrogen yang bagi pertumbuhan tanaman,
disebabkan oleh adanya proses diantaranya, Fusarium, Rhizoctonia,
dekomposisi sisa vegetasi di kawasan dan Sclerotium (Semangun, 1996).
mangrove menyebabkan tingginya Salah satu metode pengendaliannya
kelimpahan Aktinomisetes di tanah adalah dengan menggunakan agensia
kawasan mangrove, salah satunya di biologis seperti jamur dan bakteri.
Segara Anakan. Hal tersebut Beberapa spesies bakteri seperti
dikarenakan mayoritas Aktinomisetes aktinomisetes mampu menghambat
merupakan saprofit tanah dan air pertumbuhan jamur patogen dengan
(Sunaryanto et al., 2009). cara memproduksi zat anti jamur
Karakteristik morfologi (antibiotika) dan enzim hidrolitik
aktinomisetes mempunyai struktur ekstraseluller seperti kitinase dan
hifa, termasuk dalam bakteri Gram selulase yang mampu mendegradasi
positif. Streptomyces, aktinomisetes dinding sel jamur patogen (Raharini et
yang telah banyak dipelajari, al., 2012).
mempunyai kandungan G+C tinggi, Berdasarkan uraian di atas
berkisar 51-70% (Putri & Nurkanto, maka aktinomisetes berpeluang
2016). Streptomyces dan sebagai agensia pengendali jamur
Micromonospora diketahui mampu pathogen tanaman. Tujuan penelitian
menghasilkan senyawa antifungi adalah mendapatkan isolat
(Sunaryanto et al., 2009). aktinomisetes yang mampu
Produksi senyawa metabolit menghambat jamur pathogen tanaman,
aktinomisetes dipengaruhi oleh bagaimana kemampuan
sumber nitrogen, komponen mineral, penghambatannya dan mengetahui
dan sumber karbon pada medium senyawa antijamur yang
pertumbuhannya. Produksi senyawa dihasilkannya.
metabolit juga dipengaruhi oleh laju
pertumbuhan isolat yang digunakan
(Lertcanawanichakul et al., 2015). METODE PENELITIAN
Senyawa antifungi atau senyawa Materi penelitian
antimikroba lainnya biasanya Materi yang digunakan dalam
dihasilkan pada awal fase stasioner penelitian adalah isolat aktinomisetes
dalam pertumbuhan mikroorganisme. SA E46-3, SA 25, dan SAE40FS
Umumnya selama 14-21 hari masa koleksi Laboratorium Mikrobiologi
inkubasi merupakan fase stasioner dari Fakultas Biologi Unsoed, isolat jamur
aktinomisetes (Mulyadi & Sulistyani, patogen Fusarium sp., R. solani, S.
2013). Evaluasi senyawa antifungi rolfsii, koleksi Laboratorium Mikologi
yang dihasilkan dapat diidentifikasi dan Fitopatologi Fakultas Biologi
menggunakan metode Kromatografi Unsoed, media Strach Casein Nitrate
Lapis Tipis (KLT) dengan melihat Agar (SCNA), Potato Dextrose Agar
besarnya nilai retention factor (Rf) (PDA), Strach Caseine Nitrate Broth
(Sajid et al., 2011). (SCNB), Yeast Extract Malt Extract
Jamur adalah organisme yang Broth (ISP 2), Oatmeal Broth (ISP 3),
sel-selnya berinti sejati (eukaryotic), etil asetat, alkohol 70%, spiritus,
biasanya berbentuk benang, akuades, pH universal, kertas saring
2
Whatman no. 41, TLC alumunium E3 = Ekstrak senyawa antifungi dari
sheet silica gel 60 F254 Merck, KOH kutur Oatmeal broth (ISP 3)
3%. Faktor kedua waktu inkubasi adalah :
Alat yang digunakan dalam T1 = Inkubasi 7 hari
penelitian ini adalah mikroskop, oven, T2 = Inkubasi 14 hari
autoklaf, Laminar Air Flow (LAF), T3 = Inkubasi 21 hari
timbangan analitik, microwave, hot Masing-masing perlakuan diulang 3
plate dan magnetic stirrer, corong kali. Variabel bebas berupa jenis
pemisah, termometer, pipet ukur dan medium isolat aktinomisetes dan masa
filler, pipet tetes, mikropipet dan tip, inkubasi, sedangkan variabel
microtube, Erlenmeyer, beaker glass, tergantungnya adalah aktivitas
object glass, cover glass, batang penghambatan dari ekstrak senyawa
drugalsky, cawan petri, botol sampel, antifungi terhadap Fusarium sp., R.
gelas ukur, tabung reaksi, rak tabung, solani, dan S. rolfsii. Parameter utama
lampu bunsen, spatula, batang yang diamati adalah lebar zona hambat
pengaduk, sprayer, jarum ose, lemari yang terbentuk oleh ekstrak senyawa
pendingin, pH universal, kamera, UV antifungi isolat aktinomisetes terpilih,
cabinet. dan parameter pendukung adalah
bobot kering biomassa, pH medium,
Lokasi dan Waktu Penelitian lebar zona hambat yang terbentuk oleh
Penelitian ini dilaksanakan di 3 isolat aktinomisetes terhadap
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Fusarium sp., R. solani, dan S. rolfsii,
Biologi Unsoed, pada bulan Juni- dan nilai Rf ekstrak senyawa antifungi
Oktober 2017.
Cara Kerja
Metode Penelitian Sterilisasi Alat dan Medium
Penelitian dilakukan secara Pertumbuhan (Novel et al, 2008)
survey dan eksperimental. Metode Alat-alat gelas dan media
survey dilakukan untuk menyeleksi pertumbuhan (SCNA, SCNB, PDA,
isolat aktinomisetes yang memiliki ISP 2, dan ISP 3) disterilisasi
kemampuan anti jamur terbaik, uji mengguna-kan autoklaf dengan suhu
KLT senyawa aktif. Penelitian 121oC (250oF) dan pada tekanan 2 atm
mengenai penghambatan ekstrak selama 15 menit.
senyawa antifungi isolat aktinomisetes
terhadap jamur patogen tanaman Peremajaan Isolat Aktino-misetes
dilakukan dengan metode dan jamur pathogen tanaman
eksperimental menggunakan (Sharma & parihar, 2010)
Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola Isolat aktinomisetes SA E46-3,
faktorial, yang terdiri atas dua faktor SA 25, dan SAE40FS diremajakan
yaitu jenis medium pertumbuhan dan pada medium SCNA miring. Kultivasi
waktu inkubasi, dengan masing- dilakukan selama 5-7 hari pada suhu
masing faktor terdiri atas tiga taraf. ruang. Rekultur isolat jamur patogen
Faktor pertama yang dicoba adalah : Fusarium sp., R. solani,, dan S. rolfsii
E1 = Ekstrak senyawa antifungi dari pada medium PDA di dalam cawan
kutur SCNB petri, diinkubasi selama 7x24 jam.
E2 = Ekstrak senyawa antifungi dari
kutur Yeast Extract Malt Extract Broth
(ISP 2)

3
Seleksi Isolat Aktinomisetes
Menghambat Pertumbuhan Jamur Produksi Senyawa Antifungi
Patogen Tanaman (Kang et al, Medium Fermentasi SCNB, ISP
2010) 2 broth, dan ISP 3 broth steril
Isolat aktinomisetes SA E46 -3, disiapkan sebanyak 100 ml dan
SA 25, dan SA E40 FS masing-masing dimasukkan dalam botol sampel
diinokulasikan pada bagian tengah ukuran 120 ml. Isolat aktinomisetes
cawan petri berisi medium SCNA terpilih sebanyak 6 plug masing-
dengan metode streak. Kemudian, masing diinokulasi-kan, selanjutnya
diinkubasi selama 7x24 jam. Setelah diinkubasi selama 21 hari dengan
itu, jamur patogen diambil tiga plug penggojogan menggunakan shaker
dengan diameter 4 mm dan diletakkan incubator dengan kecepatan 250 rpm
di sebelah sisi isolat aktinomisetes pada suhu 28oC.
dengan jarak dari tepi cawan 2 cm. Setiap selesai masa inkubasi
Selanjutnya, diinkubasi pada suhu dilakukan filtrasi, pengukuran pH
ruang. Zona hambat yang terbentuk medium, dan pengukuran bobot kering
diamati setiap 1x24 jam selama 3 hari. biomassa miselium. Pengukuran pH
medium dilakukan dengan
Karakterisasi Isolat Aktinomisetes menggunakan pH meter. Filtrasi
Terpilih (Sharma & Parihar, 2010) dilakukan dengan menyaring filtrat
Pengamatan Morfologi menggunakan kertas Whatman no.41
Pengamatan makromorfologi untuk memisahkan filtrat dengan
dilakukan dengan parameter koloni biomassa. Biomassa yang didapat
yang diamati meliputi: warna kemudian dikeringkan menggunakan
miselium aerial, warna miselium oven pada suhu 80oC selama 2 jam,
substrat, bentuk koloni, tepi koloni, kemudian dilakukan penghitungan
elevasi koloni, permukaan koloni dan bobot kering biomassanya
ukuran koloni. Pengamatan menggunakan rumus :
mikromorfologi dilakukan dengan cara Bobot Kering = Bobot akhir-bobot
mengamati tipe rantai spora awal
menggunakan mikroskop cahaya
dengan perbesaran 400 hingga 1000 Ekstraksi Senyawa Antifungi
kali dan mengamati sifat dinding sel Filtrat diekstraksi dengan pelarut
(sifat Gram). etil asetat (1:1, v/v), penggojogan
filtrat selama 2x10 menit sehingga
Pengamatan sifat biokimia antara filtrat dan pelarut terpisah dan
Pengamatan sifat biokimia yang didapatkan ekstrak. Ekstrak kemudian
dilakukan adalah sifat dinding sel atau diuapkan menggunakan rotatory
sifat Gram dengan KOH 3% (Powers, evaporator pada suhu 70oC.
E.M., 1995), uji oksidase (Atlas et al.,
1984), uji katalase (Atlas et al.,1984), Uji Penghambatan Ekstrak
uji Oksidatif-Fermentatif (Kismiyati, Senyawa Antifungi
2009), uji IMViC (Indol, Methyl Red, Pengujian dilakukan dengan cara
Voges Proskauer, Citrate) (Atlas, membuat sumuran pada bagian tengah
1984), Uji Penggunaan Sumber medium PDA. Sumuran kemudian,
Karbon dan Produksi Asam pada ditetesi ekstrak senyawa antifungi
raffinosa, mannosa, laktosa, arabinosa, sebanyak 100 µl. ekstrak dibiarkan
sukrosa, fruktosa, xylosa, dan maltosa. meresap pada medium uji.
(Charousova et al., 2016) Selanjutnya, isolat jamur patogen
4
tanaman diletakkan di tiga titik pada SAE40FS yang berpotensi
medium uji dengan jarak 2 cm dari menghambat pertumbuhan jamur
sisi cawan. Setelah itu, dilakukan patogen tanaman diperoleh isolat
inkubasi selama 2x24 jam. Lebar zona aktinomisetes SAE40FS (Gambar 1.),
hambat yang terbentuk diukur dan hal ini dapat diketahui dengan adanya
dihitung. hambatan pada pertumbuhan jamur
Lebar zona hambat = R1-R2/R1 patogen tanaman. Pertumbuhan pada
R1 = jari-jari koloni jamur yang jamur uji yang terhambat
berlawanan dengan pusat antagonis menunjukkan bahwa isolat SA E40 FS
R2 = jari-jari koloni jamur menuju mampu menghasilkan senyawa
pusat antagonis antifungi. Menurut Arifuzzaman et al.,
(2010) penentuan aktivitas
Karakterisasi Senyawa Antifungi penghambatan dapat diamati secara
(Prakash et al., 2013) kualitatif dengan memberi skor dari
Lempeng kromatografi diberi zona hambat yang terbentuk. Aktivitas
garis dan diberi penanda titik antifungi ditandai dengan
menggunakan pensil untuk pertumbuhan jamur patogen yang
menentukan titik awal dan titik akhir kurang baik.
jalannya senyawa Ekstrak kental Menurut Lahdenpera (2000),
senyawa antifungi (E1T21, E2T21, mekanisme penghambatan patogen
dan E3T21) sebanyak 10 µl masing- tanaman oleh Streptomyces yaitu, (1)
masing ditotolkan pada titik awal. melalui kompetisi yang terjadi di
Lempeng kemudian direndam dalam rhizosfer. Streptomyces mampu
eluen berupa campuran kloroform, etil menggunakan eksudat akar secara baik
asetat, dan asam asetat dengan untuk pertumbuhannya. (2)
perbandingan 5:3:1 hingga mencapai hiperparasitisme, kelompok
titik akhir. Lempeng diangkat dan Streptomyces mampu mempenetrasi
dikeringkan dalam oven pada suhu dinding miselium jamur patogen
80oC selama 10 menit. Lempeng Pythium, Rhizoctonia, dan Fusarium
kemudian diamati menggunakan alat oxysporum. Enzim pemecah dinding
UV cabinet. Spot yang terbentuk sel diperlukan dalam proses
diukur nilai Rfnya. hiperparasitisme.
Nilai Rf = jarak tempuh substansi/
SA E40 FS SA E40 FS SA E40 FS
jarak tempuh eluen

Analisis Data
Data hasil pengukuran aktivitas a b c
senyawa antifungi dianalisis dengan Gambar 1. Aktivitas penghambatan isolat
aktinomisetes SA E40 FS terhadap
metode Analysis of Variance pertumbuhan jamur patogen (a) Fusarium
(ANOVA) pada tingkat kepercayaan sp.,(b) Sclerotium rolfsii,(c) Rhizoctonia
solani
95%. Hasil uji ANOVA yang berbeda
nyata dilanjutkan dengan uji Duncan’s Isolat aktinomisetes SA E40 FS
Multiple Range Test (DMRT). Hasil mempunyai morfologi koloni berupa
karakterisasi dianalisis secara miselium substrat berwarna putih,
deskriptif. miselium aerial berwarna putih
keabuan, permukaan koloni berdebu
HASIL DAN PEMBAHASAN (powdery), bentuk koloni sirkuler, tepi
Hasil pengujian isolat koloni berbingkul (undulate), elevasi
aktinomisetes SAE46-3, SA25, dan koloni menonjol (raised), ukuran
5
koloni kurang lebih 3 mm (gambar 2). dapat mempengaruhi produksi dari
Morfologi sel yang dimiliki oleh isolat senyawa metabolit sekunder yang
ini diantaranya memiliki sifat Gram dihasilkan.
positif yang ditunjukkan dengan tidak Hasil uji IMVIC menunjukkan
terbentuknya lendir saat ditetesi KOH bahwa isolat E40 FS negatif terhadap
3%, bentuk rantai spora yang dimiliki uji ini. Menurut Tyagi et al., (2014)
oleh isolat ini adalah spiral. semua isolat Streptomyces tidak
memiliki hasil positif pada uji IMVIC.
Hasil uji katalase dan oksidase
menunjukkan hasil positif. Hasil ini
sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hasani et al., (2013)
a b
yang menyatakan bahwa Streptomyces
Gambar 2. (a) karakter kultur, (b)
morfologi koloni Isolat Aktinomistes
mampu menghasilkan enzim katalase
SA E40 FS dan sitokrom oksidase dalam
metabolismenya. Selain itu,
Menurut Holt et al., (2000), Streptomyces mampu mendegradasi
salah satu ciri khas genus lignin, adenin, gelatin, dan pati.
Streptomyces, adalah koloninya Isolat aktinomisetes SA E40 FS
diselimuti oleh miselium udara yang yang ditumbuhkan pada medium
bebas dan hifa yang dikelilingi oleh produksi SCNB (E1), ISP 2 (E2), dan
selubung (sheath) hidrofobik. ISP 3 (E3) diketahui dapat
Awalnya hifa berwarna putih, menghasilkan senyawa antifungi yang
kemudian saat mulai pembentukan dapat menghambat pertumbuhan
spora hifa berubah menjadi warna- jamur patogen tanaman. Pengujian
warna tertentu. Selanjutnya, koloni kemampuan isolat SA E40 FS
tampak memiliki serbuk di dilakukan dengan metode difusi,
permukaannya. Warna koloni menggunakan filtrat dan ekstrak
aktinomisetes berbeda-beda, karena senyawa antifungi. Hasil pengujian
perbedaan kandungan pigmen dalam secara difusi menunjukkan adanya
selnya (Susilowati, 2007). penghambatan dari ekstrak inkubasi
Hasil uji biokimiawi hari ke-21 (E1T21, E2T21, E3T21)
menunjukkan bahwa isolat SA E40 FS terhadap pertumbuhan jamur patogen
mempunyai sifat oksidatif dan tanaman. Berdasarkan pengujian yang
fermentatif, artinya isolat ini bersifat dilakukan diketahui bahwa E2T21
aerob fakultatif. Hasil uji penggunaan memiliki nilai penghambatan terbesar
sumber karbon dan produksi asam terhadap Fusarium sp., dengan lebar
pada isolate SA E40 FS menunjukkan pertumbuhan koloni yang terhambat
isolat ini mampu menggunakan karbon sebesar 4,67 mm, sedangkan ekstrak
yang disediakan yaitu, xylosa, yang menghambat pertumbuhan S.
raffinosa, mannosa, arabinosa, rolfsii dan R. solani terbesar dimiliki
fruktosa, sukrosa, ramnosa, dan oleh E1T21 dengan masing-masing
maltosa. Menurut Angustine et al., nilai hambatan 4,27 mm, dan 5,73 mm
(2005) Streptomyces dapat (Tabel 1 dan Gambar 3.).
menggunakan sumber karbon dari
berbagai jenis gula antara lain
dextrosa, fruktosa, laktosa, maltosa,
mannitol, ramnosa. Sumber karbon
yang dimaanfaatkan Streptomyces
6
Kombinasi Lebar Zona Hambat (mm)
Perlakuan
Fusarium R. solani S.
sp. rolfsii
E1T7 - -
E1T14 - - Tabel 2. Analisis Ragam (ANOVA) Uji Penghambatan
E1T21 4,67 5,73 4,27 Ekstrak Senyawa Antifungi Isolat Aktinomisetes SA
E2T7 - - - E40 FS terhadap Fusarium sp
E2T14 - - -
E2T21 3,87 3,43 3,2
E3T7 - - -
E3T14 - - -
E3T21 3,5 2,77 3,47
Tabel 1. Lebar Zona Hambat Ekstrak Antifungi Isolat Tabel 3. Analisis Ragam (ANOVA) Uji Penghambatan
Aktinomisetes SA E40 FS Terhadap Jamur Patogen Ekstrak Senyawa Antifungi Isolat Aktinomisetes SA
Tanaman E40 FS terhadap S. rolfsii

Hasil analisis ragam (ANOVA)


uji penghambatan ekstrak senyawa
antifungi isolat aktinomisetes terhadap
Fusarium sp. dan S. rolfsii
menunjukkan bahwa tidak adanya Tabel 4. Analisis Ragam (ANOVA) Uji Penghambatan
interaksi dari dua perlakuan yang Ekstrak Senyawa Antifungi Isolat Aktinomisetes SA
E40 FS terhadap R. solani
diujikan (Tabel 2, dan Tabel 3).
Berdasarkan hasil analisis yang
diperoleh hanya waktu inkubasi yang Penghambatan ekstrak senyawa
mempunyai pengaruh nyata terhadap antifungi isolat aktinomisetes terhadap
produksi senyawa antifungi dalam R. solani menunjukkan bahwa adanya
menghambat pertumbuhan jamur interaksi dari dua perlakuan yang
patogen tanaman, waktu inkubasi yang diujikan (Tabel 4). Berdasarkan hasil
optimal adalah hari ke-21. yang didapat senyawa antifungi yang
diproduksi pada medium SCNB dan
diinkubasi selama 21 hari mempunyai
pengaruh terhadap pertumbuhan R.
solani. Berdasarkan hasil ini, maka
hipotesis kedua ditolak.
Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan diketahui bahwa lebar
zona hambat yang dihasilkan masing-
masing ekstrak berbeda-beda. Hal ini
menunjukkan bahwa senyawa
antifungi yang dihasilkan mempunyai
mekanisme kerja yang berbeda
terhadap jamur uji. Menurut Pathania
Gambar 3. Zona Hambat Hasil Uji Ekstrak dan Brown (2008), antifungi akan
Senyawa Antifungi Isolat Aktinomisetes SA menunjukkan aktivitas toksisitas
E40 FS (a) E1T21, (b) E2T21, (c) E3T21
Terhadap (1) Fusarium sp., (2) S. rolfsii, (3) selektif dan berbeda pada tiap
R.solani. organisme. Perbedaan daya hambat
juga dapat disebabkan karena
antifungi yang dihasilkan memiliki
perbedaan susunan kimia. Mekanisme
dan letak kerja antifungi dapat
dipengaruhi oleh adanya perbedaan
7
antifungi yang dihasilkan dan susunan yang berfungsi sebagai sumber karbon
dari struktur kimianya. (Wulandari & Sulistyani, 2016).
Berdasarkan hasil penelitian Biomassa yang dihasilkan dari
diketahui pada inkubasi hari ke-7 dan berbagai waktu inkubasi mengalami
14 isolat aktinomisetes belum peningkatan, namun untuk nilai akhir
memproduksi senyawa antifungi. pH medium fermentasi cenderung
Senyawa antifungi dihasilkan pada fluktuatif (Tabel 4.8.). Menurut
hari ke-21 waktu inkubasi. Tarhan et al (2011), biomassa dan nilai
Berdasarkan penelitian pH medium fermentasi mempengaruhi
Lertcanawanichakul et al. (2015), produksi metabolit yang dihasilkan.
beberapa metabolit sekunder disintesis Semakin tinggi bobot biomassa yang
tidak pada waktu yang sama dan tidak dihasilkan, maka produksi senyawa
pada semua waktu inkubasi. Produksi metabolit pun semakin tinggi. Naik
senyawa metabolit dipengaruhi oleh turunnya pH medium fermentasi
laju pertumbuhan isolat yang dipengaruhi oleh aktivitas hidrolisis
digunakan. Senyawa antifungi atau senyawa-senyawa karbon yang
senyawa antimikroba lainnya biasanya menghasilkan asam-asam organik,
dihasilkan pada awal fase stasioner sehingga akan mempengaruhi nilai
dalam pertumbuhan mikroorganisme. akhir dari pH medium fermentasinya.
Fase stasioner merupakan fase disaat Menurut Ayari et al., (2016)
kondisi medium pertumbuhan telah perubahan nilai pH medium yang
kehabisan nutrisi dan terjadi terjadi dapat menginduksi
akumulasi zat sisa metabolisme yang terbentuknya substansi baru yang
bersifat toksik (Madigan et al., 2015). mempunyai pengaruh terhadap
Umumnya selama 14-21 hari masa produksi antibiotik ataupun antifungi.
inkubasi merupakan fase stasioner dari
aktinomisetes yang merupakan fase Inkubasi Biomassa Miselium Nilai pH Medium
Hari ke- (g/100 ml)
mikroorganisme menghasilkan E1 E2 E3 E1 E2 E3
metabolit sekunder diantaranya adalah 7 0,070 0,032 0,068 6,5 6,8 6,7
antibiotik dan pigmen (Mulyadi & 14 0,082 0,133 0,069 6,9 6,7 6,4
Sulistyani, 2013).
21 0,140 0,200 0,174 6,4 6,7 6,5
Berdasarkan hasil penelitian
yang diperoleh medium SCNB Tabel 5. Biomassa dan Nilai pH Medium Fermentasi
Isolat Aktinomisetes pada Medium dan
merupakan medium yang optimal Waktu Inkubasi Berbeda
dalam menghasilkan senyawa
antifungi. SCNB mempunyai
kandungan starch sebagai sumber
karbon, casein sebagai sumber
nitrogen, dan nitrate sebagai kofaktor.
Adanya komponen yang kompleks
pada medium SCNB ini menyebabkan
isolat aktinomisetes dapat
menghasilkan senyawa metabolit
sekunder dalam jumlah yang banyak.
Gambar 4. Histogram Biomassa Kultur Isolat Aktinomisetes
Medium ISP 2 mengandung yeast SA E40 FS Pada Medium dan Waktu Inkubasi
extract yang berfungsi sebagai sumber Berbeda Berdasarkan Berat Kering Miselium

nitrogen, dan adanya malt extract yang


berfungsi sebagai sumber karbon.
Medium ISP 3 mengandung oatmeal
8
Ekstrak kasar senyawa antifungi Nilai Rf ekstrak senyawa
c
isolat aktinomisetes dikarakterisasi antifungi isolat aktinomisetes yang
menggunakan metode KLT. Hasil dihasilkan berkisar dari 0,70 hingga
karakterisasi menggunakan lempeng 0,80 sehingga hipotesis yang ketiga
kromatografi berhasil memisahkan dapat diterima. Diduga salah satu
senyawa yang terkandung dalam fraksi memiliki aktivitas sebagai
ekstrak kasar. Terpisahnya senyawa senyawa antifungi. Menurut Ali
satu dengan yang lainnya ditandai (2009) karakterisasi secara parsial
dengan terbentuknya beberapa spot senyawa antifungi dari isolat terpilih
berwarna setelah dilihat menggunakan dapat menggunakan metode TLC-
sinar UV dengan panjang gelombang Bioautografi. Menurut Prakash et al.,
366 nm. Hasil yang diperoleh (2013) ekstrak kasar aktinomisetes
menunjukkan fraksi-fraksi senyawa (Streptomyces rochei MSA14)
aktif yang berbeda jaraknya terhadap dilakukan pemurnian secara parsial
origin spot (titik awal). Berdasarkan menggunakan TLC menunjukkan
perhitungan antara jarak spot yang beragam spot dari suatu senyawa aktif,
terbentuk terhadap jarak tempuh eluen, dengan nilai Rf antara 0,22 hingga
masing-masing ekstrak kasar 0,99. Faktor yang mempengaruhi
mempunyai jumlah fraksi yang sama keberhasilan KLT adalah sifat dari
dan nilai Rf yang relatif sama. Ekstrak penyerap dan derajat aktifitasnya,
E1T21 mempunyai 3 fraksi dengan tebal dan kerataan lapisan penyerap,
nilai Rf 0,78; 0,80; dan 0,84, ekstrak pelarut fase gerak, derajat kejenuhan,
E2T21 mempunyai 3 fraksi dengan jumlah cuplikan, konsentrasi senyawa,
nilai Rf 0,70; 0,78; dan 0,80, serta serta suhu dan kesetimbangan (Wall,
ekstrak E3T21 mempunyai 3 fraksi 2007).
dengan nilai Rf 0,70; 0,75; dan 0,82
(Gambar 4.7.).
KESIMPULAN DAN SARAN
Batas
Kesimpulan
eluen Kesimpulan pada penelitian ini
adalah :
1. Isolat aktinomisetes E40 FS asal
tanah perakaran mangrove Segara
Anakan Cilacap mempunyai
aktivitas antifungi terhadap
pertumbuhan jamur patogen
tanaman (Fusarium sp.,
Rhizoctonia solani, Sclerotium
rolfsii).
Origin spot 2. Waktu optimum isolat
c
a b aktinomisetes E40 FS dalam
menghasilkan senyawa antifungi
adalah 21 hari.
Gambar 5. Profil KLT pemisahan senyawa 3. Senyawa antifungi isolat
aktif dari ekstrak kasar isolat aktinomisetes
(a) E1T21, (b) E2T21, (c) E3T21 aktinomisetes E40 FS mempunyai
menggunakan fase gerak (eluen) kloroform, karakter nilai Rf antara 0,70 hingga
etil asetat, dan asam asetat (5:3:1 v/v) 0,84.

9
Saran Charousova, I., Javorekova, S., Medo,
Perlu dilakukan penelitian lebih J. dan Schade, R. 2016.
lanjut untuk mengetahui fraksi aktif Characteristic of Selected Soil
sebagai antifungi dengan metode Streptomycetes with
bioautografi, dan menentukan jenis Antimicrobial Potential Against
senyawa antifungi dengan Phytopathogenic Microorganism.
menggunakan metode HPLC. Journal of Microbiology,
Biotechnology and Food Sciences,
DAFTAR REFERENSI 5(1), pp. 64-68.
Hasani, Amin., Ashraf K., dan
Ali, A. 2009. Skrining dan Khosrow I. 2013. Streptomycetes:
Karakterisasi Parsial Senyawa Characteristics and Their
Antifungi dari Actinomycetes Antimicrobial Activities.
Asal Limbah Padat Sagu International Journal of Advanced
Terdekomposisi. Jurnal Berk. Biological and Biomedical
Penel. Hayati, 14:219-225 Research, 2(1), pp. 63-75
Holt, J.G., Krieg, N.R., Sneath,
Anas. 1989. Biologi Tanah dalam P.H.A., Staley, J.T., & Williams,
praktek. Bogor: Institut Pertanian S.T. 2000. Bergey’s Manual of
Bogor. Determinative Bacteriology 9th
Angustine, SK., Bhavsar SP., Edition. Lippincott Williams &
Kapadamis, BP. 2005. Production Wilkins, Philadelphia USA.
of Growth Dependent Metabolite Kang,M.J., Strap, J.L. dan Crawford.
Active Against Dermatophytes by 2010. Isolation and
Streptomyces rachei AK39.Indian Characterization of Potent
journal Medical Research, 121, Antifungal Strains of The
pp. 164-170. Streptomyces violaceusniger
Arifuzzaman, M., Khatun, M.R. dan Clade Active Against Candida
Rahman,H. 2010. Isolation and albicans, J. Inda Microbiol.
Screening of Actinomycetes from Biotechnol, 37 pp. 35-41.
Sundarbans Soil for Antibacterial Kavitha., M. Vijayalakshmi., P.
Activity. African Journal of Sudhakar., dan G. Narasimha.
Biotechnology, 9(29),pp. 4615- 2010. Screening of Actinomycete
4619. Strains for The Production of
Atlas, R.M., Brown, A.E., Dobra, Antifungal Metabolites. African
K.W., dan Miller, L. 1984. Journal of Microbiology
Experimental Microbiology. New Research, 4 (91), pp. 027-032.
York: Macmillan Publishing Kismiyati., Subekti, R., Yusuf,
Company. R.W.N., dan Kusdarwati, R. 2009.
Ayari, A., Morakchi, H., dan Djamila, Isolasi dan Identifikasi Bakteri
K.G. 2016. Isolation of Antifungal Gram Negatif pada Luka Ikan
Activity of Novel Marine Maskoki (Carassius auratus)
Actinomycete, Streptomyces sp. Akibat Infestasi Ektoparasit
AA13 Isolated from Sediments of Argulus sp. Jurnal Ilmiah
Lake Ougeria (Algeria) Against Perikanan dan Kelautan, 1(2), pp.
Candida albicans. African 129-134.
Journal of Microbiology Lahdenpera, M.L. 2000. How
Reseacrh, 10(6), pp. 156-171. Mycostop Acts in the Control of

10
Fungal Plant Disease. Verdera, 5, Microbiology, 61 (10), pp. 3756-
pp. 1-2. 3758.
Lertcanawanichakul, M., K. Pondet, Prakash, S., Ramasubburayan, R., P.
dan J. Kwanep. 2015. In Vitro Iyappraja., C. Kumar., C.J. Mary.,
Antimicrobial and Antioxidant A. Palavesam., dan G. Immanuel.
Activities of Bioactive 2013. Screening and Partial
Compounds (Secondary Purification of Antifungal
Metabolites) Extracted from Metaboliter from Streptomyces
Streptomyces lydicus A2. Journal rochei MSA14: an Isolate from
of Applied Pharmaceutical Marine Mining Soil of Southwest
Science, 5(02), pp. 17-21. Coast of India. Indian Journal of
Madigan, M.T., Martinko, J.M., Geo-Marine Sciences, 42(7), pp.
Bender, K.S., Buckley, D.H., 888-897.
& Stahl, D.A. 2015. Brock Putri, Ade Lia dan Nurkanto, A. 2016.
Biology of Microorganisms Keragaman Aktinomisetes Asal
14th Edition. Pearson Serasah, Sedimen, dan Tanah
Education, USA. Pulau Enggano, Bengkulu. Berita
Moosa, Kasim, D. Rokhmin, M. Biologi, 15(3), pp. 217-225.
Hutomo, S.S. Ismu, and S. Salim. Raharini, Aninda O., R. Kawuri., dan
1996. Indonesian Country Study K. Khalimi. 2012. Streptomyces
on Integrated Coastal and Marine sp. Sebagai Biokontrol Penyakit
Biodiversity Management. Layu pada Tanaman Cabai Merah
Ministry of State for Environment (Capsicum annuum L.) yang
Republic of Indonesia in Disebabkan Oleh Fusarium
coorporation with Directorate for oxysporum f.sp. capsici. Agrotrop,
Nature Management, Kingdom of 2(2), pp. 151-150.
Norway. Rao, N.S.S. 1994. Soil Microbiology,
Mulyadi., dan Sulistyani, N. 2013. Fourth Edition of Soil
Aktivitas Cairan Kultur 12 Isolat Microorganism and Plant
Actinomycetes Terhadap Bakteri Growth. USA: Science Publisher,
Resisten. Jurnal Kesmas, 7(2), pp. Inc.
55-122. Sajid, I., Shaaban, K.A. dan Hasnain,
Novel, S.S., Asri, P.W., dan Ratu, S. S. 2011. Identification, Isolation
2008. Praktikum Mikrobiologi and Optimization of Antifungal
Dasar. Jakarta: Erlangga Metabolites from the
Pathania, Ranjana., dan Eric D. Streptomyces malachitofuscus
Brown. 2008. Small and Lethal: CTF9. Brazilian Journal of
Searching for New Antibacterial Microbiology, 42, pp. 592-604.
Compounds With Novel Modes of Semangun. 1996. Pengantar Ilmu
Action. India: Departement of Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta:
Biotechnology, Indian Istitute of Gajah Mada University Perss.
Technology, Roorkee. Sharma, Harpreet dan Leena.P. 2010.
Powers, E.M. 1995. Fficacy of The Antifungal Activity of Extracts
Ryu Nonstaining KOH technique Obtained from Actinomycetes.
for rapidly Determining Gram Journal of Yeast and Fungal
Reactions of Food-Borne and Research, 1(10), pp. 197-200.
Waterborne Bacteria and Yeasts. Sunaryanto, R., Marwoto, B., Irawadi,
Applied and Environmental T. T., Mas’ud, Z.A., dan Hartoto,
L. 2009. Isolasi dan Penapisan
11
Aktinomisetes Laut Penghasil
Antimikroba. Jurnal Ilmu
Kelautan,14(2), pp. 98-101.
Susilowati, Dwi N., Ratih D. H., dan
Erny Y. 2007. Isolasi dan
Karakterisasi Aktinomisetes
Penghasil Antibakteri
Enteropatogen Escherichia coli
K1.1, Pseudomonas pseudomallei
02 05, dan Listeria
monocytogenes 5407. Jurnal
AgroBiogen, 3(1), pp. 15-23.
Tarhan, L., Kayah, H.A., Sazak, A., &
Sahin, N. 2011. The Correlation
Between TCA-Glyoxalate
Metabolite and Antibiotic
Production of Streptomyces sp.
M4018 Grown in Glycerol,
Glucose, and Starch Medium.
Journal of Appl. Biochem
Biotechnol, 165, pp. 318-337.
Tyagi, J., Bhatnagar, T., & Pandey, F.
2014. Isolation and
Characterization of
Actinomycetes from Soil and
Screening Their Antifungal
Activities. International Journal
of Life Sciences Research, 2(4) :
81-85.
Wall, P.E. 2007. Thin-Layer
Chromatography: A Modern
Practical Approach. United
Kingdom : Royal Society of
Chemistry.
Wulandari, Sabrina dan Sulistuyani.
2016. Pengaruh Media Terhadap
Pertumbuhan Isolat
Actinomycetes Kode AL35 Serta
Optimasi Produksi Metabolit
Antibakteri Berdasarkan Waktu
Fermentasi dan pH. Media
Farmasi, 13 (2), pp. 186-198.

12

Вам также может понравиться