Вы находитесь на странице: 1из 16

Sistem Pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pertahanan NKRI merupakan masalah bangsa Indonesia yang akan dilakukan dengan cara (Indonesia)
sendiri (yang spesifik), dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi obyektif bangsa dan
negara Indonesia, pandangan hidup bangsa dan budaya bangsa.

1.Umum

Pertahanan NKRI merupakan masalah bangsa Indonesia yang akan dilakukan dengan cara (Indonesia)
sendiri (yang spesifik), dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi obyektif bangsa dan
negara Indonesia, pandangan hidup bangsa dan budaya bangsa. Pertahanan Negara Indonesia
merupakan instrumen dari politik nasional, terutama politik keamanan nasional.

Perjuangan Bangsa Indonesia dalam merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan,


memberikan pengalaman sejarah yang sangat berharga bagi bangsa Indone¬sia dalam melaksanakan
perjuangan selanjutnya. Pengalaman sejarah perjuangan tersebut khususnya selama perang
kemerdekaan telah mewujudkan tradisi yang selanjutnya menjadi nilai penting sebagai dasar
penyelenggaraan pertahanan dan keamanan untuk melindungi segenap bangsa dari berbagai
kemungkinan ancaman baik yang bersifat kasar (ancaman militer) maupun yang halus (ancaman
terhadap pemikiran dan persepsi). Salah satu nilai tadi adalah "Perang Wilayah/Perang Rakyat
Semesta" (Perata) yang dirumuskan dalam Seminar Seskoad II pada Januari 1962 dan ditetapkan pada
Agustus 1966 dalam Seminar AD II sebagai Doktrin Perang Wilayah/Perang Rakyat Semesta.

Dalam rangka integrasi ABRI, pada Nopember 1966 Seminar Hankam menetapkan Doktrin
Hankamnas dan Doktrin Perjuangan ABRI "Catur Dharma Eka Karma" disingkat Cadek. Seminar
Hankam tersebut juga menghasilkan Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Hankamnas dan
Wawasan Nasional. Dengan Wawasan Nusantara ini ABRI tidak menonjolkan kepentingan suatu
matra dan kepentingan salah satu bidang perjuangan (politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam).
Sepanjang perjalanan sejarahnya doktrin Hankam selalu mengalami pengembangan. Pada tahun 1991
Cadek ditata kembali dan disesuaikan dengan perkiraan perkembangan masa mendatang, menjadi dua
doktrin yaitu: a. Doktrin "Pertahanan Keamanan Negara" sebagai Doktrin Dasar yang disahkan oleh
Menteri Pertahanan, dan b. Doktrin "Perjuangan TNI ABRI (Catur Dharma Eka Karma)", sebagai
Doktrin Induk yang disahkan oleh Pangab.

Di era reformasi berdasarkan UUD RI 1945 (Amandemen) Bab III Pasal 10, 11, 12 dan Bab XII Pasal
30 telah ditetapkan UU No. 3 tahun 2002. Sishankamrata diubah menjadi Sistem Pertahanan Semesta
(Sishanta). Selanjutnya mengacu pada UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan dan UU No. 34
Tahun 2004 tentang TNI Doktrin Perjuangan TNI ABRI Cadek diubah menjadi Doktrin TNI "Tri
Dharma Eka Karma" (Tridek).
Dewasa ini Sishankamrata yang bertumpu pada perlawanan teritorial mengundang tanggapan dari
kalangan masyarakat khususnya mereka yang meragukan relevansi Sishankamrata dengan TNI
sebagai kekuatan utama menghadapi tantangan di era globalisasi. Sebagai contoh dapat dikemukakan
beberapa isu yang dikemukakan pada Seminar "Democratic Total Defence" yang diselenggarakan
oleh beberapa LSM dengan Dephan RI pada tanggal 28 Agustus 2007 yang fokus bahasannya adalah
perbandingan penyelenggaraan Sistem Pertahanan Total di negara-negara demokratis. Isu-isu tersebut
antara lain sebagai berikut:

a.Gambaran tentang Sistem Pertahanan Total Indonesia.

b.Apakah Sistem Pertahanan Total di Indonesia telah memenuhi prinsip-prinsip demokrasi?

c.Apakah Sistem Pertahanan Total yang ada mampu mengatasi hakikat ancaman masa kini yang dapat
berupa ancaman konvensional atau ancaman lainnya (misalnya terorisme, kejahatan terorganisir, atau
ancaman lintas nasional lainnya)?

d.Dengan melihat berbagai implementasi Sistem Pertahanan Total di negara lain pelajaran apa yang
dapat diperoleh yang dapat diimplementasikan di Indonesia.

Beberapa isu lain yang sering dikemukakan para pemikir di bidang pertahanan NKRI antara lain
adalah:

a.Adanya kekhawatiran bahwa Komando Teritorial yang mendampingi Pemerintahan Sipil akan
digunakan tidak hanya untuk maksud penyelenggaraan pertahanan, tetapi juga sebagai tumpuan untuk
memperkuat pemerintahan yang berkuasa.

b.Apakah Sishankamrata dapat diimplementasikan? Padahal dalam jangka panjang kondisi TNI
sebagai kekuatan inti Sishankamrata jumlah dan kualitas pasukannya yang dapat dikatagorikan
profesional serta anggaran latihan, sistem senjata yang tergolong modern masih terbatas dan tidak
memadai dihadapkan pada luasnya posisi-posisi strategis yang harus dipertahankan di seluruh
Nusantara.

c.Apakah Sishankamrata masih relevan untuk dipertahankan sebagai konsep pertahanan NKRI? Atau
diambil konsep lain seperti yang dikehendaki oleh mereka yang terobsesi oleh sistem pertahanan
negara asing (adikuasa).

d.Menghadapi berbagai isu tersebut, dewasa ini diperlukan kejelasan bagaimana kehendak bangsa
dalam menjalankan pertahanan negara.

Tulisan hasil sarasehan Alumni Akmil ini diharapkan dapat menjawab berbagai pertanyaan tersebut
dan dapat pula memberikan pencerahan kepada generasi muda TNI untuk dijadikan bekal
pengabdiannya kepada Negara dan Bangsa dalam menghadapi berbagai tantangan di masa depan.

2.Landasan Filosofis dan Landasan Hukum


Indonesia merupakan negara hukum, oleh sebab itu untuk memenuhi aspek legalitas, sistem
pertahanan keamanan yang merupakan bagian dari sistem pemerintahan negara diselenggarakan
berdasarkan ketentuan perundang-undangan. Doktrin Hankamrata sebagai strategi dari Hankamnas
yang merupakan penjabaran dari Pancasila sebagai falsafah bangsa adalah doktrin dasar yang digali,
dikembangkan oleh TNI(AD) dari hasil pengalamannya dalam memperjuangkan, merebut dan
mengisi kemerdekaan NKRI yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Sebagai ajaran,
asas, prinsip serta konsep yang mendasar dan diyakini kebenarannya, berdasarkan hasil pemikiran
terbaik, doktrin ini mengalir dari pandangan hidup bangsa dan dikembangkan secara nalar dan
dinamis dengan pengalaman dan teori sehingga kebenarannya bersifat relatif hakiki dan berjangka
panjang. Oleh karena itu Doktrin Hankamrata harus menjiwai ketentuan perundang-undangan
penyelenggaraan pertahanan negara.

Meskipun ketentuan perundang-undangan pada hakikatnya merupakan bagian tak terpisahkan dari
daya rangkum doktrin, dan keduanya bersumber dari nilai-nilai falsafah, ajaran, dan konsep yang
terkandung pada Pembukaan UUD 1945, namun keduanya berkembang dengan sifat dan keberadaan
fungsional yang berbeda. Peraturan perundang-undangan mengalir dari Batang Tubuh UUD 1945
yang dijiwai oleh Pembukaannya, merupakan sumber hukum yang melahirkan berbagai ketentuan
hukum, sedangkan doktrin TNI(AD) mengalir dari nilai-nilai falsafi, ajaran, dan konsep yang
terkandung pada Pembukaan UUD 1945 yang melahirkan patokan, pegangan, pedoman, petunjuk.
Dengan kata lain, apabila ketentuan perundang-undangan memberikan kekuatan hukum terhadap
upaya-upaya dalam segenap dinamika tata kehidupan nasional sesuai doktrin, tetapi doktrin
memberikan panduan instrumental bagi proses mencapai sasaran. Seharusnya UU memberikan
kekuatan hukum pada pelaksanaan doktrin, tidak malahan membatasi ruang gerak dan menghambat
implementasi doktrin.

Di era reformasi ‘pesta-pora’ demokrasi yang kebablasan telah menghasilkan berbagai ketentuan
perundang-undangan di bidang Hankam yang mengalir dari Batang Tubuh UUD 1945 yang sudah
diamandemen sehingga mengandung pasal-pasal yang rawan distorsi terhadap nilai-nilai dasar/falsafi
yang terkandung dalam Pembukaannya. Di pihak lain, doktrin dasar dan doktrin induk pertahanan
dikembangkan dan dijabarkan oleh TNI berdasarkan nilai-nilai yang mendasari jatidiri bangsa yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945. Sebagai akibatnya ruang gerak TNI dalam upayanya untuk
mengimplementasikan Hankamrata akan selalu terkendala oleh berbagai ketentuan perundang-
undangan yang berlaku yang disusun berdasarkan nilai-nilai yang tidak sesuai dengan jatidiri bangsa,
terutama yang mengarah pada demokrasi liberal, individualisme dan kapitalisme.

Ketentuan perundang-undangan di bidang Hankam yang diberlakukan di era reformasi adalah:

a.UUD RI 1945 (Amandemen) BAB III Pasal 10, 11, 12 dan Bab XII Pasal 30;

b.UU No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara;

c.UU No. 34 tahun 2004 tentang TNI;


d.Keputusan Panglima TNI No. KEP/2/I/2007 tgl. 12 Januari 2007 tentang Tri Dharma Eka Karma
(Tridek).

3.Relevansi Sishankamrata Saat Ini

Sebagai landasan logis bagi pemahaman tentang Sishankamrata adalah persepsi yang komprehensif
bahwa sistem kehidupan berbangsa-bernegara mencakup berbagai dimensi yang fundamental dan
eksistensial seperti ideologi, ekonomi, politik, sosial, budaya serta pertahanan dan keamanan
(Hankam). Oleh karena bersifat saling terkait dan tidak dapat saling meniadakan (mutually exclusive)
tetapi justru saling komplementer dan interdependen, maka pembangunan dimensi-dimensi tersebut
harus digulirkan secara maksimal untuk mencapai hasil optimal dengan prinsip “saling mendukung
dan menguatkan”. Misalnya pembangunan politik dan ekonomi dapat berjalan baik manakala situasi
Hankamnas bersifat positif-kondusif. Sebaliknya, pembangunan Sishankamnas tidak mungkin
berjalan tanpa dukungan dimensi-dimensi lainnya.

Sishankamnas – sebagaimana sistem kehidupan bangsa lainnya (politik, ekonomi dan sebagainya) –
dibangun dan digerakkan untuk menunjang upaya pembangunan atau transformasi nasional menuju
tercapainya Cita-Cita/Tujuan Nasional. Untuk mencapai Tujuan Nasional (Tunas) tersebut terdapat
banyak aspek yang harus dilindungi, dijaga/dikawal dan diimplementasikan yakni berbagai
Kepentingan Nasional (Kepnas). Dengan apakah Kepnas dikawal, dilindungi dan diimplementasikan?
Jawabannya, dengan sistem kehidupan nasional (Sisnas), dan dalam konteks ini adalah Sishankamnas.
Pertanyaan berikutnya, bagaimakanakah Sishankamnas sebagai bagian integral dari Sisnas itu
didesain? Ada dua hal yang harus dijadikan bahan pertimbangan. Pertama, harus ada ada berbagai
instrumen bangsa yang memang perlu untuk digunakan dalam kerangka tersebut seperti falsafah
bangsa, falsafah bangsa tentang perang, politik luar negeri dan sebagainya. Kedua, harus dilakukan
penilaian (assesment) atau telah tajam terhadap lingkungan strategis (Lingstra) yang terus
berkembang secara dinamis termasuk mengikuti kemajuan Ilpengtek, yang darinya kita dapat
merumuskan potensi ancaman atau ancaman potensial terhadap bangsa-negara, seperti dipaparkan
pada bab-bab sebelumnya.

Menghadapi kondisi kehidupan bangsa yang memiliki sekian banyak ancaman potensial, niscaya
perlu pembangunan dan pengerahan total potensi dan kekuatan bangsa secara efektif. Dengan
demikian, Sishankamrata merupakan konsep dan doktrin yang tetap relevan dalam kehidupan bangsa
kita sebagai wadah, isi dan tata laku pertahanan nasional di masa depan dengan revisi nilai
instrumental agar tetap relevan dan kontekstual. Apalagi Sishan semacam ini juga dijadikan konsep
pertahanan di banyak negara maju seperti Swiss, Israel, Singapura, Prancis dan lain-lain.

Logika atau basis argumentasi Sihankamrata dapat digambarkan sekilas dengan mengacu pada
kebiasaan umum (habitus universal) dalam Rekayasa Sishan. Idealnya, sebuah negara memiliki
Sishan di mana kekuatan riil yang dimilikinya lebih unggul daripada kekuatan yang mengancam
(ancaman potensial). Jika belum dapat mencapai kekuatan ideal tersebut maka biasanya dibangun
aliansi dalam rangka memelihara balance of power. Namun bila hal itu pun tidak dapat dilakukan
maka tidak ada pilihan lain selain “Perang Rakyat”. Bagi Indonesia, membangun kekuatan ideal
masih jauh dari mungkin karena terhadang kendala anggaran. Untuk beraliansi membangun pakta
pertahanan pun tidak mungkin karena prinsip politik luar negeri yang bebas-aktif. Dengan demikian,
langkah realistis yang merupakan pilihan logis adalah Sishankamrata (total defence).

Memang, isu tentang relevansi Sishankamrata dengan dinamika perubahan situasi dan kondisi sudah
terjadi sejak lama. Disadari bahwa Doktrin memang harus berkembang sejalan dengan perkembangan
situasi dan kondisi khususnya perkembangan Ilpengtek, namun dari segi lain Sishankamrata yang
merupakan hakikat dari Doktrin Dasar Hankamnas dan dirumuskan berdasarkan pengalaman,
penghayatan para perumusnya yang langsung mengalami sendiri perjuangan TNI(AD) dalam
merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia yang diproklamasikan tanggal
17 Agustus 1945 tetap harus dipertahankan. Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta
merupakan pengembangan dari doktrin perang wilayah yang pertama kali dicetuskan pada seminar
Seskoad I pada Desember 1960. Dengan berpedoman pada pengalaman perang merebut,
mempertahankan dan mengisi kemerdekaan NKRI yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945,
setelah disesuaikan dengan kondisi baru dirumuskan Konsep Doktrin Perang Wilayah/Perang Rakyat
Semesta.

Seperti disinggung di atas, sesungguhnya strategi perang wilayah/perang rakyat semesta telah
dilaksanakan di berbagai negara, khususnya negara-negara dunia ketiga untuk menghadapi negara-
negara adikuasa yang pada umumnya memiliki keunggulan dalam sistem persenjataan dan
profesionalisme. Beberapa negara yang dijadikan acuan dalam perumusan hankamrata antara lain
adalah Yugoslavia1 yang pada Perang Dunia II, menggunakan pertahanan teritorial (territorial
defence) serta melakukan pertahanan rakyat semesta (total people’s defence) berhasil mengalahkan
tentara pendudukan fasis Jerman dan sekutu-sekutunya yang unggul dalam persenjataan dan
profesionalisme. Setelah invasi Sovyet ke Czechoslovakia tahun 1968, kepemimpinan Yugoslavia
mewaspadai ancaman yang sama sesewaktu dapat menjadi kenyataan terhadap Yugoslavia. Invasi
terhadap Czechoslovakia menunjukkan bahwa bala siap dari negara yang lemah tidak mungkin dapat
menghadapi serangan masif dari agresor yang secara kualitatif dan kuantitatif lebih unggul.
Berdasarkan pengalaman perjuangannya menghadapi Jerman, pada tahun 1969 Yugoslavia
menetapkan Undang-undang Pertahanan yang didasarkan pada Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat
Semesta.

Selain Yugoslavia, negara yang dijadikan acuan dalam perumusan Sistem Hankamrata adalah
Vietnam. Untuk itu TNI-AD pernah mengirimkan suatu misi militer ke Hanoi mempelajari sistem
pertahanan serta perlawanan rakyat sebagai bahan perbandingan.2 Dengan menggunakan pertahanan
teritorial, Vietnam melakukan perang rakyat semesta berhasil mengusir tentara pendudukan Perancis.
Dengan mengandalkan kekuatan rakyat, pada Mei 1954 pejuang Vietnam di bawah pimpinan Jenderal
Vo Nguyen Giap dengan transportasi yang sederhana (sepeda dan kuda) mengangkut artileri berat dan
artileri pertahanan udara melalui hutan lebat dimalam hari untuk menempati kedudukan di
pegunungan sekitar Dien Bhien Phu, kemudian menyerang dan mengusir tentara Perancis yang jauh
lebih unggul dalam teknologi dan persenjataan. Bahkan dengan melakukan Perang Rakyat Semesta
yang berkepanjangan (berlarut) dari tahun 1959 sampai tahun 1975, berkat kepemimpinan Ho Chi
Minh yang kharismatik, People's Army of Vietnam (PAVN) berhasil mengusir tentara AS yang jauh
unggul dalam persenjataan.
Di era globalisasi dimana hakekat ancaman telah berkembang menjadi multidimensi mencakup semua
bidang kehidupan bangsa (Ipoleksosbudhankam), baik yang bersifat kasar (ancaman militer) maupun
yang halus (ancaman terhadap pemikiran dan persepsi). Oleh sebab itu maka kekuatan yang
dikembangkan untuk menghadapi ancaman tersebut juga harus mempunyai kemampuan yang multi
demensi pula, tidak hanya berupa kemampuan militer (Sistek), tetapi juga juga kemampuan non-
militer (Sissos) yang melibatkan seluruh potensi bangsa, baik fisik maupun psikis.

Beberapa contoh perang terkini yang menjadi bukti keberhasilan Sishanrata antara lain adalah:

a.Serangan masif yang dilakukan oleh tentara AS yang dilakukan untuk menangkap pemimpin
pemberontak Somalia ternyata gagal, bahkan tentara AS yang unggul dalam persenjataan dan
profesionalisme itu harus ditarik mundur karena besarnya korban dan kerugian yang dialami.

b.Pasukan AS tidak dapat mentuntaskan hasil serangannya ke Irak, bahkan korban besar terus
berjatuhan. Korban tentara AS yang tewas dalam perang Irak dewasa ini telah mendekati angka 3000
orang sebagian besar justru terjadi setelah Saddam Hussein tertangkap. Bahkan dewasa ini Pemerintah
AS dibayangi kegagalan tujuan invasinya ke Irak karena ketidaksanggupannya mengatasi kekacauan
yang terus terjadi.

c.Meskipun pasukan NATO berhasil meruntuhkan pemerintahan Taliban di Afghanistan namun sisa-
sisa pasukan Taliban masih tetap aktif dan merupakan ancaman aktual bagi pasukan NATO di
Afganistan. Bahkan Afganistan berpotensi untuk perang saudara kembali apabila pasukan NATO
ditarik dari Afganistan.

d.Meskipun politis Rusia tetap menguasai Chechnya tetapi gangguan dari gerilyawan Chechnya yang
mengakibatkan korban-korban yang besar di pihak pasukan Rusia terus terjadi.

e.Kekuatan bersenjata Palestina dari segi persenjataan dan profesionalisme militer (Sistek), kalah jauh
dari kekuatan bersenjata Israel, namun perlawanan rakyat semesta Palestina yang berupa gerakan
Intifada (Sissos) masih menyulitkan Israel dalam mengendalikan wilayah Palestina di West Bank dan
Gaza Strip. Di samping korban fisik, dari aspek ekonomi, gerakan intifada yang berupa
ketidakpatuhan masyarakat terhadap hukum penjajah, pemogokan umum, grafitti, barikade di jalanan,
dan pelemparan batu dalam demonstrasi oleh para pemuda serta boikot terhadap industri mikro,
industri jasa dan pariwisata telah menimbulkan kerugian dalam jumlah yang besar di pihak Israel.

Contoh-contoh tersebut di atas membuktikan bahwa keunggulan persenjataan dan profesionalisme


bukan satu-satunya faktor penentu kemenangan. Pengalaman menunjukkan bahwa ternyata
keunggulan teknologi persenjataan dan profesionalisme dapat diimbangi oleh strategi perlawanan
rakyat semesta yang dilengkapi dengan patriotisme, daya juang dan semangat tidak mengenal
menyerah serta taktik dan strategi yang tepat dan cerdik. Menghadapi kenyataan tersebut di atas, bagi
Indonesia yang dalam jangka pendek masih belum mampu mengembangkan sistek yang modern
mengungguli negara-negara adidaya, bahkan negara-negara jiran, doktrin Hankamrata bukan hanya
relevan, tetapi telah diyakini oleh TNI kebenarannya.
Sishankamrata erat kaitannya dengan jatidiri TNI sebagai kekuatan utama. Bahwa pengalaman TNI
dengan ke-khas-an jatidirinya dalam merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan secara
bersamaan telah melahirkan suatu sistem pertahanan yang sesuai dengan kondisi geografi, demografi
dan budaya bangsa Indonesia yang dikenal dengan Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta
(Hankamrata). Dengan demikian maka pada dasarnya antara jatidiri TNI dengan doktrin Hankamrata
terdapat kaitan timbal balik yang erat, karena doktrin Hankamrata disusun dengan memperhatikan
jatidiri TNI sebagai komponen utama sistem, dan sebaliknya keberhasilan doktrin Hankamrata
tergantung kepada kadar komitmen TNI terhadap jatidirinya sebagai tentara rakyat, tentara pejuang,
tentara nasional dan tentara profesional.

Oleh sebab itu maka Sishankamrata yang dilaksanakan melalui Sistem Perang Berlarut yang
mengkombinasikan penggunaan Sistem Senjata Teknologi (Sistek) didukung oleh sikap politik
seluruh rakyat yang anti agressor sebagai Sissos, diyakini mempunyai prospek untuk dapat digunakan
menghadapi musuh yang kuat yang berhasil menduduki bagian-bagian tertentu dari wilayah darat
NKRI.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang

Perkembangan manusia di abad ke-21 ini sangatlah cepat dan kompleks.Berbagai pembangunan yang
dilakukan oleh negara-negara besar telah mendorong beragam kemajuan pada negara-negara dunia
ketiga.Perkembangan ini ternyata tidak saja didominasi oleh bidang tehnologi saja,melainkan juga
diiringi oleh berbagai kemajuan disegala bidang kehidupan masyarakat global. Kemajuan-kemajuan
tersebut diyakini akan selalu mengalami perkembangan kearah yang lebih modern dan akan
melibatkan seluruh negara-negara didunia tanpa terkecuali. Kondisi yang dialami dunia secara global
ini berdampak kepada pentingnya pelayanan negara kepada rakyatnya.Di Indonesia sendiri, tujuan
negara tercantum jelas pada pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.Karenanya negara membuat sebuah sistem pemerintahan
negara yang bertujuan untuk mewujudkan tujuan negara secara keseluruhan dan berkesinambungan
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Negara Indonesia mengenal sistem trias Politica melalui implementasi pemisahan kekuasaan
pemerintahan yang terdiri dari kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif ,dan kekuasaan
yudikatif.Fungsi-fungsi kekuasaan inilah yang menjalankan roda negara agar dapat mewujudkan
tujuan negara Indonesia.Hal yang paling mendasar adalah bagaimana cara negara memberikan
perlindungan dan meningkatkan kesejahteraan dari seluruh warga negara Indonesia.Karena sebagai
salah satu negara dengan jumlah penduduk yang besar,peran negara dalam memberikan perlindungan
dan kesejahteraan sangatlah mutlak diperlukan.

Sebelum runtuhnya rezim orde baru,Indonesia mengenal adanya Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia (ABRI) sebagai fungsi pertahanan negara (National Defence) yang mencangkup fungsi
Kamdagri serta Kamtibmas. Dapat kita lihat pada UU No.2 tahun 1988 tentang Prajurit Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia bahwa komponen ABRI terdiri dari prajurit TNI AD,prajurit TNI
AL,prajurit TNI AU dan prajurit Kepolisian Negara Republik Indonesia (Pasal 2 ayat 2). Situasi ini
mendorong terjadi dwifungsi ABRI sebagai kekuatan pertahanan keamanan negara dan kekuatan
sosial politik, yang berujung pada terciptanya penyalahgunaan kekuasaan dan kewenangan dalam
segala bidang kehidupan negara oleh ABRI.Paradigma orde baru telah menjadi saksi sejarah
bagaimana peran ABRI yang telah menjadi sebuah kekuatan tunggal yang memberikan efek negatif
bagi kehidupan bernegara.

Pasca reformasi 1998,negara mulai menyadari betapa pentingnya memisahkan fungsi pertahan negara
dengan fungsi kamtibmas dengan tanpa mengurangi arti Keamanan Nasional secara utuh.Tidak bisa
dipungkiri bahwa peran dan tugas TNI dan Polri sangatlah berbeda dan memiliki koridor pemahaman
sendiri-sendiri.TNI sebagai fungsi National Defence dan Polri sebagai pengemban tugas Internal
Security harus dipisahkan agar dapat mewujudkan tujuan negara dalam memberikan perlindungan
serta memajukan kesejahteraan umum.

B. Rumusan Masalah

1. Apa peran TNI dan POLRI dalam HANKAM?

2. Bagaimana kekuatan TNI dan polri saat ini?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian HANKAMNAS

HANKAM adalah singkatan dari Pertahanan dan Keamanan.Pertahanan adalah upaya untuk
menegakkan kedaulatan Negara,mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman militer serta ancaamaan bersenjata terhadap
keutuhan bangsa dan Negara serta tugas lain yang berkaitan dengan fungsinya sebagai aparat
pertahanan.Sedangkan keamanan adalah upaya penegakkan hukum,menjaga ketertiban
masyarakat,melindungi keselamatan dan ketentraman serta ketertiban hidup anggota masyarakat.

Pertahanan Negara di bagi atas dua jenis yaitu pertahanan militer dan pertahanan non
militer.Pertahanan militer merupakan kekuatan utama pertahanan Negara yang di bangun dan di
persiapkan untuk menghadapi ancaman militer,tersusun dalam komponen utama serta komponen
cadangan dan komponen pendukung.Pendayagunaan lapis pertahanan militer di wujudkan dalam
penyelenggaraan operasi militer,baik dalam bentuk operaasi militer perang (OMP) maupun operasi
militer selain perang (OMSP).Sedangkan pertahanan nonmiliter disebut juga dengaan pertahanan
nirmiliter merupakan kekuatan pertahanan Negara yang dibangun dalam kerangka pembangunan
nasionl untuk mencapai kesejahtraaaan nasional dan dipersiapkan untuk menghadapi ancaman
nirmiliter..Lapis pertahanan nirmiliter tersusun dalam fungsi keamanan untuk keselamatan umum
yang mencakup penanganan bencana alam dan operasi kemanusiaan lainnya,social
budaya,ekonomi,psikologi pertahanan,yang pada intinya berkaitan dengan pemikiran kesadaran bela
Negara,dan pengembangan tekhnologi.

B. Peran,fungsi dan tugas TNI - POLRI

1. Peran,fungsi dan tuhas TNI

a. Peran TNI

TNI berperan sebagai alat negara di bidang pertahanan yang dalam menjalankan tugasnya
berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara.

b. Fungsi TNI

(1) TNI sebagai alat pertahanan negara, berfungsi sebagai;

a) penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata dari luar dan dalam
negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa;

b) penindak terhadap setiap bentuk ancaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a; dan

c) pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu akibat kekacauan keamanan.

(2) Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), TNI merupakan komponen
utama sistem pertahanan negara.

c. Tugas TNI

(1) Tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.

(2) Tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan:

a. operasi militer untuk perang;

b. operasi militer selain perang, yaitu untuk:

1) Mengatasi gerakan separatis bersenjata;

2) Mengatasi pemberontakan bersenjata;

3) Mengatasi aksi terorisme;

4) Mengamankan wilayah perbatasan;

5) Mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis;

6) Melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negeri;

7) Mengamankan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya;

8) Memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai dengan
sistem pertahanan semesta;
9) Membantu tugas pemerintahan di daerah;

10) Membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan dan ketertiban
masyarakat yang diatur dalam undang-undang;

11) Membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala negara dan perwakilan pemerintah asing
yang sedang berada di Indonesia;

12) Membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan pemberian bantuan
kemanusiaan;

13) Membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (search and rescue); serta

14) Membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan,
perompakan dan penyelundupan.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan berdasarkan kebija (3) Ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan berdasarkan kebijakan dan keputusan politik
Negara.

2. Peran ,fungsi dan tugas POLRI

peran dan fungsi kepolisian suatu Negara selalu berkembang dari waktu kewaktu.Perkembangannya
itu dipengaruhi oleh banyak hal.Beberapa diantaranyaadalah lingkungan, politik, ketatanegaraan,
ekonomi maupun social budaya.Begitu pula dengan tugas, peran dan fungsi kepolisian Negara
Republik Indonesia(Polri). Dari masa berdirinya Polri sebagaimana disyahkan dalam Undang ±
Undang Dasar (UUD)tanggal 18 Agustus 1945 sampai dengan sekarang, tugas, peran dan fungsinya
mengalami perkembangan. Apabila dahulu pada masa awaldisyahkannya kepolisian nasional
disamping melaksanakan tugas rutin kepolisian juga secara aktif ikut dalam perang mempertahankan
kemerdekaan, maka padasaat sekarang ini berdasarkan Undang ± Undang No 2 tahun 2002
Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalammemelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, sertamemberikan perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalamrangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.

Tugas, peran dan fungsi Polri sejak masa berdirinya sebagaimana disyahkandalam Undang - Undang
Dasar (UUD) tanggal 19 Agustus 1945 sampai dengansekarangmengalami perkembangan.
Perkembangan tersebut dapat dilihat dariketentuan Undang - Undang yang mengatur tentang
Polri,sebagai berikut:

a. Undang Undang No 13 tahun 1961 tentang ketentuan -ketentuan pokok Kepolisian Negara.

Pasal 1, berbunyi :

(1)
1) Kepolisian Negara Republik Indonesia, selanjutnya bertugasmemelihara keamanan di dalam
negeri.

2) Kepolisian Negara dalam menjalankan tugasnya selalu menjunjung tinggihak-hak azasi rakyat
dan hukum negara.Pasal 2Dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam pasal 1 maka Kepolisian
Negara mempunyai tugas:

a) Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum.

b) Mencegah dan memberantas menjalarnya penyakit-penyakitmasyarakat.

c) Memelihara keselamatan negara terhadap gangguan dari dalam.

d) Memelihara keselamatan orang, benda dan masyarakattermasuk memberi perlindungan dan


pertolongan.

e) Mengusahakan ketaatan warga negara dan masyarakat terhadap peraturan-peraturan negara.

(2) Dalam bidang peradilan mengadakan penyidikan atas kejahatan dan pelanggaran menurut
ketentuan-ketentuan dalam undang-undangHukum Acara Pidana dan lain-lain peraturan Negara.

Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjagakeamanan dan
ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi,melayani masyarakat serta menegakkan
hukum.

b. Ketetapan MPR RI NO. VI/MPR/2000 tentang Pemisahan TNI danKepolisian Negara Republik
Indonesia.

Pasal 2 ayat (2) :Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah alat negara yang berperandalam
memelihara keamanan.

c. Ketetapan MPR RI NO. VII/MPR/2000 tentang Peran TNI dan peranKepolisian Negara
Republik Indonesia.

Pasal6 :

(1) Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat,menegakkan hukum, memberikan pengayoman dan pelayanan
kepadamasyarakat.

(2) Dalam menjalankan perannya, Kepolisian Negara Republik Indonesiawajib memiliki keahlian
dan keterampilan secara professional.

d. Undang -Undang No 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Pasal 2: Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara dibidang pemeliharaan
keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan
kepada masyarakat.
Pasal 3:

(1) Pengemban fungsi kepolisian adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dibantu oleh.

a. Kepolisian khusus.

b. Penyidik pegawai negeri sipil dan/atauc.

(2) Pengemban fungsi kepolisian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, b dan c
melaksanakan fungsi kepolisian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar
hukumnya masing-masing.Pasal 5(1) Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara
yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,menegakkan hukum, serta
memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
terpeliharanya keamanandalam negeri.(2) Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah Kepolisian
Nasional yangmerupakan satu kesatuan dalam melaksanakan peran sebagaimanadimaksud dalam ayat
(1).Pasal 13Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:

a.Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.

b.Menegakkan hukum, dan

c.Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepadamasyarakat.Pasal 14(1) Dalam


melaksanakan tugas pokok sebagaiman dimaksud dalam Pasal 13,Kepolisian Negara Republik
Indonesia bertugas :

a. Melaksanakan pengaturan penjagaan, pengawalan dan patroli terhadapkegiatan masyarakat dan


pemerintah sesuai kebutuhan.

b. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban,dan kelancaran lalu


lintas di jalan.

c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,kesadaran hukum masyarakat


serta ketaatan warga masyarakat terhadaphukum dan peratuaran perundang-undangan.

d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional.

e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum.

f. Melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadapkepolisian khusus, penyidik


pegawai negeri sipil dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.

g. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidanasesuai dengan hukum acara
pidana dan peraturan perundang-undanganlainnya

.h. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,laboratorium forensik dan


psikologi kepolisian untuk kepentingan tugaskepolisian.

i.Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda , masyarakat danlingkungan hidup dari gangguan
ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung
tinggi hak asasimanusia.

j. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelumditangani oleh instansi dan/atau
pihak yang berwenang.
k. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannyadalam lingkup tugas
kepolisian sertal.Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.(2). Tata cara
pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf f diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.

C. Kondisi kekuata HANKAM Indonesia.

Kekuatan militer TNI ,masih di segani secara umum di dunia dan khususnya di kawasan ASEAN.Hal
ini ditandai dengan masuknya TNI dalam peringkat ke-18 kekuatan militer dunia versi Global
Firepower yang menggunakan 45 variabel perhitungan.Urutan 10 besar kekuatan militer dunia,
menurut lembaga Global Firepower, ditempati Amerika Serikat, Rusia, China, India, Inggris, Turki,
Korea Selatan, Perancis, Jepang, dan Israel.Di tingkat ASEAN, TNI menempati posisi teratas, diikuti
Thailand (ke-19), Filipina (ke-23), Malaysia (ke-27), dan Singapura (ke-41). Italia menempati urutan
ke-17, Taiwan berada pada urutan ke-14, dan Australia pada urutan ke-24.

Berikut data kekuatan militer Indonesia:

1. Kekuatan Personil (Personnel)

Dengan dukungan jumlah penduduk yang paling besar, Indonesia nampaknya cukup unggul untuk
menopang kekuatan personil. Hal ini terlihat di seluruh sub personil berselisih cukup signifikan
dengan negara-negara tetangga. Indonesia masih memiliki peluang yang cukup besar untuk
mewujudkan bentuk perang gerilya, termasuk pertempuran kota, apabila pertahanan terluar berhasil
ditembus dan dikuasai musuh.

2. Kekuatan Udara (Air Power)

Ada 3 sub kekuatan udara, yaitu total pesawat militer (seluruh jenis pesawat militer), jumlah
helikopter, dan lapangan udara. Berdasarkan banyak pesawat militer, Thailand terlihat lebih unggul
dengan jumlah pesawat militer yang mencapai 913 unit. Thailand pun cukup unggul untuk jumlah
helikopter yang paling banyak, yaitu 443 unit. Indonesia bisa dikatakan cukup unggul dengan
memiliki lebih banyak lapangan udara yang berfungsi sebagai pangkalan militer atau dapat
difungsikan menjadi pangkalan militer. Deskrispi mengenai kekuatan udara masih terlalu abstrak,
karena pesawat militer itu sendiri terdiri atas pesawat tempur, pesawat pembom atau pesawat terpedo,
pesawat pengintai, dan pesawat transport. Indikator yang dituliskan pun masih memungkinkan bias
dalam memberikan gambaran kekuatan udara.

3. Kekuatan Darat (Land Army)

Ada 10 kunci dalam mengukur/mengetahui (potensi) kekuatan darat dalam suatu pertempuran. Di
dalamnya berisikan keseluruhan bentuk sistem persenjataan darat, termasuk kendaraan logistik.
Keseluruhannya akan sangat dibutuhkan dalam pertempuran darat yang akan menghadapi musuh
darat maupun musuh dari udara. Uniknya, Singapura yang merupakan negara dengan luas wilayah
paling kecil justru cukup dominan memiliki unsur-unsur kekuatan darat, kecuali untuk kendaraan
logistik (logistical vehicles). Banyaknya kendaraan logistik yang dimiliki Australia berkaitan dengan
fungsi militer Australia yang sering dimanfaatkan untuk pasukan perdamaian (PBB) dan tidak tertutup
kemungkinan difungsingkan untuk keperluan dukungan operasi ofensif. Indonesia yang memiliki
banyak pulau dengan total luas nomor dua setelah Australia justru terlihat kurang serius memperkuat
kekuatan darat. Lihat saja, sekalipun Malaysia memiliki jumlah tank lebih sedikit dari Indonesia,
tetapi Malaysia memiliki senjata anti tank jauh lebih banyak dan lebih moderen.

4. Kekuatan Laut (Naval Power)

Kekuatan laut menjadi kunci atas setiap kemenangan pertempuran yang menentukan jalannya sejarah.
Ada 10 unsur yang membentuk kekuatan laut menurut versi GFP seperti yang dilihat pada gambar di
bawah. Sebagai negara kepulauan terbesar dengan luas wilayah laut paling besar di Asia Tenggara,
Indonesia nampaknya justru tidak memiliki keunggulan yang signifikan. Jumlah kapal pengangkut
militer (merchant marine) masih di bawah Singapura. Jumlah kapal militernya (total navy ships) pun
masih dibawah Thailand. Indikator di sini memang masih terlalu abstrak, karena kekuatan kapal selam
(submarines) Indonesia merupakan kapal perang teknologi 1980 yang telah diremajakan. Lain
ceritanya dengan kapal selam milik Malaysia yang dibeli pada tahun 2000an. Filipina bisa dikatakan
cukup unggul dalam patroli laut/perairan dengan dukungan 128 kapal patroli laut (patrol craft).
Australia terlihat lebih unggul untuk melakukan serangan laut jarak jauh dengan dukungan 12 kapal
perang jenis fregat dan 8 kapal pendaratan amfibi. Sekali lagi, angka-angka di atas masih terlalu
abstrak, karena saat ini sudah ada masuk kapal perang generasi terbaru yagn seharusnya dipisahkan
berdasarkan aspek teknologinya.

5. Kekuatan Logistik (Logistical)

Kekuatan logistik yang dimasukkan ke dalam daftar berikut ini merupakan segala bentuk sumber daya
yang dengan segera dapat dipersiapkan untuk mendukung pertempuran langsung. Indonesia bisa
dikatakan memiliki keunggulan dalam aspek kekuatan logistik dengan melihat banyaknya angkatan
kerja (labor force) yang paling tinggi. Panjang akses jalan raya maupun kereta api tidak selalu
signifikan ukuran yang terlihat, karena tergantung dengan luas wilayah dan kondisi pulau atau
kepulauan. Dengan memiliki kekuatan angkatan kerja yang dapat difungsikan menjadi militer atau
paramiliter, setidaknya Indonesia masih akan memiliki kekuatan untuk melakukan strategi gerilya dan
perang perkotaan yang paling sulit, ketika musuh telah masuk menembus ruang wilayah pertahanan di
daratan.

6. Kekuatan Sumber Daya Alam (Resources)

Setiap pertempuran akan membutuhkan sumber daya alam (energi), terutama untuk keperluan
kebutuhan masyarakat sehari-hari. Situasi perang akan menyebabkan orientasi pemenuhan kebutuhan
energi bagi masyarakat sipil akan dialihkan untuk keperluan militer. Di sinilah salah satu kunci
kekuatan dalam pertempuran, yaitu kekuatan negara dalam menguasai sumber daya alamnya.
Australia terlihat memiliki keunggulan dari aspek penguasaan sumber daya alam. Dengan cadangan
minyak bumi (proven reserves) sebanyak 3,3 miliar barel dan jumlah penduduk sekitar 22 juta jiwa,
Australia masih memungkinkan bertahan cukup lama dalam kondisi perang dengan ketersediaan
minyak di dalam negerinya. Sekalipun Indonesia dikatakan memiliki paling banyak cadangan minyak,
tetapi jumlah penduduknya pun cukup besar, yaitu mencapai di atas 240 juta jiwa dengan konsumsi
per hari di atas 1 juta barel. Data mengenai minyak bumi di sini tidak sepenuhnya valid, tetapi
setidaknya menggambarkan kemampuan bertahan suatu negara dalam kondisi perang.

7. Kekuatan Finansial (Financial)

Perang ataupun persiapannya membutuhkan biaya yang tidak sedikit, serta membutuhkan kemampuan
pengelolaan keuangan nasional yang memadai. Ada 3 unsur di dalam kekuatan finansial, yaitu
anggaran pertahanan (defense budget), cadangan devisa dan emas (reserve of foreign exchange and
gold), dan kemampuan pembayaran (purchasing power). Unsur yang paling perlu dipehatikan adalah
cadangan devisa dan belanja pertahanan. Dari dua unsur tadi, Singapura lebih unggul dengan
memiliki cadangan devisa maupun belanja pertahanan paling besar. Ini berarti Singapura memiliki
peluang lebih besar untuk mempersiapkan suatu perang ataupun membiayai peperangan. Indonesia
memiliki kemampuan pembelian paling besar di antara negara-negara yang diperbandingkan di sini.
Ini berarti, dari sisi finansial, Indonesia memiliki peluang yang paling besar untuk
mentransformasikan aset-aset ekonominya dalam membiayai dan mempersiapkan perang. Sekalipun
demikian, kemampuan pembelian membutuhkan waktu dan mekanisme politik yang tidak semudah
mentransfer pembiayaan seperti pada cadangan devisa dan belanja pertahanan.

8. Keunggulan Geografis (Geographic)

Salah satu kekuatan militer yang dibutuhkan dalam peperangan adalah keunggulan geografis.
Keunggulan tersebut dapat menjadi celah pertahanan atau sebaliknya dimanfaatkan menjadi basis
pertahanan. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia lebih unggul dalam memiliki luas
wilayah perairan (waterways) dan garis pantai (coastline). Auastralia di sini terlihat memiliki luas
wilayah daratan paling besar yang berarti dapat dimanfaatkan pula sebagai matra pertahanan di dalam
negeri. Adapun di sini ada 3 negara yang memiliki kawasan perbatasan daratan (shared border)yaitu
Indonesia, Malaysia, dan Thailand.

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan dari makalah kami ialah bahwa Peran,fungsi dan tugas TNI adalah menegakkan
kedaulatan Negara,mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
keselamatan segenap bangsa dari ancaman militer serta ancaamaan bersenjata terhadap keutuhan
bangsa dan Negara serta tugas lain yang berkaitan dengan fungsinya sebagai aparat
pertahanan.Sedangkan sedangkan POLRI sebagai penegakkan hukum,menjaga ketertiban
masyarakat,melindungi keselamatan dan ketentraman serta ketertiban hidup anggota masyarakat.
penilaian global firepower tersebut lebih banyak didasarkan pada gelar statis dari kuantitas alat yang
dimiliki. Namun, belum tentu semua siap atau dapat digunakan sewaktu-waktu.

Tetapi, jika dilihat dari luas wilayah dengan dua pertiga adalah lautan, komposisi kemampuan teknis
TNI seharusnya setara dengan militer Australia. Kebutuhan ke depan adalah penyesuaian
pengembangan postur dan kebutuhan strategis pertahanan yang dilakukan secara sistematis bertahap
sesuai dengan anggaran dan prioritas. Polripun harus meningkatkan kedisiplinannya dan dapat
menjalankan fungsinya dalam bidang keamanan, kerana melihat banyaknya kasus pelanggaran
hukum, konflik, dan hal-hal yang berkaitan dengan ketidak stabilan keamanan yang terjadi di
Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Muhaimin, Yahya A. 2008. Bambu Runcing Dan Mesiu: Kebijakan Pertahanan Indonesia. Tiara
Wacana: Yogyakarta.

Syahid, H. Bakri. 1976. Pertahanan Keamanan Nasional. Bagus Arafah: Yogyakarta.

Kunarto. 1999. Polri Mandiri. Cipta Manunggal: Jakarta.

Вам также может понравиться