Вы находитесь на странице: 1из 10

PENGERTIAN LAHAN FLUVIAL

Bentuklahan fluvial adalah semua proses yang terjadi di alam baik fisika, maupun
kimia yang mengakibatkan adanya perubahan bentuk permukaan bumi, yang
disebabkan oleh aksi air permukaan, baik yang merupakan air yang mengalir
secara terpadu (sungai), maupun air yang tidak terkonsentrasi ( sheet water).
proses fluviatil akan menghasilkan suatu bentang alam yang khas sebagai akibat
tingkah laku air yang mengalir di permukaan. Bentang alam yang dibentuk dapat
terjadi karena proses erosi maupun karena proses sedimentasi yang dilakukan oleh
air permukaan.

Macam-macam Proses Fluviatil adalah :

 Proses erosi adalah gaya melebar air yang mengalir disatas permukaan air
tanah yang menyebabkan terjadinya lembah-lembah.
 Proses transporasi adalah proses perpindahan / pengangkutan material oleh
suatu tubuh air yang dinamis yang diakibatkan oleh tenaga kinetis yang
ada pada sungai sebagai efek dari gaya gravitasi.
 Proses sedimentasi terjadi bila terjadi ketika sungai tidak mampu lagi
mengangkut material yang dibawanya. Apabila tenaga angkut semakin
berkurang, maka material yang berukuran kasar akan diendapkan terlebih
dahulu baru kemudian diendapkan material yang lebih halus.

Jenis Bentukan Bentuklahan Asal Fluvial

1. Dataran aluvial

Dataran alluvial merupakan dataran yang terbentuk akibat proses-proses


geomorfologi yang lebih didominasi oleh tenaga eksogen antara lain iklim, curah
hujan, angin, jenis batuan, topografi, suhu, yang semuanya akan mempercepat
proses pelapukan dan erosi. Hasil erosi diendapkan oleh air ke tempat yang lebih
rendah atau mengikuti aliran sungai.

Dataran alluvial menempati daerah pantai, daerah antar gunung, dan dataran
lembah sungai. daerah alluvial ini tertutup oleh bahan hasil rombakan dari daerah
sekitarnya, daerah hulu ataupun dari daerah yang lebih tinggi letaknya. Potensi air
tanah daerah ini ditentukan oleh jenis dan tekstur batuan.

2. Dataran banjir

Dataran banjir berupa dataran yang luas yang berada pada kiri kanan sungai yang
terbentuk oleh sedimen akibat limpasan banjir sungai tersebut. Umumnya berupa
pasir, lanau, dan lumpur.
3. Tanggul alam sungai (natural levee)

Tanggul yang terbentuk akibat banjir sungai di wilayah dataran rendah yang
berperan menahan air hasil limpasan banjir sehingga terbentuk genangan yang
dapat kembali lagi ke sungai. Seiring dengan proses yang berlangsung kontinyu
akan terbentuk akumulasi sedimen yang tebal sehingga akhirnya membentuk
tanggul alam.

4. Rawa belakang (backswamps)

Backswamp atau Rawa belakang adalah bagian daridataran banjir dimana


simpanan tanah liat menetap setelahbanjir. Backswamps biasanya terletak di
belakang sungai alam sebuah tanggul. Kemudian kembali rawa-rawa yang
terletak agak jauh dari saluran sungai di dataran banjir tersebut. Ketika air tumpah
ke dataran banjir, material terberat tetes keluar pertama dan materi terbaik
dilakukan jarak yang lebih besar

Relief : Cekung – datar

Batuan/struktur :Berlapis, tidak kompak

Proses :Sedimentasi

Karakteristik :Relief cekung – datar, selalu tergenang, proses sedimentassi.

5. Kipas aluvial

Bila suatu sungai dengan muatan sedimen yang besar mengalir dari bukit atau
pegunungan, dan masuk ke dataran rendah, maka akan terjadi perubahan gradien
kecepatan yang drastis, sehingga terjadi pengendapan material yang cepat, yang
dikenal sebagai kipas aluvial, berupa suatu onggokan material lepas, berbentuk
seperti kipas, biasanya terdapat pada suatu dataran di depan suatu gawir. Biasanya
pada daerah kipas aluvial terdapat air tanah yang melimpah. Hal ini dikarenakan
umumnya kipas aluvial terdiri dari perselingan pasir dan lempung sehingga
merupakan lapisan pembawa air yang baik.

6. Teras sungai

teras sungai dapat dimanfaatkan untuk mengetahui


proses-proses yang telah terjadi di masa lalu. teras sungai
merupakan satu morfologi yang sering dijumpai pada sungai. Proses deposisi,
proses migrasi saluran, proses erosi sungai meander dan aliran overbank sangat
berperan dalam pembentukan dan perkembangan dataran banjir. Faktor yang
mempengaruhi proses pembentukan dan perkembangan teras sungai adalah
perubahan base level of erosion dan perubahan iklim

7. Gosong sungai (point bar)

Relief : Datar – berombak

Batuan/struktur : Berlapis, tidak kompak

Proses :Sedimentasi

Karakteristik : Terbentuk pada tubuh sungai bagian hilir, bagian hulu gosong
tumpul dan bagian hilir menyudut.

8. Sungai teranyam (braided stream)

Terbentuk pada bagian hilir sungai yang memiliki slope hampir datar – datar,
alurnya luas dan dangkal. terbentuk karena adanya erosi yang berlebihan pada
bagian hulu sungai sehingga terjadi pengendapan pada bagian alurnya dan
membentuk endapan gosong tengah. Karena adanya endapan gosong tengah yang
banyak, maka alirannya memberikan kesan teranyam. Keadaan ini disebut juga
anastomosis( Fairbridge, 1968).

9. Sungai meander dan enteranched meander

Bentukan pada dataran banjir sungai yang berbentuk kelokan karena pengikisan
tebing sungai, daerah alirannya disebut sebagai Meander Belt. Meander ini
terbentuk apabila pada suatu sungai yang berstadia dewasa/tua mempunyai
dataran banjir yang cukup luas, aliran sungai melintasinya dengan tidak teratur
sebab adanya pembelokan aliran Pembelokan ini terjadi karena ada batuan yang
menghalangi sehingga alirannya membelok dan terus melakukan penggerusan ke
batuan yang lebih lemah.

10. Delta dan macamnya

Delta adalah bentang alam hasil sedimentasi sungai pada bagian hilir setelah
masuk pada daerah base level.
Pada saataliran air mendekati muara, seperti danau atau laut makakecepatan
aliranya menjadi lambat. Akibatnya, terjadi pengendapan sedimen oleh air
sungai. Pasir akan diendapkan sedangkan tanah liat dan lumpur akan tetap
terangkut oleh aliran air. Setelah sekian lama , akan terbentuk lapisan – lapisan
sedimen. Akhirnya lapian lapisan sedimen membentuk dataran yang luas pada
bagian sungai yangmendekati muara nya dan membentuk delta.
Pembetukan delta memenuhi beberapa syarat. Pertama,sedimen yang dibawa oleh
sungai harus banyak ketika akan masuk laut atau danau. Kedua, arus panjang di
sepanjang pantai tidak terlalu kuat. Ketiga , pantai harus dangkal. Contoh bentang
alam ini adalah delta Sungai Musi, Kapuas, dan Kali Brantas.

BENTUK LAHAN ASAL STRUKTURAL


Bentuk lahan struktural terbentuk karena adanya proses endogen atau proses tektonik, yang berupa
pengangkatan, perlipatan, dan pensesaran. Gaya (tektonik) ini bersifat konstruktif (membangun), dan pada
awalnya hampir semua bentuk lahan muka bumi ini dibentuk oleh control struktural.
Pada awalnya struktural antiklin akan memberikan kenampakan cekung, dan structural horizontal nampak
datar. Umumnya, suatu bentuk lahan structural masih dapat dikenali, jika penyebaran structural geologinya
dapat dicerminkan dari penyebaran reliefnya.

2.1 BENTUK LAHAN ASAL STRUKTURAL


Pembentukan lahan pada proses geomorfologis mempunyai banyak asal
yang berguna untuk mengawali kajian tekstur lahannya. Salah satunya
adalah bentuk lahan asal struktural. Bentuk lahan asal struktural merupakan
proses pembentukan lahan yang disebabkan oleh adaya proses endogen. Misalnya
proses pengangkatan, penurunan dan pelipatan kerak bumi. Contoh dari bentuk
lahan asal struktural adalah pegunungan lipatan, pegunungan patahan dan
pegunungan kubah.
bentuk lahan asal structural tersusun dari seseri lapisan, baik yang telah
terusik oleh suatu tekanan maupun yang belum terusik. terbentuk karena adanya
proses endogen berupa tektonisme atau diastropisme . proses ini meliputi
pengangkatan, penurunan dan pelipatan kerak bumi sehingga terbentuk strujtur
geologi lipatan dan patahn. selain itu terdapat struktur horizontal yang merupakan
struktur asli sebelum mengalami perubahan. dari struktur pokok tersebut dapat
dirinci menjadi berbagai bentuk berdasarkan sikap lapisan batuan dan
kemiringannya.

2.2 CIRI-CIRI BENTUK LAHAN ASAL STRUKTURAL


1. dip dan strike batuan resisten-non resisten jelas
2. horizon kunci jelas
3. adanya sesar, kekar, pecahan,:gawai sesar, sesar bertingkat
4. adanya materi interusif: dike, kubah granitic

2.3 BENTUK LAHAN DI DAERAH STRUKTUR LIPATAN, PATAHAN


DAN LENGKUNGAN
Bentuk lahan yang merupakan hasil bentukan asal struktural, seprti telah
dikemukakan pada bagian terdahulu bahwa disebabkan oleh tenaga endogen
(tenaga yang berasal dari dalam bumi) yang bisa berupa proses tektonik atau
diastrofisme. Proses ini meliputi pengangkatan, penurunan, dan pelipatan kulit
bumi, sehingga terbentuk struktur geologi berupa lipatan dan patahan.
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan untuk mendasari interpretasi dan
identifikasi bentuk struktural adalah:
a. Perbedaan daya tahan (resistensi) lapisan batuan terhadap tenaga yang bekerja.
Lapisan batuan yang resisten akan menghasilkan relief yang berbeda dengan
batuan yang kurang atau tidak resisten.
b. Pola aliran pada bentukan struktural umumnya terkontrol oleh struktur.
c. Dalam melakukan identifikasi dan pengenalan terhadap bentukan struktural, dasar
pengenalan struktur adalah:
Perlapisan (stratifikasi) batuan
Attitude atau sikap lapisan (posisi bidang lapisan terhadap bidang horizontal yang
meliputi dip,strike, dip slope, face slope, dan scrap.
Pola aliran
Kontinuitas
Dislokasi
Morfologi permukaan
Bentuk lahan hasil bentukan struktural ditentukan oleh tenaga endogen yang
menyababkan deformasi perlapisan batuan dengan menghasilkan lipatan, kubah,
dan patahan serta perkembangannya. Deformasi perlapisan batuan ini
menyebabkan adanya deformasi sikap perlapisan yang semula horisontal menjadi
miring atau tegak dan membentuk lipatan. Penentuan nama suatu bentukl ahan
struktural pada dasarnya di dasarkan pada sikap perlapisan batuan (dip dan strike).
Dip adalah sudut perlapisan batuan yang diukur terhadap bidang horisontal dan
tegak lurus terhadap jurus (strike).
Sedangkan jurus (strike) merupakan arah garis perpotongan yang dibentuk oleh
perpotongan antara bidang perlapisan dengan bidan horizontal.
Adapun mengenai Ilustrasi tentang dip dan strike disajikan pada Gambar
berikut:
1. Bentuk Lahan Di Daerah Struktur Lipatan
Pertama kali yang harus disadari bahwa suatu daerah yang berstruktur
lipatan, oleh tenaga eksogen dihancurkan melalui proses denudasional, sehingga
permukaan menjadi rata. Oleh karena itu kenanpakan topografi seperti antiklinal
dimungkinkan bukan menjadi punggungan topografi, demikian pula sinklinal
ditemukan bukan merupakan lembah. Di samping itu, dimungkinkan pula terjadi
pembalikan relief (inversion of relief) sebagai akibat dari bekerja ulangnya tenaga
endogen.
Berikut ini disajikan mengenai perataan relief oleh tenaga eksogen dan
pembalikan relief seperti pada Gambar:
Dari gambar tersebut tampak jelas bahwa proses eksogen telah bekerja
secara maksimal, sehingga terjadi perataan relief pada daerah lipatan (Sudardja &
Akub, 1977: 118)
Berdasarkan pada gambar di atas, maka relief pertama berupa daerah
struktur lipatan, dimana antiklin merupakan punggung pegunungan lipatan, tetapi
setelah mengalami proses geomorfik terjadi sebaliknya, yaitu terbentuk lembah
antiklin dan pegunungan sinklin. Bentukan khas yang terdapat pada daerah
berstruktur lipatan yang berkenaan dengan pembentukan lipatan kulit bumi belum
dijumpai pembentukan baru, pada umumnya telah mengalami beberapa siklus
geomorfologi, sehingga bentanglahan yang ada banyak yang dijumpai multisiklis.
Walaupun di banyak tempat dipermukaan bumi ini telah mengalami proses
demikian, di daerah yang berstruktur lipat dapat dijumpai beberapa bentukan yang
merupakan bentukan khasnya. Adapun bentukan-bentukan khas tersebut berikut
ini disajikan secara satu persatu.
1. Deposit logam
Logam-logam yang berguna biasanya terikat di dalam mineral bijih
bersama-sama dengan unsur kimia lainnya. Mineral-mineral ini tersebar dalam
batuan dan terdiri dari mineral pembentuk batuan yang tidak atau sedikit sekali
mengandung unsur logam. Mineral-mineral non logam umumnya dikenal sebagai
Gangue. Kebanyakan mineral bijih mempunyai kilap logam seperti galenit,
kalkopirit,ada juga yang tidak mempunyai kilap logam misalnya bauksit, sfalerit
dan biasanya bergambung dengan unsurlain seperti Al, Si, S, O. oleh karenanya
orang dapat mengambil satu unsur logam dari beberapa jenis mineral. Misalnya
tembaga (Cu) dapat diambil dari mineral kalkopirit. Malakhit, azurite. Sebaliknya
orang bisa memisahkan lebih dari satu unsur logam yang berguna, misalnya
galenit dapat diambil dari logam timah, perak atau dari stannit dapat diambil
timah. Proses itu dikatakan sebagai Ore Dressring.
Mineral bijih dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a. Mineral hipogene
Mineral hipogene adalah mineral yang terbentuk bersama-sama dengan mineral
lain
dan mengalami pelapukan. Misalnya: cinnabar, hematit, magnetit emas murni,
cavalerit, tembaga murni dll.
b. Mineral supergen
Mineral yang merupakan mineral yang terbentuk dari hasil proses pelapukan.
Misalnya: bauksit, azurite, kriskola, garnnerit dll.
Dalam menentukan apakah itu sebagai bijih atau bukan, lebih ditekankan pada
apakah kalau diusahakan itu menguntungkan atau tidak. Kalau dianggap
menguntungkan, maka itu dikatakan bijih. Dan salah satu factor yang bisa
mengubah status dari sebutan bukan bijih menjadi bijih yakni kemajuan teknologi.
Sebagai contoh pirit mengandung emas tidak dapat dikatakan bijih karena kadar
emasnya sangat rendah dan biaya untuk mengeluarkan emas tersebut dari pirit
tidak seimbang dengan harganya. Walaupun kadar emasnya tinggi tetapi biaya
penambangan dan pemisahan emasnya tidak seimbang dengan harga penjualan
emasnya, mineral pirit itu belum dapat dikatakan sebagai bijih.
2. Tenor bijih
tenor adalah kandungan logam dalam bijih, dinyatakan dalam prosentase. Untuk
logam mulia dipakai ketentuan ounces per ton. Berbeda dengan bahan deposit logam,
deposit bukan logam lebih umum dan banyak di dapatkan, sehingga harganya lebih
murah, tetapi dalam penggunaan sehari - hari sangat luas. Untuk medapatkan
konsentrat yang berkualitas, metode sortasi tangan, pencucian, flotasi harus
menggunakan teknik lain.

Penggunaan tenor pada umumnya menggunakan ukuran Lb =paund atau HS atau


hasil samping dimanan asosiasi mineral bukan logam, biasanya tidak di kelompokkan
dalam mineral - mineral bijih.
3. Mineralsissasi logam
Pada praktikum kali ini kita lebih membahas mengenai pembahasan masalah zona –
zona alterasi dan mineralisas, namun didalam pembagian zona – zona tersebut tidak
terlepas dari proses mineralisasi.
Definisi proses Alterasi adalah proses yang mengakibatkan terjadinya suatu mineral
baru pada tubuh batuan yang merupakan hasil ubahan dari mineral – mineral yang
telah ada sebelumnya yang diakibatkan oleh adanya reaksi antara batuan dengan
larutan magma, yang dimaksud dengan larutan magma adalah larutan hidrotermal
ataupun akibat kontak dengan atmosfer. Sedangkan definisi proses Mineralisasi
adalah proses pembentukan mineral baru pada tubuh batuan yang diakibatkan oleh
proses magmatik ataupun proses yang lainnya, namun mineral yang dihasilkan
bukanlah mineral yang sudah ada sebelumnya.
4. Pengelompokkan mineral

Persebaran mineral logam yang dibedakan menjadi logam besi, logam dasar, logam radioaktif,
logam mulia, dan logam ringan antara lain sebagai berikut.

1. Logam besi terdiri dari Khrom (Cr), Kobalt (Co), Besi (Fe), Mangan (Mn), Molibdenum (Mo),
Nikel (Ni), dan Wolfram (W). Persebaran jenis logam ini antara lain besi anyak dijumpai di Aceh,
Sumatra Barat, Lampung, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur. Nikel banyak dijumpai di
Sulawesi Tenggara, mangan di P. Timor, Yogyakarta, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat.

2. Logam dasar terdiri dari Antinom (Sb), Bismut (B), Tembaga (Cu), Timbal (Pb), Seng (Zn), Air
raksa (Hg), Timah putih (Sn). Persebaran jenis logam ini antara lain Timbal banyak ditemukan di
Pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Air raksa banyak ditemukan di Sumatra
Barat, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Jawa Barat. Tembaga banyak ditemukan
di Aceh, Sumatra Barat, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
Gorontalo, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur. Timah putih banyak
ditemukan di P. Batam, PBintan, Kep. Lingga, P. Bangka, Riau, dan Jambi.
3. Logam radioaktif hanya terdapat di Papua.
4. Logam mulia dibedakan menjadi Emas (Au), Perak (Ag), dan Platina (Pt). Emas banyak
ditemukan di P. Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Perak banyak ditemukan di
Aceh, Sumatra Barat, Kalimantan Barat, Jawa Barat, Sulawesi Utara, dan Papua. Platina hanya
dapat ditemukan di Riau.
5. Logam ringan dibedakan menjadi Alumunium (Al) yang banyak ditemukan hanya di
Kalimantan Tengah dan Magnesium (Mg) yang banyak ditemukan hanya di Lampung.
Mineral bukan logam dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu bahan galian bangunan,
bahan galian mineral industri, bahan galian mineral keramik, dan bahan galian batu permata.

5. Genesa
6. Sistem mineralisasi hidrotermal

Larutan hidrotermal terbentuk pada fase akhir siklus pembekuan magma. Interaksi antara
larutan hidrotermal dengan batuan yang dilewati akan menyebabkan terubahnya mineral-
mineral penyusun batuan samping dan membentuk mineral alterasi. Larutan hidrotermal
tersebut akan terendapkan pada suatu tempat membentuk mineralisasi (Bateman, 1981).
Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi pengendapan mineral di dalam sistem hidrotermal
terdiri dari empat macam (Barnes, 1979; Guilbert dan Park, 1986), yaitu: (1) Perubahan
temperatur; (2) Perubahan tekanan; (3) Reaksi kimia antara fluida hidrotermal dengan batuan
yang dilewati; dan (4) Percampuran antara dua larutan yang berbeda. Temperatur dan pH
fluida merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi mineralogi sistem hidrotermal.
Tekanan langsung berhubungan dengan temperatur, dan konsentrasi unsur terekspresikan di
dalam pH batuan hasil mineralisasi (Corbett dan Leach, 1996).
7. Konsentrasi mekanik dan residual

Endapan bahan galian yang dihasilkan oleh konsentrasi mekanik dan residuil itu disebabkan oleh
pengaruh pelapukan. Pelapukan merupakan proses disintegrasi, kimia dan biokimia.
endapan residual yaitu endapan hasil pelapukan dimana proses pelapukan dan pengendapan terjadi
di tempat yang sama, dengan kata lain tanpa mengalami transportasi (baik dengan media air atau
angin) seperti endapan sedimen yang lainnya. Proses pelapukan (weathering) biasanya terjadi
secara fisika dan kimia.
Endapan sedimen ini umumnya membawa endapan lain yaitu berupa bahan
galian dalam bentuk unsur -unsur kimia yangterkandung dalam mineral. Endapan-endapan mineral
tersebut umumnya berbentuk badan bijih. Badan bijih yang terkandung di dalam residual deposit
yaitu badan bijih yang terbentuk akibat perombakan batuan-batuan yang mengandung mineral
bijih dengan kadar rendah, kemudian mengalami pelapukan dan pelarutan serta pelindian, dan
selanjutnya mengalami pengayaan relatif hingga mencapai kadar yang ekonomis.

Endapan Sedimen Placer Residual

Endapan ini terbentuk di atas batuan asal. Akibat penguraian dan penghancuran secara
mekanis. Batuan asal mengalami perombakan. Ukuran butir yang lebih kecil atau halus.
Fragmen yang relatif lebih ringan dan mudah larut akan tertransportasi. Konsentrasi mineral
berat morfologi atau topografi yang relatif datar. Pada topografi miring terjadi perpindahan
konsentrasi mineral berat (residual) dan endapan eluvial (collovial).

Endapan Residual (Placer) terjadi karena :

a. Pelapukan mekanis dan kimiawi,


b. Mengalami pelindian (leaching),
c. Konsentrasi (residual maupun supergene enrichment).
d. Eksplorasi Bijih Besi.
e. Penyelidikan umum dan eksplorasi bijih besi di Indonesia sudah banyak
dilakukan oleh berbagai pihak, sehingga diperlukan penyusunan pedoman
teknis eksplorasi bijih besi. Pedoman dimaksudkan sebagai bahan acuan
berbagai pihak dalam melakukan kegiatan penyelidikan umum dan
eksplorasi bijih besi primer, agar ada kesamaan dalam melakukan kegiatan
tersebut diatas sampai pelaporan.
f. Tata cara eksplorasi bijih besi primer meliputi urutan kegiatan eksplorasi
sebelum pekerjaan lapangan, saat pekerjaan lapangan dan setelah
pekerjaan lapangan. Kegiatan sebelum pekerjaan lapangan ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran mengenai prospek cebakan bijih besi primer,
meliputi studi literatur dan penginderaan jarak jauh. Penyediaan peralatan
antara lain peta topografi, peta geologi, alat pemboran inti, alat ukur
topografi, palu dan kompas geologi, loupe, magnetic pen, GPS, pita ukur,
alat gali, magnetometer, kappameter dan peralatan geofisika.
g. Kegiatan pekerjaan lapangan yang dilakukan adalah penyelidikan geologi
meliputi pemetaan; pembuatan paritan dan sumur uji, pengukuran
topografi, survei geofisika dan pemboran inti.
h. Kegiatan setelah pekerjaan lapangan yang dilakukan antara lain adalah
analisis laboratorium dan pengolahan data. Analisis laboratorium meliputi
analisis kimia dan fisika. Unsur yang dianalisis kimia antara lain : Fetotal,
Fe2O3, Fe3O4, TiO2, S, P, SiO2, MgO, CaO, K2O, Al2O3, LOI. Analisis
fisika yang dilakukan antara lain : mineragrafi, petrografi, berat jenis
(BD). Sedangkan pengolahan data adalah interpretasi hasil dari
penyelidikan lapangan dan analisis laboratorium.
i. Tahapan eksplorasi adalah urutan penyelidikan geologi yang umumnya
dilakukan melalui empat tahap sbb : Survei tinjau, prospeksi, eksplorasi
umum, eksplorasi rinci. Survei tinjau, tahap eksplorasi untuk
mengidentifikasi daerah-daerah yang berpotensi bagi keterdapatan mineral
pada skala regional. Prospeksi, tahap eksplorasi dengan jalan
mempersempit daerah yg mengandung endapan mineral yg potensial.
Eksplorasi umum, tahap eksplorasi yang rnerupakan deliniasi awal dari
suatu endapan yang teridentifikasi .
j. Eksplorasi rinci, tahap eksplorasi untuk mendeliniasi secara rinci dalarn 3-
dimensi terhadap endapan mineral yang telah diketahui dari pencontohan
singkapan, paritan, lubang bor, shafts dan terowongan.
k. Penyelidikan geologi adalah penyelidikan yang berkaitan dengan aspek-
aspek geologi diantaranya : pemetaan geologi, parit uji, sumur uji.
Pemetaan adalah pengamatan dan pengambilan conto yang berkaitan
dengan aspek geologi dilapangan. Pengamatan yang dilakukan meliputi :
jenis litologi, mineralisasi, ubahan dan struktur pada singkapan, sedangkan
pengambilan conto berupa batuan terpilih.
l. Penyelidikan Geofisika adalah penyelidikan yang berdasarkan sifat fisik
batuan, untuk dapat mengetahui struktur bawah permukaan, geometri
cebakan mineral, serta sebarannya secara horizontal maupun secara
vertical yang mendukung penafsiran geologi dan geokimia secara
langsung maupun tidak langsung.
m. Pemboran inti dilakukan setelah penyelidikan geologi dan penyelidikan
geofisika. Penentuan jumlah cadangan (sumberdaya) mineral yang
mempunyai nilai ekonomis adalah suatu hal pertama kali yang perlu
dikaji, dihitung sesuai standar perhitungan cadangan yang berlaku, karena
akan berpengaruh terhadap optimasi rencana usaha tambang, umur
tambang dan hasil yang akan diperoleh.
n. Dalam hal penentuan cadangan, langkah yang perlu diperhatikan antara
lain :
o. - Memadai atau tidaknya kegiatan dan hasil eksplorasi.
p. - Kebenaran penyebaran dan kualitas cadangan berdasarkan korelasi
seluruh data eksplorasi seperti pemboran, analisis conto, dll.
q. - Kelayakan penentuan batasan cadangan, seperti Cut of Grade, Stripping
Ratio, kedalaman maksimum penambangan, ketebalan minimum dan
sebagainya bertujuan untuk mengetahui kondisi geologi dan sebaran bijih
besi bawah permukaan.

Вам также может понравиться