Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh :
dr Dyah Mustika Kurniatri, MMR
Pembimbing :
dr Tri Wijaya
dr Shinta Putri, MMR
8. Lain-lain :
Laboratorium :
9 Mei 2016
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hematologi
Eosinofil 0 2-4 %
Basofil 0 0-1 %
Batang 0 2-5 %
Segmen 85 51-67 %
Limfosit 13 20-35%
Monosit 7 4-8 %
Diabetes
Assessment
Kejang Demam Sederhana dengan Obs Febris H2
PLAN
Diagnosis
› Feses Rutin
pasien tertidur. BAK +, mual - , muntah -. Saat di IGD anak sudah tidak kejang, tertidur, demam +.
2. Objektif :
Keadaan Umum : Tampak lemas
Kesadaran : Kompos mentis
GCS : E4 V5 M6
Tanda vital : Tekanan darah : -
Nadi : 112 x/menit, regular, isi cukup
Respirasi : 34 x/menit
Suhu : 39 °C
Pemeriksaan Fisik
Kepala
Rambut : alopesia (-)
Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, pupil isokor Ø 3mm/3mm, refleks cahaya langsung +/
+, edema -/-, cowong -/-
Telinga: membran timpani intak, hiperemis -/-, sekret -/-
Hidung: sekret (-/-), hiperemis(-), nafas cuping hidung -/-
Mulut : sianosis (-), coated tongue (-), kering (-)
Leher
KGB : tidak teraba
Trakea : deviasi (-)
Kaku kuduk : tidak ada
Thoraks
Paru
Inspeksi : Tampak simetris, retraksi (-)
Palpasi : Tidak ada yang tertinggal saat bernafas
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : dbn
Auskultasi : BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
• Inspeksi : Perut papan (-), cembung
• Auskultasi : Peristaltik (+) Normal
• Palpasi : Supel (+), Nyeri Tekan (-)
• Perkusi : Hipertimpani
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2”, edema (-)
3. Assessment :
Kejang secara umum dibagi menjadi kejang cerebral dan non cerebral. Kejang non cerebral
biasanya dikarenakan tetani / tetanus dimana biasanya kejang tidak disertai demam dan pada saat
kejang pasien dalam kondisi sadar. Kejang cerebral diklasifikasikan menjadi akut sesaat dan kronik
berulang (epilepsi). Akut sesaat disebabkan oleh gangguan metabolic, gangguan elektrolit, keganasan,
keracunan serta infeksi, pada infeksi sendiri kejang yang terjadi dibagi lagi menjadi ekstrakranial dan
intracranial. Kejang demam baik simplek maupun komplek termasuk dalam kejang ekstrakranial,
dimana yang termasuk intracranial contohnya pada meningitis, encephalitis, dan abses otak.
Pada pasien an. H dimana terjadi kejang disertai demam, saat kejang pasien dalam kondisi tidak
sadar, maka kita mengarah pada klasifikasi kejang akut sesaat karena infeksi baik intra maupun
encephalitis maka kita perlu melakukan pemeriksaan rangsang meningeal, pada pasien ini pemeriksaan
rangsang meningeal negative, sehingga dipastikan bahwa kejang karena infeksi intra cranial dpt
disingkirkan. Kemudian mengingat usia pasien yaitu 1 tahun 3 bulan, ternyata sesuai dengan kebiasaan
angka kejadian kejang demam yaitu biasanya terjadi pada usia lebih dari 6 bulan dan kurang dari 5
tahun, menurut consensus safar anak 2005, maka kita harus curiga terhadap adanya kejang kronik
berulang seperti epilepsy yang kebetulan terjadi bersamaan dengan demam. Untuk mengetahui ini
epilepsy dapat kita lakukan secara subjektif dengan menanyakan riwayat kejang pada pasien apakah
dalam setahun > 4 kali atau tidak dan dapat pula dilakukan EEG. Pada pasien anak H tahun ini baru
kejang sekali. Insiden tertinggi didapatkan pada umur 2 tahun dan menurun setelah berumur 4 tahun.
Selain itu jarang sekali anak usia lebih dari 5 tahun mengalami kejang demam.
Pada pasien ini perlu juga dicari tahu kemungkinan penyebab demam, ispa disingkirkan karena
tidak ada batuk dan pilek, adanya BAB lembek perlu dipikirkan adanya infeksi pada organ
gastrointestinal karena dilihat dari leukositnya 25130 mg/dl dan perlu dilakukan pemeriksaan feses
rutin untuk mengetahui apakah terdapat bakteri atau amoeba di dalam feses.
4. Plan :
Diagnosis : Kejang Demam dan Observasi Febris Hari Kedua
Pengobatan :
Perawatan Kegawatdaruratan
Bebaskan jalan nafas :
- Posisi kepala esktensi
- O2 2 liter/menit
- Kendorkan pakaian
- Lindungi lidah dari tergigit
Infus Kristaloid
Inj diazepam 0,3mg/kgbb/kali ; 5mg (jika kejang)
Po : paracetamol syrup 10 mg / kgbb / kali : 120mg
Luminal 4mg/kgbb/kali : 2x40mg
Lacto b 2x1 sacc
Zink 1x1cth
Terapi peroral diberikan bila anak sadar penuh.
Pendidikan :
a. Menjelaskan bahwa mungkin kejang masih dapat terjadi pada anak sehingga harus menyediakan
obat penurun panas dan anti kejang.
b. Menjelaskan jika anak panas harus segera diturunkan dengan membuka pakaian anak, kompres
dingin pada dahi ketiak serta diberi obat penurun panas dan anti kejang.
c. Bila kejang lagi segera beri diazepam rektal dan segera bawa ke pusat pelayanan kesehatan
terdekat.beri ganjalan pada mulut agar lidah tak tergigit dan jangan berikan makanan atau
minuman karena dapat akibatkan anak tersedak lalu aspirasi.
b. Direncanakan jika proses penyakit berlanjut dan timbul komplikasi yang lain dan harus