Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
perut pada bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di sebelah
dorsal. Bagian atas abdomen berbatasan dengan tulang iga atau costae. Cavitas
abdomninalis berbatasan dengan cavitas thorax atau rongga dada melalui otot
diafragma dan sebelah bawah dengan cavitas pelvis atau rongga panggul.
Antara cavitas abdominalis dan cavitas pelvis dibatasi dengan membran serosa
organ yang dapat ditemukan di abdomen: komponen dari saluran cerna: lambung
(gaster), usus halus, usus besar (kolon), caecum, umbai cacing atau appendix;
Organ pelengkap dai saluran cerna seperti: hati (hepar), kantung empedu, dan
pankreas; Organ saluran kemih seperti: ginjal, ureter, dan kantung kemih (vesica
1
dan cermat untuk mencegah kematian maupun kecacatan. Untuk memudahkan
kasus gawat darurat, darurat tidak gawat, tidak gawat tidak darurat dan
Salah satu kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan segera di mana
saluran cerna baik saluran bagian atas ataupun saluran cerna bagian bawah bila di
biarkan tentu berakibat fatal bagi korban atau pasien bahkan bisa menimbulkan
pada system pencernaan secara cepat, cermat, dan tepat sehingga hal-hal tersebut
Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit karena adanya
2
jejas yang tidak jelas pada area lain yang terkait. Jejas pada abdomen dapat
disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam. Pada trauma tumpul
terkena injury yang bisa saja merusak keutuhan integritas kulit, selama ini kita
mungkin hanya mengenal luka robek atau luka sayatan saja namun ternyata di
luar itu masih banyak lagi luka/trauma yang dapat terjadi pada daerah abdomen.
lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk. Walaupun
namun trauma tumpul abdomen masih merupakan tantangan bagi ahli klinik.
3
B. Tujuan Penulisan
1.Tujuan Umum:
2.Tujuan Khusus:
abdomen
tusuk abdomen
C. Rumusan Masalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja, (Smeltzer,
2001).
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi
B. ETIOLOGI
a) Trauma tumpul
b) Trauma tajam
Penyebab benda tajam atau benda tumpul dengan kekuatan penuh hingga
5
melukai rongga abdomen. Perdarahan hebat ruftur arteri/vena , Cedera
C. PATOFISIOLOGI
ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor–
faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang
dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga
Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh.
pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada
seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen
lain yang harus dipertimbangkan dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh
relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra
6
1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh
gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang
Patofis:
Trauma
(kecelakaan)
7
↓
Motilitas usus
Kelemahan fisik
D. MANIFESTASI KLINIS
Penderita tampak anemis (pucat). Bila perdarahan berat akan timbul gejala
8
d. Kontaminasi bakteri
e. Kematian sel
f. .Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat
timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri
lepas.
E. KOMPLIKASI
1. Trombosis Vena
2. Emboli Pulmonar
4. Pneumonia
5. Tekanan ulserasi
6. Atelektasis
perdarahan.
10. Usus : obstruksi usus, peritonitis, sepsis, nekrotik usus, dan syok
9
11. Ginjal : Gagal ginjal akut (GGA)
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
peritoneum, udara bebas retro perineal dekat duodenum, corpus alineum dan
bila dijumpai hematuri. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya
darah atau cairan usus dalam rongga perut. Hasilnya dapat amat membantu.
10
Tetapi DPL ini hanya alat diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi
(gold standard).
yang belum dioperasi dan disangsikan adanya trauma pada hepar dan retro
peritoneum.
Pemeriksaan khusus
Lebih dari100.000 eritrosit /mm dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga
2. Pemeriksaan Laparoskopi
penyebabnya.
11
noninvansive, akurat dan murah untuk mendeteksi hemoperitorium, dan dapat
2004 : 150)
G. PENATALAKSANAAN KEDARURATAN
12
1. Trauma Tumpul Abdomen
Hal umum yang perlu mendapat perhatian adalah atasi dahulu ABC
bila pasien telah stabil baru kita memikirkan penatalaksanaan abdomen itu
sendiri. Pipa lambung, selain untuk diagnostic, harus segera dipasang untuk
untuk mengosongkan kandung kencing dan menilai urin. Pada trauma tumpul,
13
adalah penghentian perdarahan. Sedangkan pada organ berongga, penanganan
Hal umum yang perlu mendapat perhatian adalah atasi dahulu ABC
bila pasien telah stabil baru kita memikirkan penatalaksanaan abdomen itu
sendiri. Pipa lambung, selain untuk diagnostic, harus segera dipasang untuk
Luka tembus dapat mengakibatkan renjatan berat bila mengenai pembuluh darah
besar atau hepar. Penetrasi ke limpa, pancreas, atau ginjal biasanya tidak
mengakibatkan perdarahan massif kecuali bila ada pembuluh darah besar yang
terkena. Perdarahan tersebut harus diatasi segera, sedangkan pasien yang tidak
a) Bila terjadi luka tusuk ( pisau atau benda tajam lainnya), maka tusukan tidak
b) Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan kain kassa
pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah
luka.
14
c) Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak
dari dalam tersebut dibalut dengan kain bersih atau bila ada dengan verban
steril.
d) Immobilisasi pasien
f) Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekan.
a) Pengkajian primer
Deteksi secara cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam
jiwa.
‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu,periksa adakah
benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas, muntahan, makanan,
15
B = breathing, beri nafas, tambah oksigen
cara ‘lihat – dengar – rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada
napas atau tidak. Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan,
dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapatdilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda
sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan
napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas).
kelainan atau injury secara cepat pada tubuh penderita. Setelah pakaian dibuka
perhatikan injury/ jejas pada tubuh penderita dan harus dipasang selimut agar
16
penderita tidak kedinginan. Harus dipakaikan selimut yang hangat, ruangan cukup
hangat dan diberikan cairan intravena yang sudah dihangatkan. Apabila pada primary
survey dicurigai adanya perdarahan dari belakang tubuh lakukan long roll untuk
mengambil sampel urine untuk pemeriksaan urine rutin. Produksi urin merupakan
indikator yang peka untuk menilai keadaan hemodinamik penderita. Urine dewasa ½
digunakan apabila ada dugaan terjadinya ruptur uretra. Ruptur uretra ditandai dengan
adanya darah dilubang uretra bagian luar ( OUE/ Orifisium Uretra External ), adanya
hematom di skrotum dan pada colok dubur prostat terletak tinggi/ tidak teraba.
Kateter lambung dipakai untuk mengurangi distensi lambung dan mencegah muntah.
Isi lambung yang pekat akan mengakibatkan NGT tidak berfungsi. Pemasangan NGT
dapat mengakibatkan muntah. Darah dalam lambung dapat disebabkan darah tertelan,
pemasangan NGT yang traumatik ( ada perlukaan lambung). Apabila lamina fibrosa
patah ( fraktur basis kranii anterior ), kateter lambung harus dipasang melalui mulut
17
H=Heart Monitoring/ Monitoring EKG
- Circulation: nadi, tekanan nadi, tekanan darah, suhu tubuh dan jumlah urine
i-Foto Rontogen
Pemakaian foto rontogen harus selektif dan jangan mengganggu proses resusitasi.
Pada penderita dengan trauma tumpul harus dilakukan 3 foto rutin yaitu foto servikal,
thoraks ( AP ) dan Pelvis ( AP ). Foto servikal AP harus terlihat ke-7 ruas tulang
servikal.
Pada tahap ini harus dicari keadaan yang mengancam nyawa, tetapi sebelum
memegang penderita petugas harus selalu menggunakan alat proteksi diri terlebih
dahulu untuk menghindari tertular penyakit seperti hepatitis dan AIDS. Alat proteksi
diri sebaiknya:
- Sarung tangan
18
- Kaca mata, tertama apaibila menyemburkan darah.
- Sepatu
Survey sekunder adalah pemeriksaan teliti yang dilakukan dari ujung rambut
sampai ujung kaki, dari depan sampai belakang dan setiap lubang dimasukkan jari (
tube finger in every orifice ). Survey sekunder hanya dilakukan apabila penderita
telah stabil. Keadaan stabil yang dimaksud adalah keadaan penderita sudah tidak
menurun, mungkin masih dalam keadaan syok tetapi tidak bertambah berat. Suvey
sekunder harus melalui pemeriksaan yang teliti pada setiap lubang alami ( tubes and
a) Anamnesis
Anamnesis harus lengkap karena akan memberikan gambaran mengenai cedera yang
tungkai bawah.
Anamnesis juga harus meliputi anamnesis AMPLE. Riwayat AMPLE didapatkan dari
19
A : alergi
M : medikasi/ obat-obatan
b) Pemeriksaan Fisik
- Pada inspeksi bagian frekwensinya, iramanya dan adakah jejas pada dada
- Pada palpasi simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan pernapasan
tertinggal.
- Pada inspeksi adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar dari daerah
bagaimana suara detak jantung menjauh atau menurun dan adakah denyut
jantung paradoks.
20
- Pada inspeksi adakah gelisah atau tidak gelisah dan adakah jejas di
kepala.
- Pada inspeksi :
cavum abdomen.
- Pada palpasi :
- Pada perkusi :
cavum abdomen.
- Pada Auskultasi :
21
Kemungkinan adanya peningkatan atau penurunan dari bising
- Pada inspeksi adakah jejas pada daerah rongga pelvis dan adakah
distensi pada daerah vesica urinaria serta bagaimana produksi urine dan
warnanya.
- Pada palpasi adakah nyeri tekan daerah vesica urinaria dan adanya
distensi.
- Pada inspeksi adakah jejas dan kelaian bentuk extremitas terutama daerah
pelvis.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. PK Perdarahan
22
2. Nyeri akut b/d agen cedera fisik( Trauma tumpul / tajam) ditandai dengan
N DIAGNOSA
PERENCANAAN
O KEPERAWATAN
23
teratur terutama TD dan
nadi
2 Nyeri berhubungan NOC : NIC:
dengan agen { Pain Level I. Pain Managemen
injuri(fisik/luka tusuk) { Pain control Lakukan pengkajian
{ Comfort level nyeri secara komprehensif
Kriteria Hasil: termasuk lokasi,
karakteristik,
{ Mampu mengontrol durasi,frekuensi,kualitas
nyeri (tahu penyebab dan faktor presipitasi.
nyeri, mampu Observasi reaksi non
menggunakan tehnik verbal dari
nonfarmakologi untuk ketidaknyamanan
mengurangi nyeri, Gunakan tehnik
mencari bantuan), komunikasi terapeutik
{ Melaporkan nyeri untuk mengetahui nyeri
berkurang dengan pasien
menggunakan Evaluasi bersama
menegemen nyeri pasien dan tim kesehatan
{ Menyatakan rasa lain tentang
nyaman setelah nyeri ketidakefektifan kontrol
berkurang nyeri
{ Tanda vital dalam berikan dukungan
rentang normal terhadap pasien dan
keluarga
Berikan informasi
tentang nyeri
Ajarkan penggunaan
tehnik non farmakologi
24
Berikan analgesik
sesuai anjuran
Beritahu dokter jika
tindakan tidak berhasil
atau terjadi keluhan
Monitor kenyamanan
pasien terhadap
managemen nyeri
II. Analgesik
administration
Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajatnyeri sebelum
pemberian obat
Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
Tentukan Pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
25
dan dosis optimal
Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
Evaluasi keefektifan
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
26
parameter tanda peningkatan untuk proteksi
- Hematuria tekanan intrakranial Monitor kemampuan
- Oliguri/anuria (tidak lebih dari 15 BAB
- Elevasi/penurunan mmHg) Kolaborasi pemberian
BUN/rasio kreatinin analgetik
Gastro Intestinal Monitor adanya
- Secara usus hipoaktif tromboplebitis
atau tidak ada
- Nausea
- Distensi abdomen
- Nyeri abdomen atau
tidak terasa lunak
(tenderness)
27
Nafas pendek Menunjukkan status O2
DO: jalan nafas yang paten Bersihkan mulut,
Penurunan (klien tidak merasa hidung dan secret trakea
tekanan tercekik, irama nafas, Pertahankan jalan nafas
inspirasi/ekspirasi frekuensi pernafasan yang paten
Penurunan dalam rentang normal, Observasi adanya tanda
pertukaran udara tidak ada suara nafas tanda hipoventilasi
per menit abnormal) Monitor adanya
Menggunakan Tanda Tanda kecemasan pasien
otot pernafasan vital dalam rentang terhadap oksigenasi
tambahan normal (tekanan darah, Monitor vital sign
Orthopnea nadi, pernafasan) Informasikan pada
Pernafasan pasien dan keluarga
pursed-lip tentang tehnik relaksasi
Tahap ekspirasi untuk memperbaiki
berlangsung pola nafas.
sangat lama Ajarkan bagaimana
Penurunan batuk efektif
kapasitas vital Monitor pola nafas
Respirasi: < 11 –
24 x /mnt
28
Penyakit kronik gastrointestinal, ............
Imunosupresi genitourinaria dalam Monitor tanda dan
Malnutrisi batas normal gejala infeksi sistemik
Pertahan primer dan lokal
tidak adekuat Pertahankan teknik
(kerusakan kulit, isolasi k/p
trauma jaringan, Inspeksi kulit dan
gangguan membran mukosa
peristaltik) terhadap kemerahan,
panas, drainase
Monitor adanya luka
Dorong masukan
cairan
Dorong istirahat
Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
Kaji suhu badan pada
pasien neutropenia
setiap 4 jam
29
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
berbagai faktor seperti yang tertera di bagian etiologi makalah ini. Trauma
B. SARAN
kejanggalan baik dalam penulisan maupun dalam pengonsepan materi. Utnuk itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kedepan
lebih baik dan penulis berharap kepada semua pembaca mahasiswa khususnya,
30