Вы находитесь на странице: 1из 17

Askep Dermatitis

BAB I
PENDAHULUAN

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu
untuk memahami konseppenyakit dermatitis dan mampu memahamiasuhan keperawatan pen
yakit dermatitis
2. Tujan Khusus
a) Mampu untuk mengetahui penyebabpenyakit dermatitis.
b) Mampu untuk membedakan jenis - jenis penyakit dermatitis
c) Mampu untuk memahami asuhan keperawatan
TINJAUAN TEORI

A. Anatomi Fisiologi
Kulit merupakan pelindung tubuh beragam luas dan tebalnya. Luas kulit orang dewasa
adalah satu setengah sampai dua meter persegi. Tebalnya antara 1,5 – 5 mm, bergantung pada
letak kulit, umur, jenis kelamin, suhu, dan keadaan gizi. Kulit paling tipis pada kelopak mata,
penis, labium minor dan bagian medial lengan atas, sedangkan kulit tebal terdapat di telapak
tangan dan kaki, punggung, bahu, dan bokong. ( Evelyn, 2002 )
Selain sebagai pelindung terhadap cedera fisik, kekeringan, zat kimia, kuman penyakit,
dan radiasi, kulit juga berfungsi sebagai pengindra, pengatur suhu tubuh, dan ikut mengatur
peredaran darah. Pengaturan suhu dimungkinkan oleh adanya jaringan kapiler yang luas di
dermis (vasodilatasi dan vasokonstriksi), serta adanya lemak subkutan dan kelenjar keringat.
Keringat yang menguap di kulit akan melepaskan panas tubuh yang dibawah ke permukaan
oleh kapiler. Berkeringat ini juga menyebabkan tubuh kehilangan air (insesible water loss),
yang dapat mencapai beberapa liter sehari. Faal perasa dan peraba dijalankan oleh ujung saraf
sensoris Vater Paccini, Meissner, Krause, Ruffini yang terdapat di dermis. ( Evelyn, 2002 )
1. Bagian-bagian Kulit Manusia
Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok, yaitu epidermis, dermis atau korium,dan
jaringan subkutan atau subkutis.
1.1 Epidermis
Epidermis terbagi atas lima lapisan, yaitu :
a. Lapisan tanduk atau stratum korneum yaitu lapisan kulit yang paling luar yang terdiri dari
beberapa lapis sel gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya telah berubah menjadi
keratin (zat tanduk).
b. Stratum Lusidum yaitu lapisan sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma berubah menjadi
eleidin (protein). Tampak jelas pada telapak tangan dan kaki.
c. Lapisan granular atau stratum granulosum yaitu 2 atau 3 lapisan sel gepeng dengan
sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Mukosa biasanya tidak memiliki
lapisan ini. Tampak jelas pada telapak tangan dan kaki.
d. Lapisan malpighi atau stratum spinosum. Nama lainnya adalah pickle cell layer (lapisan
akanta). Terdiri dari beberapa lapis sel berbentuk poligonal dengan besar berbeda-beda
karena adanya proses mitosis. Protoplasma jernih karena mengandung banyak glikogen dan
inti terletak ditengah-tengah. Makin dekat letaknya ke permukaan bentuk sel semakin
gepeng. Diantara sel terdapat jembatan antar sel (intercellular bridges) terdiri dari
protoplasma dan tonofibril atau keratin. Penebalan antar jembatan membentuk penebalan
bulat kecil disebut nodus bizzozero. Diantara sel juga terdapat sel langerhans.
e. Lapisan basal atau stratum germinativium. Terdiri dari sel berbentuk kubus tersusun vertikal
pada perbatasan dermo-epidermal, berbaris seperti pagar (palisade),mengadakan mitosis dari
berbagai fungsi reproduktif dan terdiri dari : 1). Sel berbentuk kolumnar dengan protoplasma
basofilik inti lonjong dan besar, dihubungkan satu dengan yang lain dengan jembatan antar
sel.
2). Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell merupakan sel berwarna muda dengan
sitoplasma basofilik dan inti gelap dan mengandung butiran pigmen (melanosomes). (
Evelyn, 2002 )
1.2 Dermis
Dermis atau korium merupakan lapisan bawah epidermis dan diatas jaringan
subkutan. Dermis terdiri dari jaringan ikat yang dilapisan atas terjalin rapat ( pars papilaris),
sedangkan dibagian bawah terjalin lebih longgar ( pars particularis ). Lapisan pasr particularis
mengandung pembuluh darah, saraf, rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus. (
Evelyn, 2002 )
1.3 Jaringan Subkutan (Subkutis atau Hipodermis)
Jaringan subkutan merupakan lapisan yang langsung dibawah dermis. Batas antara
jaringan subkutan dan dermis tidak tegas. Sel
sel yang terbanyak adalah liposit yang menghasilkan banyak lemak. Jaringan
subkutan mengandung saraf, pembuluh darah dan limfe, kandungan rambut
dan di lapisan atas jaringan
subkutan terdapat kelenjar keringan. Fungsi dari jaringan subkutan adalah penyekat pa
nas, bantalan terhadap trauma dan tempat penumpukan energi. ( Evelyn, 2002 )
2 Fisiologi Kulit
Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut :
a. Pelindung atau proteksi
Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringan- jaringan tubuh di
sebelah dalam dan melindungi tubuh dari pengaruh- pengaruh luar seperti luka dan serangan
kuman. Lapisan paling luar dari kulit ari diselubungi dengan lapisan tipis lemak, yang
menjadikan kulit tahan air. Kulit dapat menahan suhu tubuh,menahan,luka-luka
kecil, mencegah zat kimia dan bakteri masuk ke dalam tubuh serta menghalau rangsang-
rangsang fisik seperti sinar ultraviolet dari matahari. ( Evelyn, 2002 )
b. Penerima rangsang
Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik yang berhubungan
dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan getaran. Kulit sebagai alat perasa
dirasakan melalui ujung-ujung saraf sensasi. ( Evelyn, 2002 )
c. Pengatur panas atau thermoregulasi
Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan konstruksi pembuluh
kapiler serta melalui respirasi yang keduanya dipengaruhi saraf otonom. Tubuh yang
sehat memiliki suhu tetap kira-kira 98,6 derajat
Farenheit atau sekitar 36,50C. Ketika terjadi perubahan pada suhu
luar, darah dan kelenjar keringat kulit mengadakan penyesuaian seperlunya dalam
fungsinya masing-masing. Pengatur panas adalah
salah satu fungsi kulit sebagai organ antara tubuh dan lingkungan. Panas akan hilang
dengan penguapan keringat. ( Evelyn, 2002 )

d. Pengeluaran (ekskresi)
Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-kelenjar keringat yang
dikeluarkan melalui pori-pori keringat dengan membawa garam, yodium dan zat kimia
lainnya. Air yang dikeluarkan melalui kulit tidak saja disalurkan melalui keringat tetapi juga
melalui penguapan airtransepidermis sebagai pembentukan keringat yang tidak disadari. (
Evelyn, 2002 )
e. Penyimpanan.
Kulit dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak. ( Evelyn, 2002 )
f. Penyerapan terbatas
Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang larut
dalam lemak dapat diserap ke dalam kulit. Hormon yang terdapat pada krim muka dapat
masuk melalui kulit dan mempengaruhi lapisan
kulit pada tingkatan yang sangat tipis. Penyerapan terjadi melalui
muara kandung rambut dan masuk ke dalam saluran kelenjar palit, merembes melalui
dinding pembuluh darah ke dalam peredaran darah kemudian ke berbagai organ tubuh
lainnya. ( Evelyn, 2002 )
g. Penunjang penampilan
Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang tampak halus,
putih dan bersih akan dapat menunjang penampilan Fungsi lain dari kulit yaitu kulit dapat
mengekspresikan emosi seseorang seperti kulit memerah, pucat maupun konstraksi otot
penegak rambut. ( Evelyn, 2002 )

B. Definisi
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-
resensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal). (Adhi
Juanda,2005)
Dermatitis adalah radang kulit yang disebabkan oleh banyak faktor seperti sengatan sinar
matahari, gigitan nyamuk, infeksi bakteri, jamur, dan bahan-bahan kimia.
Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan
gejala berbeda:
1. Contact Dermatitis
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang
menempel pada kulit. (Adhi Djuanda,2005)
Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang
terdapat pada tanaman merambat atau detergen. Indikasi dan gejala antara kulit memerah dan
gatal. Jika memburuk, penderita akan mengalami bentol-bentol yang meradang. Disebabkan
kontak langsung dengan salah satu penyebab iritasi pada kulit atau alergi. Contohnya sabun
cuci/detergen, sabun mandi atau pembersih lantai. Alergennya bisa berupa karet, logam,
perhiasan, parfum, kosmetik atau rumput.
2. Neuro Dermatitis
Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit
tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau
gosokan yang berulang-ulang karena berbagai ransangan pruritogenik. (Adhi Djuanda,2005)
Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil, datar dan dapat
berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah pakaian ketat yang
kita kenakan menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita untuk menggaruk
bagian yang terasa gatal. Biasanya muncul pada pergelangan kaki, pergelangan tangan,
lengan dan bagian belakang dari leher.
3. Seborrheic Dermatitis
Kulit terasa berminyak dan licin, melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara kedua alis,
belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini seringkali diakibatkan faktor
keturunan, muncul saat kondisi mental dalam keadaan stres atau orang yang menderita
penyakit saraf seperti Parkinson.
4. Stasis Dermatitis
Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena(atau hipertensi vena)
tungkai bawah. (Adhi Djuanda,2005). Yang muncul dengan adanya varises, menyebabkan
pergelangan kaki dan tulang kering berubah warna menjadi memerah atau coklat, menebal
dan gatal. Dermatitis muncul ketika adanya akumulasi cairan di bawah jaringan kulit. Varises
dan kondisi kronis lain pada kaki juga menjadi penyebab.
5. Atopic Dermatitis
Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal yang umumnya
sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan
kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita (D.A, rinitis alergik,
atau asma bronkial). Kelainan kulit berupa papul gatal yang kemudian mengalami ekskoriasi
dan likenifikasi, distribusinya dilipatan (fleksural).(Adhi Djuanda,2005)
Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit menebal, dan pecah-pecah.
Seringkali muncul di lipatan siku atau belakang lutut. Dermatitis biasanya muncul saat alergi
dan seringkali muncul pada keluarga, yang salah satu anggota keluarga memiliki asma.
Biasanya dimulai sejak bayi dan mungkin bisa bertambah atau berkurang tingkat
keparahannya selama masa kecil dan dewasa. (ros/Detikhealth).
C. Etiologi
Penyebab dermatitis kadang-kadang tidak di ketahui. Sebagian besar merupakan respon
kulit terhadap agen-agen, misalnya zat kimia, protein, bakteri dan fungus. Respon tersebut
dapat berhubungan dengan alergi. Alergi adalah perubahan kemampuan tubuh yang di dapat
dan spesifik untuk bereaksi. Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya
bahan kimia (contoh : detergen,asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu),
mikroorganisme (contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari dalam (endogen), misalnya
dermatitis atopik. (Adhi Djuanda,2005)
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat menjadi
penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki penyebab berbeda
pula. Sering kali, kulit yang pecah-pecah dan meradang yang disebabkan eksim menjadi
infeksi. Jika kulit tangan ada strip merah seperti goresan, kita mungkin mengalami selulit
infeksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan pada
kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas saat disentuh dan
selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan tubuhnya tidak bagus. (Adhi
Djuanda,2005)
D. Manifestasi Klinis
Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut terutama
pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada muka (terutama
palpebra dan bibir), gangguan fungsi kulit dan genetalia eksterna.
1. Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan
eksudasi sehingga tampak basah.
2. Stadium subakut: eritema, edema berkurang, eksudat mongering menjadi kusta.
3. Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan likenefikasi.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis sejak awal
memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis. (Adhi Djuanda,2005)

E. Patofisiologi
1. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak alergik termasuk reaksi tipe IV ialah hipersenitivitas tipe lambat.
Patogenesisnya melalui dua fase yaitu fase indukdi (fase sensitisasi) dan fase elisitasi. Fase
induksi ialah saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit mengenal dan
memberikan respon, memerlukan 2-3 minggu. Fase elesitasin ialah saat terjadi pajanan ulang
dengan alergen yang sama atau serupa sampai timbul gejala klinis. (Adhi Djuanda,2005)
Pada fase induksi, hapten (proten tak lengkap) berfenetrasi ke dalam kulit dan berikatan
dengan protein barier membentuk anti gen yang lengkap. Anti gen ini ditangkap dan diproses
lebih dahulu oleh magkrofak dan sel Langerhans, kemudian memacu reaksi limfoisit T yang
belum tersensitasi di kulit, sehingga terjadi sensitasi limposit T, melalui saluran limfe,
limfosit yang telah tersensitasi berimigrasi ke darah parakortikal kelenjar getah bening
regional untuk berdiferensiasi dan berfoliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitasi
secara spesifik dan sel memori. Kemudian sel-sel tersebut masuk ke dalam sirkulasi, sebagian
kembali ke kulit dan sistem limfoid, tersebar di seluruh tubuh, menyebabkan keadaan
sensetivitas yang sama di seluruh kulit tubuh.Pada fase elisitasi, terjadi kontak ulang dengan
hapten yang sama atau serupa. Sel efektor yang telah tersensitisasi mengeluarkan limfokin
yang mampu menarik berbagai sel radang sehingga terjadi gejala klinis. (Adhi Djuanda,2005)
2. Dermatitis Atopik
Belum diketahui secara pasti. Histamin dianggap sebagai zat penting yang memberi reaksi
dan menyebabkan pruritus. Histamin menghambat kemotaktis dan emnekan produksi sel
T. Sel mast meningkat pada lesi dermatitis atopi kronis. Sel ini mempunyai kemampuan
melepaskan histamin. Histamin sendiri tidak menyababkan lesi ekzematosa. Kemungkinan
zat tersebut menyebabkan prutisus dan eritema, mungkin karena gerakan akibat gatal
menimbulkan lesi ekzematosa. Pada pasien dermatitis atopik kapasitas untuk menghasilkan
IgE secara berlebihan diturunkan secara genetic (Adhi Djuanda,2005)
3. Neuro Dermatitis
Kelainan terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel, bentuk numuler, dengan diameter
bervariasi 5 – 40 mm. Bersifat membasah (oozing), batas relatif jelas, bila kering membentuk
krusta bagian tubuh.(Adhi Djuanda,2005)
4. Dermatitis Statis
Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga memanjang dan melebar.
Terlihat berkelok-kelok seperti cacing (varises). Cairan intravaskuler masuk ke jaringan dan
terjadilah edema. Timbul keluhan rasa berat bila lama berdiri dan rasa kesemutan atau seperti
ditusuk-tusuk. Terjadi ekstravasasi eritrosit dan timbul purpura. Bercak-bercak semula
tampak merah berubah menjadi hemosiderin. Akibat garukan menimbulkan erosi, skuama.
Bila berlangsung lama, edema diganti jaringan ikat sehingga kulit teraba kaku, warna kulit
lebih hitam (Adhi Djuanda,2005)
5. Dermatitis Seiboroika
Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa skuama kering, basah atau
kasar; krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi. Tempat kulit kepala, alis,
daerah nasolabial belakang telinga, lipatan mammae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat
bokong, lipat paha dan skrotum. Pada kulit kepala terdapat skuama kering dikenal sebagai
dandruff dan bila basah disebut pytiriasis steatoides ; disertai kerontokan rambut(Adhi
Djuanda,2005)

F.
Faktor Endogen :
Predisposisi genetic, factor alergen
Faktor Eksogen :

Pathway

G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul menurut Adhi Juanda, 2005 adalah :
1. Kerusakan integritas kulit
2. Gangguan Konsep diri
3. Infeksi sekunder
4. Gangguan rasa nyaman

H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dalam kasus dermatitis menurut Adhi Juanda, 2005
adalah :
1. Pemeriksaan penunjang :
a. Percobaan asetikolin (suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin 1/5000)
b. Percobaan histamine hostat disuntikkan pada lesi
2. Laboratorium
a. Darah : Hb, leukosit, trombosit, elektrolit, protein total, albumin, globulin
b. Urin : pemeriksaan histopatologi

I. Penatalaksanaan Medis dan Perawat


Menurut Adhi Jaunda, 2005 penatalaksanaan medis dan perawat yang dilakukan pada kasus
dermatitis adalah :
1. Terapi Sistemik : pada dermatitis ringan diberi antihistamin atau kombinasi
antihistamin, antiserotonin, antigraditinin, arit-SRS-A dan pada kasus berat dipertimbangkan
pemberian kortikosteroid.
2. Terapi topical : dermatitis akut diberi kompres bila sub akut cukup diberi bedak
kocok bila kronik diberi salep.
3. Diet : tinggi kalori dan tinggi protein (TKTP) contoh : daging, susu, ikan,
kacamg-kacangan, jeruk, pisang dan lain-lain.
BAB III
PROSES ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
1.1 Identitas Klien
Identitas klien terdiri dari nama, usia, alamat, pekerjaan, agama, status.
1.2 Identitas Penanggung jawab
Identitas penanggung jawab adalah identitas dari seseorang yang bertanggung jawab atas
pasien termasuk dalam hal menanggung biaya. Biasanya terdiri dari nama, usia, alamat,
pekerjaan, agama, status, dan hubungan dengan pasien.
2. Keluhan Utama
Biasanya pasien mengeluh gatal pada kulitnya.
3. Riwayat Kesehatan:
3.1 Riwayat Penyakit Sekarang : Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang
ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk
menanggulanginya.
3.2 Riwayat Penyakit Dahulu :Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya
3.3 Riwayat Penyakit Keluarga :Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini
atau penyakit kulit lainnya.
3.4 Riwayat Psikososial :Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang
mengalami stress yang berkepanjangan.
3.5 Riwayat Pemakaian Obat :Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai
pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.
4. Pemeriksaan fisik
4.1 Sistem pernafasan (B1)
Tidak ada gangguan sistem pernafasan, bunyi nafas vesikuler, tidak ada wheezing dan ronkhi,
irama reguler.
4.2 Sistem kardiovaskuler (B2)
Tidak adaa gangguan sirkulasi darah irama jantung normal, tidak ada takikardi dan nadi
teraba normal.
4.3 Sistem persyarafan (B3)
Kesadaran composmentis, adanya nyeri tekan pada kulit yang mengalami lesi.
4.4 Sistem perkemihan (B4)
BAK normal, warna kuning kekuning-kuningan, bau urine khas.
4.5 Sistem pencernaan (B5)
Mukosa lembab, nafsu makan baik, BAB normal.
4.6 Sistem muskuloskeletal dan integumen (B6)
Nyeri tekan pada bagian otot, otot yang mengalami lesi mengalami penurunan fungsi otot
akibat nyeri tekan, warna putih tidak ikterik tidak ada cyanosis, kulit terlihat agak
kering, integritas kulit ditemukan luka bekas garukan seperti kemerahan timbul
bula / pustulla turgor
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan adanya lesi kulit.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi dermatitis, respon menggaruk.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan perlindungan kulit.
C. Perencanaan
No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
keperawatan kriteria hasil
1. Nyeri b.d Tujuan : 1. Kaji jenis dan 1. Dapat mengetahui
adanya lesi kulit Setelah dilakukan tingkat nyeri pasien.( kriteria nyeri pasien
tidakan tentukan apakah
keperawatan nyerinya kronis atau
selama 1x3 jam, akut. Selain itu, kaji
diharapkan nyeri factor yang dapat
berkurang atau mengurangi atau
teradaptasi memperberat; lokasi,
durasi, intensitas dan
Kriteria hasil : karakteristik nyeri;
1. Pasien dan tanda-tanda dan
melaporkan nyeri gejala psikologis.
berkurang Nyeri Pengkajian
dapat diadaptasi berkelanjutan
2. Dapat membantu
mengidentifikasi meyakinkan bahwa
aktifitas yang penanganan dapat
meningkatkan memenuhi kebutuhan
atau menurunkan pasien dalam
nyeri mengurangi nyeri.
3. Pasien tidak Dokumentasikan
gelisah dan skala respons pasien
nyeri 0-1 atau terhadap pertanyaan 2. Untuk memfasilitasi
teradaptasi anda dengan pengkajian yang
bahasanya sendiri akurat tentang tingkat
untuk menghindari nyeri pasien
interprestasi subjektif)
2. Minta pasien untuk
menggunakan sebuah3. Untuk menentukan
skala 1 sampai 10 keefektifan obat
untuk menjelaskan
tingkat nyerinya
(dengan nilai 10
menandakan tingkat
nyeri paling berat)
3. Berikan obat yang
dianjurkan untuk
mengurangi nyeri,
bergantung pada
gambaran nyeri
pasien. pantau adanya4. Tindakan ini
reaksi yang tidak meningkatkan
diinginkan terhadap kesehatan,
obat. Sekitar 30 kesejahteraan, dan
sampai 40 menit peningkatan tingkat
setelah pemberian energy, yang penting
obat, minta pasien untuk pengurangan
untuk menilai kembali nyeri
nyerinya dengan skala5. Untuk menurunkan
1 sampai 10 ketegangan atau
4. Atur periode spasme otot dan untuk
istirahat tanpa mendistribusikan
terganggu kembali tekanan pada
bagian tubuh
6. Tehnik
nonfarmakologis
pengurangan nyeri
akan efektif bila nyeri
pasien berada pada
tingkat yang dapat
ditoleransi

5. Bantu pasien untuk


mendapat posisi yang
nyaman, dan gunakan
bantal untuk
membebat atau
menyokong daerah
yang sakit bila perlu

6. Pada saat tingkat


nyeri pasien tidak
terlalu kentara,
implementasikan
tehnik mengendalikan
nyeri alternatif
2. Kerusakan Tujuan : 1. Inspeksi kulit 1.Untuk menentukan
integritas kulit Setelah dilakukan pasien setiap keefektifan regimen
b.d inflamasi tindakan pergantian tugas jaga, perawatan kulit
dermatitis, keperawatan jelaskan dan 2.Untuk meningkatkan
respon selama 3x24 jam dokumentasikan kenyamanan dan
menggaruk diharapkan kondisi kulit dan kesejahteraan
kerusakan laporkan perubahan 3. Pengurangan nyeri
integritas kulit 2. Lakukan tindakan diperlukan untuk
dapat membaik pendukung, sesuai mempertahankan
Kriteria hasil : indikasi kesehatan
1. Pasien 3. Bantu pasien dalam 4. Untuk
menunjukkan melakukan tindakan meningkatkan rasa
tidak adanya hygiene dan sejahtera pasien
kerusakan kulit kenyamanan 5. Untuk mencegah
2. Pasien kerusakan kulit
menunjukkan 4. Berikan obat nyeri 6. Untuk mencegah
turgor kulit yang sesuai program dan kemungkinan infeksi
normal pantau keefektifannya
5. Pertahankan
lingkungan yang
nyaman
6. Gunakan kasur busa,
penyangga, atau
peralatan lain,
Peringatkan agar tidak 7. Tindakan tersebut
menyentuh luka atau mengurangi tekanan,
balutan, Atur posisi meningkatkan
pasien supaya nyaman sirkulasi dan
dan meminimalkan mencegah kerusakan
tekanan pada kulit
penonjolan tulang. 8. Tindakan ini
7. Ubah posisi pasien membantu
minimal setiap 2 jam. mengurangi ansietas
Pantau frekuensi dan meningkatkan
pengubahan posisi ketrampilan koping
pasien dan kondisi 9. Untuk mendorong
kulitnya kepatuhan

8. Berikan kesempatan
pasien untuk
mengungkapkan
perasaan tentang
masalah kulitnya

9. Berikan pengarahan
pada pasien dan
anggota keluarga atau
pasangan dalam
program perawatan
kulit
3. Gangguan pola Tujuan : 1. Berikan kesempatan 1. Mendengar aktif
tidur b.d pruritus Dalam waktu pasien untuk dapat membantu
1x24 jam pasien mendiskusikan menentukan penyebab
mencapai pola keluhan yang kesulitan tidur
tidur/istirahat mungkin menghalangi
yang memuaskan tidur
Kriteria hasil : 2. Rencanakan asuhan 2. Tindakan ini
1. Pasien keperawatan rutin memungkinkan
mengungkapkan yang memungkinkan asuhan keperawatan
perasaan cukup pasien tidur tanpa yang konsisten dan
beristirahat terganggu memberikan waktu
2. Pasien tidak untuk tidur tanpa
menunjukkan 3. Berikan bantuan terganggu
tanda-tanda fisik tidur kepada pasien, 3. Hygiene pribadi
deprivasi tidur seperti bantal, mandi secara rutin dapat
3. Menghindari sebelum tidur, mempermudah tidur
konsumsi kafein makanan atau bagi sejumlah pasien
4. Mengenali minuman dan bahan
tindakan untuk bacaan.
meningkatkan 4. Ciptakan
tidur lingkungan tenang 4. Tindakan ini dapat
yang kondusif untuk mendorong istirahat
tidur dan tidur
5. Berikan pengobatan
yang diprogramkan
untuk meningkatkan 5. Agens hipnotik
pola tidur normal memicu tidur, obat
pasien. pantau dan penenang menurunkan
catat reaksi yang tidak ansietas
diharapkan
6. Minta pasien untuk
setiap pagi
menjelaskan kualitas
tidur malam
sebelumnya
7. Berikan pendidikan
kesehatan kepada 6. Tindakan ini
pasien tentang teknik membantu mendeteksi
relaksasi seperti adanya gejala perilaku
imajinasi terbimbing, yang berhubungan
relaksasi otot dengan tidur
progresif dan meditasi 7. Upaya relaksasi
yang bertujuan
biasanya dapat
membantu
meningkatkan tidur
4. Gangguan citra Tujuan : 1. Terima persepsi diri 1. Untuk memvalidasi
tubuh b.d Dalam waktu pasien dan berikan perasaannya
penampakan 1x24 jam pasien jaminan bahwa ia
kulit yang tidak menerima dapat mengatasi krisis
baik perubahan citra ini 2. Untuk mendapat
tubuh 2. Ketika membantu nilai dasar pada
Kriteria hasil : pasien yang sedang pengukuran kemajuan
1. Pasien melakukan perawatan psikologisnya
berpartisipasi diri, kaji pola koping 3. Untuk
dalam berbagai dan tingkat harga meningkatkan rasa
aspek perawatan dirinya kemandirian dan
dan dalam 3. Dorong pasien control
pemgambilan melakukan perawatan 4. Agar pasien dapat
keputusan tentang diri mengungkapkan
perawatan. keluhannya dan
2. Pasien 4. Berikan kesempatan memperbaiki
menyatakan kepada pasien untuk kesalahpahaman
perasaan positif menyatakan perasaan 5. Untuk mendukung
terhadap dirinya tentang citra tubuhnya adaptasi dan kemajuan
sendiri dan hospitalisasi. yang berkelanjutan
3. Pasien 5. Bimbing dan
berpartisipasi kuatkan focus pasien
dalam program pada aspek-aspek
rehabilitasi dan positif dari
konseling penampilannya dan
upayanya dlam
menyesuaikan diri
dengan perubahan
citra tubuhnya
5. Resiko infeksi Tujuan : Minimalkan resiko 1. Mencuci tangan
b.d kerusakan Setelah infeksi pasien dengan adalah satu-satunya
perlindungan melakukan : cara terbaik untuk
kulit tindakan 1. Mencuci tangan mencegah penularan
keperawatan sebelum dan setelah pathogen
selama 1x24 jam, memberikan 2. Sarung tangan dapat
infeksi dapat perawatan melindungi tangan
dihindari pada saat memegang
Kriteria hasil : 2. Mengunakan sarung luka yang dibalut atau
1. Tanda-tanda tangan untuk melakukan berbagai
vital dalam batas mempertahankan tindakan.
normal. asepsis pada saat 3. Suhu yang terus
2. Tidak adanya memberikan meningkat setelah
tanda-tanda perawatan langsung pembedahan dapat
infeksi merupakan tanda
3. Pantau suhu minimal awitan komplikasi
setiap 4 jam dan catat pulmonal, infeksi luka
pada kertas grafik. atau dehisens, infeksi
Laporkan evaluasi saluran kemih atau
segera tromboflebitis
4. Mencuci tangan
mencegah penyebaran
pathogen terhadap
objek dan makanan
lain
5. Tindakan tersebut
memungkinkan pasien
4. Bantu pasien untuk berpartisipasi
mencuci tangan dalam perawatan dan
sebelum dan sesudah membantu pasien
makan dan setelah memodifikasi gaya
dari kamar mandi. hidup untuk
mempertahankan
5. Beri pendidikan tingkat kesehatan ang
kepada pasien optimum
mengenai :
a. Teknik mencuci
tangan yang baik.
b. Factor-faktor yang
meningkatkan resiko
infeksi
c. Tanda-tanda dan
gejala infeksi

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau pengaruh faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa
efloresensi polimorfik ( eritema, edema, papul, vesikel, skuama) dan keluhan gatal.
Klasifikasi Dermatitis adalah dermatitis kontak, dermatitis atopik, dermatitis numularis dan
demertitis soboik. Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti. Sebagian besar
merupakan respon kulit terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri dan fungi selain itu
alergi makanan juga bisa menyebabkan dermatitis. Manifestasi klinis dermatitis adanya
tanda-tanda radang akut terutama pruritus ( gatal ), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema
misalnya pada muka ( terutama palpebra dan bibir ), gangguan fungsi kulit dan genitalia
eksterna. Pemeriksaan penunjang dan lab dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa medis
maupun keperawatan, komlikasi yang mungkin muncul pada penatalaksaan medis dan
keperawatan adalah infeksi.
Asuhan keperawatan yang dapat dilakukan mencakup beberapa diagnosa yaitu Nyeri
berhubungan dengan adanya lesi kulit, kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
inflamasi dermatitis, respon menggaruk, gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus,
gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik dan resiko
infeksi berhubungan dengan kerusakan perlindungan kulit.

B. Saran
Dengan adanya makalah mengenai asuhan keperawatan dermatitis ini, semoga pembaca
dapat mengerti tentang penyakit dermatitis, dan diharapkan mampu untuk membuat asuhan
keperawatan terutama mengenai penyakit dermatitis. Dan mengaplikasikan intervensi yang
ada dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

http://ichaemilisafis.wordpress.com/2012/11/12/anatomi-fisiologi-kulit/ diakses pada tanggal


12 November 2012
http://www.scribd.com/doc/149610886/Dermatitis-Pathway diakses pada september 2013
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta:
Salemba Medika.

Diposting oleh Biji Bintang Habibitasari di 14.05


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

A. KONSEP MEDIS
1. DEFINISI
Dermatitis adalah suatu peradangan pada dermis dan epidermis yang dalam
perkembangannya memberikan gambaran klinik berupa efloresensi polimorf dan pada umumnya
memberikan gejala subjektif gatal. (Mulyono :1986)
Dermatitis adalah peradangan epidermis dan dermis yang memberikan g ejala subjektif gatal
dan dalam perkembangannya memberikan efloresensi yang polimorf. (Junaidi Purnawan : 1982)

2. ETIOLOGI
Berdasarkan etiologinya dermatitis dibagi dalam type :
a. Dermatits kontak
- Dermatitis kontak toksis akut
Suatu dermatitis yang disebabkan oleh iritan primer kuat / absolut. Contok : H 2SO4 , KOH, racun
serangga.
- Dermatitis Kontak Toksis Kronik
Suatu dermatitis yang disebabkan oleh iritan primer lemah / relatif. Contoh : sabun , detergen.
- Dermatitis Kontak Alergi
Suatu dermatitis yang disebabkan oleh alergen . Contoh : logam (Ag, Hg), karet, plastik, dll.
b. Dermatitis Atopik
Suatu peradangan menahun pada lapisan epidermis yang disebabkan zat-zat yang bersifat alergen.
Contoh : inhalan (debu, bulu).
c. Dermatitis Perioral
Suatu penyakit kulit yang ditandai adanya beruntus-beruntus merah disekitar mulut. Penyebabnya
tidak diketahui, menyerang wanita berusia 20-60 tahun dan bisa muncul pemakaian salep
kortikosteroid diwajah untuk mengobati suatu penyakit.

d. Dermatitis Statis
Suatu peradangan menahun pada tungkai bawah yang sering meninggalkan bekas, yang disebabkan
penimbunan darah dan cairan dibawah kulit, sehingga cenderung terjadi varises dan edema.
3. PATOFISIOLOGI
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis ataupun epidermis
yang disebabkan oleh beberapa zat alergen ataupun zat iritan.
Zat tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan hipersensitifitas pada kulit
yang terkena tersebut.
Masa inkubasi sesudah terjadi sensitisasi permulaan terhadap suatu antigen adalah 5-12 hari,
sedangkan masa reaksi setelah terkena yang berikutnya adalah 12-48 jam.
Adapun faktor-faktor yang ikut mendorong perkembangan dermatitis adalah gesekan,
tekanan, balutan, macerasi, panas dan dingin, tempat dan luas daerah yang terkena dan adanya
penyakit kulit lain.

4. TANDA DAN GEJALA


a. Dermatitis Kontak
Gatal-gatal , rasa tidak enak karena kering, kulit berwarna coklat dan menebal.
b. Dermatitis Atopik
Gatal-gatal , muncul pada beberapa bula pertama setelah bayi lahir, yang mengenai wajah, daerah
yang tertutup popok, tangan, lengan dan kaki.
c. Dermatitis Perioral
Gatal-gatal bahkan menyengat, disekitar bibir tampak beruntus-beruntus kecil kemerahan.
d. Dermatitis Statis
Awalnya kulit merah dan bersisik, setelah beberapa minggu / bulan , warna menjadi coklat.

5. KOMPLIKASI
1. Katarak
2. Infeksi oleh bakteri , virus da jamur

6. PENGOBATAN
1. Terapi umum
- Hindari faktor penyebab.
- Jaga kulit jangan sampai kering  pelembab.
- Berikan pengertian untuk tidak digaruk.
2. Terapi Lokal
- Salep / krim / losio kortikosteroid.
3. Terapi Sistemik
- Anti histamin.
- Kortikosteroid ; dosis 40-60 mg.
- Antibiotik ; Eritromisin, Dewasa 4x 250 mg/hr.
4x 125 mg/hr.

Вам также может понравиться