Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PRAKTEK AUDIT
OLEH:
I. BUKTI AUDIT
1.1. Pengertian Bukti Audit
Mulyadi (2002 : 74) dalam Ricky Aditia (2012) mendefinisikan bukti audit sebagai
: Segala informasi yang mendukung angka – angka atau informasi lain yang disajikan
dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk
menyatakan pendapatnya.
Arens, Elder dan Beasley (2008 : 225) mendefinisikan bukti audit “sebagai setiap
informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit
telah dinyatakan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan”.
Berdasarkan beberapa penjelasan pengertian bukti audit diatas maka dapat ditarik
kesimpulan, bukti audit adalah Segala informasi yang mendukung data yang disajikan
dalam laporan keuangan, yang digunakan auditor sebagai dasar untuk menyatakan
pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan. Informasi tersebut terdiri dari Bukti
yang berasal dari data akuntansi dan bersifat sebagai informasi pendukung lainnya. Bukti
yang berasal dari data akuntansi dapat berupa jurnal, buku besar dan buku pembantu,
pedoman akuntansi terkait, Informasi dan catatan memorandum (kertas kerja
perhitungan-perhitungan, rekonsiliasi). Sedangkan Bukti yang merupakan informasi
pendukung lainnya dapat berupa inspeksi dan pemeriksaan fisik, Konfirmasi dan
pernyataan tertulis, dokumen-dokumen (cek, faktur, perjanjian, kontrak, dll), Informasi
dari wawancara, observasi seperti obeservasi pada sistem pengendalian internal
perusahaan.
Secara tidak langsung, hal tersebut diatas telah melukiskan hubungan antara asersi
manajemen dengan tujuan umum audit. Karena kewajaran laporan keuangan sangat
ditentukan integritas berbagai asersi manajemen yang terkandungdalam laporan
keuangan.
4. Bukti Audit Sebagai Dasar yang Layak untuk Menyatakan Pendapat Auditor
Pertimbangan auditor tentang kelayakan bukti audit dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu:
a. Pertimbangan professional, merupakan salah satu faktor yang menentukan
keseragaman penerapan mutu dan jumlah bukti yang diperlukan dalam audit.
b. Integritas manajemen, auditor akan meminta bukti kompeten jika terdapat
keraguan terhadap integritas manajemen.
c. Kepemilkikan publik versus terbatas, auditor memerlukan tingkat keyakinan yang
lebih tinggi dalam audit atas laporan keuangan perusahaan publik dibandingkan
dengan audit atas laporan keuangan perusahaan yang dimiliki oleh dikalangan
terbatas.
d. Kondisi keuangan, auditor harus mempertahankan pendapatnya atas laporan
keuangan auditan dan mutu pekerjaan audit yang telah dilaksanakan sekalipun
jika perusahaan yang telah diaudit mengalami kesulitan keuangan ataupun
kebangkrutan.
b. Konfirmasi (confirmation)
Konfirmasi menggambarkan penerimaan tanggapan baik secara tertulis mupun
lisan dari pihak ketiga yang independen yang memverifikasikan keakuratan
informasi sebagaimana yang diminta oleh auditor. Permintaan ini ditujukan bagi
klien, dan klien meminta pihak ketiga yng independen untuk memberikan
tanggapannya secara langsung kepada auditor. Karena konfirmasi-konfirmasi ini
datang dari berbagai sumber yang independent terhadap klien, maka jenis bukti
audit ini sangatlah dihargai dan merupakan jenis bukti yang paling sering
dipergunakan, walaupun banyak menghabiskan waktu dan biaya.
Ada tiga jenis konfirmasi yaitu:
Konfirmasi positif, merupakan konfirmasi yang respondennya diminta untuk
menyatakan persetujuan atau penolakan terhadap informasi yang ditanyakan.
Blank confirmation, merupakan konfirmasi yang respondenya diminta untuk
mengisikan saldo atau informasi lain sebagai jawaban atas suatu hal yang
ditanyakan.
Konfirmasi negatif, merupakan konfirmasi yang respondenya diminta untuk
memberikan jawaban hanya jika ia menyatakan ketidaksetujuannya terhadap
informasi yang ditanyakan.
Jenis-jenis informasi utama yang seringkali dikonfirmasikan, bersama-sama
dengan sumber konfirmasinya, ditampilkan dalam tabel dibawah ini:
INFORMASI SUMBER
Aktiva
Kas pada bank Bank
Piutang dagang Pelanggan
Surat piutang Pembuat surat
Persediaan di luar dan Pihak yang menerima konsinyasi
dikonsinyasikan (Consignee)
Persediaan tersimpan dalam Gudang umum
gudang umum
Nilai kas dalam asuransi jiwa Perusahaan asuransi
Kewajiban
Utang dagang Kreditur
Surat utang Pemberi pinjaman
Uang muka dari pelanggan Pelanggan
Utang hipotik Pemberi hipotik (mortgagor)
Utang obligasi Pemegang obligasi
Modal Sendiri
Saham yang beredar Pencatat saham dan agen transfer saham
Informasi Lainnya
Nilai cakupan asuransi Perusahaan asuransi
Kewajiban kontingen Bank, pemberi pinjaman, dan penasihat
hukum klien
Perjanjian obligasi Pemegang obligasi
Agunan yang dikuasai oleh para Kreditur
kreditur
Tabel 2 Informasi yang Sering Dikonformasikan
c. Dokumentasi (documentation)
Dokumentasi adalah pengujian auditor atas berbagai dokumen dan catatan
klien untuk mendukung informasi yng tersaji atau seharusnya tersaji dalam
laporan keuangan. Berbagai dokumen yang di uji auditor adalah catatan-catatan
yang dipergunakan oleh klien untuk menyediakan informasi bagi pelaksanaan
bisnis yang terorganisasi. Karena pada umumnya setip transaksi dalam organisasi
klien ini minimal didukung oleh selembar dokumen, maka jenis bukti audit ini
tersedia dalam jumlah besar.
Menurut sumber dan tingkat kepercayaan bukti, bukti dokumenter dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar dan dikirim kepada auditor
secara langsung.
Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar dan dikirim kepada auditor melalui
klien.
Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan oleh klien.
Dokumentasi merupakan suatu bentuk bukti yang dipergunakan secara luas
dalam setiap penugasan audit karena pada umumnya jenis bukti ini telah tersedia
bagi auditor dengan biaya perolehan bukti yang relative rendah.seringkali jenis
bukti ini merupakan satu-satunya jenis bukti audit yang layak dan siap pakai.
d. Prosedur analitis (analytical procedures)
Prosedur Analitis menggunakan berbagai perbandingan dan hubungan-
hubungan untuk menilai apakah saldo-saldo akun atau data lainnya nampak wajar.
e. Wawancara kepada klien (inquiries of the client)
Wawancara adalah upaya untuk memperoleh informasi baik secara lisan
maupun tertulis dari klien sebagai tanggapannya atas berbagai tanggapannya atas
berbagai pertanyaan yang diajukan oleh auditor. Masalah yang dapat ditanyakan
antara lain meliputi kebijakan akuntansi, lokasi dokumen dan catatan,
pelaksanaan prosedur akuntansi yang tidak lazim, kemungkinan adanya utang
bersyarat maupun piutang yang sudah lama tidak ditagih.
Walaupun banyak bukti yang diperoleh dari klien berasal dari hasil
wawancara ini, bukti tersebut tidak dapat dinyatakan sebagai bukti yang
meyakinkan karena tidak diperoleh dari sumber yang independen dan barangkali
cenderung mendukung pihak klien. Oleh karena itu, saat auditor memperoleh
bukti dari hasil wawancara ini, pada umumnya merupakan suatu keharusan bagi
auditor untuk memperoleh bukti audit lainnya yang lebih meyakinkan melalui
berbagai prosedur lainnya.
f. Hitung uji (reperformance)
Hitung uji ini melibatkan pengujian kembali berbagai perhitungan dan
transfer informasi yang dibuat oleh klien pada suatu periode yang berada dalam
periode audit pada sejumlah sampel yang diambil auditor. Pengujian kembali atas
berbagai perhitungan ini terdiri dari pengujian atas keakuratan aritmatis klien. Hal
ini mencakup sejumlah prosedur seperti pengujian perkalian dalam faktur-faktur
penjualan dan persediaan, penjumlahan dalam jurnal-jurnal dan catatan-catatan
pendukung, serta menguji perhitungan atas beban depresiasi dan beban dibayar di
muka. Pengujian kembali atas berbagai transfer informasi mencakup penelusuran
nilai-nilai untuk memperoleh keyakinan bahwa pada saat informasi tersebut
dicantumkan pada lebih dari satu tempat, maka informasi tersebut selalu dicatat
dalam nilai yang sama pada setiap saat.
g. Observasi (observation)
Observasi adalah penggunaan indera perasa untuk menilai aktivitas-
aktivitas tertentu. Sepanjang proses audit, terdapat banyak kesempatan bagi
auditor untuk mempergunakan indera penglihatan, pendengaran, perasa, dan
penciumannya dalam mengevaluasi berbagai item yang sangat beraneka ragam.
Merupakan kewajiban auditor untuk menindaklanjuti berbagai kesan pertama
yang didapatnya dengan berbagai bentuk bukti audit lainnya yang bersifat nyata.
6. Keputusan yang Harus Diambil Oleh Auditor Berkaitan dengan Bukti Audit
Dalam proses pengumpulan bukti audit,auditor melakukan 4 pengambilan
keputusan yang saling berkaitan, yaitu:
a. Penentuan prosedur audit yang akan digunakan
Untuk mengumpulkan bukti audit, auditor mengunakan prosedur audit.
Contoh prosedur audit disajikan berikut ini.
Hitung penerimaan kas yang belum disetor pada tanggal neraca dan awasi uang
kas tersebut sampai dengan saat penyetoran ke bank.
Mintalah cut-off bank statement dari bank kira-kira untuk jangka waktu dua
minggu setelah tanggal neraca.
Lakukan pengamatan terhadap perhitungan fisik sediaan yang diselenggarakan
oleh klien.
b. Penentuan Besarnya Sampel
Keputusan mengenai banyak unsur yang harus diuji harus diambil oleh
auditor untuk setiap prosedur audit. Besarnya sampel akan berbeda-beda di antara
yang satu dengan audit yang lain dan dari prosedur yang satu ke prosedur audit
yang lain.
c. Penentuan Unsur Tertentu yang Dipilih Sebagai Anggota Sampel
Setelah besarnya sampel ditentukan untuk prosedur audit tertentu, auditor
masih harus memutuskan unsur mana yang akan dipilih sebagai anggota sampel
untuk diperiksa.
d. Penentuan Waktu yang Cocok untuk Melaksanakan Prosedur Audit
Karena audit terhadap laporan keuangan meliputi suatu jangka waktu tertentu,
biasa nya 1 tahun, maka auditor dapat mulai mengumpulkan bukti audit segera
awal tahun. Umumnya, klien menghendaki diselesaikan dalam jangka waktu satu
minggu dengan tiga bulan setelah tanggal neraca.
c. Prosedur analitis
Prosedur analitik meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat atau
ratio yang dihitung dari jumlah-jumlah yang tercatat, dibandingkan dengan harapan
yang dikembangkan oleh auditor. Prosedur analitik merupakan bagian penting dalam
proses audit dan terdiri dari evaluasi terhadap informasi keuangan yang dibuat dengan
mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan yang satu dengan data
keuangan lainnya, atau antara data keuangan dengan data nonkeuangan. Prosedur
analitik mencakup perbandingan yang paling sederhana hingga model yang rumit yang
mengaitkan berbagai hubungan dan unsur data.
Asumsi dasar penerapan prosedur analitik adalah bahwa hubungan yang masuk
akal di antara data dapat diharapkan tetap ada dan berlanjut, kecuali jika timbul kondisi
yang sebaliknya. Kondisi tertentu yang dapat menimbulkan penyimpangan dalam
hubungan ini mencakup antara lain, peristiwa atau transaksi yang tidak biasa,
perubahan akuntansi, perubahan usaha, fluktuasi acak, atau salah saji.
Pemahaman hubungan keuangan adalah penting dalam merencanakan dan
mengevaluasi hasil prosedur analitik, dan secara umum juga menuntut dimilikinya
pengetahuan tentang klien dan industri yang menjadi tempat usaha klien. Pemahaman
atas tujuan prosedur analitik dan keterbatasannya juga penting. Oleh karena itu,
identifikasi hubungan dan jenis data yang digunakan, serta kesimpulan yang diambil
apabila membandingkan jumlah yang tercatat dengan yang diharapkan, membutuhkan
pertimbangan auditor. Prosedur analitik digunakan dengan tujuan sebagai berikut:
a) Membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit
lainnya.
b) Sebagai pengujian substantif untuk memperoleh bukti tentang asersi tertentu yang
berhubungan dengan saldo akun atau jenis transaksi.
c) Sebagai review menyeluruh informasi keuangan pada tahap review akhir audit.
Auditor mempertimbangkan tingkat keyakinan, jika ada, yang diinginkannya
dari pengujian substantif untuk suatu tujuan audit dan memutuskan, antara lain
prosedur yang mana, atau kombinasi prosedur mana, yang dapat memberikan tingkat
keyakinan tersebut. Untuk asersi tertentu, prosedur analitik cukup efektif dalam
memberikan tingkat keyakinan memadai. Namun, pada asersi lain, prosedur analitik
mungkin tidak seefektif atau seefisien pengujian rinci dalam memberikan tingkat
keyakinan yang diinginkan.
Efektivitas dan efisiensi yang diharapkan dari suatu prosedur analitik dalam
mengidentifikasikan kemungkinan salah saji tergantung atas, antara lain:
a) Sifat asersi.
b) Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksikan suatu hubungan.
c) Ketersediaan dan keandalan data yang digunakan untuk mengembangkan
harapan.
d) Ketepatan harapan.
Al. Haryono Jusup, 2001, Auditing, Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi YKPN
Halim, Abdul dan Totok Budi Santoso. 2004. Auditing 2. Yogyakarta: Uni Penerbit dan
Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.
IAPI. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Jusup, Al. Haryono. 2002. Auditing, buku 2. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
http://www.scribd.com/doc/51208226/13/A-Pengertian-dan-Jenis-Program-Audit