Вы находитесь на странице: 1из 21

LAPORAN KASUS UJIAN

Disusun Oleh:
Catherine Dorinda Candawasa
11.2015.228

Penguji:
dr. Asmarahadi, Sp.KJ
dr. Agung Frijanto, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RUMAH SAKIT JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA



STATUS PSKIATRI
Nama : Catherine Dorinda Candawasa NIM : 11.2015.228 (FK UKRIDA)
Dokter Pembimbing :
dr. Asmarahadi, Sp.KJ Tanda Tangan:
dr. Agung Frijanto, Sp.KJ

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. J
Tempat/Tgl. lahir : Jakarta, 06 September 1998
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status perkawinan : Belum menikah
Bangsa/Suku : Indonesia
Alamat : Jl. Apus 1A/61. RT.01/06 Kota Bambu Selatan
Dokter yang merawat : dr. Savitri, Sp. KJ
Masuk RS tanggal : 19 Januari 2018
Ruang perawatan : Ruang Elang 2

II. RIWAYAT PSIKIARTIK


Autoanamnesis :
• Tanggal 26 Januari 2018, pukul 16.00 WIB, di Ruang Elang 2 Rumah
Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan.

2

• Tanggal 29 Januari 2018, pukul 10.00 WIB, di Ruang Elang 2 Rumah
Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan.
• Tanggal 30 Januari 2018, pukul 10.00 WIB, di Ruang Elang 2 Rumah
Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan.

Alloanamnesis :
• Tanggal 28 Januari 2018, pukul 17.00 WIB dilakukan alloanamnesis
dengan ibu pasien Ny. U via telepon.
• Tanggal 29 Januari 2018, pukul 14.00 WIB dilakukan alloanamnesis
dengan ibu pasuen Ny. U bertemu di ruang Elang 2 Rumah Sakit Jiwa
Soeharto Heerdjan.

A. KELUHAN UTAMA
Pasien datang diantar oleh ibunya karena keluhan mengamuk hingga
menyakiti dirinya sendiri sejak 2 jam SMRS.

B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG


Tiga minggu yang SMRS, pasien semakin sering berbicara sendiri dan
marah – marah tanpa alasan yang jelas. Saat itu pasien sedang berada di Bali
di rumah neneknya untuk merayakan natal bersama nenek dan kakeknya.
Pasien juga sempat mengamuk dan membanting barang serta keluar dari
rumah dengan telanjang dan tidak memakai alas kaki. Pasien mengatakan
kalau dirinya melihat Leak Bali. Menurut neneknya, pasien sering mendengar
bisikan yang mengajaknya berbicara. Apabila diajak bicara pasien sering tidak
nyambung. Setelah kejadian ini nenek pasien langsung menghubungi ibu
pasien dan segera ibu pasien pun pergi ke Bali. Keesokannya pasien langsung
dibawa ke RSU Bangli di Bali dan pasien sempat dirawat di sana selama 2
minggu. Pasien diduga menjadi seperti ini akibat pada saat di Bali pasien

3

tidak meminum obat secara teratur karena ibunya tidak ikut ke Bali dan tidak
ada yang mengawasi. Kemudian dalam satu minggu SMRS gejala pasien
mulai timbul lagi dan lebih berat dari yang sebelumnya pasien semakin sering
berbicara sendiri, marah – marah, menangis, dan tertawa sendiri. Pasien juga
sempat membangunkan orang – orang di rumahnya dan menyuruh
keluarganya untuk sholat padahal keluarga pasien dan pasien beragama
Kristen. Apabila keluarga pasien tidak menuruti apa yang pasien suruh pasien
akan marah – marah dan mengamuk. Keluarga pasien mengatakan kalau
pasien sempat bercerita bahwa dirinya mendengar bisikan – bisikan yang
menyuruhnya untuk memukuli dirinya dan memukuli tembok. Terkadang
pasien juga sulit tidur dan menangis sendiri di kamarnya. Pasien harus disuruh
mandi dan makan oleh ibunya, dan pasien akan menurut jika ibu pasien
memberikannya rokok. Saat sehari sebelum masuk RSJ, pasien sudah tidak
bisa dikontrol lagi oleh ibu pasien. Pasien tiba – tiba mengamuk tanpa alasan
hingga memukuli dirinya sendiri, memukuli tembok hingga tangannya
berdarah dan membanting – banting barang di rumahnya. Oleh karena itu ibu
pasien memutuskan untuk membawa pasien ke RSJSH.
Saat dikonfirmasi kepada pasien di bangsal Elang 2 apa yang terjadi
sehari sebelum dibawa ke RSJSH, pasien mengatakan lupa apa yang telah
dilakukannya, pasien hanya ingat kalau ada yang berbisik kepadanya dan
menyuruhnya untuk memukuli dirinya sendiri. Pasien mengaku sering melihat
bakteri – bakteri kecil pada dirinya. Pasien menyangkal mempunyai perasaan
curiga terhadap orang lain. Pasien lebih sering bercerita kalau dirinya perokok
berat dan dirinya pernah dicekik dari belakang saat mengendarai motor.
Pasien ditanya ulang tentang pendidikan terakhir, pasien menjawab lulusan
SMA. Sempat kuliah jurusan sastra inggris namun berhenti karena dirinya
malas. Pasien mengaku dirinya diikuti oleh Leak Bali. Saat ditanya pasien
mengetahui kalau dirinya berada di RSJSH tetapi pasien tidak merasa kalau
dirinya sakit. Pasien juga mengaku masih sering mendengar bisikan – bisikan,

4

dan masih melihat bakteri – bakteri. Pasien cenderung pendiam dan tidak
terlalu bersosialisasi di rumah sakit. Sehari – harinya do RSJSH pasien hanya
duduk diam di kamar, pasien masih sering berbicara sendiri, tertawa sendiri
dan menangis sendiri.

C. RIWAYAT GANGGUAN DAHULU


1. Riwayat Gangguan Psikiatrik
Pasien pertama kali mengalami keluhan seperti ini pada tahun 2016
bulan September. Saat itu pasien mendadak ngamuk di busway dan
memarah – marahi orang hingga hampir memukul penumpang. Pasien
ditangkap dan dibawa oleh satpam ke Panti Sosial Puri Kembangan dan
tinggal di panti selama 2 hari sebelum akhirnya ibu pasien mengetahui
bahwa pasien berada di panti sosial tersebut. Pihak panti menyarankan
agar ibu pasien segera membawa pasien ke rumah sakit jiwa, pada hari itu
juga ibu pasien membawa pasien ke IGD RSJSH dan sempat dirawat
selama 1 minggu. Namun keluarga pasien meminta pasien pulang dan
dirawat jalan saja dengan alasan tidak tega dengan pasien. Pasien control
secara teratuk ke poliklinik RSJSH dan meminum obat secara teratur,
kondisi pasien pun mulai membaik. Pasien dapat makan, mandi dan
merawat diri sendiri tanpa harus disuruh. Hanya saja terkadang pasien
suka duduk dan bengong, tetapi kalau dipanggil dan diajak berbicara oleh
ibunya pasien masih dapat menjawab dengan baik. Sebelum kejadian ini
keluarga pasien mengaku sudah kurang lebih 3 bulan sebelumnya ada
yang berubah dari perilaku pasien, pasien lebih sering berdiam diri di
kamar tidak mau keluar kamar beberapa kali pasien juga menangis,
tertawa, berbicara sendiri dan pembicaraan pasien tidak jelas. Tetapi
pasien tidak sampai mengamuk dan tidak sampai menyakiti diri sendiri
dan orang lain. Pasien jadi kurang merawat diri sendiri, pasien harus

5

disuruh makan dan mandi. Namun keluarga pasien tidak menganggap ini
sebagai sesuatu yang serius dan tidak membawanya berobat.
Pada tahun 2017 bulan Desember saat pasien di Bali dan dititipkan
dengan neneknya disana untuk merayakan natal, pasien sering lupa
meminum obat dan tidak ada yang mengawasi pasien disana. Keluhan
pasien mulai muncul seperti mendengar bisikan, berbicara, tertawa,
menangis sendiri dan keluar rumah dengan telanjang.

2. Riwayat Gangguan Medik


Keluarga pasien mengatakan tidak pernah mengalami sakit yang
serius, tidak pernah kejang sebelumnya. Pasien juga tidak pernah
mengalami kecelakaan atau trauma pada kepala yang menyebabkan pasien
pingsan atau mengalami penurunan kesadaran.

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


Pasien merokok sejak SMP, dalam satu hari pasien bisa menghabiskan
dua sampai tiga bungkus rokok. Keluarga pasien menyatakan pasien tidak
memiliki riwayat pemakaian NAPZA.

6

4. Riwayat Gangguan Sebelumnya
A. Grafik Perjalanan Penyakit

Okt – Nov
Januari 2017
2016

Sept 2016 Des 2016


Tingkat Keparahan

Juni 2016

Waktu
Juni 2016. Pasien mulai Okt-Nov 2016.Pasien Des 2016. Pasien ke
menarik diri dari Sept 2016. Pasien mulai mengalami Bali tidak bersama
lingkungannya, tidak mau mengamuk di busway perbaikan, dapat ibunya, tidak ada yang
bergaul dengan teman – memarah – marahi mengontrol bisikan – mengawasi minum
temannya. Mulai tertawa, orang dan hampir bisikan. Dapat kembali obat, pasien tidak
menangis dan berbicara memukul orang. merawat diri. Pasien teratur minum obat.
sendiri. Kurang mengurus Pasien pertama kali rajin kontrol ke piliklinik Pasien mengamuk,
diri harus disuruh makan dibawa ke RSJSH. RSJSH. menghancurkan
dan mandi oleh ibunya. barang,keluar rumah

dengan telanjang.


Januari 2018. Diantar ke IGD.

Keluhan pasien bertambah parah.

Pasien mengamuk hingga memukuli

dirinya sendiri, dan memukuli
tembok hingga tangannya berdarah.

7

D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

5. Riwayat Prenatal dan Perinatal :


Pasien merupakan anak ke 1 dari 4 bersaudara. Pasien merupakan anak
yang direncanakan dan diinginkan dalam keluargnya. Selama masa
kehamilan tidak ditemukan adanya masalah. Pasien dilahirkan cukup
bulan secara normal.
6. Riwayat Perkembangan Kepribadian:
! Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
Pasien merupakan anak yang aktif dengan proses tumbuh kembang
sesuai dengan anak-anak seusianya. Keluarga pasien mengaku bahwa pasien
tidak pernah sakit parah, trauma kepala maupun kejang.
! Masa Kanak Menengah (3-11 tahun)
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien cenderung pendiam dan
lebih cuek. Tidak tertarik untuk berinteraksi dengan orang lain. Pasien juga
tidak pintar bergaul dan hampir tidak memiliki teman. Prestasi pasien di
sekolah biasa saja.
! Masa Kanak Akhir (Pubertas dan Remaja)
Keluarga pasien mengatakan, pasien merupakan pribadi yang pendiam
dan tidak banyak bergaul. Pasien juga cuek terhadap lingkungan sekitarnya.
Pasien hanya memiliki beberapa teman. Pasien Lebih sering menyendiri di
kamarnya. Keluarga pasien menyangkal adanya masalah saat sekolah, tidak
pernah berbuat aneh – aneh seperti membuat keributan atau berkelahi
dengan orang lain.

4. Riwayat Pendidikan
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien memulai pendidikan saat
berusia enam tahun. Pasien tidak pernah mengalami tinggal kelas.

8

Pendidikan terakhir pasien yaitu sekolah menengah atas. Pasien sempat
berkuliah di jurusan sastra inggris hingga semester 2 lalu pada tahun 2016
pasien tidak ingin melanjutkan kuliahnya lagi. Pasien mengatakan dirinya
tidak ingi melanjutkan kuliahnya karena dirinya sering mendengar bisikan
sehingga tidak dapat berkonsenterasi pada saat belajar. Pada saat di
kampus pasien juga terkenal sebagai pribadi yang pendiam dan
menyendiri. Pasien tidak banyak bicara dengan orang disekitarnya.

5. Riwayat Pekerjaan
Pasien tidak pernah bekerja.

6. Riwayat Kehidupan Beragama


Pasien beragama Kristen, pasien mengatakan bahwa dirinya sering pergi
ke gereja diajak oleh keluarganya.

7. Kehidupan perkawinan/psikoseksual
Pasien mengatakan belum pernah mempunyai pacar. Belum menikah.

E. RIWAYAT KELUARGA (Tiga generasi)

Pasien merupakan anak ke 1 dari 3 bersaudara. Pasien tinggal bersama


kedua orangtua dan 1 adik perempuannya. Ayah pasien sudah meninggal pada
tahun 2005. Dalam keluarga pasien tidak terdapat riwayat anggota keluarga
yang mengalami gangguan seperti pasien atau gangguan mental lainnya.
Tidak ada yang pernah dirawat akibat gangguan pskiatri.

9

Genogram keluarga Tn. J:

Keterangan:

= Laki-laki = Wanita = Meninggal = Pasien = Tinggal 1 rumah


F. RIWAYAT PELANGGARAN HUKUM

Pasien tidak pernah berurusan dengan penegak hukum dan tidak pernah terlibat
dalam proses peradilan yang terkait dengan hukum.

G. KEHIDUPAN SOSIOEKONOMI SEKARANG

Pasien tinggal serumah dengan kedua orangtua dan 1 adik perempuannya. Pasien
tidak bekerja dan untuk memenuhi kebutuhan hidup, pasien masih bergantung pada
ibu pasien. Pasien jarang berinteraksi dengan orang, selain keluarga. Pasien
menghabiskan kegiatan sehari-hari hanya di rumah. Keluarga pasien mengaku bahwa
pasien jarang membantu pekerjaan dirumah.

10

III. STATUS MENTAL
(Pemeriksaan tanggal 26 Januari 2018, pukul 16.00 WIB)
a. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pasien seorang laki-laki, berusia 19 tahun, tampak sesuai dengan
usianya, memakai seragam RSJSH berwarna biru. Pasien tampak
terawat, kesan gizi baik.
2. Kesadaran: Compos Mentis
3. Perilaku:
a. Sebelum wawancara : Pasien tampak duduk tenang di ranjang
kamarnya.
b. Selama wawancara : Pasien duduk tenang di depan
pemeriksa, pada saat berbicara pasien tidak melihat wajah
pemeriksa. Pasien beberapa kali tertawa sendiri waktu di
wawancara saat ditanya pasien mengatakan ada bisikan yang
membuatnya tertawa. Saat ditanya pasien sempat diam dahulu
selama beberapa waktu dan butuh ditanya beberapa kali baru
pasien akan menjawab pertanyaan. Terkadang pembicaraan
pasien suka tidak nyambung dan jawaban pasien tidak sesuai
dengan pertanyaan pemeriksa.
c. Sesudah wawancara : Pasien bersalaman dengan pemeriksa
saat mengakhiri percakapan.
4. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
5. Pembicaraan :
a. Cara berbicara : Tidak spontan, volume dan intonasi
cukup, artikulasi jelas, hamoir tidak ada kontak mata dengan
pemeriksa.
b. Gangguan berbicara : Tidak terdapat hendaya bahasa atau
gangguan berbicara.

11

b. ALAM PERASAAN
1. Mood : Hipotim
2. Afek : Terbatas
3. Keserasian : Serasi

c. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi : (+) Auditorik, (+) Visual
2. Ilusi : (-) Tidak ada
3. Depersonalisasi : (-) Tidak ada
4. Derealisasi : (-) Tidak ada

d. FUNGSI INTELEKTUAL
1. Taraf pendidikan : SMA
2. Pengetahuan umum : Baik (Pasien dapat menyebutkan salah
satu nama presiden di Indonesia)
3. Kecerdasan : Cukup (Pasien dapat lulus SMP
dengan nilai yang cukup dan pasien tidak pernah tinggal kelas.
4. Konsentrasi & perhatian : Kurang (Pasien kesulitan dalam
berhitung pengurangan 7 mundur dari angka 100)
5. Orientasi:
a. Waktu: Baik (Pasien dapat membedakan pagi, siang, sore dan
malam hari)
b. Tempat: Baik (Pasien mengetahui dirinya sekarang berada di
RSJSH)
c. Orang: Baik (Pasien mengetahui sedang diwawancarai oleh
okter muda dan mengingat namanya)

12

6. Daya ingat:
a. Jangka panjang : Baik (Pasien mengingat nama sekolah
pasien saat SMA)
b. Jangka pendek : Baik (pasien mengingat sudah
makan pagi dan siang serta makan selingan (snack) dan
mengingat menu makanan)
c. Segera : Kurang (di akhir percakapan,
pasien tudak dapat mengingat nama dokter muda)
7. Pikiran abstrak: Baik (Pasien dapat menyebutkan perbedaan antara
apel dan jeruk)
8. Visuospasial: Baik (Pasien mampu menggambar pentagon/segilima
berhimpit)
9. Kemampuan menolong diri: Baik (Pasien bisa makan, minum, mandi,
berpakaian dan merawat diri sendiri)

e. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
a. Produktifitas : Cukup ide
b. Kontinuitas : Blocking
c. Hendaya bahasa : (-) Tidak ada
2. Isi pikir
a. Waham : (+) Waham kejar
b. Preokupasi : (-) Tidak ada
c. Obsesi : (-) Tidak ada
d. Fobia : (-) Tidak ada

13

f. PENGENDALIAN IMPULS
Terganggu, saat wawancara pasien masih tidak dapat mengkontrol bisikan-
bisikan sehingga pasien masih suka bengong dan tertawa sendiri.

g. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial : Terganggu (Pasien tidak mau bersosialisasi
dengan pasien – pasien lainnya, pasien selalu menyendiri di kamar.)
2. Uji daya nilai : Baik (Pasien mengatakan jika dirinya
menemukan dompet jatuh di jalan dirinya akan mengembalikan
kepada pemiliknya)
3. Daya nilai realitas : Terganggu.

h. TILIKAN
Derajat 1 (Pasien menyangkal atau tidak merasa sakit)

i. REALIABILITAS
Dapat dipercaya.

IV. PEMERIKSAAN FISIK

A. STATUS INTERNUS
• Keadaan umum : Baik, tampak tenang
• Kesan gizi : Gizi baik
• Kesadaran : Compos mentis
• Tanda vital:
o Tekanan darah : 120/170 mmHg
o Nadi : 82x/menit
o Suhu : Afebris
o Pernapasan : 20x/menit.

14

Status generalis:
• Kepala : normosefal, rambut berwarna hitam, pendek,
distribusi rambut merata
• Mata : pupil bulat, isokor, simetris, refleks cahaya
+/+, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
• Hidung : bentuk normal, septum deviasi (-), sekret -/-
• Telinga : normotia, nyeri tekan -/-
• Mulut : bibir pucat (-), sianosis (-), trismus (-), tonsil
T1/T1, tonsil/faring hiperemis (-)
• Leher : tidak teraba pembesaran KGB dan tiroid.
• Paru : bentuk dada simteris, retraksi (-), suara napas
vesikular +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
• Jantung : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
• Abdomen : bentuk datar, supel, NT (-), bising usus (+)
• Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
• Kulit : sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), turgor
baik, kelembaban normal

B. STATUS NEUROLOGIK
• Saraf kranial : dalam batas normal
• Refleks fisiologis : dalam batas nornal
• Refleks patologis : tidak ada
• Motorik : dalam batas normal
• Sensorik : dalam batas normal
• Fungsi luhur : baik
• Gejala EPS : bradikinesia (-), rigiditas (-), tonus otot dalam
batas normal, resting tremor (-), dystonia (-)

15

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Perlu dilakukan pemeriksaan penunjang berupa darah rutin, fingsi hati dan
ginjal.

VI. PENEMUAN BERMAKNA

Pada September 2016 pasien bernama Tn.J berusia 19 tahun pertama kali
mengalami gangguan, pasien sampai berhenti kuliah karena tidak dapat
berkonsenterasi dan tidak dapat mengontrol bisikan – bisikan yang
mengganggunya. Tahun 2016 pasien pertama kali berobat ke RSJSH dan sempat
dirawat selama 1 minggu namun keluarga meminta pulang paksa dan meminta
dirawat jalan saja karena tidak tega melihat pasien di RSJ. Sejak saat itu pasien
rajin kontrol ke Poliklinik RSJSH.

Pada Desember 2016 pasien pergi ke Bali berencana untuk merayakan natal
bersama nenek dan kakeknya disana, karena ibu pasien tidak ikut ke Bali karena
berhalangan dengan urusan pekerjaan di Bali tidak ada yang mengontrol pasien
untuk minum obat sehingga pasien mengalami gangguan lagi dan sempat dirawat
di RSU Bangli selama 2 minggu namun tidak ada perbaikan yang berarti.

Tanggal 19 Januari 2018 ibu pasien memutuskan untuk membawa pasien


pulang ke Jakarta karena ibunya merasa kondisi pasien sudah mulai stabil.
Sesampainya di jakarta kondisi pasien malah bertambah parah, pasien mengamuk
hingga menyakiti dirinya sendiri dengan memukuli dirinya sendiri dan memukul
tembok hingga tangannya berdarah. Sehingga ibu pasien memutuskan untuk
membawa pasien ke IGS RSJSH.

Pada saat wawancara pasien duduk tenang di depan pemeriksa, pada saat
berbicara pasien tidak melihat wajah pemeriksa. Pasien beberapa kali tertawa

16

sendiri waktu di wawancara saat ditanya pasien mengatakan ada bisikan yang
membuatnya tertawa. Saat ditanya pasien sempat diam dahulu selama beberapa
waktu dan butuh ditanya beberapa kali baru pasien akan menjawab pertanyaan.
Terkadang pembicaraan pasien suka tidak nyambung dan jawaban pasien tidak
sesuai dengan pertanyaan pemeriksa. Pada pemeriksaan pskiatri dan fisik
didapatkan: kesadaran neurologis kompos mentis, terdapat halusinasi auditorik
dan visual, waham kejar, RTA terganggu, tilikan derajat 1.

VII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

Aksis I : F 20.0 Skizofrenia Paranoid

Aksis II : Ciri kepribadian skizoid

Aksis III : Tidak ada

Aksis IV : primary support group (pengetahuan keluarga tentang keteraturan


minum obat)

Aksis V : GAF current : 20 – 11

GAF HLPY : 60 – 51

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I :

• Termasuk gangguan jiwa karena adanya:


- Gangguan fungsi/ hendaya dan disabilitas: tidak mau melanjutkan
kuliah dan terdapat hendaya dalam kehidupan sehari-hari.

17

- Distress: perubahan perilaku, pasien marah-marah, mengamuk,
membanting barang, memukul diri sendiri, mendengar suara
bisikan, dan melihat bakteri –bakteri dan leak Bali.
• Gangguan bukan merupakan gangguan mental organik karena:
- Tidak ada gangguan kesadaran neurologis
- Tidak ada riwayat penggunaan NAPZA
• Gangguan psikotik, karena terdapat hendaya dalam menilai realita yang
dibuktikan dengan adalnya:
- Halusinasi auditorik command, pasien mendengar suara bisikan
yang menyuruhnya untuk membangunkan keluarganya untuk
sholat.
- Waham kejar, pasien merasa diikuti oleh leak bali.
• Diagnosis kerja adalah Skizofrenia tipe paranoid karena:
- Memenuhi kriteria umum skizofrenia
- Terdapat halusinasi auditorik dan visual
- Terdapat waham kejar
- Terdapat gejala yang berulang lebih dari satu bulan
- Terdapat perubahan dalam perilaku dan penarikan diri secara sosial.
Aksis II : Ciri kepribadian skizoid

- Pasien cenderung pendiam, tidak suka besosialisasi, hampir tidak


memiliki teman dan bersikap cuek terhadap sekitarnya.

Aksis III : Tidak ada

Aksis IV : primary support group (pengetahuan keluarga tentang keteraturan


minum obat)

18

Aksis V :

- GAF Current : 20-11 (Sedikit berbahaya menyakiti diri sendiri atau


orang lain, seperti bersikap kasar, gangguan berat dalam komunikasi)

- GAF HLPY : 60 - 51 (Gejala sedang, disabilitas ringan)

IX. PROGNOSIS

- Quo ad vitam : Dubia ad bonam


- Quo ad functionam : Dubia ad bonam
- Quo ad sanationam : Dubia ad malam

X. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


• Faktor yang memperberat:
" Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai penyakit dan
pengobatan paisen
" Frekuensi dan tingkat kekambuhan yang sering
" Kurangnya pengontrolan minum obat
• Faktor yang memperingan:
" Dukungan keluarga untuk berobat
" Tidak ada gangguan mental organik

XI. DAFTAR MASALAH

• Psikiatrik : Terdapat halusinasi auditorik dan visual, waham kejar,


marah- marah, mengamuk, merusak barang, menyakiti
diri sendiri.

19

• Sosial/keluarga :
- Masalah primary support group, dimana
kurangnya pengetahuan keluarga mengenai
penyakit dan pengobatan pasien dan
pengetahuan keteraturan minum obat.

XII. TERAPI

- Rawat Inap

• Dengan indikasi bahwa perilaku pasien menyakiti dirinya sendiri,


memukul dirinya sendiri dan memukuli tembok sampai tangannya
berdarah diindikasikan untuk stabilisasi pengobatan.

- Medikamentosa

• Oral
• Risperidone 2 x 2 mg PO
Alasan pemilihan dan pemberian risperidone karena risperidone
merupakan salah satu first line treatment pada pasien dengan gejala
psikotik. Risperidone termasuk golongan obat antagonis reseptor
serotonin dan dopamin (SDA) atau disebut juga antispikotik generasi
kedua/ antipsikotik atipikal. Golongan SDA memperbaiki dua jenis
hendaya yang menjadi ciri khas skizofrenia, yaitu yang pertama adalah
gejala positif seperti halusinasi, waham, pikiran terganggu serta yang
kedua adalah gejala negatif seperti menarik diri, afek datar, anhedonia dan
hendaya kognitif. SDA memiliki risiko gejala ekstrapiramidal yang lebih
kecil apabila dibandingkan dengan obat golongan antagonis resptor
dopamin.

20

• Trihexyphenidyl (THP) 2x2 mg PO
(Apabila terdapat gejala ekstrapiramidal sindrom)

- Non-medikamentosa:

1. Psikoedukasi:
• Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit yang
diderita oleh pasien, rencana penatalaksanaan, efek samping
pengobatan serta prognosis penyakit pasien.
• Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya minum
obat dan kontrol ke poli untuk berobat jalan secara teratur, gejala awal
yang harus diwaspadai saat terjadi kekambuhan serta dukungan
keluarga dalam keberhasilan pengobatan pasien.
2. Psikoterapi
• Memberikan kesempatan pasien untuk menceritakan masalahnya.
• Memberikan penjelasan kepada pasien bahwa gejala gangguanya akan
hilang dan dapat dikendalikan.
3. Sosioterapi
• Menganjurkan pasien untuk tetap bersosialisasi dengan pasien lain.
• Melibatkan pasien dalam kegiatan rehabilitasi piskososial berupa
latihan keterampilan sosial di RSJSH (daycare).
• Menganjurkan pasien untuk kembali beraktivitas setelah keluar dari
RSJSH.

21

Вам также может понравиться