Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
berskala regional maupun lokal, berupa textbook, makalah ilmiah / jurnal dan
laporan penelitian.
berdasarkan kondisi litologi penyusun, pola struktur dan morfologi yang ada
menjadi 7 zona fisiografi (Gambar 3.1) dari utara sampai selatan, yaitu:
termasuk bagian dari Cekungan Jawa Tengah Selatan yang terletak di bagian
32
mengarah barat-timur (van Bemmelen, 1949 ) dan merupakan geoantiklin yang
membentang dari barat ke timur sepanjang 100 kilometer yang terbagi menjadi
dua bagian yang dipisahkan oleh Lembah Jatilawang, yaitu bagian barat dan
bagian dari Zona Pegunungan Serayu Selatan bagian tengah, yaitu pada daerah
Gambar 3.1. Peta fisiografi daerah Jawa Tengah – Jawa Timur (van Bemmelen,
1949; dalam Hartono, 2010).
Kabanaran (360 m) dan bisa dideskripsikan mempunyai elevasi yang sama dengan
Zona Depresi Bandung di Jawa Barat ataupun sebagai elemen struktural baru di
33
Jawa Tengah. Bagian ini dipisahkan dengan Zona Bogor oleh Depresi Majenang
(van Bemmelen, 1949), sedangkan pada bagian timur Pegunungan Serayu Selatan
dibangun oleh antiklin Ajibarang (narrow anticline) yang dipotong oleh aliran
Sungai Serayu yang dimana antiklin tersebut pada bagian timur Banyumas
Luk Ulo atau sering disebut tinggian Kebumen (Kebumen High). Pada bagian
paling ujung timur Pegunungan Serayu Selatan dibentuk oleh kubah Pegunungan
Kulonprogo (1022 m), yang terletak di antara Purworejo dan Sungai Progo (van
Bemmelen, 1949).
maupun proses eksogenik. Tinggian dan rendahan dari barat ke timur yaitu
Pegunungan Serayu Selatan adalah Sungai Luk Ulo, Kali Medono, Sungai Ijo,
Sungai Kemit, Sungai Jatinegara, Sungai Tambak dan Sungai Sapi serta anak
sungai Sungai Serayu dan Sungai Bogowonto. Dua waduk berada di Pegunungan
34
3.2. Stratigrafi Pegunungan Serayu Selatan
Serayu Selatan ini telah banyak dipelajari oleh para ahli geologi dan
pendekatan atau mengacu pada tatanan stratigrafi Cekungan Jawa Tengah yang
stratigrafi regional pada peta geologi regional lembar Banyumas menurut (Asikin,
dkk., 1992) (Gambar 3.2). Urutan stratigrafi batuan dari tua ke muda yaitu
35
Gambar 3.2. Kolom korelasi stratigrafi regional pada peta geologi lembar
36
Banyumas (Asikin, dkk., 1992).
Stratigrafi Pegunungan Serayu Selatan (Asikin, dkk., 1992) di daerah
Pliosen).
dan tuf dengan sisipan breksi. Formasi ini menindih secara selaras di atas
bagian bawah sampai tengah dari kipas bawah laut. Umur formasi ini
tersusun atas breksi gunung api yang berkomposisi basalt dan sebagian
terdapat dua buah struktur sesar mendatar utama yang berlawanan, sesar mendatar
37
Muria – Kebumen (baratdaya – timurlaut, arah Meratus, sinistral) dan sesar
memotong bagian tengah Pulau Jawa dan bertemu di bagian selatan Jawa Tengah.
besar tersebut telah menyebabkan : (1) Lekukan / identasi struktur garis pantai
utara dan selatan Jawa Tengah, (2) Penyingkapan kompleks batuan tua melange
Luk Ulo – Karangsambung, (3) Penenggelaman bagian utara Jawa Tengah, (4)
dan (5) Pembentukan cekungan Jawa Tengah bagian selatan. Semua gejala ini
Gambar 3.3. Posisi tektonik Jawa Tengah dan dua sesar mendatar regional yang
mengapitnya (Satyana dan Purwaningsih, 2002).
Pola struktur tersebut tidak lepas dari peran tataan tektonik di Indonesia
38
mulai dari Pra Tersier, Tersier hingga Kuarter, yang kemungkinan telah
membangun pola struktur tersebut (Asikin, 1974; Katili, 1975; dalam Hartono,
Gambar 3.4. Jalur subdaksi busur magmatis dari Pra Tersier sampai Kuarter
(Asikin, 1974; Katili, 1975; dalam Hartono, 2009).
daerah penelitian, dimana terdapat sesar yang diperkirakan relatif berarah utara –
selatan dan sesar mendatar sinistral yang berarah timurlaut – baratdaya. Pada
sekitar daerah penelitian juga terdapat kelurusan sesar dan lipatan yang umumnya
beberapa kelurusan yang berarah utara – selatan (Gambar 3.5). Struktur geologi
39
Gambar 3.5. Struktur geologi di daerah penelitian (Asikin, dkk., 1992).
40