Estimates of disability-adjusted life years from physical violence, per 100,000 inhabitants in

2004.[1]
no data
<200
200-400
400-600
600-800
800-1000
1000-1200
1200-1400
1400-1600
1600-1800
1800-2000
2000-3000
>3000

Violence is defined by the World Health Organization as "the intentional use of physical
force or power, threatened or actual, against oneself, another person, or against a group or
community, which either results in or has a high likelihood of resulting in injury, death,
psychological harm, maldevelopment, or deprivation", but acknowledges that the inclusion of
"the use of power" in its definition expands on the conventional meaning of the word.[2] This
definition involves intentionality with the committing of the act itself, irrespective of the
outcome it produces. However, generally, anything that is excited in an injurious or damaging
way may be described as violent even if not meant to be violence (by a person and against a
person).

The most cause of death in interpersonal violence is assault with a firearm (180,000),
followed by a sharp object (114,000). Other means contribute to another 110,000 deaths.[3]

Violence in many forms is preventable. There is a strong relationship between levels of

violence and modifiable factors such as concentrated poverty, income and gender inequality,
the harmful use of alcohol, and the absence of safe, stable, and nurturing relationships
between children and parents. Strategies addressing the underlying causes of violence can be
effective in preventing violence.[4]

Globally, violence resulted in the death of 1.28 million people in 2013 up from 1.13 million
in 1990.[3] 842,000 were due to suicide, 405,000 were due to homicide, and 31,000 were due
to war.[3] In Africa, out of every 100,000 people, each year an estimated 60.9 die a violent
death.[5] Gunfire kills ten children a day in the United States. Corlin, past president of the
American Medical Association said: "The United States leads the world—in the rate at which
its children die from firearms." He concluded: "Gun violence is a threat to the public health of
our country."[6] For each single death due to violence, there are dozens of hospitalizations,
hundreds of emergency department visits, and thousands of doctors' appointments.[7]
Furthermore, violence often has lifelong consequences for physical and mental health and
social functioning and can slow economic and social development.
Perkiraan cacat disesuaikan tahun kehidupan dari kekerasan fisik, per 100.000 penduduk pada
tahun 2004. [1]
tidak ada data
<200
200-400
400-600
600-800
800-1000
1000-1200
1200-1400
1400-1600
1600-1800
1800-2000
2000-3000
> 3000

Kekerasan didefinisikan sebagai "penggunaa kekuatan fisik atau kekuasaan yang disengaja,
terancam atau aktual, terhadap diri sendiri, orang lain, atau terhadap kelompok atau
komunitas yang baik menghasilkan atau memiliki kemungkinan tinggi yang mengakibatkan
cedera, kematian, kerugian psikologis, pembangunan yang timpang, atau perampasan hak
asasi manusia. Namun, secara umum, apa pun yang gembira dengan cara merugikan atau
merusak dapat digambarkan sebagai kekerasan bahkan jika tidak dimaksudkan untuk menjadi
kekerasan (oleh seseorang dan terhadap seseorang).

Penyebab paling kematian dalam kekerasan antar adalah penyerangan dengan senjata api
(180.000), diikuti oleh benda tajam (114.000). Cara lain berkontribusi 110.000 kematian lain.
[3]

Kekerasan dalam berbagai bentuk dapat dicegah. Ada hubungan kuat antara tingkat kekerasan
dan faktor-faktor yang dapat dimodifikasi seperti terkonsentrasi kemiskinan, pendapatan dan
ketidaksetaraan gender, penggunaan berbahaya alkohol, dan tidak adanya yang aman, stabil,
dan memelihara hubungan antara anak dan orang tua. Strategi mengatasi penyebab kekerasan
dapat efektif dalam mencegah kekerasan. [4]

Secara global, kekerasan mengakibatkan kematian 1,28 juta orang pada 2013 naik dari 1,13
juta pada tahun 1990. [3] 842000 adalah karena bunuh diri, 405.000 adalah karena
pembunuhan, dan 31.000 adalah karena perang. [3] Di Afrika, dari setiap 100.000 orang,
setiap tahun diperkirakan 60,9 mati kematian kekerasan. [5] Tembakan membunuh sepuluh
anak hari di Amerika Serikat. Corlin, mantan presiden American Medical Association
mengatakan: "Amerika Serikat memimpin dunia-di tingkat di mana anak-anak yang
meninggal akibat senjata api." Dia menyimpulkan: "kekerasan Gun merupakan ancaman bagi
kesehatan masyarakat negara kita." [6] Untuk setiap kematian tunggal karena kekerasan, ada
puluhan rumah sakit, ratusan kunjungan gawat darurat, dan ribuan janji dokter '[7. ]
Selanjutnya, kekerasan sering memiliki konsekuensi seumur hidup bagi kesehatan fisik dan
mental dan fungsi sosial dan dapat memperlambat pembangunan ekonomi dan sosial.

the implementation of violence against students not only caused by hatred to students because
it can not do the tasks assigned but more than it.This shows that teachers have taken the role
of parents as the person who gives instruction to his son always with sincerity, seriousness it
can be proved by doing it the hard way memory teaching stone must be given emphasis or
style if you want to move it.

is it wrong for a teacher to violence to build the spirit of their students?

you have to remember the student is a person who has the knowledge and the remaining
character, the character and knowledge can be built with the cooperation of teachers and
students in order to later be able to create a golden generation Indonesia.

Dampak Kekerasan Terhadap Anak

Korban atau kasus anak yang mengalami kekerasan dapat berdampak jangka pendek ataupun
jangka panjang.

1. Jangka pendek. Dampak jangka pendek terutama berhubungan dengan masalah fisik
antara lain: lembam, lecet, luka bakar, patah tulang, kerusakan organ, robekan selaput
dara, keracunan, gangguan susunan saraf pusat. Di samping itu seringkali terjadi
gangguan emosi atau perubahan perilaku seperti pendiam, menangis, dan
menyendiri.
2. Jangka panjang. Dampak jangka panjang dapat terjadi pada kekerasan fisik, seksual,
maupun emosional.
1. Kekerasan fisik. Kecacatan yang dapat mengganggu fungsi tubuh anggota
tubuh
2. Kekerasan seksual. Kehamilan yang tidak diinginkan, infeksi menular seksual
termasuk HIV/AIDS, gangguan /kerusakan organ reproduksi.
3. Kekerasan emosional. Tidak percaya diri, hiperaktif, sukar bergaul, rasa malu
dan bersalah, cemas, depresi, psikosomatik, gangguan pengendalian diri, suka
mengompol, kepribadian ganda, gangguan tidur, psikosis, dan penggunaan
napza.

3.
4. Impact of students Abuse

Victim or cases of students who have experienced violence may affect both short term
and long term.

Short term. Short-term impact mainly related to physical problems such as: inert,
abrasions, burns, broken bones, organ damage, tearing the hymen, poisoning, central
 nervous system disorders. In addition, it often happens emotional disturbances or
changes in behavior such as quiet, crying, and aloof.
Long-term. Long-term impacts may occur in physical, sexual, or emotional.
Physical violence. Disability that may interfere with the function of the body's
limbs
Sexual violence. Unwanted pregnancies, sexually transmitted infections
including HIV / AIDS, disturbance / damage to reproductive organs.
Emotional abuse. Not confident, hyperactive, difficult to get along, shame and
guilt, anxiety, depression, psychosomatic, impaired self-control, like bedwetting,
multiple personality, sleep disorders, psychosis, and drug use.

Handling of Violence on Students

5.
6. First: Prevention. These prevention activities can be carried out jointly in the form of
socialization of student's rights and a number of rules in the midst of people's
lives,school and families.
7.
8. To two: Early Detection. for students who are vulnerable to violence as well as within
the family and society needs to be taken quickly (quick response) to temporarily
evacuate the students to a safe place, as well as provide early warning to the family
environment vulnerable to violence. Its mean, for students who are vulnerable to
violence as early as possible can be avoided.
9.
10. Third: Crisis Intervention. For students who have experienced violence, steps that
need to be done through a crisis intervention approach. This activity is done with the
method of assisting victims and their families to undertake legal action, and do terapy
against trauma caused by violence.
11.

See all the effects of violence against students already was appropriate we reject it

Pro : National Exam commonly abbreviated as UN / UNAS is a standard evaluation system of

primary and secondary education nationally and equal quality education levels among regions
conducted by the Centre for Educational Assessment, Ministry of Education in Indonesia
based on the Law of the Republic of Indonesia Number 20 of 2003 states that in order to
control the quality national education evaluation as a form of accountability of education
providers to the parties concerned. Further stated that the evaluation carried out by
independent institutions on a regular basis, thorough, transparent, and systematic to assess the
achievement of national standards for the evaluation and monitoring process to be done on an
ongoing basis.
The evaluation of the monitoring process carried out continuously and sustainably will
eventually be able to fix the quality of education. Improvement of the quality of education
begins with the standard setting.
Determination of the ever-increasing standards expected to boost the quality of education,
which is the determination of educational standards is the determination of the value of the
limit (cut-off score). A person is said to have graduated / competent when it has passed the
limit value in the form of limit values between learners who have mastered certain
competencies with learners who have not mastered certain competencies. If it happens on a
national exam or school, the value limit serves to separate the learners who pass and do not
pass the so-called boundary graduation, graduation demarcation activities is called the
standard setting.
Benefits default settings final exam:

The reason I support the National Exam

1. Thanks to the UN publisher of books about the bank can reap high profits. The number of subjects
tested on the SD / MI, SMP / MTs, SMA / MA, to not less than 20 vocational subjects. If multiplied by
the number of students who were able (or forced) to buy books (50% of the total) it must be
provided millions of copies of the book about the bank. If the UN is not closed slightly publisher
question bank books with a variety of titles will collapse, which led to the layoffs.

2. The UN has been veritifikasi student learning outcomes for he is good bersekolah.Hal to measure
the level of school students will understand.

3. UN as a means of assessment of teachers who become teacher for the UN siswa.Dengan we can
assess the success of teachers in teaching students

Kontra :

Mungkin maksud Anda adalah: 1. UN menghancurkan hakikat pendidikan 2. Sisdiknas No.

20 tahun 2003, pasal 1:1 Bertentangan dengan UU 3. UN hanya memandang aspek kognnitif
anak tanpa menghiraukan aspek afektif dan psikomotorik. 4. Mengevaluasi siswa adalah hak
guru, bukan malah seenaknya pemerintah merampasnya. Kenapa tidak pemerintah saja
sekaligus yang mengajar. (hak guru dirampas) 5. PP No. 19 tahun 2005 cacat hukum dan
harus dihapus atau ditinjau kembali karena bertentangan dengan UU. Pemerintah seharusnya
hanya sebagai penentu standart, bukan malah penentu kelulusan. 6. Kemendiknas telah
memberlakukan kurikulum berbasis sekolah(otonomi sekolah sesuai kebutuhan = KTSP).
Tapi melalui UN malah mengatur sekolah harus mengikuti kemendiknas. 7. Standart evaluasi:
1. Lulus kls satu, dua dan tiga. 2. memenuhi nilai minnimum (KKM) 3. lulus ujian akhir
sekolah (UAS) 4. lulus UN. Namun sebagai penentu kelulusan mutlak ada di UN. 8. Pada
tahun 2007 mahkamah agung telah memutuskan bahwa tidak boleh UN diberlakukan sebagai
penentu kelulusan sebelum tujuh standart pendidikan lainnya dilakukan. (standat kurikulum,
isi, kualitas guru fasilitas, sarana dan prasarana, dll). 9. UN bertentangan dengan kurikulum,
karena tidak menghargai keberagaman daerah.
1. UN destroying the essence of education
2. Sisdiknas No. 20 of 2003, article 1: 1 Contrary to Law
3. The UN only looked at aspects kognnitif children regardless of affective and psychomotor
aspects.
4. Evaluate student teacher is right, not even the government arbitrarily grab. Why does not
the government just as well that teaching.
(Right teacher confiscated)
5. PP 19 in 2005 was legally flawed and should be deleted or revised because of conflict with
the law. The government should only as a determinant of the standard, rather than a
determinant of graduation.
6. The Ministry of National Education has imposed a school-based curriculum (school
autonomy as needed = SBC). But through the UN instead set the school must follow the
Ministry of National Education.
7. Standart evaluation: 1. Passed KLS one, two and three.
2. meet minnimum value (KKM)
3. pass the final exam schools (UAS)
4. pass the examination.
However as the absolute determinant of graduation at the UN.
8. In 2007, the Supreme Court has decided that the UN should not be treated as a determinant
of graduation before seven other educational standards do. (Standat curriculum, content,
teacher quality facilities, infrastructure, etc.).

Pr0 : For prostitution

Legalization of prostitution is the process of validation and recognition of prostitution as a

decent work that will be regulated in the Act. Legalized is meant here is legalized is
controlled by a mechanism which will be determined by the government so it will not become
a mushrooming prostitution. The purpose of legalizing prostitution is controlling and
reducing the negative impact of prostitution thanks to government intervention as well as the
manufacturer's supervisory mechanism. I have suggested mechanism is that the government
will establish the location where the activities and supervision for offenders and users of these
activities.
The huge costs will obviously be a bottleneck of this program, but if you look at a
much cheaper cost than the construction of luxury apartments for the members of the board
there should be no reason in terms of costs let alone the benefits of legalized process is much
larger in terms of material and in terms of non-material (especially when compared to such
apartments are only beneficial to a handful of people). Another obstacle that will come is
from the majority of which will always remain shout stop free sex when they do not
understand that the purpose of this legalization is to control promiscuity which today has
become a common thing in society. The majority may keep air-hypocritical-ria, but the reality
on the ground clearly indicate the need for systemic change in terms of controlling the free
sex for the sake of overcoming the risk of sexually transmitted diseases such as HIV / AIDS.
With the right mechanisms, these systemic problems will be manageable than if all the
elements still continue to deny reality.
Mechanism of Legalization of Prostitution
Mechanism on complex problems such as this is like a backbone that will support the
entirety of existing efforts. The recommended mechanism must be an ordinance that will be
performed on an ongoing basis in an effort to resolve this issue and beneficial to all parties.
The mechanism that will be used are as follows: The Government will provide a place
of prostitution to be chosen so far from the crowds, schools as well as those who are not
interested in it and the first focused on areas that have high levels of free sex; Officers will
actively conduct raids in places where prostitution is illegal and then the prostitutes will pass
health test to determine if a sexually transmitted disease or not, and whether there are
underage. For those who are underage will be taken to a place to be briefed coaching or
training, while still wants his profession as a prostitute will be transferred to a government-
created legal prostitution; Officers will separate prostitution for HIV / AIDS patients or
healthy PSK; People who want to get prostitution must be a member in advance with one of
the requirements that a screening test to determine whether he has HIV / AIDS or not;
Membership is valid only for the next one month so still have to do a screening test; The
government will also impose a tax on any activity of prostitution.
Under the mechanism proposed above, it is clear that legalizing prostitution would
reduce the number of people with HIV / AIDS and beneficial for all levels of society.
Benefits of Legalization of Prostitution
Actually, there are so many benefits if legalized prostitution is actually performed. All
sectors in the aggregate will have a positive impact with this kind of government, prostitutes,
users prostitution, the police, and the public, including the majority who are always blinded
him of these benefits.
The benefits of legalizing prostitution for the government that looks very much
aggrieved considering setting aside a large enough budget is in terms of tax revenue. If
prostitution is taxed is quite high, about 20%, the government will get a return that is large
enough and resulted in the price increase of prostitution in order not to be enjoyed by all
circles. Going forward, the money from this tax will be used to expand employment
opportunities that would be beneficial to the improvement of the living standards of everyone
who banked with prostitution. And, as the reciprocal of a clear mechanism, the reduction of
HIV / AIDS will ease the burden borne by the government.
For prostitutes it was clearly going to be a bright spot because they will get right to
work that had been seized and create a sense of calm and security guarantees good. The PSK
also will get health care so as not to be infected with HIV / AIDS and for those who are
already infected with HIV / AIDS will not transmit the disease to those of healthy so it is also
beneficial for the users of prostitution as a health insurance. And with the intervention of the
government then there will be rules about the cleanliness of the place so that it becomes a
positive point for health there.
With the security and clarity for prostitutes then there should be no event romp and
play hide and seek between police and prostitutes so that police can focus on more serious
crimes. In addition, the effectiveness of the handling of the problem of prostitution will be
higher.
As for the general public of the benefits is a comfortable feeling. This is because the
government would establish clear regulations and consider many aspects of site selection
prostitution. So with the establishment of a place of prostitution are far from public or school
environment then obviously there would be no teenager could do prostitution. The existing
system was also created as an oversight that no school children become actors or audience of
prostitution so that parents no longer have to worry about their children will wander
carelessly and perform actions that are not expected.
With the elaboration of the obvious that there are many benefits of the legalization of
prostitution is covered by the negative stigma that has already developed in the community.
Elimination of the negative stigma is a tough challenge because during this time the smell of
sex was taboo.

t. Legalisasi prostitusi adalah proses pengesahan dan pengakuan prostitusi sebagai sebuah
pekerjaan yang layak yang akan diatur dalam Undang-Undang. Pelegalan yang dimaksudkan di sini
adalah pelegalan secara terkontrol dengan mekanisme yang akan ditentukan oleh pemerintah
sehingga tidak akan menjadi sebuah penjamuran kegiatan prostitusi. Tujuan dari adanya legalisasi
prostitusi ini adalah pengontrolan dan pengurangan dampak negatif dari prostitusi berkat adanya
intervensi pemerintah sebagai pengawas sekaligus pembuat mekanisme. Mekanisme yang saya
anjurkan adalah pemerintah yang akan membangun tempat lokasi kegiatan serta pengawasan bagi
para pelaku maupun pengguna kegiatan ini.

Biaya yang besar jelas akan menjadi hambatan dari program ini, namun jika melihat biaya
yang jauh lebih murah dibandingkan dengan pembangunan apartemen mewah bagi para anggota
dewan maka seharusnya tidak ada alasan dari segi biaya apalagi manfaat yang didapat dari proses
pelegalan ini jauh lebih besar dari segi material dan dari segi non-material (terutama jika
dibandingkan dengan apartemen tersebut yang hanya bermanfaat bagi segelintir orang). Hambatan
lain yang akan datang adalah dari kaum mayoritas yang akan selalu tetap meneriakan stop free sex
padahal mereka tidak mengerti bahwa tujuan legalisasi ini adalah mengontrol seks bebas yang saat
ini telah menjadi hal umum di masyarakat. Kaum mayoritas boleh tetap ber-munafik-ria, namun
kenyataan di lapangan jelas mengindikasikan perlunya perubahan sistemik dalam hal pengontrolan
seks bebas demi penanggulangan resiko penularan penyakit seksual seperti HIV/AIDS. Dengan
mekanisme yang benar, masalah sistemik ini akan dapat ditangani dibandingkan jika semua elemen
tetap terus berusaha memungkiri kenyataan yang ada.

Mekanisme Legalisasi Prostitusi

Mekanisme pada problema kompleks seperti ini ibarat tulang punggung yang akan menopang
keseluruhan dari upaya-upaya yang ada. Mekanisme yang dianjurkan haruslah sebuah tata cara yang
akan dilakukan secara berkesinambungan dalam upaya mengatasi masalah ini dan menguntungkan
semua pihak.

Mekanisme yang akan digunakan adalah seperti berikut : Pemerintah akan menyediakan
tempat prostitusi yang akan dipilih agar jauh dari keramaian, sekolah serta orang-orang yang tidak
berkepentingan di dalamnya dan terlebih dahulu difokuskan pada daerah yang memiliki tingkat seks
bebas yang tinggi; Petugas akan secara aktif mengadakan razia di tempat-tempat prostitusi illegal
dan kemudian para PSK akan melewati uji kesehatan untuk mengetahui apakah memiliki penyakit
menular seksual atau tidak serta apakah ada yang di bawah umur. Bagi yang di bawah umur akan
dibawa ke tempat pembinaan untuk diberikan pengarahan atau pelatihan, sedangkan yang tetap
ingin menjalani profesi sebagai PSK akan dipindahkan ke tempat prostitusi legal yang dibuat
pemerintah; Petugas akan memisahkan prostitusi untuk penderita HIV/AIDS ataupun PSK yang sehat;
Orang yang ingin mendapatkan prostitusi haruslah menjadi anggota terlebih dahulu dengan salah
satu persyaratan yaitu screening test untuk mengetahui apakah ia mengidap HIV/AIDS atau tidak;
Keanggotaan hanya berlaku 1 bulan sehingga untuk selanjutnya tetap harus melakukan screening
test; Pemerintah juga akan mengenakan pajak pada setiap aktivitas prostitusi.

Berdasarkan mekanisme yang diajukan di atas, telah jelas bahwa legalisasi prostitusi akan
menekan angka penderita HIV/AIDS serta bermanfaat bagi segenap lapisan masyarakat.

Manfaat Legalisasi Prostitusi

Sebenarnya sangat banyak manfaat yang ada jika pelegalan prostitusi memang benar-benar
dilakukan. Semua sektor secara agregat akan mendapat dampak positif dengan adanya hal ini baik
dari kalangan pemerintah, pelaku prostitusi, pengguna prostitusi, pihak kepolisian, serta masyarakat
termasuk kaum mayoritas yang selalu membutakan matanya dari manfaat ini.

Manfaat legalisasi prostitusi ini bagi pemerintah yang terlihat sangat banyak dirugikan
mengingat menyisihkan anggaran yang cukup besar adalah dari segi penerimaan pajak. Jika prostitusi
ini dikenakan pajak yang cukup tinggi sekitar 20% maka pemerintah akan mendapat pengembalian
yang cukup besar serta mengakibatkan meningkatkan harga prostitusi agar tidak dapat dinikmati
semua kalangan. Kedepannya, uang hasil pajak ini akan digunakan untuk perluasan lapangan
pekerjaan sehingga akan bermanfaat pula bagi peningkatan taraf hidup setiap orang yang
menggantungkan harapannya dengan prostitusi. Dan, sebagai timbal balik dari mekanisme yang
jelas, pengurangan penderita HIV/AIDS akan meringankan beban tanggungan pemerintah.

Bagi pelaku prostitusi hal ini telah jelas akan menjadi sebuah titik terang karena mereka akan
mendapatkan hak bekerja yang selama ini telah dirampas dan menciptakan rasa tenang serta adanya
jaminan keamanan yang baik. Para PSK juga akan mendapatkan pelayanan kesehatan sehingga tidak
akan tertular HIV/AIDS dan bagi mereka yang memang telah terjangkit HIV/AIDS juga tidak akan
menularkan penyakitnya kepada mereka yang sehat sehingga ini juga bermanfaat bagi pengguna
prostitusi sebagai sebuah jaminan kesehatan. Dan dengan adanya intervensi dari pemerintah maka
akan ada aturan tentang kebersihan dari tempat tersebut sehingga menjadi sebuah poin positif bagi
kesehatan di sana.

Dengan adanya jaminan keamanan serta kejelasan bagi pelaku prostitusi maka tidak perlu ada
acara kejar-kejaran serta permainan petak umpet antara aparat kepolisian dan pelaku prostitusi
sehingga kepolisian dapat lebih fokus pada tindakan kriminal yang lebih serius. Selain itu, efektifitas
dari penanganan masalah prostitusi akan lebih tinggi.

Sedangkan bagi masyarakat umum manfaat yang didapat adalah sebuah perasaan nyaman.
Hal ini dikarenakan pemerintah akan menetapkan regulasi yang jelas serta mempertimbangkan
banyak aspek dalam pemilihan lokasi prostitusi. Jadi dengan dibuatnya sebuah tempat prostitusi
yang jauh dari lingkungan publik ataupun sekolah maka jelas tidak akan ada remaja yang bisa
melakukan kegiatan prostitusi. Sistem yang ada juga dibuat sebagai pengawasan agar tidak ada anak
sekolah yang menjadi pelaku ataupun penikmat prostitusi sehingga para orang tua tidak lagi perlu
mencemaskan anak-anak mereka akan berkeliaran sembarangan dan melakukan tindakan yang tidak
diharapkan.

Dengan penjabaran tersebut maka terlihat jelas bahwa ada banyak sekali manfaat dari adanya
legalisasi prostitusi yang tertutup oleh stigma negatif yang telah terlanjur berkembang di
masyarakat. Penghapusan stigma negatif ini merupakan tantangan yang cukup berat karena selama
ini hal yang berbau seks memang dianggap tabu.

KONTRA : Penutupan lokalisasi sudah menjadi harga mati. Rabu, 18 Juni 2014 akan menjadi tonggak
penutupan tempat pelegalan perzinahan itu. Pemkot Surabaya bersama Ormas telah mendapat
dukungan dari Pemprov Jawa Timur. Bahkan pemerintah melalui Kementrian Sosial sudah siap
memberikan kompensasi bagi penghuni lokalisasi. Meskipun demikian, ada suara sumbang dari LSM
yang mengatasnamakan kepentingan PSK. Mereka mati-matian melakukan aksi dan pengerahan
massa. Pemasangan spanduk penolakan atas nama HAM dan rakyat kecil. Padahal mereka bergerak
karena kepentingan perut dan uang. Sementara itu, beberapa politisi dan pejabat melontarkan nada
sinis, meskipun miskin solusi.

Masyarakat sesungguhnya sudah jenggah dengan aktifitas lokalisasi. Bahkan untuk membedakan
rumah mereka dengan lokalisasi, tertulis “Rumah Tangga”. Terlihat aktifitas keseharian begitu
kontras. Rumah penyedia lokalisasi terdengar dentuman musik, canda-tawa pengunjung, karaoke,
minuman keras, dan prostitusi. Sementara “Rumah Tangga” aktifitas normal seperti biasa. Ada suara
nyanian anak-anak, anak-anak bermain, aktifitas di Taman Pendidikan Anak , dan lainnya. Fenomena
kemaksiatan dan keharaman tampaknya dapat berdampingan dalam sistem sekular. Ada juga
yangberniat menjual rumah karena tidak tahan tinggal di lokalisasi. Apa daya, rumahnya hingga kini
tidak laku. Sehingga sudah 42 tahunan tinggal dekat lokalisasi, tanpa punya pilihan lain.

Bagi pemerintah—seharusnya mereka menyadari bahwa pembiaran kemaksiatan merupakan dosa .

Bukankah dalam hati mereka juga ingin beroleh surga . Kemaksiatan—termasuk lokalisasi dan
lainnya—merupakan bukti pelanggaran pada hukum . Ingatlah kelak bahwa hukuman dari Tuhan di
hari kiamat lebih berat dan pedih. Penguasa dipilih untuk mengurusi dan melindungi ummat dari
berbagai marabahaya. Termasuk segala kemaksiatan yang menimbulkan kerusakan hidup. Maka
penutupan segala bentuk kemaksiatan menjadi tugas utama penguasa. Mereka dapat
memerintahkan pihak keamanan untuk menegakan hukum dengan tegas. Memerintahkan
departemen yang ada untuk peduli kepada rakyat dan mengurusinya dengan baik.

Pro dan kontra senantiasa akan ada di setiap kebijakan. Hal ini didasari oleh sudut pandang yang
berbeda, serta kepentingan yang berbeda. Untuk menjembatani pro dan kontra, haruslah diambil
sudut pandang yang memang sesuai dengan fitrah manusia, memuaskan akan, dan menentramkan
jiwa. Tanpa itu, akan senantiasa ada ketimpangan dan persoalan baru yang rumit mengurainya.
Alasan saya sebagai pihak yang kontra pada penutupan lokalisasi disandarkan pada pemisahan
aturan agama dengan kehidupan (sekular). Pandangan matrealistis dan kebebasan bertindak
tertancap di benak mereka. Di sisi lain, lokalisasi dijadikan komoditi ekonomi tanpa memandang
halal dan haram. Yang penting untung, semua bisa jalan. Tindakan tersebut juga didukung karena
selama ini terjadi pembiaran dan pelegalan dari pemerintah. Mereka juga berlindung di balik HAM
atas nama kemanusiaan. Sikap menakuti-nakuti karena pemerintah tidak akan total dalam
pemberian kompensasi, kehilangan pekerjaan, dan alasan ekonomi lainnya. Selain itu juga, PSK telah
dijerat atas nama hutang kepada mucikari. Sehingga kondisi ini seperti lingkaran setan. PSK butuh
biaya kehidupan, kemudian dimanfaatkan segelintir orang meraup keuntungan. Lantas, apakah rela
membiarkan martabat wanita dalam lembah kehinaan? Bukankah para wanita seharusnya
dimuliakan sebagai pendidik dan pencetak generasi?

Kehidupan lokalisasi juga dimanfaatkan premanisme. Pembentukan kelompok preman untuk

menguasai beberapa tempat. Jasa mereka dipakai untuk melindungi kepentingan mucikari. Tak ingin
orang lain mengganggu dan mengusik lokalisasi. Preman pun dibayar untuk alasan keamanan. Warga
sekitar yang merasa risih pun tak berani mengusik. Apalagi melakukan aksi besar melakukan
penutupan. Kehidupan semacam ini ibarat lingkaran setan. Kerusakana, kerakusan, dan kedzaliman
senantiasa menghiasi hidup warga. Lantas, di mana hati nurani sebagai manusia yang berbudi?

Beberapa elemen masyarakat yang menyetujui penutupan Dolly didasari atas dorongan iman dan
penyelamatan generasi. Siapa pun harus ingat, keberadaan lokalisasi memang sengaja diatur,
dengan alasan agar tidak mengganggu kepentingan umum. Alasan untuk melokalisir agar mereka
tidak menularkan penyakit masyarakat. Padahal tindakan demikian tidak menyelesaikan persoalan.
Justru timbul masalah baru. Alih-alih pemerintah pun mengatur atas nama peraturan daerah. Yang
terjadi malah semakin mengokohkan bisnis haram itu.

Peristiwa maraknya prostitusi—termasuk kemaksiatan lainnya—dapat dijadikan pelajaran bagi siapa

pun. Pertama, sistem aturan yang ada saat ini bersumber pada legislasi buatan manusia. Dewan
legislatif memang tidak melarang, hanya sekadar mengatur. Semisal Perda Kota Surabaya No 12
tahun 2003 tentang perizinan di bidang kesehatan. Perda tersebut juga mengatur penyaluran
minuman beralkohol. Begitu pula, pada tahun 2014 juga telah digodok perda mengatur minuman
alkohol, yang saat ini masih di tangan gubernur untuk persetujuan. Hiburan malam, karaoke, pub,
dan lainnya juga mendapatkan izin operasi. Prinsip demokrasi dalam pembuatan aturan memang
memisahkan agama dari kehidupan (sekular). Demokrasi memang menjamin kebebasan individu,
asal tidak mengganggu lainnya. Akhirnya demokrasi juga merusak tatanan kehidupan. Jadi, ketika
aturan tidak berlandaskan akan kehidupan sosial masyarakat, pasti menimbulkan persoalan.
Bukankah manusia makhluk yang lemah dan terbatas?

Kedua, bangunan sistem ekonomi yang ada saat ini bersifat matrealis. Berkarakter kapitalis-liberal.
Standar halal-haram dikesampingkan. Selama ada permintaan pasti akan ada pasokan. Semisal
prostitusi. Selama ada orang yang mencari kepuasan syahwat, maka selama itu pula ada penyedia
jasa. Dolly sebagaimana sejarahnya ada untuk melayani kepentingan penjajah Belanda di Indonesia.
Sudah menjadi karakter bangsa Barat, ketika mereka jauh dari anak-istri. Maka untuk memenuhi
kebutuhan seksualnya disalurkan ke prostitusi. Budaya seperti ini tampaknya dilestarikan di negeri
ini atas nama kepentingan ekonomi. Demi meraup pajak, tertribusi, dan perputaran ekonomi rakyat
kecil. Selama ekonomi kapitalis-liberal masih bercokol. Manusia tidak akan pernah berfikir untuk
mencari rejeki yang halal nan berkah.
Oleh karena itu, ormas dan elemen masyrakat lainnya, berjuang tidak berhenti hingga Dolly ditutup.
Ada pekerjaan rumah, yaitu mengganti sistem aturan Demokrasi yang membelenggu dan merusak
dan mengganti sistem ekonomi kapitalis-liberal . Pergantian sistem jahiliyah (demokrasi dan
kapitalis) menuju kepada kesatuan adalah langkah nyata untuk menghentikan segala bentuk
kemaksiatan. Selama cara berfikir hanya parsial dalam menyelesaikan masalah. Maka masalah itu
tidak akan pernah tuntas. Mengingat saling keterkaitan satu dengan lainnya. Sehingga momentum
penutupan Dolly, dapat dijadikan titik tolak perjuangan menuju kehidupan Islam. Bukankah cita-cita
hidup dalam aturan adalah keinginan semua? Bukankah hukum merupakan rahmat bagi seluruh
alam?

Setelah prostisusi ditutup

Ada langkah praktis dan taktis yang dapat dilakukan setelah prostitusi ditutup. Ada juga ranah yang
menjadi kewajiban pemerintah dan ranah ormas dan elemen masyarakat. Mengingat ini merupakan
terkait dengan pengaturan urusan rakyat, pemerintah harus berada di garda terdepan. Sebaliknya,
ormas dan elemen masyarakat dapat mendorong dan melakukan pengawalan.

Langkah taktis pemerintah dilakukan dengan, pertama, menerbitkan aturan tegas untuk penutupan
segala bentuk prostitusi dan melarang kemaksiatan lainnya. Kedua, memberikan sanksi tegas bagi
pelaku kemaksiatan. Ketiga, selain memberi kompensasi dan pelatihan, pemerintah juga harus
meberikan pendidikan untuk merubah paradigma mereka. Pemerintah dapat menggandeng ormas
dan elemen masyarakat untuk menjelaskan konsep rejeki. Setiap manusia sudah dijatah rejeki oleh
Tuhan. Maka cara mendapatkan rejeki dengan yang halal tanpa harus menggadaikan kehormatan
diri. Carilah rejeki yang halal dan berkah. Keempat, tidak cukup menjadikan lokalisasi beralih fungsi
menjadi taman dan PKL. Pemerintah melalui pihak keamanan senantiasa memantau untuk
mencegah terjadinya motif baru kemaksiatan. Jika diketemukan ada pelanggaran. Maka dihukum
seberat-beratanya hingga menjadikan efek jerah. Kelima, untuk menjamin keberlangsungan hidup.
Pemerintah dapat meminta bantuan pengusaha untuk memperkerjakan mantan pelaku prostitusi.
Bukankah ini hal yang mudah dengan mengajak pengusaha juga peduli mengentaskan manusia dari
lembah kemaksiatan.

Langkah ormas dan elemen masyarakat dapat dilakukan dengan memberikan edukasi pada mantan
pelaku protitusi. Masyarakat juga harus diedukasi secara politik. Agar mereka senantiasa mengawasi
setiap aturan yang tidak sesuai dengan realitas nyata. Maka dari itu marilah kita menolak segala
upaya pelegalan tempat prostitusi

T.

Closure of localization has become a fixed price. Wednesday, June 18, 2014 will be a
milestone closure was legalized adultery. Surabaya City Government together with
community organizations have received support from the Government of East Java. Even the
government through the Ministry of Social Affairs is ready to provide compensation for
residents localization. Nonetheless, there are discordant voices of NGOs on behalf of the
interests of prostitutes. They desperately action and mass mobilization. Banners refusal on
behalf of human rights and little people. Though they move because of the stomach and
money interests. Meanwhile, some politicians and officials threw a cynical tone, although
poor solution.

Society is already jenggah with localization activities. Even to distinguish their homes with
localization, writing "Household". Seen daily activities so contrasting. House music boom
sound localization provider, joked and laughed visitors, karaoke, alcohol, and prostitution.
While the "Household" normal activities as usual. There are sound nyanian children, children
playing, activity in the Park Children's Education, and others. The phenomenon of
disobedience and prohibition seems to be able to co-exist in a secular system. There is also
the intention of selling the house because they could not stay in localization. Alas, did not sell
his home to this day. So it's been 42 annual live near localization, with no other choice.

For the government-should be aware that immorality is a sin of omission. Is not their hearts
also want to obtain heaven. Immorality-including-localization and other violation of the law.
Remember later that the punishment of God on the Day of Judgment is more severe and
painful. Ruler chosen to take care of and protect the ummah from various dangers. Including
all vices that cause damage to life. Then the closure of all forms of immorality becomes the
main task of the ruler. They can be ordered security forces to enforce the law strictly. Ordered
department is there to care for the people and take care of properly.

The pros and cons will always exist in every policy. This is based on different viewpoints, as
well as different interests. To bridge the pros and cons, you must take the standpoint that is
consistent with human nature, will satisfy, and soul. Without it, there will always exist
inequalities and new problems complicated mengurainya.

Excuse me as counter parties at the close of localization was based on the separation of
religious rules to life (secular). Materialistic outlook and freedom of action embedded in their
minds. On the other hand, the localization of the economy regardless of the commodity used
as halal and haram. The important thing fortunately, can all the way. Such actions are also
supported as long as it happens omission and legalized by the government. They also hide
behind human rights in the name of humanity. Attitude scare because the government will not
total in compensation, job loss, and other economic reasons. In addition, PSK has been snared
in the name of debt to the pimp. So that this condition is like a vicious circle. PSK would cost
lives, then used a handful of people to reap the benefits. So, whether willingly allow the
dignity of women in the valley of humiliation? Are not women supposed to be honored as an
educator and printer generation?

Localization life also used thuggery. The formation of a group of thugs to master some
places. Their services are used to protect the interests of pimps. Do not want others to
interfere and disturb localization. Thugs also paid for security reasons. Local residents who
feel uncomfortable did not dare disturb. Moreover, big action closing. This kind of life is like
a vicious circle. Kerusakana, greed, and injustice continue to adorn the life of citizens. So,
where conscience as a human being virtuous?
Some elements of society who approved the closure of Dolly is based on the encouragement
of faith and salvation generation. Anyone should be remembered, where localization was
deliberately set, with an excuse not to interfere with the public interest. Reasons to localize so
that they do not transmit disease community. Though such measures do not resolve the issue.
New problems would arise. Instead the government was set up on behalf of local regulations.
That happened even further strengthen the illicit business.
Events prostitution-including other vices-may be a lesson for anyone. First, the system of
rules that exist today originated in man-made legislation. The legislature did not prohibit, just
set. Such Surabaya City Regulation No. 12 of 2003 on licensing in the field of health. The
law also regulates the distribution of alcoholic beverages. Similarly, in 2014, had been
brewing regulations also regulate alcoholic beverages, which is still in the hands of the
governor for approval. Evening entertainment, karaoke, pubs, and others also obtain operating
permits. Democratic principles in making rules are separate religion from life (secular).
Democracy is indeed guarantee freedom of the individual, as long as not to disturb others.
Finally democracy also destructive to the life. So, when the rules are not based on people's
social life, surely create problems. Are not human beings are weak and limited?

Second, building economic systems that exist today are materialist. -Liberal capitalist
character. Standard halal-haram ruled out. As long as there is demand there would be a
supply. Such as prostitution. While there are people who seek the satisfaction of lust, then
during the same existing service providers. Dolly as history is there to serve the interests of
Dutch colonizers in Indonesia. Already a character of the West, when they are far away from
his wife and children. So to satisfy their sexual needs channeled into prostitution. Culture as
this seems to be preserved in this country in the name of economic interests. To reap tax
tertribusi and economic turnaround small people. During the capitalist-liberal economy is still
entrenched. Humans will never think to look for kosher fortune nan blessing.

Therefore, organizations and other elements of society, struggling not stop until Dolly closed.
There is homework, which is to replace the system of Democratic rule that shackles and
damage and replace capitalist-liberal economic system. Substitution ignorance system
(democracy and capitalist) leads to unity is a real step to stop all forms of immorality. During
a partial way of thinking only in solving problems. Then the problem will never be
completed. Given the interconnectedness of one another. So that the momentum of closure
Dolly, can be used as a starting point the struggle for Islamic life. Is not life goals in the rules
is the desire of all? Is not the law is a blessing for the whole universe?

Once prostitution is closed

There are practical and tactical steps that can be done after prostitution was closed. There is
also the duty of the government realm and the realm of organizations and elements of society.
Considering this is associated with setting up the affairs of the people, the government should
be in the frontline. Conversely, organizations and elements of society can encourage and
escort.

Tactical steps the government do with, first, issuing strict rules for closure prohibits all forms
of prostitution and other vices. Second, give strict punishment for offenders disobedience.
Third, in addition to giving compensation and training, the government also should not give
education to change their paradigm. The government can hold organizations and elements of
society to explain the concept of fortune. Every human being has been rationed fortune by
God. So how to get a windfall with kosher without having to pawn her honor. Look for the
kosher fortune and blessing. Fourth, it is not enough to make the localization converted into a
park and street vendors. Government through continuously monitoring the security forces to
prevent the occurrence of new motifs disobedience. If no violations found. Then punished
beratanya to make abundant effects. Fifth, to ensure survival. The Government may request
assistance from employers for hiring ex-prostitutes. Is this not an easy thing to invite
businessmen also alleviate human care of the valley disobedience.
Step organizations and elements of society can be done by educating the perpetrators former
protitusi. People should also be educated politically. So that they keep under any rule that
does not correspond with the real reality. Therefore let us reject any attempt legalized
prostitution