Вы находитесь на странице: 1из 9

LAPORAN PRAKTIKUM

DARAH I
Tanggal Praktikum: 30 November 2015

Disusun oleh:
Ketua : Nadiya Pratiwi (066114217)
Anggota : Leonita Ayu Anggraeni (066114225)
Trianan Puspta Haer (066114233)
Desti Dwi Cahyanti (066114241)
Arvalendini Arsirianti (066115723)
Neneng Yulianita Sovia (066113258)
Kelas : G/ Kelompok 7
Dosen :
1. Dra. Moerfiah., M.Si
2. Ir. E. Mulyati Effendi, MS.,
3. Rouland Ibnudarda, M.Si
Asisten Dosen:
1. Nurul Karima Rahmahuda
2. Maybet Tri Retno Handayani
3. Fani Anggraeni
4. Nurfa

LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2015
DARAH I
Arsirianti Arvalendini (066115723), Pratiwi Nadiya (066114217),
Anggraeni Ayu Leonita (066114225),H Puspita Triana (066114233), Cahyanti
Dwi Desti (066114241), Sovia Yulianita Neneng (066113258)
Laboratorium Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan Bogor.

ABSTRAK
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya
adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh.
Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat
sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun
yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-
hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.

HIPOTESA

PENDAHULUAN
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah
mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga
menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme,
dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan
mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem
endokrin juga diedarkan melalui darah.
Komponen penyusun darah ada 2 yaitu bagian yaitu :
a. Plasma darah, mempunyai fungsi pengangkut gas dan sari makanan disamping
itu plasma darah juga mengandung fibrinogen yang berfungsi dalam
pembekuan darah.
b. Sel darah, adalah merupakan 45 % volume darah. Sel darah terdiri atas sel
darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).
Plasma darah merupakan bagian yang cair dari darah yang mempunyai atau
terdiri dari air ( 91-92%), protein 8-9%, substansi lain selain protein seperti garam
amonium urea, asam urat kreatinin, kreatin, asam amino, santin, dan hiposantin.
Darah beredar dalam pembuluh darah arteri,vena,dan kapiler.
Sel darah merah merupakan sel yang paling banyak dibandingkan dengan 2 sel
lainnya, dalam keadaan normal mencapai hampir separuh dari volume darah.
Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan sel darah merah
membawa oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh jaringan
tubuh. Oksigen dipakai untuk membentuk energi bagi sel-sel, dengan bahan
limbah berupa karbon dioksida, yang akan diangkut oleh sel darah merah dari
jaringan dan kembali ke paru-paru. Sel-sel darah terdiri dari:
1. Sel darah merah (Eritrosit)
Ciri-ciri eritrosit adalah berbentuk seperti cakram bikonkaf, berdiameter 7-
8µm, tebalnya 1-2 µm, bersifat elastis serta tidak memilki inti (pada eritrosit
tua). Fungsi: Mengangkut oksigen dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh
tubuh.
2. Sel darah putih (Leukosit)
Ciri leukosit yaitu ukuran leukosit lebih besar dari eritrosit tetapi jumlahnya di
dalam tubuh jauh lebih sedikit yaitu sekitar 5-10 ribu µl, tidak berwarna dan
berinti. Berdasarkan ada atau tidaknya granula di dalam plasma, leukosit
dikelompokkan menjadi:
a) Granulosit (Leukosit bergranula)
 Neutrofil, plasmanya bersifat netral, inti selnya seringkali berjumlah
banyak dengan bentuk bermacam-macam, bersifat fagositosis terhadap
eritrosit, kuman dan jaringan mati.
 Eosinofil, plasmanya bersifat asam sehingga akan berwarna merah tua
bila ditetesi eosin, bersifat fagosit dan jumlahnya akan meningkat jika
tubuh terkena infeksi.
 Basofil, plasmanya bersifat basa sehingga akan berwarna biru jika
ditetesi larutan basa, jumlahnya bertambah banyak jika terjadi infeksi,
bersifat fagosit, mengandung heparin, yaitu zat kimia anti
penggumpalan.
b) Agranulosit (Leukosit tidak bergranula)
 Limfosit, tidak dapat bergerak, berinti satu, ukuran ada yang besar dan
ada yang kecil, berfungsi untuk membentuk antibodi.
 Monosit, dapat bergerak seperti Amoeba, mempunyai inti yang bulat
atau bulat panjang, diproduksi pada jaringan limfa dan bersifat fagosit.
3. Keping-keping darah (Trombosit)
Ciri keping darah berbentuk tidak teratur dan tidak berinti, berukuran lebih
kecil dari sel darah merah. Berfungsi dalam pembekuan darah.
Sel darah merah yang berukuran kurang dari 6 μm dinamakan sel mikrosit dan
yang berukuran lebih dari normal (9 μm - 12 μm) dinamakan sel makrosit.
Komposisi molekuler sel darah merah menunjukkan bahwa lebih dari separuhnya
terdiri dari air (60%) dan sisanya berbentuk substansi padat. Secara keseluruhan
isi sel darah merah merupakan substansi koloidal yang homogen, sehingga sel ini
bersifat elastis dan lunak. Sel darah merah dibatasi oleh membran plasma yang
bersifat semipermeable dan berfungsi untuk mencegah agar koloid yang
dikandungnya tetap di dalam. Tekanan osmosis di luar sel darah merah haruslah
sama dengan tekanan di dalam sel darah merah agar terdapat keseimbangan.
Apabila sel darah merah dimasukkan ke dalam larutan hipertonis maka air dalam
sel darah merah akan mengalir ke luar yang akan berakibat bentuk sel darah
merah menjadi berkerut seperti berduri (sel burr). Sebaliknya, apabila sel darah
merah dimasukkan dalam larutan hipotonis, maka air akan masuk ke dalam sel
darah merah sehingga sel darah merah menggembung sampai dapat pecah.
Peristiwa tersebut dinamakan hemolisis yang ditandai dengan merahnya larutan
oleh karena keluarnya hemoglobin.
Membran plasma pada sel darah merah dapat mengalami kerusakan, sehingga
tidak dapat melakukan fungsi yang diembannya. Jenis kerusakan dapat beraneka
ragam, dapat karena tusukan, robek, putus, terkena senyawa kimia, dan
sebagainya. Membran plasma berfungsi untuk menyelubungi sebuah sel dan
membatasi keberadaan sebuah sel, juga memelihara perbedaan-perbedaan pokok
antara isi sel dengan lingkungannya serta sebagai filter untuk memilih dan
memilah-milah bahan-bahan yang melintasinya dengan tetap memelihara
perbedaan kadar ion di luar dan di dalam sel.
Fragilitas eritrosit merupakan reaksi membran eritrosit untuk melawan tekanan
osmosis media di sekelilingnya, untuk mengetahui berapa besar fragilitas atau
daya tegang dinding eritrosit dapat diketahui dengan menaruh eritrosit dalam
berbagai larutan (biasanya NaCl) dengan tekanan osmosis yang beragam.
Konsentrasi larutan dengan tekanan osmosis tertentu akan memecah eritrosit,
inilah yang menunjukkan fragilitas eritrosit tersebut. Darah mengandung berjuta-
juta eritrosit yang umurnya tidak sama.
Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit
itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam
medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosit berada pada medium yang
hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit
(plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat
dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar
eritrosit.
Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke
dalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat
disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis dalam
darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu,
pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dan lain-
lain. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan
larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan larutan NaCl) akan masuk
ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan
menyebabkan sel eritrosit menggembung.

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada hari senin 30 November 2015 di Laboratorium
Anatomi Fisiologi Manusia, FMIPA-UNPAK. Alat dan Bahan yang digunakan
antara lain : objek gelas, cover gelas, mikroskop cahaya, pipet tetes, beker glass,
lanset, tabung reaksi, stopwatch, darah kelinci, larutan NaCl fisiologis dengan
konsentrasi 5%; 2%; 0,9%; 0,6%; 0,4%; 0,2%, aquadest dan larutan sabun.

PROSEDUR PERCOBAAN
 Mengenal Bentuk Sel
1. Dibersihkan objek glass dan penutupnya menggunakan alkohol dan kertas
saring. Diteteskan larutan fisiologis sebanyak 1-2 tetes.
2. Dibersihkan ujung jari manis dari orang percobaan dengan alkohol
kemudian ditusuk dengan lanset.
3. Diteteskan darah sebanyak 1 tetes larutan fisiologis pada objek glass.
4. Dicampurkan keduanya dengan pengaduk glass kemudian tutup dengan
cover glass, lalu diamati dibawah mikroskop. Diperhatikan bentuk dan
ukuran sel darah merah dan sel darah putih, granula dan inti pada sel darah
putih.
 Menetapkan waktu lisis darah
1. Diatur 8 tabung reaksi dirak dan ditandai sesuai dengan larutan yan akan
dimasukkan di dalamnya. Dimasukkan ke dalam tabung 2 ml larutan NaCl
5%,2%,0,9%0,6%, 0,4%, 0,2%, aquadest dan larutan sabun.
2. Ditambahkan 2 tetes darah (darah kelinci yang sudah diberi Na Sitrat) pada
masing-masing tabung reaksi dan dicampur perlahan-lahan dengan cara
digoyangkan tabungnya. Dijalankan stopwatch pada saat meneteskan darah
ke dalam tabung.
3. Dicatat waktu lisis darah. Untuk mengetahui akhir lisis, dihentikan
stopwatch pada saat larutan dalam tabung sudah bening.
 Menetapkan larutan isotonik, hipotonik, dan hipertonik
1. Ditetskan 1-2 larutan NaCl 5%; 0,9% dan 0,4% secara terpisah pada objek
glass yang bersih.
2. Ditambahkan sel darah dengan cara mengambil sedikit darah dengan tusuk
gigi.
3. Diamati dibawah mikroskop, dibandingkan ukuran selnya.
4. Ditentukan mana larutan yang isotonik, hipertonik, dan hipotonik.
HASIL DAN PENGAMATAN
 Mengenal Bentuk Sel

 Menetapkan Waktu Lisis Darah


Lisis/
Konsentrasi Waktu Keterangan Krenasi/
Hemolisa
Merah
5% 20' Krenasi
Bening
Merah
2% 20' Krenasi
Bening
Merah
0,9% 20' Normal
Bening
Merah Hemolisa/
0,6% 20'
Bening Lisis
Merah
0,4% 42' Lisis
Bening
Merah
0,2% 42' Lisis
Bening
Merah
Aquadest 42' Normal
Bening
Air Sabun 60' Coklat Krenasi
 Menentukan Larutan Isotonik, Hipotonik, dan Hipertonik
Konsentrasi Keterangan
5% Hipertonik
0,9% Isotonik
0,4% Hipertonik

PEMBAHASAN
Percobaan kali ini yaitu mengenai “Darah I”, dengan menggunakan media
yaitu darah.
Langkah pertama yang kami lakukan adalah mengenal bentuk sel. Pada
pengamatan bentuk sel ini yang kami lihat adalah sel darah merah dan sel darah
putih. Bahan pengamatan yang digunakan yaitu darah praktikan. Saat diamati
dibawah mikroskop, dibawah lensa terlihat bentuk-bentuk sel. Yang lebih
mendominasi yaitu sel darah putih atau leukosit. Padahal seharusnya yang lebih
banyak yaitu sel darah merah atau eritrosit. Mengapa hal ini terjadi?
Kemungkinannya yaitu karena darah yang digunakan adalah darah praktikan yang
sedang menstruasi. Jelas hal ini berpengaruh, sehingga sirkulasi darah dalam
tubuh praktikan tersebut kurang stabil. Pada eritrosit, terlihat jelas bentuk selnya
bundar. Dan leukosit selnya berbentuk tidak beraturan. Hal itu disebabkan karena
leukosit mempunyai lima jenis dengan bentuk yang berbeda-beda antar jenisnya.

Selain mengamati bentuk sel darah, kami juga mengamati waktu lisis darah.
Darah yang digunakan yaitu darah hewan percobaan berupa kelinci. Pada
pengamatan ini, darah diujikan dengan berbagai larutan dan dalam konsentrasi
yang berbeda-beda. Yaitu diuji pada larutan NaCl 5%, 2%, 0,9%, 0,6%, 0,4%,
0,2%, aquadest, dan larutan sabun. Hasilnya bisa dilihat pada tabel hasil
pengamatan diatas. Pada NaCl 0,9% sel darah tidak mengalami bentuk lisis, tetap
berbentuk bundar (normal) karena pada konsentrasi tersebut darah dalam keadaan
isotonik. Artinya, larutannya mempunyai tekanan osmotik yang sama dengan isi
sel atau plasma darah. Kerapatannya renggang.

Pada konsentrasi 5% dan 2%, masing-masing mempunyai waktu lisis darah


yaitu 1 menit 49 detik dan 1 menit 33 detik. Sedangkan pada konsentrasi 0,5%,
0,4%, dan 0,2%, untuk lisis masing-masing membutuhkan waktu yaitu 45 detik,
36 detik, dan 35 detik. Artinya, pada NaCl konsentrasi >0,9% suatu sel
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan NaCl dengan
konsentrasi <0,9%. Perbedaan waktu eritrosis dalam bereaksi dikarenakan
perbedaan kosentrasi NaCl yang digunakan, semakin kecil konsentrasi yang
digunakan maka potensial air larutan NaCl semakin tinggi sehingga perbedaan
potensial air di luar dan di dalam sel semakin besar dan menyebabkan waktu yang
dibutuhkan untuk terjadinya lisis semakin cepat. Hal tersebut disebakan karena
pada NaCl dengan konsentrasi >0,9% darah sedang dalam keadaan hipertonik
atau tekanan osmotiknya lebih tinggi daripada plasma darah. sehingga
menyebabkan ari yang ada dalam sel keluar dan akhirnya eritrosit mengkerut.
Peristiwa ini di sebut plasmolisis. Setelah mengalami peristiwa ini dengan waktu
tertentu akhirnya sel mengalami perubahan bentuk menjadi lisis. Sedangkan pada
NaCl dengan konsentrasi ,0,9% darah sedang ada dalam keadaan hipotonik atau
tekanan osmotiknya lebih rendah daripada plasma darah. Lisis pada eritrosit ini
disebut hemolisi, yang berarti peristiwa pecahnya eritrosit akibat masuknya air
kedalam eritrosit sehingga hemoglobin keluar dari dalam eritrosit menuju ke
cairan sekelilingnya. Begitupun sama halnya pada aquadest dan larutan sabun
yaitu dengan waktu lisis masng-masing 16 detik dan 5 detik.

Dari penjelasan diatas, jelas bahwa hipotesis yang kami buat diterima. Karena
hasil pengamatan yang dilakukan sesuai dengan apa yang kami duga sebelumnya.

Вам также может понравиться