Вы находитесь на странице: 1из 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung
yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal. Dua jenis gastritis yang sering
terjadi adalah gastritis superficial akut dan gastritisnatrofik kronik (Sylvia, dkk,
2006). Gastritis merupakan penyakit yang sering kita jumpai dalam masyarakat
maupun dalam bangsa penyakit dalam. Kurang tahunya dan cara penanganan
yangtepat merupakan salah satu penyebabnya. Pada orang awam sering
menyebutnya dengan penyakit maag.
Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan saluran pencernaan yang
paling sering terjadi. Sekitar 10% orang yang datang ke unit gawat darurat pada
pemeriksaan fisik ditemukan adanya nyeri tekan di daerah epigastrium. Badan
penelitian kesehatan dunia WHO mengadakan tinjauan terhadap beberapa
Negara dunia dan mendapatkan hasil persentase dari angka kejadian gastritis di
dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan
Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah
penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar
583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. (Rahmi Kurnia Gustin, 2011)
Penyakit gastritis yang terjadi di Negara maju sebagian besar mengenai usia
tua. Hal ini berbeda dengan di negara berkembang yang banyak mengenai usia
dini. Menurut Zhaoshen L, dkk (2010), kasus gastritis umumnya terjadi pada
penduduk yang berusia lebih dari 60 tahun. Menurut penelitian Maulidiyah

(2006), 57,8% yaitu penderita gastritis berusia ≥ 40 tahun dan 77,8%

mempunyai jenis kelamin perempuan. (Rahmi Kurnia Gustin, 2011)

Penyakit gastritis sering terjadi pada remaja, orang-orang yang stres, karena
stres dapat meningkatkan produksi asam lambung, pengkonsumsi alkoholdan
obat-obatan anti inflamasi non steroid. Gejala yang timbul pada penyakit
gastritis adalah rasa tidak enak pada perut, perut kembung, sakit kepala, mual,
lidah berlapis. Penyakit gastritis sangat menganggu aktifitas sehari -hari,

1
karena penderita akan merasa nyeri dan rasa sakit tidak enak pada perut. Selain
dapatmenyebabkan rasa tidak enak, juga menyebabkan peredaran saluran cerna
atas,ulkus, anemia kerena gangguan absorbsi vitamin B12. Ada berbagai cara
untuk mengatasi agar tidak terkena penyakit gastritis dan untuk menyembuhkan
gastritis agar tidak menjadi parah yaitu dengan banyak minumkurang lebih 8
gelas/hari,istirahat cukup, kurangi kegiatan fisik, hindari makanan pedas dan
panas danhindari stres.

1.2. Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Agar Mahasiswa/I mengetahui tentang asuhan keperawatan gastritis.
1.2.2 Tujuan Khusus
- Agar Mahasiswa/I mengetahui pengertian gastritis
- Agar Mahasiswa/I mengetahui etiologi gastritis
- Agar Mahasiswa/I mengetahui patofisiologi gastritis
- Agar Mahasiswa/I mengetahui pathway gastritis
- Agar Mahasiswa/I mengetahui manifestasi klinis gastritis
- Agar Mahasiswa/I mengetahui pemeriksaan diagnostic
- Agar Mahasiswa/I mengetahui penatalaksanaan gastritis
- Agar Mahasiswa/I mengetahui komplikasi gastritis
- Agar Mahasiswa/I mengetahui pengobatan gastritis
- Agar Mahasiswa/I mengetahui pencegahan gastritis

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1.Pengertian
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut,
kronik difus, atau lokal dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak enak
pada epigastrium, mual dan muntah.
Jenis-jenis gastritis :
1. Gastritis Akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang akut dengan kerusakan erosi pada bagian superfisial (Arifmutakin,
2011)
Gastritis akut merupakan peradangan pada mukosa lambung yang
menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung dan setelah
terpapar pada zat iritan. Erosi tidak mengenai lapisan otot jantung
(Suratum, 2010)
2. Gastritis Kronis adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang bersifat menahun (Arifmutakin, 2011).
Gastritis kronis merupakan gastritis yang terkait dengan atrofi mukosa
gastrik sehingga produksi HCl menurun dan menimbulkan kondisi
achlorhidria dan ulserasi peptic. (Suratum, 2010)

2.2. Etiologi Gastritis


a. Gastritis Akut
1. Konsumsi obat-obatan kimia (asetaminofen, aspirin, kortikosteroid).
Asetaminofen dan korikosteroid dapat mengakibatkan iritasi pada mukosa
lambung, NSAIDS (Non Steroid Anti Inflamasi Drugs) dan kortikosteroid
menghambat sintesis prostat glading sehingga sekresi HCl meningkat dan
menyebabkan suasana lambung menjadi sangat asam sehingga
meninbulkan iritasi mukosa lambung.
2. Konsumsi alkohol. Alkohol dapat menyebkan kerusakan mukosa gaster.
3. Terapi radiasi, refluk empedu, zat-zat korosif (cuka dan lada)
menyebabkan kerusakan mukosa gaster dan menimbulkan edema dan
perdarahan.

3
4. Kondisi yang stressful (trauma, luka bakar, kemoterapi dan kerusakan
susunan saraf pusat) merangkasang peningkatan produksi HCl lambung.
5. Makan yang tidak teratur membuat lambung sulit beradaptasi dan dapat
mengakibatkan kelebihan asam lambung dan akan mengiritasi dinding mukosa
lambung.
6. Makanan denga tekstur keras dan dimakan dalam keadaan panas, misalnya
bakso.
7. Mengkomsumsi minuman yang mengandung kafein seperti kopi dan the,
makanan pedas, asam, dan makanan yang mengandung gas seperti ubi, buncis,
kol, dll.

b. Gastritis kronik

Gastritis kronil tidak dikatahui dengan jelas penyebabnya, tetapi


berhubungan dengan Helicobacter pylori atau inflamasi lambung yang
disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna.

2.3. Patofisiologi Gastritis


Obat-obatan, alkohol, garam empedu, zat iritan lainnya dapat merusak
mukosa lambung (gastritis erosif) mukosa lambung berperan penting dalam
melindungi lambung dari autodigesti oleh HCl dan pepsin. Bila mukosa lambung
rusak maka terjadi difusi HCl ke mukosa dan HCl akan merusak mukosa.
Kehadiran HCl di mukosa lambung menstimulasi perubahan pepsinogen
menjadi pepsin. Pepsin merangsang pelepasan histamin dari sel mast. Histamin
akan menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi
perpindahan cairan dari intrasel ke ekstrasel dan menyebabkan edema dan
kerusakan kapiler sehingga timbul perdarahan pada lambung. Biasanya lambung
dapat melakukan regenerasi mukosa oleh karena itu gangguan menghilang
dengan sendirinya.
Namun bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi
akan terjadi terus-menerus. Jaringan yang meradang akan diisi oleh jaringan
fibrin sehingga lapisan mukosa lambung dapat hilang dan terjadi atrofi sel

4
mukosa lambung. Faktor instrinsik yang dihasilkan oleh sel mukosa lambung
akan menurun atau hilang sehingga kobalamin atau vitamin B12 tidak dapat
diserap diusus halus. Sementara vitamin B12 ini berperan penting dalam
pertumbuhan dan malturasi sel darah merah. Pada akhirnya klien gastritis dapat
mengalami anemia. Selain itu dinding lambung menipis rentan terhadap
perforasi lambung dan perdarahan.

2.4. Pathway

Alkohol, obat- Makanan merangsang


Stress Helicobakter pylor
obatan panas, pedas, asam

Merangsang saraf Menyerang


simpatik N. Vagus Iritasi sel epitel
bagian fundus
kolumner gaster
gaster

Produksi Mukus
Desquamasi Sel
Berkurang

Respon radang kronis


Respon lambung Respon lambung - Destroksi kelenjar
vasodilatasi mukosa akafollasi - Metalasia

Erosi Sel

Produksi HCl Meningkat


Sel mukosa Elastisitas sel
Kerusakan pembuluh hilang kurang
darah mukosa

MK I Iritasi lambung
Mual, Muntah, MK III
Anoreksia Gastritis Kronis Kekakuan
Perdarahan
MK II
Nyeri

Komplikasi
Melena Hematemesis Ulkus Peptikus Nyeri
Gastritis akut

5
2.5. Manifestasi Klinik Gastritis
Manifestasi klinik bervariasi mulai dari keluhan ringan hingga muncul
perdarahan saluran cerna bagian atas bahkan pada beberapa pasien tidak
menimbulkan gejala yang khas. Menurut Mansjoer, 2001 tanda dan gejala pada
gastritis adalah :
a. Gastritis akut
- Anoreksia
- Rasa penuh
- Nyeri pada epigastrium
- Mual dan muntah
- Sering sendawa terutama dalam keadaab lapar
- Hematemesis dan melena
- Keringat dingin
- Nadi cepat
- Nafsu makan menurun drastis
b. Gastritis kronis
Pada pasien kronis umumnya tidak mempunyai keluhan. Hanya sebagian
kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea dan keluhan anemia, pada
pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan.

2.6. Pemeriksaan Diagnostik Gastritis


1. Darah lengkap bertujuan untuk mengetahui adanya anemia
2. Pemeriksaan serum vitamian B12 bertujuan untuk mengetahui adanya
defesiensi B12
3. Analisa proses bertujuan untuk mengetahui adanya darah dalam feses
4. Analisis gaster bertujuan untuk mengetahui kandungan HCl lambung.
Achlorhidria menunjukkan adanya gastritis atrofi.
5. Test antibodi serum. Bertujuan untuk mengetahui adanya antibodi sel
parientel dan faktor instrisik lambung terhadap helicobacter pylori.
6. Endoskopi, biopsi dan pemeriksaan urine biasanya dilakukan bila ada
kecurigaan adanya ulkuspeptikum.
7. Sitologi bertujuan untuk mengetahui adanya keganasan sel lambung.

6
2.7. Penatalaksanaan Gastritis
1. Gastritis akut
Menurut Brunner dan Suddarth, 2001 penatalaksanaa pada gastritis akut
diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alkohol dan
makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui
mulut, dietmengandung gizi dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu
diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka
penetalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk
hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh
mencerna makanan yang sangat asam, pengobatan terdiri dari
pengenceran dan penetralisasian agen penyebab. Untuk menetralisir
asam digunakan antacid umum. Dan bila korosi luas atau berat dihindari
karena bahaya perforasi.
Sedangkan menurut Sjamsuhidajat, 2004 penatalaksanaannya jika terjadi
perdarahan, tindakan pertama adalah tindakan konservatif berupa
pembilasan air es disertai pemberian antacid dan antagonis reseptor H2.
Pemberian obat yang berlanjut memerlukan tindakan bedah.
2. Gastritis Kronis
Menurut Brunner dan Suddarth, 2001 penatalaksanaan medis pada pasien
gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan
istirahat, mengurangi stress dan memulai farmakoterapi. Helicobacter
pylori dapat diatasi dengan antibiotic dan bismuth.
Sedangkan menurut Mansjoer, 2001 penatalaksanaan yang dilakukan
pertama kali adalah jika tidak dapat dilakukan endoskopi caranya yaitu
dengan mengatasi dan menghindari penyebab pada gastritis akut,
kemudian diberikan pengobatan empiris berupa antacid. Tetapi jika
endoskopi dapat dilakukan berikan terapi eradikasi.

7
2.8. Komplikasi Gastritis
1. Gastritis akut
Komplikasi yang dapat timbul pada gastritis akut adalah hematemesis
atau melena.
2. Gastritis kronik
Perdarahan cairan cerna bagian atas, ulkus, perforasi dan anemia karena
gangguan absorbsi vitamin B12

2.9. Pengobatan
a. Gastistis akut menurut Price, Sylvia A, 1995, yaitu :
- Pemberian obat-obat anti muntah dalam membantu menghilangkan gejala mual
dan muntah.
- Jika muntah terus menerus perlu dilakukan pemantauan terhadap pemenuhan
cairan dan elektrolit dengan memberikan infus intravena.
- Mengatasi penyebab apabila diketahui.
- Pemberian obat-obat H2 blocking (seperti ranitidine). Berguna mengurangi
asam lambung.
- Istirahat fisik dan psikis serta makan lunak selama masa timbulnya penyakit.
b. Gastritis kronis menurut Soeparman, dkk, 1990, yaitu :
- Pengobatan biasanya tergantung pada penyebab kelainan yang dicurigai, yang
keluhannya dapat dihubungkan dengan Gastritis kronis.
- Pemberian vitamin B12.
- Jika penyebabnya ditemukan misalnya refluks usus lambung, sebaiknya
dilakukan koreksi.

2.10. Pencegahan
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah timbulnya kembali serangan
Gastritis baik akut maupun kronis, menurut Long C, Barbara, 1996, yaitu :
1. Usahakan makan secara teratur.
2. Hindari makanan yang merangsang seperti asam, pedas, maupun makanan
yang terlalu manis.
3. Hindari buah-buahan seperti durian, nenas, dan nangka.
4. Hindari makanan ketan.

8
5. Hindari sayuran yang rendah serat dan mengandung banyak gas seperti kol.
6. Hindari minuman alkohol dan merokok.
7. Kurangi mengkonsumsi kopi dan teh
8. Tetap lakukan makanan dengan porsi kecil tapi sering (tiap 2 atau 3 jam)
dengan makan roti atau makanan lainnya.

BAB III

9
ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS

3.1. Pengkajian
a. Anamnesa meliputi:
1. Identitas Pasien:
- Nama
- Usia
- Jenis kelamin: tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin
- Jenis pekerjaan : tidak dipengaruhi jenis pekerjaan
- Alamat
- Suku/bangsa
- Agama
- Tingkat pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim
mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap
remeh penyakit ini, bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit
perut biasa dan akan memakan makanan yang dapat menimbulkan serta
memperparah penyakit ini.
2. Riwayat sakit dan kesehatan
3. Keluhan utama
4. Riwayat penyakit saat ini
5. Riwayat penyakit dahulu

b. Pemeriksaan fisik: Review of System


1. B1 (breath) : takhipnea
2. B2 (blood) : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian
perifer lambat, warna kulit pucat.
3. B3 (brain) : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu,
disorientasi, nyeri epigastrum.
4. B4 (bladder) : oliguri, gangguan keseimbangan cairan.
5. B5 (bowel) : anemia, anorexia,mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran
terhadap makanan pedas.
6. B6 (bone) : kelelahan, kelemahan

10
c. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah.
Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan
bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa
pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk
memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis.
2. Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh
ureaseH. Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida
(CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi
dalam udara ekspirasi.
3. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak.
Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan
juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan
adanya pendarahan dalam lambung.
4. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna
bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan
dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel(endoskop)
melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung dan bagian atas usus
kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum endoskop
dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika
ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan
mengambil sedikit sampel(biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu
kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan
waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung
disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari
anestesi menghilang kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada
resioko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak
nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
5. Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan
lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu

11
sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat
lebih jelas ketika di rontgen.
6. Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting
untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik
dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa
untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO( basal acid output) tanpa
perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom
Zolinger- Elison(suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam
jumlah besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).
7. Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO,
maximum acid output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi
asam seperti histamin atau pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui teradinya
aklorhidria atau tidak.

d. Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya
serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap
dirinya, kecemasan terhadap penyakit.

3.2. Diagnosa keperawatan


1. Defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah).

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan


intake asupan gizi.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

4. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya


informasi.

3.3. Intervensi keperawatan

12
1.Defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah).
Tujuan: Mencegah output yang berlebih dan mengoptimalkan intake cair.
Kriteria Hasil : Mempertahankan volume cairan adekuat dengan dibuktikan oleh
mukosa bibir lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler berwarna merah muda,
input dan output seimbang.

Intervensi Rasional

Penuhi kebutuhan individual. Anjurkan klien Mengganti kehilangan cairan dan


untuk minum ( Dewasa : 40-60 cc/kg/jam). memperbaiki keseimbangan cairan dalam
fase segera.
Intake cairan yang adekuat akan mengurangi
resiko dehidrasi pasien.

Berikan cairan tambahan IV sesuai indikasi.

Awasi tanda-tanda vital, evaluasi turgor kulit, Menunjukkan status dehidrasi atau
pengisian kapiler dan membran mukosa. kemungkinan kebutuhan untuk
peningkatan penggantian cairan.

Cimetidine dan ranitidine berfungsi untuk


Kolaborasi pemberian cimetidine dan ranitidine
menghambat sekresi asam lambung

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan


intake asupan gizi.
Tujuan : Gangguan nutrisi teratasi
Kriteria Hasil:
1. Antoprometri: Berat badan, lingkar lengan atas kembali normal.

2. Albumin,hemoglobin normal.

3. Klinis : terlihat segar.

4. Porsi makan habis.

13
Intervensi Rasional

Reduksi stress dan farmakoterapi seperti Stress menyebabkan peningkatan produksi


cytoprotective agent, penghambat pompa asam lambung, untuk klien dengan gastritis
proton, anatasida. penggunaan penghambat pompa proton
membantu untuk mengurangi asam
lambung dengan cara menutup pompa
asam dalam sel lambung penghasil asam.
Kemudian untuk penggunaan
cytoprotective agent membantu untuk
melindungi jaringan yang melapisi
lambung dan usus kecil. pada klien dengan
gastritis antasida berfungsi untuk
menetralisir asam lambung dan dapat
mengurangi rasa sakit.

Dengan tranfusi albumin diharapkan kadar


Koloborasi transfusi albumin.
albumin dalam darah kembali normal
sehingga kebutuhan nutrisi kembali
normal.

Pemasukan individu dapat dikalkulasikan


Konsul dengan ahli diet untuk menentukan dengan berbagai perhitungan yang
kalori / kebutuhan nutrisi berbeda, perlu bantuan dalam perencanaan
diet yang memenuhi kebutuhan nutrisi.

Mencegah terjadinya anemia.

Tambahan vitamin seperti B12. Keragu-raguan untuk makan mungkin


diakibatkan oleh takut makanan yang
Batasi makanan yang menyebabkan peningkatan menyebabkan terjadinya gejala
asam lambung berlebih, dorong klien untuk
menyatakan perasaan masalah tentang makan
diet. Program ini mengistirahatkan saluran

Berikan nutrisi melalui IV sesuai indikasi. pencernaan sementara , dan memenuhi

14
nutrisi sangat penting dan dibutuhkan

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik.


Tujuan: Intoleransi aktifitas teratasi
Kriteria Hasil: Klien tidak dibantu oleh keluarga dalam beraktifitas.

Intervensi Rasional

Tingkatkan tirah baring atau duduk dan berikan Tirah baring dapat meningkatkan stamina
obat sesuai dengan indikasi. tubuh pasien sehinggga pasien dapat
beraktivitas kembali.

Lingkungan yang nyaman dan tenang


Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
dapat mendukung pola istirahat pasien.

Klien dapat beraktivitas secara bertahap


Ajarkan klien metode penghematan energy sehingga tidak terjadi kelemahan.
untuk aktivitas (lebih baik duduk daripada
berdiri saat melakukan aktivitas)

4. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya


informasi.
Tujuan : Informasi tepat dan efektif.
Kriteria Hasil : Klien dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan
gejala, perawatan, pencegahan dan pengobatan.

Intervensi Rasional

Beri pendidikan kesehatan (penyuluhan) tentang Pengkajian / evaluasi secara periodik


penyakit, beri kesempatan klien atau keluarga meningkatkan pengenalan / pencegahan
untuk bertanya, beritahu tentang pentingnya dini terhadap komplikasi seperti ulkus
obat-obatan untuk kesembuhan klien. peptik dan pendarahan pada lambung

15
Evaluasi tingkat pengetahuan pasien.

Memberikan pengetahuan dasar dimana


klien dapat membuat pilihan informasi
tentang kontrol masalah kesehatan.
Keterlibatan orang lain yang telah
menerima masalah yang sama dapat
meningkatkan koping , dapat
meningkatkan terapi dan proses
penyembuhan.

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut,
kronik difus, atau lokal dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak enak
pada epigastrium, mual dan muntah.
Gastritis Akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang
akut dengan kerusakan erosi pada bagian superfisial (Arifmutakin, 2011)
Gastritis Kronis adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang bersifat menahun (Arifmutakin, 2011).

16
Gastritis akut dapat disebabkan oleh obat-obatan, alkohol, diet yang tidak
salah dan tidak teratur, dan stress. Sedangkan gastritis kronis belum jelas
penyebabnya hanya saja berhubungan dengan Helicobacter pylori.
Pada gastritis akut dapat menimbulkan tanda dan gejala seperti anoreksia,
sering sendawa, nyeri pada epigastrium, mual dan muntah, hematemesis dan
keringat dingin. Sedangkan pada gastritis kronis jarang menimbulkan gejala,
hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea dan keluhan
anemia, pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan.

4.2.Saran
- Bagi klien agar tidak terjadinyak gastritis kembali ,sebaiknya klien tidak
memakan makanan yang itasi( penggunaan petsin)dan makan yang
teratur,hindari sterss,dan mengunyah makanan 32x
- Bagi perawat memberikan penyuluhan bagaimana pencegahan gastritis
dan mapu menerapkan dalam dirinya.

17

Вам также может понравиться