Вы находитесь на странице: 1из 24

MAKALAH PSIKIATRI

MAJOR DEPRESSIVE DISORDER

Disusun oleh :
SURYA RAJ
130100200

Pembimbing :

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RUMAH SAKIT PROF. M. ILDREM MEDAN
MEDAN
2017
MAJOR DEPRESSIVE DISORDER
MAKALAH
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan
Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu
Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Pembimbing :
Nama : Surya Raj

NIM : 130100200

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RUMAH SAKIT PROF. M. ILDREM MEDAN
MEDAN
2017
i

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Surya Raj


NIM : 130100200
Judul : Major Depressive Disorder

Pembimbing Koordinator P3D


Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara

(dr. Mustafa M.Amin,M.Ked(K.J),M.Sc, Sp.KJ(K)) (dr. Vita Camellia, M.Ked(KJ), Sp.KJ)


NIP.19780330 200501 1 003 NIP.19780404 200501 2 002
ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Major Depressive Disorder”. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
melengkapi persyaratan Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di Departemen
Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Selama penulisan makalah ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan
arahan dan untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Mustafa
M.Amin,M.Ked(K.J),M.Sc, Sp.KJ(K) atas bimbingan dan ilmu yang sangat
berguna bagi penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-
teman yang turut membantu dengan memberikan dukungan ide. Biarlah Tuhan
Yang Maha Esa yang membalas setiap kebaikan yang telah diberikan kepada
penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya. Untuk itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan
makalah penyuluhan selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat, akhir kata
penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, November 2017


Penulis

Surya Raj
iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Tujuan Pembuatan Makalah ...........................................................................1
1.3 Manfaat Pembuatan Makalah .........................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3


2.1 Definisi ...........................................................................................................3
2.2 Etiologi Waham ..............................................................................................3
2.3 Gambaran Klinis .............................................................................................4
2.4 Tipe Waham ...................................................................................................4
2.5 Kriteria Diagnostik .........................................................................................5
2.6 Diagnosis Banding..........................................................................................6
2.7 Pengobatan .....................................................................................................7
2.8 Prognosis ........................................................................................................8

BAB III KESIMPULAN ........................................................................................9


DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................10
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Depresi didefinisikan suatu keadaan mental karena perubahan mood
dengan karakteristik seperti rasa sedih, dan perasaan putus asa. Depresi
diklasifikasikan dalam gangguan mood, suatu istilah yang sering digunakan untuk
menggambarkan suatu penyakit yang berkaitan dengan mood seseorang. 1

Depresi dapat dilihat dari keluhan yang disampaikan pasien, melihat afek
dan tingkah laku akan membantu dengan cepat bahwa keluhan-keluhan yang
disampaikan pasien itu akan didapatkan dasar-dasar gangguan emosional atau
afektif atau adanya penyakit depresi yang diderita pasien tersebut.2

Gangguan depresif adalah salah satu jenis gangguan jiwa yang paling
sering terjadi. Prevalensi gangguan depresif pada populasi dunia adalah 3-8 %
dengan 50 % kasus terjadi pada usia produktif yaitu 20-50 tahun. World Health
Organization menyatakan bahwa gangguan depresif berada pada urutan keempat
penyakit di dunia. Gangguan depresif mengenai sekitar 20 % wanita dan 12 %
laki-laki pada suatu waktu dalam kehidupan. Pada tahun 2020 diperkirakan
jumlah penderita gangguan depresif semakin meningkat dan akan menempati
urutan kedua penyakit di dunia.2

Seseorang dapat terpicu menderita gangguan depresif karena adanya


interaksi antara tekanan, daya tahan mental diri dari lingkungan. Pada dasarnya
inti dari gangguan depresif adalah kehilangan obyek cinta misalnya kematian
anggota keluarga atau orang yang sangat dicintai, kehilangan pekerjaan, kesulitan
keuangan, terkucil dari pergaulan sosial, kondisi fisik yang tidak sempurna,
penyakit, kehamilan dan bertambahnya usia. Selain itu, gangguan depresif juga
dipengaruhi faktor genetic dan faktor biologis berupa gangguan neurotransmitter
di otak.2
2

Gangguan depresif ditandai dengan berbagai keluhan seperti kelelahan


atau merasa menjadi lamban, masalah tidur, perasaan sedih, murung, nafsu makan
terganggu dapat berkurang atau berlebih. Kehilangan berat badan dan iritabilitas.
Penderita mengalami distorsi kognitif seperti mengkritik diri sendiri, timbul rasa
bersalah, perasaan tidak berharga dan putus asa.2

Gangguan Depresif merupakan gangguan yang dapat mengganggu


kehidupan dan dapat diderita tanpa memandang usia, status sosial, latar belakang
maupun jenis kelamin. Gangguan Depresif dapat terjadi tanpa disadari sehingga
penderita terkadang terlambat ditangani sehingga dapat menimbulkan penderitaan
yang berat seperti bunuh diri.2

Gangguan depresif dapat diobati dan dipulihkan melalui


konseling/psikoterapi dan beberapa diantaranya memerlukan tambahan terapi fisik
maupun kombinasi keduanya karena ada beberapa faktor yang saling berinteraksi
untuk timbulnya gangguan depresif, penatalaksanaan yang komprehensif sangat
diperlukan. Jenis terapi bergantung dari diagnosis, berat penyakit, umur penderita
dan respon terhadap terapi sebelumnya.3

1.2. Tujuan Pembuatan Makalah


Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Mengetahui definisi, etiologi, gambaran klinis, diagnosis, dan terapi dari
gangguan depresif.
2. Sebagai tugas makalah yang diberikan selama menjalankan Program
Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di Departemen Psikiatri.

1.3. Manfaat Pembuatan Makalah


Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah menambah wawasan tentang
ganguan depresif.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Depresi


Depresi merupakan gangguan mood yang umum namun serius. Depresi
menyebabkan gejala-gejala berat yang mempengaruhi bagaimana perasaan
seseorang. Untuk didiagnosa depresi, gejala-gejala harus muncul paling sedikit
dua minggu. Menurut WHO, depresi adalah gangguan mental umum yang
ditandai oleh adanya kesedihan, kehilangan minat atau kesenangan, perasaan
bersalah atau harga diri rendah, terganggunya tidur atau rasa lapar, perasaan akan
kelelahan, dan konsentrasi rendah. Depresi dapat terjadi sepanjang masa atau
kambuh, secara substansial mempengaruhi kemampuan individu untuk fungsinya
dalam bekerja atau sekolah atau menghadapi kehidupan sehari-hari.17-19
Depresi merupakan salah satu kelainan psikiatri yang paling sering terjadi.
Depresi merupakan salah satu faktor resiko yang menyebabkan bunuh diri.17
2.2. Etiologi dan Klasifikasi Depresi
2.1. Etiologi
A. Faktor Biologis
Banyak studi melaporkan abnormalitas biologis pada pasien-pasien
dengan gangguan mood. Sampai saat ini, neurotransmitter monoamin
norepinefrin, dopamin, dan serotonin adalah fokus utama dari teori-teori dan
penelitian mengenai etiologi dari gangguan ini.19
a. Norepinefrin
Korelasi yang dinyatakan oleh studi ilmu dasar antara downregulation
atau penurunan sensitivitas β reseptor adrenergik dan respon klinis
antidepresan mungkin satu bagian paling menarik dari data yang
menunjukkan peran langsung untuk sistem noradrenergik dalam
depresi. 19
4

b. Serotonin
Serotonin telah menjadi neurotransmitter amina biogenik yang paling
sering berhubungan dengan depresi. Penurunan serotonin dapat
memicu depresi.19
c. Dopamin
Data menunjukkan bahwa aktivitas dopamin mungkin berkurang
dalam depresi dan meningkat pada mania. Dua teori terbaru tentang
dopamin dan depresi adalah bahwa dopamin jalur mesolimbik
mungkin menjadi tidak fungsional dalam depresi dan bahwa reseptor
dopamin D1 mungkin menjadi hipoaktif dalam depresi.19
d. Gangguan Neurotransmitter Lainnya
Asetilkolin ditemukan dalam neuron yang didistribusikan menyebar
ke seluruh korteks serebral. Kadar kolin abnormal, yang merupakan
prekursor untuk Asetilkolin telah ditemukan dalam otak beberapa
pasien depresi pada otopsi mungkin mencerminkan kelainan pada
komposisi fosfolipid sel.19
γ-Aminobutyric acid (GABA) memiliki efek penghambatan pada jalur
ascending monoamine, terutama sistem mesokortikal dan mesolimbik.
Pengurangan dari GABA telah diamati dalam plasma, CSS, dan kadar
GABA dalam otak pada depresi.19
Asam amino glutamat dan glisin adalah neurotransmitter eksitatorik
dan inhibitorik utama dalam susunan saraf pusat. Glutamat dan glisin
mengikat pada tempat yang berhubungan dengan reseptor N-methyl-
D-aspartate (NMDA) dan stimulasi glutamatergik berlebihan dapat
menyebabkan efek neurotoksik. Bukti-bukti menunjukkan bahwa obat
yang mengantagonis reseptor NMDA memiliki efek antidepresan.19
e. Second Messengers dan Intracellular Cascades
Pengikatan suatu neurotransmitter dan reseptor postsinaptik memicu
kaskade terikat membran dan proses intraseluler yang dimediasi oleh
sistem second messenger. Reseptor pada membran sel berinteraksi
dengan lingkungan intraseluler melalui guanine nucleotide-binding
5

proteins (G protein). G protein, pada gilirannya terhubung ke berbagai


enzim intraseluler (misalnya, adenilat siklase, fosfolipase C, dan
fosfodiesterase) yang mengatur pemanfaatan energi dan pembentukan
second messenger, seperti nukleotida siklik misalnya, cyclic
adenosine monophosphate (cAMP) dan cyclic guanosine
monophosphate (cGMP), serta phosphatidylinositols (misalnya,
inositol trifosfat dan diasilgliserol) dan kalsium-kalmodulin. Second
messenger mengatur fungsi saluran ion membran neuron. Semakin
banyak bukti yang menunjukkan bahwa obat penstabil mood bekerja
pada G protein atau second messenger lainnya.19
f. Perubahan pada Regulasi Hormonal
Aktivitas pengkodean gen untuk neurokinin brain-derived
neurotrophic growth factor (BDNF) menurun setelah stres kronis.
Stres berkepanjangan dapat menginduksi perubahan status fungsional
neuron dan akhirnya, kematian sel. Studi terbaru pada manusia yang
depresi menunjukkan bahwa riwayat trauma dini berhubungan dengan
peningkatan aktivitas Hypothalamic-Pituitary Adrenal (HPA) disertai
dengan perubahan struktural (misalnya atrofi atau penurunan volume)
di korteks serebral. Peningkatan aktivitas HPA adalah tanda dari
respon stres mamalia dan salah satu dari hubungan yang paling jelas
antara depresi dan stres kronis biologis. Bukti peningkatan aktivitas
HPA jelas dalam 20 sampai 40 % dari pasien depresi rawat jalan dan
40 sampai 60 % pasien depresi rawat inap.19

g. Aktivitas aksis tiroid


Sekitar 5 sampai 10 % dari orang-orang yang dievaluasi untuk depresi
sebelumnya memiliki disfungsi tiroid yang tidak terdeteksi, yang
dicerminkan dari peningkatan Level Thyroid Stimulating Hormone
(TSH) basal atau peningkatan respon TSH terhadap infus 500-mg dari
neuropeptida hipotalamus Thyroid Releasing Hormone (TRH).19
6

h. Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan disekresikan dari pituitary anterior setelah
stimulasi oleh norepinefrin dan dopamin. Sekresi diinhibisi oleh
somatostatin, sebuah neuropeptida hipotalamus, dan Corticotropin-
Releasing Hormone (CRH). Penurunan kadar somatostatin di cairan
serebrospinal telah dilaporkan dalam depresi.19
i. Perubahan dari neurofisologi tidur
Depresi berhubungan dengan kehilangan secara prematur dari tidur
dalam (gelombang lambat) dan Sekresi tumpul dari hormon
pertumbuhan berhubungan dengan pengurangan tidur gelombang
lambat.19
j. Gangguan immunologis
Gangguan depresi berhubungan dengan beberapa abnormalitas
immunologis, termasuk penurunan proliferasi limfosit dalam respon
terhadap mitogen dan bentuk lainnya dari gangguan imunitas selular.19

B. Faktor Genetik
Data keluarga menunjukan bahwa jika satu orang tua memiliki gangguan
mood, seorang anak akan memiliki risiko antara 10 sampai 25 % untuk
memiliki gangguan mood. Jika kedua orang tua memiliki, risikonya menjadi
dua kali lipat. Semakin banyak anggota keluarga yang terkena, semakin
besar risiko pada anak. Risiko menjadi lebih besar jika anggota keluarga
yang terkena adalah keluarga derajat satu dibandingkan keluarga jauh.19
C. Faktor Psikososial
a. Peristiwa kehidupan dan stres lingkungan
Pengamatan klinis yang sudah berlangsung lama adalah bahwa
peristiwa kehidupan yang penuh stres lebih sering pertama mendahului,
daripada berikutnya, episode gangguan mood. 19
Beberapa dokter percaya peristiwa kehidupan memainkan peranan
primer dalam depresi; yang lain berpendapat bahwa peristiwa kehidupan
hanya memiliki peran yang terbatas dalam onset dan waktu depresi. Data
7

yang paling menarik menunjukkan bahwa peristiwa kehidupan paling


sering berhubungan dengan perkembangan dari depresi adalah
kehilangan orang tua sebelum usia 11 tahun. Stressor lingkungan yang
paling sering berhubungan dengan timbulnya episode dari depresi adalah
kehilangan pasangan.19
b. Faktor kepribadian
Tidak ada satu sifat atau jenis kepribadian yang secara unik
mempengaruhi seseorang untuk depresi; semua manusia dari pola
kepribadian apapun dapat menjadi depresi di bawah kondisi yang
sesuai.19
Peristiwa penuh stres baru-baru ini adalah prediktor paling kuat dari
timbulnya episode depresi. Penelitian telah menunjukkan bahwa stressor
yang dialami oleh pasien sebagai cerminan negatif terhadap harga dirinya
lebih mungkin untuk menghasilkan depresi. Selain itu, apa yang mungkin
tampaknya menjadi stressor yang relatif ringan untuk orang luar
mungkin menghancurkan untuk pasien karena makna idiosinkrasi
tertentu yang melekat pada kejadian tersebut.19
c. Faktor-faktor psikodinamik dalam depresi
Pemahaman psikodinamis dikembangkan oleh Karl Abraham yang
dikenal sebagai pandangan klasik dari depresi. Teori itu melibatkan
empat poin kunci: (1) gangguan dalam hubungan ibu-bayi selama Tahap
oral (10 sampai 18 bulan pertama kehidupan) mempengaruhi kerentanan
terhadap depresi kemudian; (2) depresi dapat dikaitkan dengan
kehilangan objek baik nyata atau khayalan; (3) introyeksi dari obyek
yang pergi adalah mekanisme pertahanan yang dipakai untuk
menghadapi penderitaan yang berhubungan dengan hilangnya objek; dan
(4) karena objek yang hilang adalah dianggap merupakan campuran cinta
dan benci, perasaan marah ditujukan ke dalam diri sendiri.19
8

D. Formulasi lain dari depresi


a. Belajar ketidakberdayaan
Teori belajar ketidakberdayaan dari depresi menghubungkan
fenomena depresi terhadap pengalaman peristiwa yang tak terkendali
misalnya ketika anjing di laboratorium terkena sengatan listrik dimana
mereka tidak bisa melarikan diri, mereka menunjukkan perilaku yang
membedakan mereka dari anjing yang belum terkena peristiwa tak
terkendali tersebut. Anjing-anjing terkena sengatan tidak akan
menyeberangi penghalang untuk menghentikan aliran sengatan listrik
ketika dimasukkan ke dalam situasi pembelajaran yang baru. Mereka
tetap pasif dan tidak bergerak. Menurut teori belajar ketidakberdayaan,
anjing-anjing yang tersengat belajar bahwa hasil tidak bergantung dari
respon, jadi mereka memiliki baik defisit motivasional kognitif
(contohnya mereka tidak akan berusaha untuk melarikan diri dari
sengatan) dan defisit emosional (contohnya menunjukkan pengurangan
reaksi terhadap sengatan). Dalam pandangan belajar ketidakberdayaan
yang diterapkan pada depresi manusia, penyebab internal diperkirakan
menghasilkan hilangnya harga diri setelah peristiwa eksternal yang
merugikan.19
2.3. Klasifikasi Depresi
Sindrom depresif (gangguan depresi mayor atau depresi klinis) merupakan
gangguan mood umum tetapi serius. Hal ini menyebabkan gejala yang parah yang
mempengaruhi bagaimana perasaan seseorang, berpikir, dan menjalani kegiatan
sehari-hari, seperti tidur, makan, atau bekerja. Beberapa bentuk dari depresi
sedikit berbeda atau mereka dapat berkembang dalam keadaan yang unik, seperti:
17

A. Gangguan depresi persisten (juga disebut dysthymia) adalah perasaan


depresi yang berlangsung selama setidaknya dua tahun. Seseorang
didiagnosis dengan gangguan depresi persisten mungkin memiliki
episode depresi mayor bersama dengan periode sedikit gejala berat, tetapi
9

gejala harus bertahan selama dua tahun untuk dipertimbangkan menjadi


gangguan depresi persisten. 17
B. Depresi perinatal jauh lebih serius daripada "baby blues" (secara relatif
depresi ringan dan gejala kecemasan yang biasanya jelas dalam waktu
dua minggu setelah melahirkan) yang mana banyak wanita
mengalaminya setelah melahirkan. Wanita dengan depresi perinatal
mengalami depresi mayor dengan penuh sesak nafas selama hamil atau
setelah persalinan (postpartum depression). Perasaan sedih yang ekstrim,
kecemasan, dan kelelahan yang menyertai depresi perinatal dapat
membuat sulit untuk para ibu baru untuk menyelesaikan kegiatan
perawatan harian untuk diri mereka sendiri dan atau untuk bayi mereka.
17

C. Depresi psikotik terjadi ketika seseorang memiliki depresi berat ditambah


beberapa bentuk dari psikosis seperti memiliki keyakinan tetap salah
yang mengganggu (delusi) atau mendengar atau melihat hal-hal
menjengkelkan yang orang lain tidak bisa mendengar atau melihat
(halusinasi). Gejala psikotik biasanya memiliki "tema" depresi seperti
delusi dari perasaan bersalah, kemiskinan, atau penyakit.17
D. Gangguan afektif musiman ditandai dengan onset dari depresi selama
bulan-bulan musim dingin ketika ada sedikit sinar matahari alami.
Depresi ini umumnya meningkat selama musim semi dan musim panas.
Depresi di musim dingin, biasanya disertai dengan penarikan sosial,
peningkatan tidur, dan penambahan berat badan bisa ditebak kembali
setiap tahun di gangguan afektif musiman.17
E. Gangguan bipolar berbeda dari depresi namun termasuk dalam daftar ini
adalah karena seseorang dengan pengalaman gangguan bipolar episode
mood yang secara ekstrim rendah yang memenuhi kriteria untuk depresi
mayor (disebut "depresi bipolar") tetapi orang dengan gangguan bipolar
juga mengalami suasana hati-euforia atau irritable-tinggi yang ekstrim
yang disebut "mania" atau bentuk yang kurang parah disebut
hipomania.17,18
10

2.4. Faktor Resiko Depresi


1. Jenis kelamin
Secara umum dikatakan bahwa gangguan depresi lebih sering terjadi pada
wanita dibandingkan pada pria. Wanita lebih berisiko dua kali daripada pria.
Pendapat-pendapat yang berkembang mengatakan bahwa perbedaan dari kadar
hormonal wanita dan pria, efek dari persalinan, perbedaan faktor psikososial
antara pria dan wanita, dan model perilaku dari belajar ketidakberdayaan berperan
penting dalam gangguan depresi mayor ini. 17,18
2. Umur
Depresi dapat terjadi dari berbagai kalangan umur namun usia rerata dari
onset dari depresi mayor sekitar 40 tahun dengan 50 % dari semua pasien berada
pada 20 sampai 50 tahun. Data epidemiologi terbaru menyatakan bahwa insidensi
dari gangguan depresi mayor mungkin meningkat pada orang-orang lebih muda
dari 20 tahun oleh karena peningkatan penyalahgunaan konsumsi dari alkohol dan
obat-obatan pada kelompok usia ini.17,18
3. Status pernikahan
Gangguan depresi mayor paling sering terjadi pada orang-orang yang tidak
memiliki hubungan interpersonal dan mereka yang cerai atau berpisah.17,18
4. Faktor sosial-ekonomi dan budaya
Tidak ada suatu hubungan antara faktor sosial-ekonomi dan gangguan
depresi mayor. Depresi lebih umum terjadi di daerah perkotaan dibandingkan
pedesaan.17,18
5. Faktor risiko lainnya
Faktor risiko lainnya termasuk riwayat depresi pada diri sendiri atau
keluarga, perubahan hidup mayor, trauma atau stres, dan bisa juga beberapa
penyakit fisik dan medikasi.17,18
2.5. Gejala Klinis Depresi
Berikut adalah tanda-tanda dan gejala yang hampir setiap hari terjadi,
setidaknya dua minggu17,18:
1. Sedih yang menetap, cemas, atau mood yang "kosong"
2. Perasaan akan hilangnya harapan atau pesimisme
11

3. Iritabilitas
4. Perasaan bersalah, tidak berharga, tidak berguna
5. Kehilangan minat atau kesenangan pada hobi-hobi dan aktivitas-aktivitas
sebelumnya
6. Berkurangnya energi atau kelelahan
7. Bergerak atau berbicara lebih lambat
8. Merasa kurang istirahat atau punya masalah walaupun tidak melakukan
apa-apa
9. Kesulitan untuk berkonsentrasi, mengingat, atau membuat keputusan
10. Kesulitan tidur, bangun terlalu pagi, atau tidur berlebihan
11. Perubahan nafsu makan dan atau berat badan
12. Memikirkan kematian atau bunuh diri, usaha untuk bunuh diri
13. Nyeri, sakit kepala, keram perut, dan gangguan pencernaan tanpa
masalah fisik yang jelas.

Tidak semua orang yang mengalami depresi mengalami setiap gejala.


Beberapa orang hanya mengalami beberapa gejala sementara orang lain
mengalami banyak. Beberapa gejala yang menetap sebagai tambahan terhadap
mood rendah dibutuhkan untuk mendiagnosa depresi mayor. Keparahan dan
frekuensi dari gejala dan berapa lama mereka mengalaminya bervariasi
bergantung pada individu dan penyakit tertentunya. Gejala juga bisa bervariasi
bergantung pada derajat penyakitnya. 17,18

2.6. Diagnosa Depresi


Berikut adalah criteria diagnostic menurut PPDGJ III :

a.Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat) :


- afek depresif,
- Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
- berkurangnya energi yang mcnuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas

b.Gejala lainnya :
12

(a) konsentrasi dan perhatian berkurang;


(b) harga diri dan kepercayaan diri berkurang;
(c) gadasan teniang rasa bersalah dan tidak berguna;
(d) pandangan masa depan yang suram dan pesimistis;
(e) gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh
(f) tidur terganggu;
(g) nafsu makan berkurang

Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa
sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode
lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung
cepat.

Kategori diagnosis episode depresif ringan(F32.0) ,sedang (F32.1) dan berat


(F32.3) hanya digunakan untuk episode depresi tunggal(yang pertama). Episode
depresi berikutnya harus diklasifikasi dibawah salah satu diagnosis gangguan
depresif berulang (F33.-)
F32.0 Episode Depresif Ringan
Pedoman Diagnostik

-Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut


diatas;
-Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya : (a) sampai dengan (g).
-Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
-Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu.
-Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukannya.

Karakter Kelima : F32.00 = Tanpa Gejala Somatik


F32.01 = Dengan Gejala Somatik
F32.1 Episode Depresif Sedang
13

Pedoman Diagnostik
-Sekurang-kurangrrya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada episode
depresi ringan (F30.0);
-Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainya;
-Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu
-Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pckerjaan dan
urusan rumah tangga.

Karakter Kelima : F32.10 = tanpa gejala somatik


F32.11 = Dengan gejala somatic

F32.2 Episode Depresif Berat tanpa Gejala psikotik


Pedoman Diagnostik

-Semua 3 gejala utama depresi harus ada.


-Ditambah sekurang-kurang:nya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa di antaranya
harus berintensitas berat.
-BiIa ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang
mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan
banyak gejalanya secara rinci
Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresif berat
masih dapat dibenarkan.
-Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu,
akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih
dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2
minggu.
-Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan
atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

F32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik


Pedoman Diagnostik
14

-Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut F32:2 tersebut diatas;
-Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide
tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa
bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik biasanya
berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging
membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada
stupor.
Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak
serasi dengan afek (mood congruent).

F32.8 Episode Depresif Lainnya


F32.9 Episode Depresif YTT

F33 GANGGUAN DEPRESIF BERUI,ANG


Pedoman Diagnostik
-Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari
- episode depresi ringan (F32 0)
- episode depresi sedang (F32.1)
- episode depresi berat (F32.2 dan F32.3);
Episode masing-masing rata-rata lamanya sekitar 6 bulan, akan tetapi
frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan bipolar.
-Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peninggian afek dan hiperaktivitas
yang memenuhi kriteria mania (F30 1 dan F30.2).
Namun kategori ini tetap harus digunakan jika ternyata ada episode singkat dari
peninggian afek dan hiperaktivitas ringan yang memenuhi kriteria hipomania
(F30.0) segera sesudah suatu episode depresif (kadang-kadang tampaknya
dicetuskan oleh tindakan pengobatan depresi).
-Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara episode, namun sebagian kecil
pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya menetap, terutama pada usia
lanjut (untuk keadaan ini, kategori ini harus tetap digunakan)
15

-Episode masing-masing, dalam berbagai tingkat keparahan, seringkali dicetuskan


oleh peristiwa kehidupan yang penuh stres atau trauma mental lain (adanya stres
tidak esensial untuk penegakkan diagnosis).

Diagnosis Banding : Episode depresif singkat berulang (F38.1)

F33.0 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Ringan


Pedoman Diagnostik
Untuk diagnosis pasti :
(a) kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi, dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan (F32.0); dan
(b) sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama
minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang
Bermakna

Karakter kelima : F33.00 = Tanpa gejala somatik


F33.01 = Dengan gejala somatik

F33.1 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Sedang


Pedoman Diagnostik
Untuk diagnosis pasti :
(a) kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-)
harus dipenuhi, dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif sedang (F32.1); dan
(b) sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama
minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang
bcrmakna.

Karakter kelima : F33 10 = Tanpa gejala somatik


F33 11 = Dengan gejala somatic
16

F33.2 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat tanpa Gejala


Psikotik
Pedoman Diagnostik
Untuk diagnosis pasti :
(a) kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi, dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala
psikotik (F32.2); dan
(b) sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama
minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang
bermakna.
F33.3 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat dengan Gejala
Psikotik
Pedoman Diagnostik
Untuk diagnosis pasti :
(a) kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) - harus dipenuhi, dan
episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan
gejala psikotik (F32.3); dan
(b) sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama
minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang
bermakna.
F33.4 Gangguan Depresif Berulang, Kini dalam Rernisi
Pedoman Diagnostik
Untuk diagnosis pasti :
(a) kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus pernah dipenuhi di
masa larnpau, tetapi keadaan sekarang seharusnya tidak rnemenuhi kriteria untuk
episode depresif dengan derajat keparahan apa pun atau gangguan lain apa pun
dalam F30-F39; dan
(b) sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama
minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang
bermakna.
F33.8 Gangguan Depresif Berulang Lainnya
17

F33.9 Gangguan Depresif Berulang YTT


2.6. Tatalaksana Depresi
Tatalaksana Depresi secara farmakologi adalah menggunakan obat-obatan anti
depresi yang terdiri dari :
1.Obat anti depresi Trisiklik
Contohnya adalah amitriptyline dengan dosis 75-150 mg/hari
2.Obat anti depresi Tetrasiklik
Contohnya adalah Maprotiline dengan dosis 75-150 mg/hari
3.Obat anti depresi MAOI-Reversible (Reversible Inhibitor of Monoamine
Oxidase)
Contohnya adalah Moclobemide dengan dosis 300-600 mg/hari.
4.Obat anti depresi Atypical
Contohnya adalah Tianeptine dengan dosis 25-50 mg/hari
5.Obat anti depresi SSRI(Selective Serotonin Reuptake Inhibitor)
Contohnya adalah Fluoxetine dengan dosis 20-40 mg/hari.
18

BAB III
KESIMPULAN

Gangguan depresif adalah gangguan psikiatri yang menonjolkan mood


sebagai masalahnya, dengan berbagai gambaran klinis yakni gangguan depresif
unipolar yang terdiri dari derajat ringan, sedang, berat dan gangguan depresif
bipolar yang terdiri dari episode mania/hipomania dan depresi.

Gangguan depresif dapat ditegakkan berdasarkan PPDGJ II . Pengobatan


yang diberikan adalah menggunakan obat-obatan anti depresan.
19

DAFTAR PUSTAKA

1. Setyonegoro, 1981. Depresi : Suatu Problema Diagnosa Dan Terapi Pada


Praktek Umum. Jakarta : Yayasan Darma Graka
2. Gotlib, Joorman, 2010. Cognition and Depression : Current Status and
Future Directions. National Institute of Health : Annu Rev Clin
Psychol.2010 April 27;6 : 285-312.
3. National Institute of Mental Health. Depression. [online]. 2016 [Disitasi
29 April 2016]; Available from: URL:
https://www.nimh.nih.gov/health/topics/depression/index.shtml
4. World Health Organization – World Federation for Mental Health.
Depression: a global crisis. [online].2012 [Disitasi 2 Mei 2016]; Available
from:URL:http://www.who.int/mental_health/management/depression/wf
mh_paper_depression_wmhd_2012.pdf
5. Sadock BJ, Saddock VA, Ruiz P. Kaplan & sadock’s synopsis of
psychiatry behavioral sciences/clinical psychiatry. 11th ed. Philladelphia:
Wolters Kluwer Health.2015.
6. Maslim,R., 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-
III. Jakarta : PT Nuh Jaya.
7. Maslim,R. 2001. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik
edisi ketiga. Jakarta : PT Nuh Jaya.

Вам также может понравиться