Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Tabel 2.1
LUAS WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANTEN GIRANG
PER KELURAHANTAHUN 2016
1. Karundang 223.910
2. Tembong 452.095
3. Dalung 184.000
4. Gelam 452.095
Jumlah 1.312.100
GRAFIK 2.1
Jumlah Penduduk menurut laki-laki dan Perempuan di Wilayah Puskesmas Banten Girang
Kecamatan Cipocok JayaTahun 2016
7589
3716
3873
Uraian Tugas:
4.4.1.1.1 Kepala Puskesmas bertugas untuk Menyusun dan menetapkan rencana
operasional pelaksanaan pembinaan puskesmas yang meliputi program dan kegiatan
puskesmas berdasarkan petunjuk teknis kegiatan untuk kelancaran pelaksanaan tugas.
4.4.1.1.2 Kasubag Tata Usaha bertugas untuk Menyiapkan bahan kerja dan
Mengkoordinasikan penyusunan dokumen perencanaan Puskesmas
4.4.2 Aktivitas Pokok Puskesmas
Sesuai dengan kemampuan tenaga maupun fasilitas yang berbeda-beda, maka kegiatan
pokok yang dapat dilaksanakan oleh sebuah puskesmas akan berbeda pula. Namun demikian
kegiatan pokok Puskesmas yang seharusnya dilaksanakan adalah sebagai berikut : KIA,
Keluarga Berencana, Usaha Perbaikan Gizi, Kesehatan Lingkungan, Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit Menular, Pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan,
penyuluhan Kesehatan Masyarakat, Kesehatan Sekolah, Kesehatan Olah Raga, Perawatan
Kesehatan Masyarakat, Kesehatan dan keselamatan Kerja, Kesehatan Gigi dan Mulut,
Kesehatan Jiwa, Kesehatan Mata, Laboratorium Sederhana, Pencatatan Laporan dalam rangka
Sistem Informasi Kesehatan, Kesehatan Usia Lanjut dan Pcmbinaan Pengohatan Tradisional.
4.5 Analisis Pengelolaan Persediaan Obat dengan Metode ABC, EOQ, dan ROP
1. Analisis ABC
kesehatan dan reagen. Dalam penelitian ini, jenis persediaan yang diteliti adalah
nama obat generik di RS Islam Asshobirin, dari 498 nama obat dalam
Obat Generik, terdapat 143 jenis obat generik yang digunakan di RS Islam
Asshobirin.
ampul, vial, kapsul, kaplet, tube dan bungkus. Di Gudang Farmasi RS Islam
Asshobirin, penggunaan obat generik yang paling banyak adalah obat generik
dengan kemasan tablet, yaitu 84 jenis obat dengan jumlah pemakaian sebanyak
146.871 tablet. Sedangkan obat generik yang memiliki nilai investasi tertinggi
Tabel 5.2
Jumlah Pemakaian dan Nilai Investasi berdasarkan
Kemasan Obat Generik di Gudang Farmasi
Tahun 2012
PFT, kita disini tidak ada PFT-nya. Akhirnya kita buat berdasarkan
menggunakan obat ini jadi kita pakai obat ini. Jadi tergantung dokternya.
Tapi kita kasih tahu dulu ke dokter, “dok kita di ashobirin biasanya
menggunakan obat ini, ini, ini.. jadi biasanya dokter pakai obat dari
kita”(R.1)
obat/kecepatan perputaran obat yaitu fast moving, moderate dan slow moving.
Obat yang tergolong fast moving harus disediakan lebih banyak. Selain itu yang
essensial. Jadi mana yang essensial itu yang kita utamakan dahulu, Kita
ambilnya yang essensial nya itu harus tetap ada, itu saja. Jadi pertimbangan
dalam memesan itu yang fast moving sama esensial itu saja..“( 1)
permintaan dokter itu. misalnya yang sering disini aseptriason inj, itu kan
lancar, ya stoknya harus banyak, tapi kalau yang jarang itu kita sediakan
masing unit, perhitungan pareto (fast moving, moderate dan slow moving) dan
obat essensial.
Namun dalam menentukan fast moving, moderate dan slow moving belum
pernah dilakukan perhitungan berdasarkan data rill obat baik dari jumlah
persediaan hanya berdasarkan pengalaman saja. Obat yang sering diminta oleh
apotek disebut fast moving dan obat yang jarang diminta disebut slow moving.
“Tidak ada pengelompokan obat, kira-kira saja yang sering dipakai itu
masuk fast moving, kalau yang jarang atau diam itu slow moving” (R.1)
“Tidak ada, kita tidak pernah hitung, tapi kita sudah tau kira-kira mana
yang cepat habis. sesuai pengalaman saja, yang lancar, yang sering habis
mengenai nama obat generik, harga obat generik dan jumlah pemakaian obat
generik selama periode tahun sebelumnya yaitu tahun 2012. Karena Unit
Tabel 5.3
Analisis ABC berdasarkan Jumlah Pemakaian
Obat Generik Tahun 2012
sebanyak 28 jenis obat atau 19,58% dari seluruh jenis persediaan obat generik
dengan jumlah pemakaian sebanyak 150.211 item atau 69,64% dari total
moving). Obat generik yang termasuk kelompok B adalah 30 jenis obat atau
20,98 dari seluruh jenis persediaan obat generik dengan jumlah pemakaian
sebanyak 43.156 item atau 20,1% dari total pemakaian obat generik di RS
105
Islam Asshobirin tahun 2012. Obat yang termasuk ke dalam kelompok B adalah
jenis obat atau 59,44% dari seluruh jenis persediaan obat generik dengan jumlah
pemakaian sebanyak 22.315 item atau 10,35% dari total pemakaian obat
Berikut adalah hasil analisis ABC obat generik berdasarkan nilai investasi
tahun 2012:
Tabel 5.4
Analisis ABC berdasarkan Nilai Investasi
Obat Generik Tahun 2012
sebanyak 13 jenis obat atau 9,09% dari seluruh obat generik dengan nilai
106
investasi sebesar Rp. 177.739.716,00 atau 96,44% dari total investasi obat
atau 17,48% dari seluruh obat generik dengan nilai investasi sebesar
kelompok C adalah sebanyak 105 jenis obat atau 10,37% dari seluruh obat
generik dengan nilai investasi sebesar Rp. 26.536.458,00 atau 10,37% dari total
kebutuhan. Selain itu permintaan dokter yang tidak tersedia di gudang atau
informan:
itu kita harus tetap menyediakan, kalaupun kita mau mengganti sama obat
107
yang lain atau yang sudah ada, kita harus konfirmasi dahulu ke dokternya”
(R.2)
jumlah permintaan dari apotek. Obat yang sering diminta oleh apotek (fast
moving) disediakan dan dipesan lebih banyak daripada obat yang jarang diminta
berikut ini:
atau ada penyakit yang sedang banyak butuh obat kita pesan banyak. Kalau
fast moving kita pesan lebih banyak, tidak ada perhitungan khusus” (R.1)
“Yang mempengaruhi jumlah itu permintaan unit banyak atau tidak. Kalau
jumlah pemesanan tiap memesan obat, kita tidak ada perhitungan nya.
Keterangan:
biaya pemesanan dan biaya penyimpanan (Heizer dan Render (2010): a. Biaya
Pemesanan
1) Biaya Telepon:
5 menit:
109
“Kita lewat telepon saja, tidak pakai yang lain. kira-kira 3-5 menit
sehingga untuk tarif telepon mengikuti telkom lokal. Tarif telepon lokal
= Rp. 625,00
Jadi biaya telepon dalam setiap melakukan pemesanan adalah Rp. 625,00
2) Biaya ATK/Administrasi
Pemesanan (SP) obat, buku tukar faktur, dan pita printer. Hal ini sesuai
2 ply 2 box harga satunya Rp. 120.000,00, buku tukar faktur 2 buku
satunya Rp. 7.500,00, pita printer 3 pita harga satunya Rp. 30.000,00,
kemudiak ada solatip 2 roll harganya Rp. 2.250,00 isi strappler 5 pack
pemesanan obat yang SP itu, kemudian buku tukar faktur, dan pita
printer 1 saja, yang pita 2 nya lagi digunakan oleh apotik. ATK yang
Tabel 5.5
Biaya ATK dalam Pemesanan setiap Bulan Gudang Farmasi
RS Islam Asshobirin
yaitu tahun 2012. Berdasarkan data yang diperoleh dari sistem informasi
pemesanan adalah:
Tabel 5.7
Total Biaya Perpemesanan di Gudang Farmasi
RS Islam Asshobirin
Jadi, biaya dalam setiap kali pemesanan adalah sebesar Rp. 995,00.
b. Biaya penyimpanan
Heizer dan Render (2010) adalah 26% dari unit cost barang. Setelah
112
Q2 = 2 x 6.770 x 995
2.031
Q = 81,44 = 81 vial
Jadi, jumlah pemesanan yang optimal dalam setiap kali memesan obat
jumlah pemesanan adalah tidak didukung oleh Sistem Informasi yang memadai.
mengenai penggunaan atau pembelian obat baik setiap bulan maupun tahunan,
“Kita belum didukung oleh sistem informasi yang sesuai. Komputer yang
atau gimana, jadi mau memeriksa menghitung sebanyak itu juga susah”
(R.1)
senin dan kamis, namun apabila ada kebutuhan pemesanan di luar hari tersebut
khusus. Menurut informan obat tersebut dipesan sebelum stok obat kosong (0),
“Sebenarnya awalnya kita order 2 kali senin dan kamis, itu untuk stok 1
minggu. Hari senin dicek lagi, kamis cek lagi. ada yang kosong, dipesan.
114
Kalau waktu pembelian setiap obat, ya limit sebelum 0 kita sudah harus
“Jadwal pembeliannya itu kita senin kamis, tapi setiap hari juga bisa, kalau
tergantung pada sisa stok di gudang farmasi yang dicatat pada buku defekta.
“Nah ini kan ada permitaannya, nanti kita isi berapa yang dikirim. Jadi
misalnya dia minta 20 kita kirim 20, ternyata stok itu berlebih kita catat
sisanya, misalnya Fortidek minta 100 kita kirim 100, gudang sisa 400. Tapi
misalnya depan (apotik) minta 4 tapi gudang sedang kosong atau minta 50
ternyata cuma ada 20 ya sudah kita kirim 20, berati sisa stok 0. Nah yang
nol nol ini kita jadikan patokan pengadaan. limit sebelum 0 kita sudah harus
“Awal prosesnya, nanti apotik minta obat yang istilahnya defekta, kita lihat
di buku defekta misalnya apotik minta obat 100, kita punya 100 berarti sisa
stok nya 0, paling tidak kita harus order supaya di gudang itu ada stok”
(R.2)
115
Untuk menentukan waktu pemesanan yang ideal untuk setiap jenis obat
Point (ROP) menurut Heizer dan Render (2010), Johns dan Harding (2001)
adalah:
ROP = (d x L) + SS
Keterangan:
d = permintaan harian
target pencapaian kinerja (service level). Menurut Assauri (2004), jika buffer
stock/safety stock dengan service level dan standar lead time diketahui dan
SS = Z x d x L
Keterangan :
Z = Service level
D = Rata-rata pemakaian
L = Lead Time
116
Menurut informan, lead time (waktu tunggu) obat maksimal adalah 1 hari.
“Lead time waktu tunggu pengadaan obat itu paling tidak 24 jam. Kan kita
“Kalau pesan obat biasanya paling cepat, tergantung jamnya, kalau pesan
jam 9 bisa sampai sore kalau pesan siang sampai besok pagi. Yaa sehari lah
Berikut ini adalah contoh perhitungan Reorder Point (ROP) untuk obat
Ceftriaxone 1 gr inj:
Maka:
Z (95%) = 1,65
= 1,65 x 19 x 1
117
Jadi, safety stock/stok pengaman untuk obat Ceftriaxone 1 gr inj adalah 31 vial.
ROP = (d x l) + SS
= (19 x 1) + 31
= 50 vial
Jadi, Reorder Point (ROP) untuk obat Ceftriaxone 1 gr inj adalah 50 vial.
selama 1 hari dengan pemakaian rata-rata perhari adalah 19, obat Ceftriaxone 1
gr inj dapat dilakukan pemesanan kembali ketika stok obat sudah mencapai 51
vial. Hasil perhitungan jenis obat lain dapat dilihat pada lampiran 10.
“kita tergantung dari sisa stoknya saja, jadi kalau kosong ya dipesan” (R.2)
4.6 Kendala Dalam Persediaan Obat