Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Kejang Demam
Kejang demam atau febrile convulsion ialah kebangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses
dijumpai pada anak,terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun.
Hampir 3% dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah menderita kejang demam
kejang.
Kejang demam merupakan bangkitan demam yang terjadi pada kenaikan suhu
38oC yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial seperti infeksi saluran
pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastrointestinal, dan lain-lain. Pada keadaan
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi. Suhu badan
Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal diatas 38°C)
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak
mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam biasanya terjadi
2
pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku,
kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu, napas
akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak
akan segera normal kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi
Kejang demam yang berlangsung singkat pada anak pada umumnya tidak
berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Kejang ini disebut dengan kejang
demam sederhana.
Kejang dapat berlangsung lebih lama (lebih dari 15 menit) dan disebut dengan
kejang demam kompleks. Kejang jenis inidapat bersifat multipel dalam 1 periode
demam. Dapat disertai dengan apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi
untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asiosis
laktak disebabkan oleh metaboliesme anaerobik, selain itu juga terjadi hipotensi
cedera di otak. Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat
serangan kejang terus menerus dapat merupakan faktor presdiposisi terjadi epilepsi
b. Anatomi Fisiologi
Seperti yang dikemukakan Syaifuddin (1997), bahwa system saraf terdiri dari
system saraf pusat (sentral nervous system) yang terdiri dari cerebellum, medulla
oblongata dan pons (batang otak) serta medulla spinalis (sumsum tulang belakang),
system saraf tepi (peripheral nervous system) yang terdiri dari nervus cranialis (saraf-
saraf kepala) dan semua cabang dari medulla spinalis, system saraf gaib (autonomic
nervous system) yang terdiri dari sympatis (sistem saraf simpatis) dan parasymphatis
Otak berada di dalam rongga tengkorak (cavum cranium) dan dibungkus oleh
selaput otak yang disebut meningen yang berfungsi untuk melindungi struktur saraf
terutama terhadap resiko benturan atau guncangan. Meningen terdiri dari 3 lapisan
rongga tengkorak di mana cerebrum ini mengisi cavum cranialis anterior dan
Cerebrum terdiri dari dua lapisan yaitu : Corteks cerebri dan medulla cerebri.
Fungsi dari cerebrum ialah pusat motorik, pusat bicara, pusat sensorik, pusat
pendengaran / auditorik, pusat penglihatan / visual, pusat pengecap dan pembau serta
pusat pemikiran.
sehingga tidak berada di corteks cerebri lagi tepi sudah berada di dalam daerah
medulla cerebri. Pada setiap hemisfer cerebri inilah yang disebut sebagai ganglia
basalis.
a) Thalamus
b) Hypothalamus
tidur dan bangun, suhu tubuh, rasa lapar dan haus, saraf otonom dan
patologik ekstrakranium.
c) Formation Reticularis
cortex cerebri di mana pada daerah formatio reticularis ini terjadi stimulasi
b) Serebellum
System saraf tepi (nervus cranialis) adalah saraf yang langsung keluar dari
otak atau batang otak dan mensarafi organ tertentu. Nervus cranialis ada 12
pasang
Hingga kini beium diketahui dengan pasti. Demam sering disebabkan infeksi
saluran pernapasan atas, otitis media pneumonia, gastroententis, dan infeksi saluran
kemih. Kejang juga dapat terjadi pada bayi yang mengalami kenaikan suhu sesudah
vaksinasi contohnya vaksinasi campak, akan tetapi sangat jarang (lestari, 2016).
Kondisi yang dapat menyebabkan kejang demam antara lain: infeksi yang
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan energi
yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting
adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dengan perantaraan fungsi paru-paru
dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler. Dari uraian tersebut dapat
diketahui bahwa sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi
dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionil. Dalam keadaan normal
membran sel neuron dapat dilalui dengan muadh oleh iob kalium (K+) dan sangat
sulit dilalui oleh ino natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-).
Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggu dqan konsentrasi Na+ rendah,
sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis
dan konsentrasi ion di ndalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial
membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan
8
potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATO-ase yang
metabolisme besar 10-15% dan kebutuhan oksugen akan meningkat 20%. Pada
seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Oleh karena itu,
kenaikan suhu tubh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron
dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion
listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke
seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang
ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang
kejang seseorang anak akan menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu.
Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu
38̊C sedangkan anak dengan ambang kejang yang tingi kejang baru terjadi jika
suhu mencapai 40̊C atau lebih. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa
berulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada anak dengan ambang
9
dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama
oksigen dan energi untuk kontraksi skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia
arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin
sel neuron otak. Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah
kemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Karena itu
dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh
infeksi di luar susunan saraf pusat; misalnya tonsilitis, otitis media akut,
kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi
apapun untuk sejenak tetapi setelah beberapa detik atau menit anak akan
terbangun dan sadar kembali tanpa ada kelainan saraf. Menghadapi pasien
dengan kejang demam, mungkin timbul pertanyaan sifat kejang atau gejala
(2) Epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsi triggered off fever)
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari 7 kriteria
diprovokasi oleh demam. Kejang kelompok kedua ini mempunyai suatu dasar
merupakan faktor pencetus saja. Telah diketahui bahwa kejang demam adalah
kejang yang terjadi pada saat menderita suhu tinggi, dapat sampai
tumor otak mempunyai kelaiann pada otak sendiri. Perlu diingat bahwa
kejang demam hanya terjadi pada anaj usis tertentu. Tetapi epilepsi yang
diprovokasi oleh dema juga menyebabkan kejang, oleh karena itu anamnesis
meningitis, terutama pada pasien kejang dema yang pertama. Pada bayi-bayi kecil
seringkali gejala meningitis tidak jelas sehingga pungsi lumbal harus dilakukan pada bayi
berumur kurang dari 6 bulan, dan dianjurkan untuk yang berumur kurang dari 18 bulan.
kejang demam sderhana. Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan dan dikerjakan
c) Jangan memberi obat melalui mulut saat anak masih kejang atau masih belum
sadar.
e) Bila masih kejang, diazepam dapat diulang lagi setelah 5 menit, sambil
f) Bila anak demam tinggi, usahakan untuk menurunkan suhu tubuh anak anda
dengan mengkompres tubuh anak dengan air hangat atau air biasa, lalu berikan
h) Kejang akan berhenti dengan sendirinya. Amati berapa lama anak anda kejang.
i) Ukurlah suhu tubuh anak anda pada saat itu, hal ini bisa menjadi pegangan anda
untuk mengetahui pada suhu tubuh berapa anak anda akan mengalami kejang.
j) Hubungi petugas kesehatan jika kejang berlangsung lebih lama dari 10 menit.
k) Jika kejang telah berhenti, segeralah ke dokter untuk mencari penyebab dan
mengobati demam.
c) Pemberian diazepam 0,5 mg/kg berat badan per rektal (melalui anus) atau jika
pemeriksaan ini pada anak yang mengalami kejang cukup lama atau keadaan
Ada 3 hal yang perlu dikerjakan, yaitu : (1) pengobatan fase akut; (2) mencari dan
demam.
13
1) Pengobatan Fase Akut. Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang
pasien dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah ata muntahan. Jalan napas
harus bebas agar oksigenasi terjamin. Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran,
tekanan darah, suhu, pernapasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh yang tinggi
Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan
intravena atau intra rektal. Dosis diazepam intrevena 0,3-0,5 ml/Kg BB/kali
dengan kecepatan 1-2 mg/menit engan dosis maksimal 20 mg. Bila kejang
berhenti sebelum diazepam habis, hentikan penyuntikan, tunggu sebentar, dan bila
tidak timbul kejang lagi jarum dicabut. Bila diazepam intravena tidak tersedia
atau pemberiannya sulit. Gunakan diazepam intra rektal 5 mg (BB kurang dari 10
kg) atau (BB lebih dari 10 kg). Bila kejang tidak berhenti dapat diulang setlah 5
menit kemudian. Bila tidak behenti juga, berikan fenitoin dengan dosis awal 10-
langsung setelah kejang berhenti. Dosis awal untuk bayi 1 bulan-1 tahun 50 mg
fenobarbital dengan dosis rumat. Untuk 2 hari pertama dengan dosis 8-10 mg/ kg
BB/hari dibagi selama 2 dosis, untuk hari-hari berikutnya dengan dosis 4-5 mg/
kg BB/hari dibagi 2 dosis. Selama keadaan belum membaik, obat diberikan secara
suntikan dan setelah membaik peroral. Perhatikan dosis total tidak melebihi 200
14
pernapasan.
Bila kejang berhenti dengan fenitoin, lanjutkan fenitoin dengan dosis 4-8 mg/ Kg
lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya ada gejala
saat demam. (2) profilaksis terum menerus dengan anti konvulsan setiap hari.
Untuk profilaksis intermiten diberikan dizepam secara oral dengan dosis 0,3-9,5
mg/ kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis saat pasien demam. Diazepam dapat pula
diberikan secara intrarektal tiap 8 jam sebnyak 5 mg (BB kurang dari 10 kg) dan 10
mg (BB lebih dari 10 Kg). Setiap pasien menunjukkan suhu lebih dari 38,5̊ C. Efek
berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak tapi tidak dapat mencegah terjadinya
epilepsi dikemudian hari. Profilsis terus menerus setiap hari dengan fenobarbital 4-5
mg/ Kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis. Obat lain yang dapt digunakan adalah asam
valproat dengan dosis 15-40 mg/ kg BB/hari. Anti konvulsan profilasksis terus
menerus diberikan selama 102 tahun setelah kejang berakhir san dihentikan bertahap
a) Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologis atau
b) Kejang demam lebih lama dari 15 menit, vokal, atau diikuti kelaianan neurologis
c) Ada riwayat kejang tanpa demam pada orang tua atau saudara kandung.
d) Bial kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau terjadi
Bila hanya memenuhi 1 kriteria saja dan ingin memberikan pengobatan jangka
panjang, maka berikan profilaksis intermiten yaitu pada waktu anak demam dengan
Infeksi bakteri
virus dan parasit Rangsang mekanik
dan biokimia.
Reaksi inflamasi Gangguan
keseimbangan cairan
Ketidakseimbangan
Resiko kejang berulang potenial membran ATP Perubahan difusi
ASE Na+ dan K+
Pelepasan muatan listrik
Resiko semakin meluas keseluruh Perubahan beda
keterlambatan sel maupun membran sel potensial membran
berkembang sekitarnya dengan bantuan sel neuron
neurotransmitter
Resiko cidera
Resiko aspirasi
Suhu tubuh meningkat Resiko kerusakan sel
neuron otak
Kebutuhan O2 Ketidakefektifan termogulasi
meningkat
Skema 2.1 Resiko ketidakefektifan
perfusi jaringan otak
Resiko afiksia Sumber : Nurarif, Kusuma (2015)
17
a. Tingkat Pendidikan
Secara umum, orang yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki pengetahuan
yang lebih luas dari pada orang yang berpendidikan lebih rendah.
Pendidikan diartikan sebagai usaha manusia yang dijalankan oleh seseorang atau
kelompok orang lain agar mencapai dewasa atau mencapai tingkat hidup atau
Pendidikan adalah situasi dimana terjadi dialog antara peserta didik dengan
pendidik yang memungkinkan pserta didik tumbuh ke arah yang dikehendaki oleh
pendidik agar selaras dengan nilai- nilai yang dijunjung tinggi masyarakat (Satori, 2007)
berlangsung lama (long lasting) dan menetap (langgeng), karena didasari oleh
kesadaran.
b. Pengalaman
merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indra manusia. Pengetahuan
yang diperoleh dari pengalaman berdasarkan kenyataan yang pasti dan pengalaman yang
dan aspirasinya untuk masa yang akan datang menentukan perilaku masa kini. Ibu yang
anaknya sudah pernah kejang sebelumnya, biasanya akan lebih waspada dan
c. Fasilitas
seseorang.Fasilitas tersebut bisa berasal dari majalah, televisi, radio, koran, buku, gadget
dan lain lain. Sehingga mempermudah orang tua untuk mendapatkan informasi tentang
kejang demam.
d. Penghasilan
jika seseorang berpenghasilan besar, maka dia mampu menyediakan fasilitas yang lebih
e. Pekerjaan
Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh
manusia.Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja
3. Balita
a. Pengertian Balita
Anak Balita adalah sebagai masa emas atau "golden age" yaitu insan manusia
yang berusia 0-5 tahun (UU No. 20 Tahun 2003), meskipun sebagian pakar menyebut
anak balita adalah anak dalam rentang usia 0-8 tahun (Kurniadi, 2012).
19
(growth) merupakan masalah perubahan dalam ukuran besar, jumlah, ukuran atau
dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Dari dua pengertian tersebut di atas
dapat ditarik benang merah bahwa pertumbuhan mempunyai dampak aspek fisik,
sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi sel atau organ tubuh
Sangat mudah bagi orang tua untuk selalu mengamati pertumbuhan dan
perkembangan fisik anaknya karena hal ini hampir setiap hari orang tua bisa
melihatnya.
a) Umur 1 bulan
Fisik : berat badan akan meningkat 150-200 gr/mg, tinggi badan meningkat 2,5
Motorik: bayi akan mulai berusaha untuk mengangkat kepala dengan dibantu
oleh orang tua, tubuh ditengkurapkan kepala menoleh ke kiri ataupun ke kanan
Sosialisasi : bayi sudah mulai tersenyum pada orang yang ada di sekitarnya
dan jarinya.
Sensoris : sudah bisa mengikuti arah sinar ke tepi, koordinasi ke atas dan ke
Sosialisasi : mulai tertawa pada seseorang, senang jika tertawa keras, menangis
Fisik : berat badan menjadi 2 kali lebih berat badan lahir, ngeces karena tidak
Motorik : jika didudukan kepala sudah bisa seimbang dan punggung sudah
mulai kuat, bila di tengkurapkan sudah bisa mulai miring dan kepala sudah bisa
tegak lurus, reflek primitif sudah mulai hilang, berusaha meraih benda di
Sosialisasi : senang jika berinteraksi dengan orang lain walaupun belum pernah
Fisik : berat badan meningkat 90-150 gr/minggu, tinggi badan meningkat 1,25
cm/bulan, lingkar kepala meningkat 0,5 cm/bulan besarnya kenaikan seperti ini
akan berlangsung sampai bayi berusia 12 bulan (6 bulan kedua), gigi sudah
mulai tumbuh.
badan dari tangan yang satu ke tangan yang lainnya, mengambil mainan
dengan tangannya, senang memasukkan kaki ke dalam mulut, sudah mulai bisa
tidak dikenalnya, jika bersama dengan orang yang belum dikenalnya bayi akan
Fisik : sudah bisa duduk dengan sendirinya, koordinasi tangan ke mulut sangat
sering, bayi mulai tengkurap sendiri dan mulai belajar untuk merangkak, sudah
yang belum dikenalnya (orang asing) sehingga dia akan menangis dan
Fisik : berat badan 3 kali berat badan waktu lahir, gigi bagian atas sudah tumbuh.
Motorik : sudah mulai belajar berdiri tetapi tidak bertahan lama, belajar berjalan
dengan bantuan, sudah bisa berdiri dan duduk sendiri, mulai belajar akan dengan
menggunakan sendok akan tetapi lebih senang menggunakan tangan, sudah bisa
Sosialisasi : emosi positif, cemburu, marah, lebih senang pada lingkungan yang
sudah diketahuinya, merasa takut pada situasi yang asing, mulai mengerti akan
perintah sederhana, sudah mengerti namanya sendri, sudah bisa menyebut abi,
ummi.
a) Umur 15 bulan
Motorik kasar : sudah bisa berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain.
b) Umur 18 bulan
Motorik kasar : mulai berlari tetapi sering jatuh, menarik-narik mainan, mulai
c) Umur 24 bulan
Motorik kasar : berlari sudah baik, dapat naik tangga sendiri dengan kedua kaki
tiap tahap.
d) Umur 36 bulan
Motorik kasar : sudah bisa naik turun tangga tanpa bantuan, memakai baju
menggosok gigi.
a) Usia 4 tahun
Motorik halus : sudah bisa menggunakan gunting dengan lancar, sudah bisa
b) Usia 5 tahun
Motorik kasar : berjalan mundur sambil berjinjit, sudah dapat menangkap dan
melempar bola dengan baik, sudah dapat melompat dengan kaki secara
bergantian.
teman sebaya, interaksi sosial selama bermain meningkat, sudah siap untuk
B. Kerangka Teori
Kerangka konsep pada hakikatnya adalah suatu uraian dan visualisasi konsep-konsep
-PATHWAYS
BALITA
DEFINISI
TUMBUH KEMBANG