Вы находитесь на странице: 1из 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jiwa merupakan unsur dari bathin seseorang atau manusia yang tidak dapat di

lihat mengunakan mata secara fisik. Di dalam jiwa mengandung unsur pikiran,

persepsi, emosi (perasaan), kehendak, keinginan, pilihan, dll. Kesehatan jiwa

merupakan salah satu kriteria untuk memenuhi sehat yang optimal untuk mencapai

manusia yang berkualitas. Sehat merupakan kondisi sempurna baik fisik, mental

maupun sosial, bukan sekedar terbebas dari cacat.

Selain kesehatan fisik , kesehatan jiwa juga tidak kalah penting dijaga. Hal ini

dikarenakan kesehatan jiwa memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan

emosional secara optimal dari seseorang dan berjalan selaras dengan orang lain

(Prabowo, 2014).

Kesehatan jiwa menurut World Health Organization (WHO), Kesehatan jiwa

bukan hanya kondisi tidak mengalami jiwa melainkan mengandung berbagai

karakteristik yang bersifat positif yang menggambarkan keselarasan dan

keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian pribadi yang

bersangkutan. Orang yang sehat jiwanya adalah orang yang mempunyai

kemampuan untuk menyesuaikan diri pada lingkungan, beritegrasi dan dapat

beriteraksi sosial dengan baik. (Yusuf, Fitryasari, Nihayati 2014: 5)

1
2

Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa III (PPDGJ III) Gangguan

jiwa merupakan sindrom pola perilaku serta gangguan mental yang secara khas

berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) dan hendaya (impairment)

didalam satu atau lebih fungsi manusia (psikologik, perilaku, biologik).

Gangguan jiwa diklasifikasi dalam bentuk penggolongan diagnosis (keliat dkk

2011: 1). Seseorang dengan Skizofrenia mempunyai gejala utama penurunan

persepsi sensori: halusinasi. Persepsi merupakan obyek-obyek di sekitar yang

ditangkap melalui indera dan diproyeksikan pada bagian tertentu dalam otak

sehingga dapat mengamati suatu obyek (Rahmawati, 2014)

Halusinasi merupakan gejala positif dari klien yang mengalami gangguan

jiwa skizofrenia. Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek

tanpa adanya rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh

pancaindra. Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien

mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu berupa suara,

penglihatan, pengecapan perabaan, atau penciuman. Pasien merasakan stimulus

yang sebetulnya tidak ada. (Yusuf, Fitryasari, Nihayati 2014: 120).

Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2016, terdapat

sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena

skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di Indonesia, dengan berbagai faktor

biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman penduduk; maka jumlah

kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban

negara dan penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang.


3

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013 (RISKESDAS 2013)

Memunjukkan prevalensi ganggunan mental emosional yang ditunjukkan dengan

gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar

14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi

gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau

sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk.

Menurut Pusat Data dan Analisa Pembangunan Jawa Barat

(PUSDALISBANG JABAR) Jumlah penderita gangguan jiwa di Jawa Barat naik

sekitar 63%. Data Riskesdas 2013 menyebutkan, pasien gangguan jiwa ringan

hingga berat di Jabar mencapai 465.975 orang naik signifikan dari 2012 sebesar

296.943 orang. Konferensi Nasional Psikiatri Komunitas ke-3 mengungkap fakta

penting. Ternyata, jumlah penderita gangguan jiwa di Jawa Barat naik sekitar 63%.

Berdasarkan data di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat sebagai pusat

rujukan jiwa di Provinsi Jawa Barat menunjukan mayoritas pasien-pasien yang

berkunjung adalah gangguan jiwa berat skizofrenia halusinasi. Berdasarkan data

periode januari sampai desember 2013 tercatat sebanyak 13.725 kasus skizofrenia

halusinasi dengan rincian Unit Rawat Jalan 10.029 kasus, Unit Rawat Inap 1245

kasus dan Unit Gawat Darurat 245 kasus.

Berdasarkan data-data di atas, maka penulis tertarik untuk membahas masalah ini

dan di tuangkan dalam Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN

KEPERAWATAN PADA TN. E DENGAN GANGGUAN PERSEPSI

SENSORI: HALUSINASI DENGAR DI RUANG PERKUTUT RUMAH

SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT”


4
5

1.2. Tujuan Penulisan

1.2.1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan pengalaman nyata dan melaksanakan studi kasus pada

Tn. E dengan menerapkan asuhan keperawatan pada penderita gangguan

persepsi sensori : halusinasi dengar.

1.2.2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada Tn. E dengan gangguan persepsi

sensori : halusinasi dengar di ruang Perkutut Rumah Sakit Jiwa Provinsi

Jawa Barat.

b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada Tn. E dengan

gangguan persepsi sensori : halusinasi dengar di ruang Perkutut Rumah

Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.

c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada Tn. E dengan

gangguan persepsi sensori : halusinasi dengar di ruang Perkutut Rumah

Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada Tn. E dengan

gangguan persepsi sensori : halusinasi dengar di ruang Perkutut Rumah

Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.

e. Mampu melakukan evaluasi sesuai dengan tindakan keperawatan pada

Tn. E dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi dengar di ruang

Perkutut Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.


6

1.3.Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

adalah metode deskriptif dilakukan dengan mengumpulkan data, Adapun teknik

pengumpulan data Krya Tulis Ilmiah ini adalah :

1. Wawancara

Adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung dengan

berkomunikasi dengan klien serta perawat ruangan sesuai dengan masalah

sebagai landasan untuk membuat intervensi.

2. Observasi

Adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan

langsung terhadap klien sesuai dengan masalah.

3. Studi Dokumentasi

Adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari catatan

medik dan catatan keperawatan yang ada pada rekam medik klien sesuai

dengan masalah yang dibahas.

4. Studi Kepustakaan

Adalah metode pengumpulan data dengan mempelajari buku-buku

kepustakaan sebagai landasan teori berhubungan dengan kasus.

5. Studi Media Elektronik

Mempelajari informasi artikel penelitian ilmiah yang tersaji pada media

elektronik internet yang berhubungan dengan gangguan persepsi sensori:

halusinasi dengar.
7

1.4. Sistematika Penulisan

Terdiri dari 4 BAB, yaitu :

1. BAB 1 Pendahuluan

Meliputi latar belakang, tujuan penulisan, yaitu tujuan umum dan tujuan

khusus, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

2. BAB 2 Tinjauan Teori

Meliputi konsep dasar penyakit yaitu pengertian, tahapan halusinasi, tanda

dan gejala halusinasi pada tiap-tiap tahap, pohon masalah halusinasi,

masalah keperawatan yang mungkin muncul pada halusinasi. Proses

keperawatan diantaranya pengkajian, pengumpulan data, analisa data,

diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi.

3. BAB 3 Tinjauan Kasus

Meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,

implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

4. BAB 4 Penutup

Menyimpulkan secara garis besar dari asuhan keperawatan mengenai

gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar.

Вам также может понравиться