Вы находитесь на странице: 1из 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang mana telah memberikan rahmat dan
petunjuk-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berkenaan dengan “Nusantara di
Bawah Kekuasaan Kolonial Hindia-Belanda” Dengan baik.

Sebelumnya, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu/bapak Guru Pembimbing yang
telah memberikan tugas ini dan yang telah membimbing kami dalam penyelesaian
tugas kelompok ini, sehingga kami dapat menyelesaikannya dengan baik.

Kami menyadari berbagai kelemahan dan keterbatasan yang ada, sehingga terbuka kemungkinan
terjadinya kesalahan dalam penulisan Makalah ini. Kami sangat memerlukan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca Makalah ini, terutama Ibu Guru untuk penyempurnaan Makalah ini.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan, kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi siapa
pun yang membacanya.

Dompu, Oktober 2016

TIM PENYUSUN
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................. 1
DAFTAR ISI .............................................................................................................................................. 2
BAB I........................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ...................................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 3
BAB II....................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................ 4
A. Sejarah Kedatangan Hindia-Belanda di Indonesia .................................................................... 4
B. Lahirnya Pemerintahan Hindia-Belanda di Indonesia............................................................... 5
C. Sistem Pemerintahan Hindia-Belanda di Indonesia.................................................................. 5
D. Perlawanan Rakyat Indonesia Terhadap Pemerintah Hindia-Belanda .................................... 9
E. Berakhirnya Pemerintahaan Hindia-Belanda .......................................................................... 12
BAB IV ................................................................................................................................................... 14
PENUTUP .............................................................................................................................................. 14
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 14
B. Analisis ...................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................. 15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Latar belakang kedatangan Belanda ke Indonesia adalah akibat meletusnya perang delapan
puluh tahun antara Belanda dan Spanyol (1568-1648). Pada awalnya, perang antara Belanda dan
Spanyol bersifat agama karena Belanda mayoritas beragama kristen protestan sedangkan orang
Spanyol beragama kristen katolik. Perang tersebut kemudian menjadi perang ekonomi dan politik.
Raja philip II dari Spanyol memerintahkan kota Lisabon tertutup bagi kapal Belanda pada tahun 1585
selain karena faktor tesebut juga karena adanya petunjuk jalan ke Indonesia dari Jan Huygen Van
Lischoten, mantan pelaut Belanda yang bekerja pada Portugis dan pernah sampai di Indonesia.
Tujuan kedatangan belanda ke indonesia adalah untuk berdagang rempah-rempah. Setelah
berhasil menemukan daerah penghasil rempah-rempah dan keuntungan yang besar, belanda
berusaha untuk mengadakan monopoli perdagangan rempah-rempah dan menjajah. Untuk
melancarkan usahanya, belanda menempuh beberapa cara seperti pembentukan VOC dan
pembentukan pemerintahan kolonial Hindia-Belanda.
Pada awal abad XIX Jawa Setelah pemerintahan Inggris berakhir, yaitu pada tahun 1816,
Indonesia kembali dikuasai oleh Pemerintahan Hindia-Belanda. Pada masa ”kedua” penjajahan ini,
yang sangat terkenal adalah sistem tanam paksa yang diterapkan oleh Van den Bosch.
Pelaksanaannya pun dimulai pada tahun 1830. Terdapat ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan
sistem tanam paksa tersebut. Namun pada akhirnya, dalam praktek sesungguhnya terdapat banyak
penyimpangan-penyimpangan.
Terdapat perbedaan antara penerapan sistem sewa tanah yang dilaksanakan oleh Raffles
serta sistem tanam paksa yang dilaksanakan oleh Van den Bosch. Keduanya membawa dampak yang
tidak sedikit bagi kehidupan bangsa Indonesia.
Dalam perkembangan sampai dengan paruh pertama abad ke-19, kebijakan selain bidang
perekonomian, dalam bidang pendidikan juga tidak diabaikan oleh pemerintah Hindia-Belanda,
tetapi itu hanya masih berupa rencana dari pada tindakan nyata. Dalam periode itu pemerintah
harus melakukan penghematan anggaran, biaya untuk menumpas Perang Dipenogoro (1825-1830),
dan untuk pelaksanaan Culturstelsel.
Dalam rangka usahanya menguasai Indonesia,Belanda secara licik menjalankan politik pecah
belah,sehingga kerajaan-kerajaan yang saling bertentangan itu menjadi lemah.Kesempatan inilah
digunakan oleh Belanda untuk menjajah Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah kedatangan Hindia-Belanda di Nusantara?


2. Bagaimana sejarah lahirnya pemerintahan Hindia-Belanda di Indonesia?
3. Bagaimana sistem pemerintahan Hindia-Belanda di Indonesia?
4. Apa saja Perlawanan Rakyat terhadap pemerintahan Hindia-Belanda?
5. Apa penyebab berakhirnya sistem pemerintahan Hindia-Belanda di Indonesia?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Kedatangan Hindia-Belanda di Indonesia

Bangsa belanda datang ke indonesia pertama kali pada tahun 1596. Rombongan bangsa belanda
yang dipimpinoleh Cornelis de Houtman dan Pieter Keyzer ini membawa empat buah kapal. Setelah
menempuh perjalanan selama empat belas bulan, pada 22 Juni 1596, mereka berhasil mendarat di
Pelabuhan Banten. Inilah titik awal kedatangan Belanda diNusantara.. Kunjungan pertama tidak
berhasil karena sikap arogan Cornelis de Houtman. Pada 1 Mei 1598, Perseroan Amsterdam
mengirim kembali rombongan perdagangannya ke Nusantara di bawah pimpinan Jacobvan Neck,
van Heemskerck, dan van Waerwijck. Dengan belajar dari kesalahan Cornelis de Houtman, mereka
berhasil mengambil simpati penguasa Banten sehingga parapedagang Belanda ini diperbolehkan
berdagang di Pelabuhan Banten.

Tujuan kedatangan belanda ke indonesia adalah untuk berdagang rempah-rempah. Setelah berhasil
menemukan daerah penghasil rempah-rempah dan keuntungan yang besar, belanda berusaha untuk
mengadakan monopoli perdagangan rempah-rempah dan menjajah.

VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie) didirikan pada tanggal 20 Maret 1602 adalah
perusahaan Belanda yang memiliki monopoli untuk aktifitas perdagangan di Asia.Disebut Hindia
Timur karena ada pula VWC yang merupakan perserikatan dagang Hindia Barat.Perusahaan ini
dianggap sebagai perusahaan pertama yang mengeluarkan pembagiaan saham.Meskipun
sebenarnya VOC merupakan sebuah badan dagang saja,tetapi badan dagang ini istimewa karena di
dukung oleh negara dan diberi fasilitas-fasilitas sendiri yang istimewa.Misalkan VOC boleh memiliki
tentara dan boleh bernegosiasi dengan negara-negara lain.Bisa dikatakan VOC adalah negara dalam
negara.VOC terdiri 6 bagian (kamers),yang terdapat di Amsterdam,Miiddelburg (untuk Zeeland),
Enkhuizen, Delft, Hoom dan Rotterdam.

Pada abad ke-17 dan 18 Hindia-Belanda tidak dikuasai secara langsung oleh pemerintah Belanda
namun oleh perusahaan dagang bernama Perusahaan Hindia Timur Belanda (bahasa Belanda:
Verenigde Oostindische Compagnie atau VOC). VOC telah diberikan hak monopoli terhadap
perdagangan dan aktivitas kolonial di wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada tahun 1602.
Markasnya berada di Batavia, yang kini bernama Jakarta.

Tujuan utama dari pembentukan VOC adalah sebagai berikut :

1. Menguasai pelabuhan penting.


2. Menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia.
3. Melaksanakan monopoli perdagangan di Indonesia.
4. Mengatasi persaingan antara Belanda dengan pedagang Eropa lainnya

Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan rempah-rempah di


Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan terhadap penduduk di
kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah, dan terhadap orang-orang non-Belanda yang
mencoba berdagang dengan para penduduk tersebut. Contohnya, ketika penduduk Kepulauan
Banda terus menjual biji pala kepada pedagang Inggris, pasukan Belanda membunuh atau
mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan pulau-pulau tersebut dengan
pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di perkebunan pala. VOC menjadi terlibat
dalam politik internal Jawa pada masa ini, dan bertempur dalam beberapa peperangan yang
melibatkan pemimpin Mataram dan Banten.

Pada akhir abad ke-18 organisasi ini mengalami kebangkrutan,dan tanggal 31 Desember 1799 VOC
di bubarkan. Bangkrutnya VOC itu ditandai oleh buruknya kondisi keuangan serikat dagang tersebut.
Dengan kas yang kosong dan utang yang menumpuk,VOC kemudian tidak dapat lagi menjalankan
kegiatannya. Berikut ini faktor-faktor penyebab bangkrutnya VOC :

1. Para pegawai VOC banyak yang melakukan korupsi.


2. Banyak pegawai VOC yang tidak cakap sehingga pengendalian monopoli perdagangan tidak
berjalan sebagaimana mestinya.
3. VOC banyak menanggung utang akibat peperangan yang dilakukan baik dengan rakyat
Indonesia maupun dengan Inggris.
4. Kemrosotan moral dikalangan para penguasa akibat sistem monopoli perdagangan.
5. Tidak berjalannya verplichte leveranti (penyerahan wajib) dan preanger stelsel (aturan
pringan) yang di maksudkan untuk mengisi kas VOC yang kosong.
6. Banyak prajurit VOC yang mati akibat menghadapi perlawanan rakyat.

B. Lahirnya Pemerintahan Hindia-Belanda di Indonesia

Setelah Voc dibubarkan, Kaisar Prancis Napoleon Bonaperte mengangkat saudaranya untuk
dijadikan raja di Belanda. Saudaranya tersebut bernama Louis Bonaperte. Atas kehendak Louis
Bonaperte, diangkatlah Herman Willem Daendels sebagai gubernur jendral di Indonesia. Tugas-tugas
Daendels sebagai gubernr di Indonesia adalah mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris,
mengatur pemerintahan di Indonesia dan membereskan keuangan. Untuk melaksanakan tugas-
tugasnya Daendels mengambil kebijakan menyangkut bidang pertahanan, pemerintahan dan
keuangan.

Tindakan Daendels menjual tanah-tanah negara kepada orang-orang partikelir (swasta) dianggap
telah melanggar undang-undang. Oleh karena itu, pada tahun 181 Daendels ditarik ke Eropa oleh
Napoleon. Alasan yang dikemukakan oleh Napoleon adalah Daendels akan diikut sertakan dalam
penyerbuan ke Rusia pada tahun 1812. Daendels kemudian digantikan oleh jansens. Akan tetapi
jansens belum sempat melaksanakan tugas-tugasnya, Belanda sudah dikalahkan oleh Inggris. Pada
tanggal 18 September 1811, Belanda dan Inggris menyepakati suatu Perjanjian yang disebut
Kapitulasi Tuntang.

C. Sistem Pemerintahan Hindia-Belanda di Indonesia

1. Struktur Pemerintahan Hindia-Belanda di Indonesia

a. Sistem Pemerintahan Desentralisasi

Pemerintahan Hindia-Belanda berupaya menggunakan sistem pemerintahan desentralisasi untuk


mengatur kekuasaan di wilayah jajahannya. Pada dasarnya pemerintahan desentralisasi hindia-
Belanda bertujuan untuk membuka kemungkinan diadakannya daerah-daerah yang memiliki
pemerintahan sendiri namun tetap memiliki tanggung jawab dan berada di bawah pengawasan
pemerintah pusat.

Pada awalnya gubernur jenderal yang merupakan wakil ratu belanda memiliki kekuasaan yang
sanagt luas, sehingga untuk melaksanakan tugasnya dibantu oleh organisasi-organisasi pemerintah
yang diisi oleh pejabat-pejabat baik pusat maupun daerah. Namun kekuasaan yang tak terbatas
menuai protes dari komunitas-komunitas pengusaha Belanda, karena mereka juga ingin
menyuarakan pendapatnya dalam menentukan kebijakan.

Untuk mengatasi hal itu diusulkan untuk membentuk gewestelijk raden,yaitu suatu dewan dimana
warga eropa dapat berbicara untuk menyuarakan isi hatinya. Inilah yang mengawali
terbentukany decentralisatie wet, kurang lebih pasalnya berisi tentang pemerintah di daerah-daerah
jajahan kerajaan Belanda.

b. Birokrasi Pada Masa Pemerintah Hindia-Belanda

Sebagai bangsa pendatang yang ingin menguasai wilayah nusantara, baik secara politik maupun
ekonomi, pemerintah kolonial menyadari bahwa keberadaannya tidak selalu aman. untuk itu
pemerintah kolonial menjalin hubungan politik dengan pemerintah kerajaan yang masih disegani,
hal ini bertujuan untuk menanamkan pengaruh politiknya terhadap elite politik kerajaan.

Terjadi dualisme sistem birokrasi pemerintahan pada saat pemerintahan kolonial berlangsung, yaitu
mulai diperkenalkannya sistem administrasi kolonial (Binnenlandsche Bestuur) yang
memperkenalkan sistem administrasi dan birokrasi modern yang puncaknya pada ratu Belanda dan
sistem administrasi tradisional (inheemche Bestuur) masih dipertahankan oleh pemerintah kolonial.

Dalam struktur pemerintahan di nusantara, Belanda menempatkan Gubernur Jenderal yang dibantu
oleh gubernur dan residen. Gubernur merupakan wakil pemerintah pusat yang berkedudukan di
batavia, setingkat wilayah propinsi. Sedangkan untuk tingkat kabupaten terdapat asisen residen dan
pengawas (Controleur). keberadaan asisten residen diangkat oleh gubernur jenderal untuk
mengawasi bupati dan wedana dalam menjalankan pemerintahan sehari-hari. Pengawasan dari raa
hanya ditunjukkan pada saat-saat tertentu, seperti pengiriman upeti kepada raja. bupati tidak
memiliki kekuasaan yang otonom lagi, akan tetapi selalu mendapat kontrol dari pengawas yang
ditunjuk pemerintah pusat. perubahan birokrasi pemerintahan tersebut mendorong Belanda untuk
mengadakan perubahan hak pemakaian tanah.

Struktur administrasi pemerintah kolonial belanda di indonesia sebagai berikut. gubernur jenderal
memegang kekuasaan tertinggi sebagai wakil dari Ratu Belanda yang berkedudukan di propinsi.
dikabupaten diperintah oleh gubernur, sub kabupaten oleh residen, dibawahnya ada asisten residen
yang mengawasi para patih dan bupati, dibawahnya ada pengawas yang bertugas mengawasi
wedana dan asisten wedana.

2. Kebijakan-kebijakan pada Pemerintahan Hindia-Belanda

a. Kebijakan Pemerintahan pada Masa DAENDELS

Setelah VOC bubar,Herman Wiiliam Daendels menjadi Gubernur Jenderal di Indonesia,dengan tugas
pokoknya,antara lain :

1) Mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris


2) Mengatur pemerintahan di Indonesia
Untuk menjalankan tugas-tugasnya Daendels melakukan beberapa tindakan,antara lain sebagai
berikut :

1) Membentuk pasukan dari orang-orang Indonesia.


2) Mendirikan pabrik senjata di Semarang dan Surabaya.
3) Membangun pangkalan armada di Merak dan Ujung kulon.
4) Mendirikan benteng-benteng pertahanan.
5) Membangun Jalan Raya Anyer- Panarukan.

Beberapa cara yang di lakukan Daendels untuk mendapatkan dana agar dapat menjalankan tugasnya
antara lain :

1) Contingenten : mewajibkan penduduk untuk menyerahkan sebagian hasil buminya


sebagai pajak.
2) Verplichte Leverentie : mewajibkan penduduk menjual hasil buminya kepada
pemerintahan Belanda dengan harga yang di tentukan.
3) Menjual tanah negara kepada pihak swasta.
4) Pringer Stelsel : mewajibkan penduduk priangan untuk menanam kopi yang hasilnya di
serahkan kepada pemerintahan Belanda.

Pemerintahan Daendels di Indonesia menimbulkan penderitaan rakyat karena Daendels bertindak


kejam terhadap rakyat. Daendels mengeksploitasi kekayaan alam dan tenaga rakyat Indonesia yang
menimbulkan kebencian rakyat. Selain itu Daendels melakukan kesalahan dengan menjual tanah
pemerintahan kepada para pengusaha swasta. Akibatnya pada tahun 1811 Daendels di tarik kembali
ke Belanda dan di gantikan oleh Janssens.

b. Kebijakan Pemerintahan Pada Masa JASSENS

Gubernur Jendral Janssens ternyata seorang Gubernur Jendral yang lemah,buktinya ketika Inggris
menyerang Janssens terpaksa harus menyerah dan menandatangani perjanjian Kapitulasi Tuntang
17 Desember 1811.

Isi perjanjian Kapitulasi Tuntang adalah :

1) Seluruh militer Belanda menjadi tawanan Inggris.


2) Utang pemerintahan Belanda tidak di akui Inggris.
3) Indonesia harus diserahkan kepada Inggris.

Kekalahan Janssens disebabkan oleh :

1) Tidak terjalinnya hubungan kerjasama dengan raja-raja di Indonesia.


2) Angkatan perang warisan Daendels kurang kuat.
3) Janssens kurang cakap memimpin pemerintahan
c. Kebijakan Pemerintahan pada Masa RAFFLES

Dengan penandatangan Kapitulasi Tuntang tanggal 17 Desember 1811,Belanda harus menyerahkan


Indonesia kepada Inggris di bawah pimpinan Stamoford Raffles yang berkedudukan di Batavia.

Raffles menerapkan kebijakan-kebijakan antara lain :

1) Membagi pulau Jawa menjadi 16 karesidenan.


2) Melarang perdagangan budak
3) Menghapus segala bentuk penyerahan wajib semasa Daendels
4) Menghapus peran Bupati sebagai pemungut pajak
5) Memberlakukan sistem sewa tanah (Landrent)

Akan tetapi sistem pajak sewa tanah (Land rent) pada masa Raffles mengalami kegagalan,sebab :

1) Sulit menentukan jumlah pajak yang harus di bayar


2) Tidak ada dukungan dari para Bupati
3) Pajak sewa tanah harus dibayar dengan uang,padahal rakyat belum mengenal sistem
peredaran uang.

Pemerintahan Raffles berakhir tahun 1816 dikarenakan berdasar perjanjian London yang di
tandatangani Inggris dan Belanda tahun 1814, Inggris harus menyerahkan kembali tanah jajahan
yang di rebut dari Belanda termasuk Indonesia. Pada tanggal 19 Agustus 1816 Inggris di wakili John
Fendell dan pihak Belanda di wakili oleh Boyskes,Elout,dan Van Der Cappelen.

Dalam pemerintahannya yang singkat Raffles juga berjasa,yaitu :

1) Menyusun buku History of Java


2) Menemukan Bunga Raffesi
3) Merintis terbentuknya Kebun Raya Bogor.

d. Sistem Tanam Paksa di Indonesia

Abad ke-19 pemerintahan Belanda mengalami kesulitan keuangan yang disebabkan oleh :

1) Banyaknya hutang luar negeri yang di tanggung pemerintahan Belanda.


2) Banyaknya biaya yang dikeluarkan pemerintahan Belanda untuk perang melawan rakyat
Indonesia dan pemberontakan rakyat Belgia yang ingin memerdekaan diri dari Belanda.

Untuk mengatasi Van Den Bosch mengusulkan pelaksanaan sistem tanam paksa / Cultur Stelsel di
Indonesia.

Dalam pelaksanaan tanam paksa telah diatur beberapa pokok ketentuaan ,akan tetapi dalam
pelaksanaan sistem tanam paksa menyimpang dari aturan yang telah ditetapkan. Penyimpangan itu
disebabkan oleh adanya culture proceten yang diberlakukan pemerintah Belanda. Culture procentan
adalah hadiah / persen bagi setiap pegawai tanam paksa yang dapat menyetorkan hasil tanaman
melebihi ketentuan yang telah ditetapkan. Hal tersebut mengakibatkan para pegawai tanam paksa
berusaha memaksa dan memeras rakyat.

Pelaksanaan sistem tanam paksa menimbulkan akibat yaitu :

1) Bagi Indonesia , menimbulkan penderitaan ,kelaparan,kemiskinan bagi rakyat Indonesia


terutama di daerah Demak, Grobogan, dan Cirebon.
2) Bagi Belanda, sistem tanam paksa menyebabkan pemerintahan Belanda mengalami surplus
keuangan.

Pelaksanaan sistem tanam yang menimbulkan penderitaan rakyat Indonesia mendapat kritik keras
dari tokoh liberal dan humanis Belanda.

Tokoh-tokoh penentang sistem tanam paksa adalah :

1) Douwes Dekker dengan nama samaran Empu Tatuli yang melukiskan penderitaan
rakyat Indonesia akibat sistem tanam paksa.
2) Frans Van der Putte yang menentang sistem tanam paksa dengan menulis buku
berjudul Suiker Contraction. Bersama dengan Baron Van Hoevel berjuang menghapus
sistem tanam paksa melalui parlemen Belanda.

Adanya kritikan-kritikan terhadap pelaksanaan sistem tanam paksa akhirnya mendorong


pemerintahan Belanda menghapus sistem tanam paksa secara resmi tahun 1870.

e. Kebijakan Pelaksanaan Politik Pintu Terbuka

Sistem tanam paksa secara resmi dihapus tahun 1870 sejak saat itu perekonomian Hindia-Belanda
memasuki zaman liberal. Menurut kaum liberal kehidupan perekonomian dan pihak swasta bebas
melakukan tindakan ekonomi.

Pada tahun 1870 politik pintu terbuka/politik colonial liberal diberlakukan di Indonesia yang di
tandai dengan keluarnya undang-undang Agraria (Agrasche Wet) tahun 1870.

Tujuan dikeluarkan undang-undang Agraria adalah :

1) Memberikan kesempatan kepada para pengusaha swasta asing untuk menyewa tanah
dari rakyat Indonesia.
2) Melindungi hak milik petani pribumi atas tanahnya dari penguasaan orang asing.

Pokok-pokok aturan dalam Undang-undang Agraria adalah :

1) Gubernur Jendral tidak boleh menjual tanah pemerintah,tanah tersebut dapat disewakan
paling lama 75 tahun.
2) Gubernur Jendral tidak boleh mengambil tanah yang dibuka rakyat
3) Tanah milik pemerintah antara lain hutan yang belum dibuka,tanah yang berada diluar
wilayah milik desa,tanah milik adat.
4) Tanah milik penduduk antara lain semua sawah,ladang dan sejenisnya yang dimiliki oleh
penduduk desa,boleh disewa pihak swasta jangka panjang waktu 5 sampai 20 tahun.

Dengan adanya politik pintu terbuka tersebut berarti bangsa Indonesia terbuka untuk penanaman
modal asing. Pelaksanaan politik pintu terbuka di Indonesia menimbulkan akibat atau dampak yang
luas antara lain :

1) Tanah perkebunan semakin tambah luas


2) Rakyat terutama dipulau Jawa hidup dalam kemiskinan dan penderitaan
3) Usaha kerajinan rakyat terdesak oleh barang-barang impor
4) Rakyat pedesaan mulai mengenal arti pentingnya peredaraan uang.
5) Modal swasta asing mulai ditanam di Indonesia

D. Perlawanan Rakyat Indonesia Terhadap Pemerintah Hindia-Belanda

a. Perang Patimura / Perang Maluku (1817)

Sebab terjadinya perang Maluku adalah

1) Penindasan Belanda terhadap rakyat Maluku


2) Kegelisahan rakyat Maluku terhadap Belanda yang diduga membebani rakyat dengan
berbagi pihak
3) Pendudukan Belanda atas bentang Duurtstede di Saparua

Dalam perjuangan Pattimura yang dikenal dengan Thomas Maltullessy dibantu Thomas
Pattiwael,Anthonie Rheboak,Said Parintah,Latumahina dan Christina Marta Tiahahu. Akan tetapi
perjuangan Pattimura mengalami kegagalan. Tertangkapnya para pemimpin perjuangan rakyat
Maluku perlawanan menjadi melemah dan akhirnya dapat dikuasai oleh Belanda.

b. Perang Diponegoro (1825-1830)

Sebab-sebab umum terjadinya perang Diponegoro melawan pemerintah kolonial Belanda antara lain
:

6) Belanda turut campur dalam urusan keraton


7) Penderitaan rakyat akibat perlakuan pemerintahaan kolonial Belanda yang sewenang-
wenang
8) Kebencian kalangan istana karena Belanda semakin mempersempit wilayah kerajaan
9) Kekecewaan kaum ulama terhadap sikap orang-orang Belanda yang merendahkan

Adapun penyebab khusus terjadinya perang Diponegoro adalah pemasangan tonggak-tonggak untuk
membuat jalan yang melalui makan leluhur Pangeran Diponegoro di Tegalrejo tanpa ijin lebih
dahulu.

Dalam perjuangan Pangeran Diponegoro antara lain dibantu Kyai Mojo,Sentot Prawirodirjo,dan Noto
Projo menggunakan siasat gerilya.

Untuk menghadapi perang Diponegoro Belanda menerapkan sistem benteng stelsel,dengan tujuan
adalah :

1) Mempersempit ruang gerak Pangeran Diponegoro


2) Memecah belah pasukan Diponegoro
3) Menekan pertahanan Diponegoro agar cepat menyerah

Adanya benteng stelsel menyebabkan kedudukan Pangeran Diponegoro menjadi terdesak. Tokoh-
tokoh pemimpin pasukan Diponegoro satu-persatu ditangkap Belanda. Bahkan Pangeran
Diponegoro juga ditangkap Belanda dalam perundingan tanggal 18 Maret 1830. Pangeran
Diponegoro kemudian diasingkan di Makassar hingga wafat tanggal 8 Januari 1855.

c. Perang Paderi (1821-1837)

Penyebab perang Paderi di Minangkabau Sumatera Barat adalah :

1) Pertentangan antara kaum Adat dan kaum Paderi yang berusaha menegakkan agama Islam
dari tidakan-tindakan yang menyimpang dari ajaran Islam
2) Belanda turut campur dalam pertentangan kaum Adat dan kaum Paderi dengan cara
membantu kaum Adat.

d. Perang Bali (1846-1863)

Penyebab terjadinya Perang Bali melawan pemerintah Belanda adalah :


1) Belanda menuntut kerajaan-kerajaan di Bali mengakui kekuasaan pemerintah kolonial
Belanda
2) Belanda menolak Hukum Tawan Karang ,yaitu hak raja-raja Bali merampas semua kapal
asing yang terdampar di wilayah kerajaanya
3) Kerajaan-kerajaan di Bali menolak tunduk kepada pemerintah Belanda

e. Perang Banjar (1859-1863)

Penyebab terjadinya perang Banjar melawan kolonial Belanda adalah :

1) Penangkapan Prabu Anom yang terkenal menentang VOC


2) Belanda campur tangan dalam urusan kerajaan Banjar dengan mengangkat Pangeran
Tamjidillah sebagai raja Banjar menggantikan Sultan Adam.

Perlawanan rakyat Banjar terhadap Belanda dipimpin oleh Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayat
yang dibantu Kyai Demang Leman,Haji Buyasin,dan Haji Nasrun. Akan tetapi perlawanan rakyat
Banjar semakin lemah setelah tokoh-tokoh pemimpin Banjar ditangkap Belanda. Akibatnya Banjar
menjadi wilayah kekuasaan Belanda.

f. Perang Aceh (1873-1904)

Penyebab terjadinya perang Aceh melawan pemerintah kolonial Belanda adalah :

1) Belanda menuntut Aceh mengakui kekuasaan pemerintah Kolonial Hindia-Belanda


2) Belanda turut campur dalam urusan luar negeri Aceh

Ditandatanganinya Traktat Sumatera tahun 1871 yang memberikan kebebasan Belanda memperluas
kekuasaan ke Sumatera termasuk Aceh. Pemimpin perjuangan melawan Belanda antara lain : Teuku
Umar,Teuku Cik Di Tiro,Panglima Polim,Cuk Nyak Dien,dan Cuk Meutia.

Meskipun perang sudah berlangsung lama Belanda belum sepenuhnya menguasai Aceh. Oleh karena
itu Belanda mengirim Dr.Snouck Hurgronje untuk meneliti kehidupan sosial budaya Aceh. Dr. Snouck
Hurgronje dalam bukunya De Atjeher menyarankan kepada pemerintah Belanda harus melakukan
serangan besar-besaran dalam menghadapi perang Aceh.

Pada tahun 1899 pasukan Belanda (Pasukan Marsose) yang dipimpin kolonel Van Heutz menyerang
Aceh secara besar-besaran sehingga para pemimpin Aceh satu-persatu gugur dan tertangkap.
Akhirnya Sultan Muhammad Daud Syah dipaksa menandatangani perjanjian tersebut Aceh harus
tunduk pada pemerintahan Kolonial Hindia-Belanda.

g. Gerakan Protes Petani

Perjuangan rakyat Indonesia melawan Kolonial Belanda tidak hanya dilakukan dalam bentuk perang,
tetapi juga dalam bentuk gerakan protes petani. Gerakan protes petani adalah gerakan yang
dilakukan para petani sebagai ungkapan protes kebijakan pemerintah kolonial.

Faktor-faktor pendorong timbulnya gerakan protes petani antara lain :

1) Kebencian para petani,adanya pemberlakuan berbagai pajak yang memberatkan


2) Para pengusaha bertindak sewenang-wenang
3) Adanya praktek penindasan dan perbudakan
4) Adanya keyakinan datangnya ratu adil yang akan embebaskan mereka.
Gerakan protes petani,misalnya :

1) Di Ciamis 1886 dipimpin oleh Mohammad Idris


2) Di Condet 1912 dipimpin oleh Entong Gendut
3) Di Surabaya 1916 dipimpin oleh Sadikin.

E. Berakhirnya Pemerintahaan Hindia-Belanda

Sejarah panjang masa berakhirnya pemerintahan Hindia Belanda sebenarnya telah mulai muncul
karena diberlakukannya Politik Etis . Dengan dilakukannya Politik Etis tersebut justru mengancam
kedudukan pemerintahan Hindia Belanda karena Politik Etis dapat menghadirkan lahirnya golongan
terpelajar. Golongan terpelajar inilah yang mempelopori lahirnya Pergerakan Nasional, gerakan-
gerakan anti penjajahan banyak bermunculan pada masa ini. Dimulai dari masa pembentukan (1908-
1920) berdiri organisasi seperti Budi Utomo, Sarekat Islam dan Indische Partij, masa
radikal/nonkooperasi (1920-1930) berdiri organisasi seperti Partai Komunis Indonesia (PKI),
Perhimpunan Indonesia (PI) dan Partai Nasional Indonesia (PNI) serta pada masa moderat/kooperasi
(1930-1942) berdiri organisasi seperti Parindra, Partindo, dan GAPI. Di samping itu juga berdiri
organisasi keagamaan, organisasi pemuda, dan organisasi perempuan.

Pihak Hindia Belanda mulai menjalankan tingkat penindasan baru untuk menanggapi perkembangan
tersebut. Dalam masalah politik, gerakan anti penjajahan melanjutkan langkah-langkah yang tidak
menghasilkan apa-apa. Pemerintahan Hindia Belanda memasuki tahapan yang paling menindas dan
paling konservatif dalam sejarahnya pada abad XX.

Tanda-tanda runtuhnya pemerintahan Hindia Belanda semakin menguat ketika berkobar Perang
Dunia II di Eropa yang ditandai dengan penyerbuan Jerman atas Polandia pada tanggal 1 September
1939, kemudian Jerman yang pada saat itu dipimpin oleh Hitler menyerbu negeri Belanda pada
tanggal 10 Mei 1940 yang menyebabkan pemerintah Belanda lari ke pengasingan ke London. Pada
bulan September 1940, Pakta Tiga Pihak mengesahkan persekutuan Jepang-Jerman Italia. Prancis
dikalahkan oleh Jerman pada bulan Juni 1940. Pada bulan September, pemerintah Prancis di Vichy
yang bekerja sama dengan pihak Jerman memperbolehkan Jepang membangun pangkalan-
pangkalan militer di Indo-Cina yang merupakan jajahan Prancis. Pada saat itu pemimpin-pemimpin
Jepang mulai terang-terangan tentang “pembebasan” Indonesia. Di Den Haag sebelum jatuhnya
negeri Belanda dan di Batavia sesudah itu, Jepang mendesak agar Belanda memperbolehkan
memasuki Indonesia seperti mereka diperbolehkan di Indocina, tetapi perundingan-perundingan itu
akhirnya mengalami kegagalan pada bulan Juni 1941 dan pada bulan Juli balatentara Jepang di
Indocina diperkuat. Bulan Oktober 1941, Jenderal Hideki Tojo menggantikan Konoe sebagai Perdana
Menteri. Sebenarnya, sampai akhir tahun 1940, pimpinan militer Jepang tidak menghendaki
melawan beberapa negara sekaligus, namun sejak pertengahan tahun 1941 mereka melihat, bahwa
Amerika Serikat, Inggris dan Belanda harus dihadapi sekaligus, apabila mereka ingin menguasai
sumber daya alam di Asia Tenggara. Apalagi setelah Amerika melancarkan embargo minyak bumi,
yang sangat mereka butuhkan, baik untuk industri di Jepang, maupun untuk keperluan perang.

Kini peperangan di Asia sudah diambang pintu. Admiral Isoroku Yamamoto, Panglima Angkatan Laut
Jepang, mengembangkan strategi perang yang sangat berani yaitu mengerahkan seluruh kekuatan
armadanya untuk dua operasi besar. Seluruh potensi Angkatan Laut Jepang mencakup 6 kapal induk
(pengangkut pesawat tempur), 10 kapal perang, 18 kapal penjelajah berat, 20 kapal penjelajah
ringan, 4 kapal pengangkut perlengkapan, 112 kapal perusak, 65 kapal selam serta 2.274 pesawat
tempur. Kekuatan pertama, yaitu 6 kapal induk, 2 kapal perang, 11 kapal perusak serta lebih dari
1.400 pesawat tempur dan pada akhirnya pada tanggal 8 Desember 1941 (7 Desember di Hawaii),
Jepang menyerang basis perang Amerika Serikat di Pearl Harbour, mereka juga menyerang
Hongkong, Filipina dan Malaysia yang dilakukan oleh kekuatan kedua yaitu sisa kekuatan Angkatan
Laut yang mereka miliki yang mendukung Angkatan Darat dalam Operasi Selatan atau Filipina dan
Malaysia tersebut yang kemudian penyerangan itu akan dilanjutkan ke Jawa.

Karena penyerangan itu pulalah negeri Belanda mengikuti jejak sekutu-sekutunya menyatakan
perang terhadap Jepang. Pada tanggal 10 Januari 1942 penyerbuan Jepang ke Indonesia dimulai.
Pada tanggal 15 Februari, pangkalan Inggris di Singapura juga menyerah. Pada akhir bulan Februari
tepatnya tanggal 27 Februari 1942 balatentara Jepang berhasil menghancurkan armada gabungan
Belanda, Inggris, Australia dan Amerika dalam pertempuran di laut Jawa. Tanggal 28 Februari 1942,
Tentara ke 16 di bawah pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura mendarat di tiga tempat di Jawa
Banten, Eretan Wetan dan Kragan dan segera menggempur pertahanan tentara Belanda. Setelah
merebut Pangkalan Udara Kalijati, Letnan Jenderal Imamura membuat markasnya di sana. Imamura
memberikan ultimatum kepada Belanda, bahwa apabila tidak menyerah, maka tentara Jepang akan
menghancurkan tentara Belanda.

Kemudian pada 8 Maret 1942, pihak Belanda di Jawa menyerah dan Gubernur Jenderal Hindia
Belanda Tjarda van Starkenborgh Stachouwer ditawan oleh pihak Jepang. Dengan demikian, bukan
saja de facto, melainkan juga de jure, seluruh wilayah bekas Hindia Belanda sejak itu berada di
bawah kekuasaan dan administrasi Jepang. Dann pada saat itulah kekuasaan Hindia Belanda di
Indonesia berakhir.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Belanda datang pertama kali ke Indonesia pada tahun 1596-1811,dan yang kedua kalinya pada tahun
1814-1904. Tujuan kedatangan Belanda ke Indonesia adalah untuk memonopoli perdagangan
rempah-rempah di Indonesia. Dan untuk melancarkan usahanya, Belanda menempuh beberapa cara
yaitu membentuk VOC pada tahun 1902 dan membentuk pemerintahan kolonial Hindia-Belanda.
Setelah masa penjajahan itu usai, Belanda meninggalkan kebudayaan dan kebijakan-kebijakan yang
sebagian masih di pakai oleh Indonesia.

Indonesia pada masa pemerintahan Hindia-Belanda abad XIX sudah mengalami berbagai pergantian
Gubernur Jendral tetapi yang paling menyengsarakan rakyat yaitu pada masa Gubjen, Rafles,
Daendels, Van den Bosch, dan van Hogendrop. Yang menerapkan system tanam paksa, penyerahan
wajib hasil pertanian, penyewaan tanah kepada rakyat, penyewaan desa pada pihak swasta dan
pembuatan jalan dari Anyer sampai Panarukan.

B. Analisis

Indonesia pernah merasakan dijajah oleh negara lain, seperti Portugis dan Inggris. Akan tetapi
penjajahan itu tidak begitu lama. Baru setelah itu bangsa Indonesia mulai dijajah kembali oleh
bangsa barat yaitu Belanda yang kurang lebih selama 300 tahun lamanya. Pada awalnya Belanda
hanya ingin melakukan perdagangan rempah-rempah di Indonesia. Akan tetapi melihat kondisi
Indonesia yang begitu kaya akan rempah-rempah VOC berniat melakukan monopoli perdagangan.
VOC merupakan persatuan dari berbagai perseroan dan disahkan dengan suatu piagam yang
memberi hak khusus untuk berdagang, berlayar dan memegang kekuasaan. Jadi pada saat
pemerintahan Hindia-Belanda, masyarakat sangat tertindas karena adanya sistem tanam paksa dan
kerja rodi dan pemerintahan yang hanya mengntungka pemerintahan Belanda, tidak memperhatikan
rakyat.
DAFTAR PUSTAKA

Kantaprawira, Rusadi, 1999, Sistem Poloitik Indonesia: Suatu Model Pengantar, Bandung, Sinar Baru
Algensindo.

Budiardjo Miriam, 2010, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama.

Wardono, Agus, 2006, Sejarah, Klaten, Viva Pakarindo.

Вам также может понравиться