Вы находитесь на странице: 1из 18

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/307931141

SEMINAR RANGKA ATAP BAJA RINGAN " Light


Steel Innovation for Roof Truss " Perencanaan
Rangka Atap Baja Ringan dengan...

Conference Paper · October 2008

CITATIONS READS

0 515

1 author:

Nathan Madutujuh
Engineering Software Research Centre (www.esrcen.com)
40 PUBLICATIONS 0 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Integrated Structural Modeling, Analysis, Design and Drafting CAD Software View project

Detailed Engineering Design of The Super elevated Highway from Kp.Melayu-Tn.Abang in Jakarta
(Detail Disain Jalan Layang Non Tol Kp. MELAYU – Tn. ABANG: Struktur Bangunan Bawah) View
project

All content following this page was uploaded by Nathan Madutujuh on 09 September 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


SEMINAR RANGKA ATAP BAJA RINGAN
“Light Steel Innovation for Roof Truss”

Perencanaan Rangka Atap Baja Ringan


dengan Program NROOF V.1.1

oleh

Nathan Madutujuh1
Engineering Software Research Centre
Bandung

Politeknik Negeri Bandung


Mei 2008

1
Nathan Madutujuh adalah Direktur ESRC dan insinyur profesional yang bekerja sebagai konsultan perencana struktur di
PT AMCK. Sekarang menempuh program Doktor Teknik Sipil di Pasca Sarjana UNPAR
ABSTRAK

Aplikasi material baja ringan atau baja giling dingin pada rangka atap telah menjadi makin
populer dewasa ini karena meningkatnya kebutuhan akan material baja yang ringan, kuat,
ekonomis, tahan lama dan mudah digunakan, dan juga karena bahan baku kayu konstruksi
semakin langka dan mutunya semakin tidak merata. Pada aplikasi ini diperlukan suatu sistem
perencanaan yang praktis dan cepat karena untuk suatu rangka atap biasanya terdiri dari
banyak rangka batang bidang, dan karena volume pekerjaan yang banyak, harus dapat
didisain dalam waktu yang singkat. Selain itu penampang baja yang digunakan biasanya
dibentuk dari pelat tipis dengan bahan baja mutu tinggi (Grade 550 Mpa) sehingga pengaruh
tekuk pelat lokal pada badan dan flens penampang juga akan ikut menentukan kuat tekan
penampang. Kesulitan lainnya adalah dalam memodelkan rangka batang bidang, tumpuan, dan
dalam menghitung beban-beban yang bekerja pada setiap rangka atap. Pada tulisan ini akah
dibahas penggunaan program NROOF dalam perencanaan praktis rangka atap baja ringan.

Kata Kunci: Rangka atap baja ringan, baja giling dingin, baja dinding tipis, pengaku tengah,
tekuk lokal, roof mesh generator

CV singkat :

Nathan Madutujuh lahir di Alor, NTT pada tahun 1965. Menyelesaikan SMA di Jakarta, pendidikan S1 di FT Sipil
Unpar dan S2 di Virginia Tech, USA dalam Structural Engineering. Sekarang bekerja sebagai praktisi dan konsultan
struktur di PT AMCK Engineering Consultant dan pengembangan software untuk keperluan teknik di ESRC
(Engineering Software Research Centre) yang telah melahirkan berbagai macam software teknik. Sekarang ini dia
juga sedang mengikuti program Doktor Teknik Sipil di UNPAR.
Struktur Rangka Atap yang “Sustainable” dan “Eco-Friendly”

Pemilihan Material yang sustainable adalah suatu topik yang mengundang perdebatan.
“Sustainable” dapat berarti material yang digunakan adalah ramah lingkungan, hemat energi,
dapat bertahan lama dan dapat dipergunakan lagi atau di re-cycle kembali. Perbandingan dari
empat jenis material yang umum digunakan untuk rangka atap adalah sbb:

Tabel 1: Perbandingan sifat beberapa jenis material


Parameter Kayu Beton Baja Biasa Baja Ringan
Tahan Cuaca Perlu treatment Ya Ya Ya
Tahan Rayap Perlu treatment Ya Ya Ya
Tahan Karat Ya Ya Tidak, perlu cat Perlu galvanisasi
Bobot Sedang Berat Berat Ringan
Kekuatan Rendah-Sedang Kuat Sangat Kuat Sangat Kuat
Harga Mahal Murah Sedang Sedang
Biaya energi produksi Negatif, Tinggi, Tinggi, untuk Tinggi, untuk
menghasilkan pembakaran peleburan dan peleburan dan
energi kapur untuk galvanisasi galvanisasi
semen
Waktu produksi Lama, minimal 10 Cepat Cepat, peleburan Cepat
tahun besi
Kerusakan Lingkungan Besar, akibat Sedang, akibat Sedang, akibat Sedang, akibat
akibat produksi penebangan penggalian dan penggalian dan penggalian dan
Hutan Tropis penambangan, penambangan, penambangan,
polusi hasil polusi karena polusi karena
pembakaran peleburan peleburan dan
galvanisasi
Ramah Lingkungan Ya bila diambil Ya Ya, bila akan Ya, karena lebih
dari HTI, Tidak didaur ulang tahan lama dari
bila diambil dari dalam jangka baja biasa
Hutan Tropis waktu lama

Daur ulang Tidak, tapi dapat Ya, tetapi Ya, tetapi Ya, tetapi
diproduksi secara memakan energi memakan energi memakan energi
alam
Kemudahan Konstruksi Mudah Sulit karena berat Sulit Sedang
Peralatan Khusus Sedang (Bor, Ya (Crane, mixer, Ya (Crane, bor, Sedang (Bor,
Pahat, Obeng, bekisting, pompa alat las, gerinda) Tang, mesin
Gergaji) beton) potong)

Jadi dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa material kayu hanya bersifat ramah
lingkungan bila diambil dari hutan tanaman industri (HTI), sedangkan bila tidak, maka akan
merugikan lingkungan (pengrusakan hutan yang berfungsi menyerap CO2). Material kayu
konstruksi yang memenuhi syarat diatas masih dalam penelitian dan belum tersedia banyak,
umumnya berupa Glu-laminated Wood (Glulam) dan Engineered Bamboo. Diluar itu, material
baja dapat bersifat ramah lingkungan bila tidak mudah berkarat dan dapat didaur ulang dengan
murah, walaupun energi yang dibutuhkan untuk produksi awalnya tinggi.

Keuntungan dari Penggunaan Baja Ringan

Sebagai salah satu material yang bisa digolongkan “ramah lingkungan” dalam kadar tertentu,
maka keuntungan dari penggunaan material baja ringan ini adalah sbb:
1. Tahan lama: tahan karat, cuaca, rayap, tidak mudah terbakar (non-combustible)
(Bila menggunakan AZ-150 gr/m2 atau Z-220 gr/m2, dan sekrup AS-3566, untuk daerah
pantai harus menggunakan coating dan sekrup yang marine quality). Ketahanan
ZincAlum adalah sekitar 3-4 x ketahanan Galvanize, terutama pada daerah pantai.
2. Ringan dan mudah diangkut dan dipasang, mengurangi beban gempa pada struktur
3. Kuat, daya dukung beban besar, karena menggunakan baja mutu tinggi
4. Tidak memerlukan peralatan dan tukang khusus, cepat dan mudah pemasangannya
5. Dapat diaplikasikan untuk rangka atap, dan rangka utama rumah 1-2 lantai
6. Dapat di daur ulang setelah jangka pemakaian yang lama, limbah tidak merusak
lingkungan

Pemodelan Rangka Atap

Karena sistem sambungan dan bentuk profil yang digunakan, maka walaupun memungkinkan
untuk merencanakan rangka atap secara 3D, namun rangka atap sebaiknya direncanakan
sebagai rangka batang dua dimensi (2D). Dalam perencanaan praktis sehari-hari, rangka atap
dimodelkan sekaligus sebagai satu kesatuan, dan kemudian dilakukan analisis dan disain
untuk setiap rangka batang bidang yang menyusunnya.

Rangka batang bidang ini akan memikul beban vertikal dan beban lateral yang terjadi pada
arah memendek. Sedangkan beban angin pada arah memanjang akan dipikul oleh rangka
bresing vertikal, bukan oleh rangka batang bidang.

Untuk aplikasi rangka atap pada struktur yang tidak memiliki balok ring melintang ruangan,
sebaiknya diberikan juga bresing horizontal level bawah, agar bila terjadi batang bawah
tertekan, biasanya karena beban gempa, maka bresing ini masih dapat menahan.

Ada beberapa faktor yang menentukan dalam perencanaan rangka atap:


1. Bentuk dan sudut Atap: Pelana, Perisai, Joglo
2. Beban material penutup atap (roof tile)
3. Jarak Gording/Reng
4. Jarak Rangka Bidang
5. Kecepatan angin rencana dan beban air hujan
6. Panjang batang tekan maksimum atau Lambda maks
7. Panjang batang tarik maksimum atau Lambda maks

Sudut atap sebaiknya tidak terlalu rendah, karena akan mengurangi tinggi rangka dan
mengurangi daya dukungnya. Sudut juga tergantung pada sudut minimum yang diijinkan untuk
jenis penutup atap tertentu. Kisaran harga sudut atap antara 10 – 60 derajat, dengan nilai
optimal biasanya antara 20-40 derajat.

Pemilihan material penutup atap tergantung sifat tahan jamur, tahan cuaca, sound proof,
perubahan warna, tahan sinar UV, tahan pecah, kekedapan terhadap air, bobot, harga, dsb.

Jarak rangka biasanya 1.0m – 1.5m, tergantung berat penutup atap dan kecepatan angin yang
digunakan. Pada daerah salju, jarak rangka dapat mencapai 0.60m. Jarak gording atau reng
berkisar antara 0.25m – 1.2m, tergantung jenis penutup atap/genteng dan ukuran rengnya.

Kecepatan angin rencana minimal dianjurkan 50 km per jam, atau sebaiknya 80 km per jam,
mengingat keadaan cuaca dewasa ini belum dapat diperkirakan dengan baik karena efek
“Global Warming”. Untuk daerah pantai sebainya 80 – 120 km/jam. Beban air hujan rencana
dapat diambil ketebalam minimal 50mm atau tergantung jenis atap yang digunakan. Minimal
digunakan 20 kg/m2 untuk air hujan. Karena cuaca yang tidak menentu dewasa ini, kombinasi
antara angin dan hujan dengan reduksi tertentu sebaiknya tetap digunakan.

Beban hidup pekerja umumnya tidak begitu menentukan karena biasanya hanya beberapa
pekerja yang bekerja diatas atap, dan mereka umumnya menggunakan papan pembagi beban.
Beban konstruksi yang harus diperhatikan adalah konsentrasi penumpukan genteng sebelum
dipasang. Beban hidup pekerja dapat disimulasikan sebagai beban terpusat 100 kg berjalan
pada setiap titik buhul suatu rangka batang bidang atau sebagai beban terbagi merata dalam
keadaan tidak ada angin dan hujan.

Batasan lainnya adalah kelangsingan maksimum batang tekan yang biasanya dibatasi Ld =
L/rmin <= 120 untuk batang tekan di bagian atas rangka dan untuk batang tarik di bawah
rangka L/rmin <= 200. Panjang bebas yang tidak terkekang secara lateral juga dapat direduksi
dengan memperhitungkan pengaruh jarak reng dan penambahan bresing lateral.

Tabel 2: Berat penutup atap


Jenis Material Berat / Satuan
m2
Genteng beton 60 kg/m2
Genteng keramik 50 kg/m2
Asbes gelombang 30 kg/m2
Serat semen 30 kg/m2
Atap metal 10 kg/m2
Atap aluminium 6 kg/m2
Lembaran aspal + multipleks 30 kg/m2
Atap Single + multipleks 30 kg/m2
Atap Kayu sirap 30 kg/m2
Atap Plastik/Polycarbonat 4 kg/m2

Pemodelan Rangka Atap dengan NROOF

Pada program NROOF, suatu rangka atap dapat dimodelkan dengan mudah, dengan cukup
memasukkan bentuk denah atap (L x W) dan beberapa parameter utama: Jenis atap
(Pelana/Perisai), Kecepatan angin rencana, jenis genteng, Jarak reng, jarang rangka, dan jenis
sambungan. Parameter lainnya adalah dianggap “default” atau dapat diubah juga di halaman
menu sekunder bila diperlukan, seperti : Mutu bahan, Design Code (AISI), Design type (ASD,
LRFD), Mutu baut/sekrup, koefisien angin, kelangsingan maksimum, Database penampang,
dsb.

Bentuk Atap

Jadi disini bentuk atap dimodelkan secara Parametrik, tanpa perlu menggambar. Panjang dan
lebar suatu atap dapat diubah setiap waktu, dan program akan menghasilkan model yang baru
dengan cepat. Untuk membuat model atap secara fleksibel, selain disediakan bentuk atap
tertentu ayng sering digunakan : Persegi, L, C/U, T, H, Z, Box, disediakan juga fasilitas untuk
mengedit tonjolan atap atau memasukkan void pada atap. Canopy dan Overhang juga dapat
dimodelkan dengan mudah.

Rangka Atap

Berdasarkan data diatas, maka garis tepi overhang, balok ring, jurai dalam, jurai luar, garis
bubung, gording/reng, rangka batang atap, dan rangka tambahan (jack rafter) akan dihitung
dan digambar secara otomatis. Bentuk rangka atap tersedia dalam beberapa pilihan:
Segitiga/Joglo1/Joglo2/Flat top, dengan alternatif bentuk diagonal/double W, atau W + batang
vertikal. Batang pada rangka atap dibedakan menjadi: batang bawah, batang atas, batang
vertikal, batang diagonal, batang overhang, bresing vertikal, dan bresing horizontal. Bila batang
menerima beban merata atau beban lentur, maka dapat dimodelkan sebagai elemen frame.
Gambar 1: Menu utama NROOF

Pemodelan Tumpuan

Tumpuan secara otomatis akan ditempatkan pada pertemuan rangka batang dan balok ring.
Bila diperlukan tumpuan tambahan, dapat dimodelkan juga garis dinding yang akan digunakan
sebagai tumpuan. Pada saat pembuatan model suatu rangka batang atap, pada perpotongan
rangka dan garis dinding dalam tersebut akan ditambahkan suatu tumpuan dan titik pada
rangka batang tersebut akan digeser ke arah tumpuan tersebut.

Overhang

Overhang dapat di berikan jaraknya dari tepi balok ring. Program akan menggunakan sudut
kemiringan atap untuk menghitung elevasi dan panjang overhang yang diperlukan. Pada
overhang juga dapat diberikan pilihan apakah akan menggunakan tumpuan tambahan di ujung
bila terlalu panjang.

Database penampang

Database penampang pada program NROOF bersifat auto-search, dimana pengguna tidak
perlu memasukkan penampang yang akan digunakan, program NROOF akan mencari sendiri
penampang ter-ringan yang memenuhi bentuk dan pembebanan atap yang digunakan.

Penampang dalam database dibagi sesuai fungsinya: sebagai rangka saja, sebagai gording
saja, dan bisa untuk keduanya, mengingat untuk bentang panjang, gording yang digunakan
dapat berupa profil besar.
Gambar 2: Menu kedua NROOF

Disain Terpadu menurut ASD dan LRFD

Dalam program ini telah digunakan metode disain terpadu (ASD dan LRFD) dimana rumus
yang digunakan untuk keduanya sama, dimana faktor reduksi kekuatan (f) yang digunakan
dalam LRFD dikonversi kedalam faktor keamanan ASD (SF) sbb:

SF = 1 / f (1)

Dimana untuk disain penampang, nilai SF adalah sesuai tabel dibawah ini. SF untuk LRFD
lebih kecil dari ASD karena pada LRFD dikenakan juga faktor pengali beban yang besarnya
antara 1.0 s/d 1.6.

Tabel 3. SF untuk disain penampang

Faktor Keamanan SF ASD LRFD


Tension, yielding 1.67 1/0.9
Tension, fracture 2.0 1/0.75
Compression 1.80 1/0.85
Pure Bending 1.67 1/0.90

Perencanaan batang tarik:

frt1 = Ptens/(Agt*Fyp/SFt)
frt2 = Ptens/(0.85*Agt*Fup/SFTu) -> asumsi An = 0.85 Ag
frt = max(frt1,frt2)
Perencanaan batang tekan:

Ld = kfac*Li/rmin

Cc = Sqrt(2*p2*Es/Fyp)
r = Ld/Cc

a. Tekuk global:

Qs = 1.0
kf = 64.9/81 (Box), 57.2/81 (others)
fa = Pcomp/Ag

Qa = 1.0 (all segments unstiffened)


Q = Qs*Qa

bt = b/t
FyE = sqrt(Fyp/Es)
EFy = 1.0/FyE

if (bt > 0.45*EFy) and (bt < 0.91*EFy) : Qs = 1.34 – 0.76*bt/EFy

else

if (bt > 0.91*EFy) : Qs = 0.53*Es/(Fyp*bt 2)

if (Ld < Cc) : Fa = Q*Fyp*(1-Q*Fyp*Ld2/(4*p2*Es))/((5.0/3) + (3.0*r/8) – (r3/8))


else: Fa = 12*p2*Es/(23*Ld2)

b. Tekuk Lokal

Menghitung kekuatan tekuk pelat flens dan pelat web dengan disain konservatif,
mengambil tegangan tekuk terkecil dari web, flange, dan lip.

1. Penampang box (All stiffened)

Fcr1 = 4.0*p2*Es*Sqr(t/d)/(12*(1-u2)) -> Web


Fcr2 = 4.0*p2*Es*Sqr(t/b)/(12*(1-u2)) -> Flange
Fcr = max(Fcr1,Fcr2)

2. Penampang lainnya

Fcr1 = 4.0*p2*Es*Sqr(t/d)/(12*(1-u2)) -> Web


Fcr2 = 4.0*p2*Es*Sqr(t/b)/(12*(1-u2)) -> Flange
Fcr3 = 4.0*p2*Es*Sqr(t/a)/(12*(1-u2)) -> Lip
Fcr = max(Fcr1,Fcr2,Fcr3)

Rasio tegangan:

frc1 = Pcomp / (Agt*Fa)


frc2 = Pcomp/(Agt*Fcr/SFc), SF = 1.8

Perencanaan sebagai balok lentur:

Modulus penampang dari balok dihitung berdasarkan lebar efektif flens tekan, dan
bukannya dari lebar total flens.

Mencari lebar efektif flange tertekan

w = b-(rc+t)
wt = w/t
if (a > 0) k = 4.0 else k = 0.43
Lambda = (1.052/Sqrt(k))*wt*sqrt(Fyp/Es)
rho = (1-0.22/Lambda)/Lambda
if (Lambda <= 0.673) beff = w else beff = rho*w

b1 = w-beff // treated as negative area


Age = Ag-b1*t
yoe = (Ag*0 - b1*t*(d/2-t/2))/Age
Ixe = Ix - Age*yoe2
Wxe = Ixe/(d/2-yoe)
Seff = Wxe

Tegangan maksimal ijin lentur diambil sebesar:

Fltb = 0.85*Fyp

Rasio tegangan lentur:

frb = Mmax/(Seff*Fltb/SFb)

Rasio tegangan kombinasi

fr,comb = max (frt,frc) + frb

Perencanaan Sambungan

Tersedia dua jenis sambungan: baut dan sekrup, dimana cara perhitungannya sedikit berbeda,
sesuai dengan AISI-2002. Jumlah baut dan sekrup ini juga tergantung pada diameter, mutu
bahan, dan tebal pelat buhul. Jumlah baut/sekrup minimum adalah 1.

Perencanaan Sambungan sekrup dilakukan sbb:

Luas Sekrup Ab = (p/4) Db2


Kapasitas geser sekrup:
Pv1 = 4.2 sqrt(tp3 Db) Fu / Sfv
Pv2 = 2.7*Fup*Db*tp/SFv

Tabel 4. SF untuk sekrup


Faktor Keamanan SF ASD LRFD
Tension, nett section 3.0 1/0.5
Tension, rupture 3.0 1/0.5
Bearing strength 3.0 1/0.5
Bolt shear strength 3.0 1/0.5
Block shear 3.0 1/0.5

Perhitungan Beban Kerja

Beban sendiri rangka dihitung secara otomatis oleh program. Beban plafond akan dibagi rata
pada batang rangka bagian bawah dan pada batang atas canopy kantilever. Beban penutup
atap, angin, pekerja dan air hujan, akan diletakkan pada batang rangka bagian atas. Beban
horizontal akibat angin akan diperhitungkan sebagai beban merata horizontal pada batang
atas, dengan memperhitungkan beban angin dan posisi batang (kiri atau kanan). Untuk beban
titik tambahan, pengguna dapat memasukkan koordinat beban dan besar beban titik tersebut,
dan program akan mencari titik buhul terdekat untuk meletakkan beban titik tersebut.

Hasil Analisis dan Disain

Analisis dilakukan dengan modul analisis berbasi elemen hingga (FEM) dari SANSPRO dan
disain penampang dan sambungan dilakukan berdasarkan AISI-2002.

Hasil analisis yang dapat ditampilkan adalah deformasi titik, gaya batang max/min dan reaksi
tumpuan. Sedangkan Hasil disain dapat dilihat dengan menggunakan Visual Report, berupa
nilai rasio tegangan maksimum yang telah diberikan kode warna:

Tabel 5: Arti Kode warna Rasio Tegangan


Rasio Tegangan Kode Warna Status Perencanaan
< 0.4 Hijau OK, mungkin kebesaran, check Ld
0.4 – 0.8 Biru muda OK, mungkin kebesaran, check Ld
0.8 – 1.0 Biru tua OK, cukup optimal
1.0 – 1.3 Ungu OK untuk beban sementara, NOT OK untuk
beban tetap
> 1.3 Merah NOT OK

Dengan demikian kode warna yang ditargetkan sebaiknya Biru tua, dan rasio tegangan
sebaiknya dibatasi 0.85, sebagai cadangan untuk mengantisipasikan pengaruh ketidakpastian
pemasangan di lapangan, dan efek momen sekunder.

Laporan analisis dan disain rangka atap ini juga disediakan dalam dua versi:

1. Versi singkat 1 halaman berisi denah atap dan berat rangka total
2. Versi detail yang berisi laporan disain untuk setiap rangka atap

Material Cutting Plan

Hal lain yang paling penting dalam fase produksi rangka atap baja ringan adalah mempercepat
proses fabrikasi, pemotongan, dan mengurangi waste yang terbuang. Untuk itu program
NROOF ini juga menyediakan rencana pemotongan dengan memperhitungkan berapa kali
suatu batang digunakan, dan panjang sambungan yang diperlukan.

Selain cutting list, juga dihitung rekapitulasi kebutuhan bahan berdasarkan jenis profil yang
digunakan, dan berat total bahan yang digunakan.

Drawing Generator

Gambar yang dihasilkan dapat di ekspor ke program CAD dalam format DXF.
Gambar juga dapat di simpan dalam format JPG untuk keperluan laporan.

Kesimpulan
1. Dengan menggunakan program NROOF ini proses pemodelan dan perencanaan dapat
dilakukan secara mudah dan dalam waktu yang singkat
2. Dengan program yang bersifat parametrik ini, studi parametrik rangka atap baja ringan
dapat dilakukan dengan mudah untuk mencari disain yang optimal
3. Dengan tersedianya program NROOF ini maka diharapkan aplikasi baja ringan pada
atap dapat diperluas dan dikembangkan dengan lebih cepat lagi.
4. Program NROOF ini dapat dikembangkan untuk model rangka rumah atau gedung juga
DAFTAR PUSTAKA

AISI/COFS/TRUSS (2001): Standards for Cold-Formed Steel Framing- Truss Design. American Iron and Steel Institute.
American Iron and Steel Institute / AISI (2003), “Cold-Formed Steel Design Manual” , 2002 Edition.

American Iron and Steel Institute / AISI (2004), “Design of Cold-Formed Steel Structural Members Using the Direct Strength
Method, 2004 EDITION, Specification for the Design of Cold-Formed Steel Structural Members Ballot CS02-190B Subcommittees
10, Element Behaviors Attachment A Date: January 7, 2004-Final Version.

American Iron and Steel Institute / AISI , “North American Specification for the Design of Cold-Formed Steel Structural Members
NAS (2001)”, American Iron and Steel Institute, Washington, D.C.

AS/NZS (1996). AS/NZS 4600: 1996 Cold-Formed Steel Structures. Standards Australia and the Australian Institute of Steel
Construction.

Chen, W.F., Kim, S.E. (1997), LRFD Steel Design using Advanced Analysis, CRC Press, FL

De Rosa, V., J. Friis and L.A. Louca (2003), Nonlinear analysis of stainless steel corrugated panels under blast loading: A
numerical study, Imperial College of Science, Crown, UK

Dinis, P. B., Camotim, D. (2005), “Local Plate and Distortional Post-Buckling Behavior of Cold-formed steel columns: Elastic and
Elastic-Plastic FEM analysis”,Civil Engineering Department, ICIST/IST, Technical University of Lisbon, Lisbon, Portugal.

Galambos, T. V., (1998). Guide to Stability Design Criteria for Metal Structures. 5 th Edition, Wiley Inc., New York.

Hancock, G. J., Murray, T.M. and Ellifritt, D.S.(2001). Cold-Formed Steel Structures to the AISI Specification. Marcell-Dekker, New
York, New York.

Hancock, G. J., Kwon, Y.B. and Bernard, E.S.(1994),“Strength Design Curve for Thin-Walled Sections Undergoing Distortional
Buckling” Journal of Const. Steel Res., Elsevier, 31, 169-186.

Ibrahim M. T. (1998) “Behavior of Cold-Formed C-Section Truss Member” Ph.D. Thesis, Alexandria University, Alexandria, Egypt.

LaBoube, R.A. and Yu, W.W. (1998), “Recent Research and Developments in Cold-Formed Steel Framing”, Thin-Walled
Structures, 32,19-39.

Nuthaporn Nuttayasakul (2005), “Experimental and Analytical Studies of The Behaviour of Cold-Formed Steel Roof Truss
Elements”, Dissertation, Virginia Tech.

Pekoz T. and Schafer, B.W. (1998), “Computational Modeling of Cold-Formed Steel: Characterizing Geometric Imperfections and
Residual Stresses” Journal of Const. Steel Res., Elsevier, 47, 193-210.

Rasmussen, K.J.R, Burns, T., Bezkorovainy, P., Bambach, M.R. (2003), Local Buckling of Cold-formed Stainless Steel Sections,
University of Sidney, The Steel Construction Institute, Sidney

Salmon and Johnson (2000), “Steel Structures Design and Analysis”

Segui, William T. (2000), “LRFD Steel Design”

Schafer, B.W., S. Adany (2005), “Understanding and Classifying Local, Distortional and Global Buckling in Open Thin-walled
members”, Annual Conference Structural Stability Research Council, Montreal, Canada.

Schafer B.W., Hiriyur B.K.J (2004), “Yield-line analysis of cold-formed steel members”, International Journal of Steel Structures,
August 2004.

Schafer, B.W. and Pekoz T. (1999), “Laterally Braced Cold-Formed Steel Flexural Members with Edge Stiffened Flanges” ASCE
Journal of Structural Engineering, 125(2), 118-127

Schafer, B.W. (2001). “Thin-Walled Column Design Considering Local, Distortional, and Eluer Buckling”, Proc. 2001 Structural
Stability Research Council., Ft. Lauderdale, Florida.

Schafer, B.W. (2002a), “Local, Distortional, and Euler Buckling of Thin-Walled Columns”, ASCE Journal of Structural Engineering,
128(3), 289-299.

Schafer, B.W. (2002b), “Progress on the Direct Strength Method”, Proceeding 16 th Int’l Spec. Conf. on Cold-Formed Steel
Structures, Orlando, Florida, 647-662.

Specification for the Design of Cold-Formed Steel Structural Members (1996), American Iron and Steel Institute, Washington, D.C.

Wei Wen Yu (2000), “Design of Cold Formed Steel Structures”, John Wiley and Sons, New York

Young, B. and Yan J. (2002), “Channel Columns Undergoing Local, Distortional, and Overall Buckling” ASCE Journal of Structural
Engineering, 128(6), 728-736.

Zhao, X.L., Wikinson, T., Hancock, G. (2005), Cold-formed Tubular Members and Connections, Structural Behaviour and Design,
Elsevier, Oxford
PREDEFINED SHAPES

1. Atap Bentuk Kotak 2. Atap Bentuk L

3. Atap Bentuk T 4. Atap Bentuk U

4. Atap Bentuk Z 5. Atap Bentuk H


6. Atap Bentuk Box

7. Atap Persegi + Void


TAMPILAN LAPORAN

Visual Design Report

Detail Design Report


NROOF V.1.0 - LGS Truss Design Program
(C) Nathan Madutujuh, ESRC, 2008
Design Code: AISI-2002

Licensee : PT Anugrah Multi Cipta Karya

1. PROJECT DATA

Project Name :
Location :
File Name : -T2.DAT
Designed By :
Checked By :
Date of Report : 5/7/2008

2. ROOF DATA

ROOF TYPE = 2
ROOF ANGLE = 35.000 deg
OVERHANG LEXT = 1.00 m
OVERHANG LOH = 1.20 m
PURLIN SPACING = 0.30 m
TRUSS SPACING = 1.20 m
TRUSS DIST. TO EDGE WALL (SHIELD) = 0.10 m
TRUSS DIST. TO EDGE WALL (SADDLE) = 0.60 m
JACK RAFTER SPACING = 0.60 m
ROOF TOPWID = 0.20 m
ROOF LAYOUT = 1
SHIFT TEE = 0.00 m
BASIC LENGTH = 6.00 m
SPLICE LENGTH = 0.20 m
NROOFSHAPE = 1
NROOFEXT = 0
NROOFCUT = 0
NROOFCANOPY = 0
NSUPLINE = 0

3. TRUSS MATERIAL

Material Name = GR550


Elastic Modulus, E = 2100000.0 kg/cm2
Poisson Ratio, PR = 0.30
Shear Modulus, G = 807692.3 kg/cm2
Ultimate Stress, Fu = 5000.00 kg/cm2
Yield Stress, Fy = 4000.00 kg/cm2
Conn. Plate Thick, tpc = 0.10 cm

4. BOLT/SCREW MATERIAL

SCREW MATERIAL PROPERTIES


Label = M5
Material Name = AS3566
Ultimate Stress, Fu = 5100.00 kg/cm2
Shear Stress, Fv = 2400.00 kg/cm2
Gross Diameter, Db = 0.48 cm
Nett. Diameter, Dbn = 0.40 cm
No. of Connection Face = 1 (Single Face)
Eccentric Connection = Yes

5. SECTION PROPERTIES

Maximum w/t ratio for flange : 60 (30 recommended)


500 (for box, 250 recommended)
Maximum w/t ratio for web : 200 (unreinforced)
260 (with bearing stiffener)
300 (with interm. stiffener)

Section = C76x35x10x0.6
Usage = 1
Weight Wgt = 0.81 kg/m
Tensile Stress, Fu = 5000.0 kg/cm2
Yield Stress, Fy = 4000.0 kg/cm2
Flange Width, b = 3.50 mm
Section Depth, d = 7.60 mm
Lip Width, a = 1.00 mm
Section Thickness, t = 0.06 mm
Web Stiffener Radius, rsw = 0.50 cm
Flange Stiffener Radius, rsf = 0.50 cm
No. of Web Stiffener, nsw = 2
No. of Flange Stiffener, nsf = 0
Corner Radius, rc = 0.20 cm
Gross Area, Ag = 1.03 cm2
Shear Area, Av = 0.46 cm2
Moment Inertia, Ix = 9.06 cm4
Moment Inertia, Iy = 1.64 cm4
Section Modulus, Wx = 2.38 cm3
Section Modulus, Wy = 0.93 cm3
Rad.of Gyration, rx = 2.965 cm3
Rad.of Gyration, ry = 1.260 cm3
Eccentricity, ex = 1.13 cm3
Eccentricity, ey = 0.00 cm3
Ratio w/t, flange = 54.00 (must be < 60)
Ratio w/t, web = 118.00 (must be < 200..300)

Section = C76x35x10x0.75
Usage = 1
Weight Wgt = 1.01 kg/m
Tensile Stress, Fu = 5000.0 kg/cm2
Yield Stress, Fy = 4000.0 kg/cm2
Flange Width, b = 3.50 mm
Section Depth, d = 7.60 mm
Lip Width, a = 1.00 mm
Section Thickness, t = 0.08 mm
Web Stiffener Radius, rsw = 0.50 cm
Flange Stiffener Radius, rsf = 0.50 cm
No. of Web Stiffener, nsw = 2
No. of Flange Stiffener, nsf = 0
Corner Radius, rc = 0.20 cm
Gross Area, Ag = 1.28 cm2
Shear Area, Av = 0.57 cm2
Moment Inertia, Ix = 11.22 cm4
Moment Inertia, Iy = 2.01 cm4
Section Modulus, Wx = 2.95 cm3
Section Modulus, Wy = 1.15 cm3
Rad.of Gyration, rx = 2.956 cm3
Rad.of Gyration, ry = 1.251 cm3
Eccentricity, ex = 1.13 cm3
Eccentricity, ey = 0.01 cm3
Ratio w/t, flange = 43.00 (must be < 60)
Ratio w/t, web = 94.00 (must be < 200..300)

6. LOADING PARAMETER

Include Outward Wind = YES

Roof Tile Type = Roof Tile


Roof Tile Weight = 60.00 kg/m2
Purlin Weight = 4.67 kg/m2
Worker Weight = 10.00 kg/m2
Ceiling Weight = 18.00 kg/m2
Rainwater Weight = 25.00 kg/m2

Important Factor = 1.00


Exposure Category = 0.62
Basic Wind Speed = 80.00 Km/h = 50.00 Mph = 22.22 m/s
Basic Wind Pressure = 19.40 kg/m2
Minimum Wind Load = 20.00 kg/m2
Wind Coefficient, inward = 0.300
Wind Coefficient, outward = 0.300

Wind Load, inward = 20.00 kg/m2


Wind Load, outward = 20.00 kg/m2

7. DESIGN PROPERTIES

Design Code = AISI


Design Option = ASD (Unfactored Load)

Note: Increase of Fy caused by cold forming is neglected.

8. BASIC ROOF SHAPE

L,W| 2| 0| 12.000| 6.000| 1.000| 1.200| 1.200| 0.100| 0.600| 0.600| 0.000| 0.000| 12.000| 6.000

8. ROOF EXTENSION

9. ROOF CUT

8. ROOF CANOPY

9. ADDITIONAL SUPPORT LINES

10. TRUSS GENERATOR OPTION

Lmax,comp = 1.2
Lmax,tens = 1.5
Ldmax,comp = 120
Ldmax,tens = 160
FlagSupOvh = NO
FlagVPat = YES
FlagTopHCross = NO
FlagTopHBrace = YES
FlagBotHBrace = YES
FlagLongVBrace = YES

11. PURLIN DATA

Total Length (nett) = 346.71 m


Total Length (gross) = 381.38 m

12. ROOF TRUSSES DESIGN OUTPUT

TRUSS NO. 2
---------------------------------------------------------------------------------------------------
No. Section Name Func L(m) Ptens Pcomp Mmax tpcon rmin Ld frt frc frb frmax conn
---------------------------------------------------------------------------------------------------
1 C76x35x10x1.0 Botm 1.200 23.1 6.2 347.7 0.10 1.24 97.0 0.00 0.01 0.03 0.04 1d5
2 C76x35x10x1.0 Botm 1.200 51.6 34.7 400.1 0.10 1.24 97.0 0.01 0.05 0.03 0.08 1d5
3 C76x35x10x1.0 Top 1.200 0.0 488.3 2027.8 0.10 1.24 97.0 0.00 0.66 0.17 0.84 2d5
4 C76x35x10x1.0 Top 1.200 0.0 486.0 2123.1 0.10 1.24 97.0 0.00 0.66 0.18 0.84 2d5
5 C76x35x10x0.75 Diag 1.740 158.5 0.0 144.2 0.10 1.25 139.1 0.04 0.00 0.02 0.06 1d5
6 C76x35x10x0.75 Diag 1.740 157.6 0.0 94.2 0.10 1.25 139.1 0.04 0.00 0.01 0.05 1d5
7 C76x35x10x0.75 Vert 1.260 51.1 23.6 259.8 0.10 1.25 100.7 0.01 0.07 0.03 0.10 1d5
8 C76x35x10x0.75 Vert 1.260 0.0 136.8 190.6 0.10 1.25 100.7 0.00 0.42 0.02 0.44 1d5
9 C76x35x10x0.75 Vert 1.260 18.8 0.0 473.5 0.10 1.25 100.7 0.00 0.00 0.05 0.06 1d5
10 B76x35x10x1.0 Top 1.099 0.0 627.8 9099.2 0.10 2.08 52.8 0.00 0.38 0.38 0.76 3d5
11 C76x35x10x1.0 Top 1.099 0.0 544.8 1863.9 0.10 1.24 88.8 0.00 0.72 0.16 0.88 2d5
12 C76x35x10x1.0 Botm 1.800 56.5 67.8 6004.4 0.10 1.24 145.5 0.01 0.08 0.51 0.59 1d5
13 C76x35x10x0.75 Vert 1.099 53.3 54.5 1124.6 0.10 1.25 87.8 0.01 0.16 0.13 0.29 1d5
14 B76x35x10x0.75 Ovrh 1.465 119.8 0.0 15103.6 0.10 2.09 70.1 0.01 0.00 0.85 0.87 1d5
15 B76x35x10x1.0 Top 1.099 0.0 480.1 9318.4 0.10 2.08 52.8 0.00 0.29 0.39 0.68 2d5
16 C76x35x10x1.0 Top 1.099 0.0 417.8 1993.4 0.10 1.24 88.8 0.00 0.56 0.17 0.72 2d5
17 C76x35x10x1.0 Botm 1.800 37.6 48.9 5785.2 0.10 1.24 145.5 0.01 0.06 0.49 0.55 1d5
18 C76x35x10x0.75 Vert 1.099 4.2 5.4 1414.3 0.10 1.25 87.8 0.00 0.02 0.16 0.18 1d5
19 B76x35x10x0.75 Ovrh 1.465 0.0 0.0 15103.6 0.10 2.09 70.1 0.00 0.00 0.85 0.85 1d5
---------------------------------------------------------------------------------------------------

13. CUTTING LIST

TRUSS NO. 2
----------------------------------------------------------------
No. Section Name func L(m) Ltot Cutting List Plan
----------------------------------------------------------------
* C76x35x10x1.0 Botm 6.000 6.000 -> 1 x 6.000 + 0.000
* C76x35x10x1.0 Top 2.400 6.000 -> 1 x 2.400
* B76x35x10x1.0 Top 1.099 6.000 -> 1 x 1.099
* C76x35x10x1.0 Top 1.099 6.000 -> 1 x 1.099
* B76x35x10x0.75 Top 1.465 6.000 -> 1 x 1.465
* B76x35x10x1.0 Top 1.099 6.000 -> 1 x 1.099
* C76x35x10x1.0 Top 1.099 6.000 -> 1 x 1.099
5 C76x35x10x0.75 Diag 1.740 1.740 -> 1 x 1.740
6 C76x35x10x0.75 Diag 1.740 1.740 -> 1 x 1.740
7 C76x35x10x0.75 Vert 1.260 1.260 -> 1 x 1.260
8 C76x35x10x0.75 Vert 1.260 1.260 -> 1 x 1.260
9 C76x35x10x0.75 Vert 1.260 1.260 -> 1 x 1.260
13 C76x35x10x0.75 Vert 1.099 1.099 -> 1 x 1.099
18 C76x35x10x0.75 Vert 1.099 1.099 -> 1 x 1.099
----------------------------------------------------------------

14. MATERIAL REQUIREMENT

CUMMULATIVE FROM ALL TRUSSES


-----------------------------
No. Section Name L (m)
-----------------------------
1 C76x35x10x0.6 0.000
2 C76x35x10x0.75 42.000
3 C76x35x10x1.0 24.000
4 B76x35x10x0.6 0.000
5 B76x35x10x0.75 6.000
6 B76x35x10x1.0 12.000
7 H40x30x14x5x0.5 0.000
8 H40x30x14x5x0.6 0.000
-----------------------------

View publication stats

Вам также может понравиться