Вы находитесь на странице: 1из 28

A.

Sistem Dan Pengertian Penirisan Tambang


Dalam hal ini ada sistem yang berkaitan dengan penirisan tambang :

Penirisan Tambang atau Penyaliran Tambang merupakan suatu usaha atau


kegiatan untuk mengeringkan air sehingga kegiatan penambangan tidak diganggu oleh
air. Penirisan tambang dilakukan dengan dua cara yaitu cara pencegahan (Mine
Drainage), dan dengan cara pengendalian (Mine Dewatering). Penirisan dilakukan
karena air yang berada di daerah yang lebih tinggi akan mengalir secara gravitatif,
mengisi ruang kosong tersebut. Di Ruang kosong akan terbentuk kesetimbangan air ,
dan air tersebut akan mengisi tempat sekitarnya sehingga akan membentuk genangan
air baru (tercapai kesetimbangan tekanan air). Jika penambangan sedang berjalan air
yang datang akan membentuk kubangan serta akan mengganggu kelancaran kegiatan
penambangan (alat dan pelaksana tidak bisa bekerja secara leluasa).

Untuk menghindarkan terjadinya genangan air pada ruang bukaan tambang ada
dua cara yaitu : mencegah air masuk keruang bukaan ( membelokan aliran air,
mengurangi aliran air) dan dengan cara membuang air yang masuk kedalam tambang
(mengalirkan dengar cara di pompa. Untuk menentukan cara, bentuk dan ukuran
penirisan yaitu tergantung kepada sistem penambangan, jenis dan besarnya jumlah air
yang datang.

1
B. Sumber Air Yang Akan Menggangu Kegiatan Penambangan

Air yang ada di tempat penambangan pada dasarnya mengganggu terhadap


kelancaran aktipitas penambangan, walaupun ada beberapa penambangan dilakukan
dengan menggunakan tenaga air. Sumber air yang dimungkinkan akan mengalir ke
tempat penambangan berasal dari :

 Air hujan
 Air permukaan (air sungai, air danau, air limpasan, dsb.)
 Air tanah
 Kemungkinan air laut

Untuk mengatasi jumlah air yang akan mengganggu pada penambangan terlebih
dahulu harus mengetahui dan mempelajari masing masing sumber air.

Hidrologi

Sumber air ini behubungan dengan proses hidrologi yaitu :

 Air dari permukaan tanah dan laut akibat pemanasan matahari menguap ke
udara

 Uap air di udara berkumpul membentuk awan

 Awan pada kondisi tertentu terkondensasi jatuh ke bumi berbentuk hujan


atau salju

 Air hujan atau salju sebelum sampai ke permukaan bumi sebagian akan
menguap kembali keudara (evaporasi), sebagian akan tertahan oleh
tumbuh tumbuhan, sisanya akan jatuh kepermukaan tanah. Air yang
tertahan oleh tumbuhan sebagai akan menguap kembali (transpirasi).

 Air yang jatuh kepermukaan bumi sebagian akan mengalir di permukaan


bumi surface stream runoff mengisi lekuk lekuk bumi masuk ke sungai
dan akhirnya ke laut, sedangkan sebagian akan meresap ke dalam tanah
membetuk air tanah.

2
 Air tanah mengalir, sebagian akan keluar sebagai interflow, sedangkan
sisanya mengalir sebagai aliran air tanah dalam lapisan batuan pembawa
air tanah berbetuk groundwater flow dan keluar di daerah rendah atau di
laut.

 Siklus air kembali ke awal lagi

Hujan (presipitasi)

Tingginya curah hujan sangat dipengaruhi oleh waktu dan tempat serta
kejadian hujan akan berbeda beda anatara satu daerah dengan daerah lain di dalam
daerah yang tidak luas.

Pegunungan pada umumnya mendapat curah hujan tinggi serta akan lebih
tinggi seiring dengan semakin tingginya topografi ( effek orografis)

Di daerah yang sempit serta di sepanjang dataran pantai pada umumnya


mendapat hujan rendah. Jumlah curah hujan yang jatuh di daratan selama periode
tertentu memperlihatkan cukup kecil.

Curah hujan :
• Jumlah hujan (mm)
• Intensitas Curah Hujan (I) yaitu jumlah curah hujan dalam suatu waktu
(mm/jam)
• Pengukuran curah hujan menggunakan alat penakar hujan
• Penghitungan curah hujan
Intensitas curah hujan :
o Intensitas curah hujan adalah banyaknya hujan yang terjadi pada waktu
tertentu. Biasanya dinyatakan dalam mm/jam.
o Intensitas curah hujan adalah presipitasi atau cuarah hujan dalam waktu
singkat, biasanya dalam waktu dua jam

Pengukuran curah hujan :

3
Pengamatan curah hujan dilakukan dengan menggunakan alat takar curah
hujan
Alat penakar hujan yang terdiri dari penampung yang mempunyai bukaan yang
diketahui luasnya dan dilengkapi alat penampung air yang sudah ditentukan
volumenya.
Alat ukur tersebut ditempatkan ditempat terbuka yang tidak dipengaruhi oleh
pohon atau gedung serta diletakan sekitar 20 cm dari permukaan tanah.
Hindari dari tempat yg selalu terjadi angin kencang
Hindari tempat tejadi arus angin naik
Usahakan jarak (d) > 4 tinggi (4h)

Perhitungan data curah hujan :


 Penghitungan data curah hujan dilakukan dengan 4 cata :
• Cara pendekatan
• Penghitungan rata rata dari beberapa stasiun penakar hujan
• Metoda Thiessen
• Metoda kesamaan curah hujan (isohyet)
Cara thiessen
 Penghitungan cara ini dilakukan dengan mempertimbangkan daerah pengaruh
dari titik pengamatan
 adalah setengah dari jarak dua trasiun pengukur hujan, dan baik digunakan
terutama untuk lokasi titik pengamatan tidak tersebar secara merata.
 Tiap titik pengukuran dihubungakan kemudian tentukan titik tengahnya
kemudian tariklah garis yang menghubungkan antara titik tengah tersebut,
serta akhirnya terbentuk poligon .
 Luas tiap poligon merupakan daerah pengaruh atau dianggap sama curah
hujannya dengan hasil pengukuran pada alat di titik pengukur.
 Kemudian tentukan tetapan Thiessen yang besarnya adalah rasio antara luas
tiap poligon dengan luas keseluruhan.
 Untuk mengetahui curah hujan rata rata keseluruhan daerah dihitung dengan
cara menjumlahkan perkalian antara tingginya curah hujan pada tiap lokasi

4
pengukuran dengan luas daerah pengaruh (luas poligon) dibagi dengan luas
daerah keseluruhan.
 cara Thiessen

R = 1/A (R1A1 + R2A2 +….)

 Keterangan : R = curah hujan rata-rata


R1 = curah hujan di stasiun 1
A1 = luas daerah pengaruh stasiun 1
A = Luas keseluruhan daerah
A1/A = tetapan Thiessen

 Persamaan ini bisa digunakan di daerah curah hujan tidak seragam dengan
variasi tinggi dan tidak cocok untuk daerah pegunungan dengan curah hujan
tinggi.

5
Cara isohyet
 Apabila curah hujan tidak merata di semua daerah umpanya akibat faktor beda
tinggi, penghitungan rata rata curah hujan dilakukan dengan cara
mengelompokan daerah daerah yang curah hujannya sama (isohyet) yaitu
dengan cara menarik garis sama tinggi (kontur) yang menghubungkan titik
yang memiliki curah hujan sama.
 Cara ini adalah cara rasionil yang terbaik jika garis isohyet didasarkan kepada
data yang teliti, sedangkan jika curah hujannya sangat berpariasi akan
mengalami kesulitan di dalam penarikan kontur tersebut, sehingga terjadi
pembulatan yang menyebabkan terjadinya kesalahan pribadi (individual error)
dari penyusun peta tersebut sehingga akan mengurangi keakuratannya.

Besarnya curah hujan adalah :


R = P1,2 A1,2 + P2,3 A2,3 + ......
A1,2 + A2,3 + ....

Dimana :
P1,2 = curah hujan antara kontur 1 dan 2,
A1,2 = luas erah daerah antara kedua kontur

6
Sungai
Sungai adalah tempat akumulasinya air dari DAS serta mengalirkannya sampai
akhirnya ke laut.

Beberapa hal yang perlu dipelajari mengenai sungai :


 Corak atau bentuk pengaliran sungai
 Pengukuran debit sungai
 Jenis alat ukur debit sungai
 Analisis limpasan (Run off)
 Perkiraan debit banjir
Pola aliran sungai :
Pola aliran sungai dipengaruhi oleh: lereng, kekerasan batuan, struktur,
sejarah diastrofisme, sejarah geologi dan geomorfologi dari daerah aliran sungai.
Stadia sungai :
a. Youth (Sungai Muda) pengikisan alur kearah bawah (bentuk V)
b. Mature (Sungai Dewasa) pengikisan berkurang dan mulai terjadi
pengendapan (bentuk U)
c. Old Stream (Sungai Tua) pengikisan alur pada sungai utama dan alur sungai
berkurang (bentuk U dan berkelok/ meander sampai terbentuk danau tapal
kuda/ oxbow lakes)
Tipe aliran sungai
Ada 3 macam tipe aliran yaitu :
a) Efemeral, sungai berair pada waktu tertentu
b) Intermitten, sungai berair musiman dan
c) Perenial, sungai berair sepanjang masa
Pola aliran sungai
Pola aliran sungai dipengaruhi oleh: lereng, kekerasan batuan, struktur, sejarah
diastrofisme, sejarah geologi dan geomorfologi dari daerah aliran sungai.
Macam pola aliran sungai:
1. Pararel, adalah pola aliran yang terdapat pada suatu daerah yang luas dan miring
sekali, sehingga gradient dari sungai besar dan sungainya dapat mengambil jalan ke
tempat yang terendah dengan arah yang kurang lebih lurus. Pola ini terbentuk pada

7
suatu coastal plain (dataran pantai) yang masih muda yang lereng aslinya miring sekali
kea rah laut.
2. Rectangular, adalah pola aliran yang terdapat pada daerah yang mempunyai struktur
patahan, atau hanya joint (retakan). Pola ini merupakan pola aliran siku2.
3. Angulate, adalah pola aliran yang membentuk sudut lebih kecil atau lebih besar dari
90o. di sini sungai2 masih mengikuti garis2 patahan.
4. Radial Centrifugal, adalah pola aliran pada kerucut gunung berapi atau dome yang
baru mencapai stadium muda dan pola alirannya menuruni lereng2 pegunungan.
5. Radial Centripetal, adalah pola aliran pada suatu kawah atau crater dan suatu kaldera
dari gunung berapi atau depresi lainnya, yang pola alirannya menuju ke pusat depresi
tersebut.
6. Trellis, adalah pola aliran yang berbentuk seperti trails. Di sini sungai mangalir
sepanjang lembah dari suatu bentukan antiklin dan sinklin yang pararel.
7. Annular, adalah variasi dari radial pattern. Terdapat pada suatu dome atau kaldera
yang sudah mencapai stadium dewasa dan sudah timbul sungai consequent,
subsequent, resequent dan obsequent.
8. Dentritic, adalah pola aliran yang mirip cabang atau akar tanaman. Terdapat pada
daerah yang batu2annya homogen, dan lereng2nya tidak begitu terjal, sungai2nya
tidak cukup mempunyai kekuatan untuk menempuh jalan yang lurus dan pendek.

Pengukuran debit sungai

8
Pengukuran debit dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung.
a) Pengukuran debit secara langsung adalah pengukuran yang dilakukan dengan
menggunakan peralatan berupa alat pengukur arus (current meter), pelampung,
zat warna, dll. Debit hasil pengukuran dapat dihitung segera setelah
pengukuran selesai dilakukan.
b) Pengukuran debit secara tidak langsung adalah pengukuran debit yang
dilakukan dengan menggunakan rumus hidrolika misal rumus Manning atau
Chezy.
• Persyaratan Lokasi Pengukuran Debit
Persyaratan lokasi pengukuran debit dengan mempertimbangkan factor-faktor,
sebagai berikut:
a) Berada tepat atau di sekitar lokasi pos duga air, dimana tidak ada
perubahan bentuk penampang atau debit yang menyolok
b) Alur sungai harus lurus sepanjang minimal 3 kali lebar sungai pada saat
banjir/muka air tertinggi
c) Distribusi aliran merata dan tidak ada aliran yang memutar
d) Aliran tidak terganggu sampah maupun tanaman air dan tidak terganggu
oleh adanya bangunan air lainnya (misalkan pilar jembatan), tidak terpengaruh
peninggian muka air, pasang surut dan aliran lahar
e) Penampang melintang pengukuran diupayakan tegak lurus terhadap alur
sungai
f) Kedalaman pengukuran minimal 3 sampai dengan 5 kali diameter baling
– baling alat ukur arus yang digunakan
g) Apabila dilakukan di lokasi bending, harus dilakukan di sebelah hilir atau
hulu bending pada lokasi yang tidak ada pengaruh pengempangan (arus balik).

Air Tanah
• Air tanah adalah air yg ada dilapisan batuan porus/permiable, jenuh air dan bisa
mengalir serta ekonomis (Air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan
dibawah permukaan tanah (UU SDA N0. 7/2004))
Air di dalam tanah:

9
 Zona tidak jenuh air (vadode water/air tanih : zona kelembaban tanah dan zona
peralihan)
 Zona jenuh air (zona kapiler, zona air tanah)

10
PENANGANAN AIR TAMBANG

Terdapat dua cara untuk menangani air tambang, yaitu:


1) Cara pengendalian; suatu upaya untuk mengeluarkan atau mengendalikan air
yang sudah terlanjur masuk ke tempat penggalian, biasanya penanganan air hujan dan
air yang terlanjur masuk PIT. Cara ini disebut juga cara konvensional atau mine
dewatering.
2) Cara pencegahan; suatu upaya untuk mencegah aliran air masuk ke lokasi
penggalian, biasanya pada penanganan air tanah dan air yang berasal dari sumber air
permukaan, misalnya sungai, danau, dsb. Cara ini disebut juga cara penanganan
inkonvensional atau mine drainage.

Cara pengendalian
Pengendalian dapat dilakukan dengan sistem penyaliran kolam terbuka dan sistem
adit.
a. Sistem penyaliran kolam terbuka

11
 Bisa dilakukan dengan membuat saluran air atau parit dan mengalirkan airnya
ke sumuran (sump).
 Pada metode penambang-an open cast dan kuari, penyaliran dgn membuat parit
akan lebih efektif karena dpt memanfaatkan gaya gravitasi untuk mengalirkan
airnya.

 Pada penambangan open pit, penyaliran menggunakan sejumlah pompa


menjadi prioritas untuk mengalirkan air naik dari dasar tambang ke tempat
yang ditentukan di bagian atas.

b. Sistem adit

 Penyaliran ini cocok diterapkan pada tambang open pit yang dalam.

 Terdapat lembah yg me-mungkinkan dibuatnya shaft, berfungsi sebagai jalan


keluar aliran air melalui beberapa adit.

Pembuatan saluran air

 Air permukaan yang melimpas ke lokasi atau front tambang berasal dari air
hujan.

 Curah hujan di Indonesia cukup tinggi, shg penanganan air permukaan di lokasi
tambang hrs baik agar produktivitas tambang terjaga.

 Air permukaan diatasi dengan membuat saluran air (parit) utk mencegah agar
tidak masuk front tambang.

 Saluran air tsb berfungsi untuk menampung limpasan air permukaan dan
mengalirkannya ke tempat pengumpulan atau sumuran (sump) di tempat yang
lebih rendah.

 Beberapa tahapan dalam perencanaan dimensi saluran yang harus


dipertimbangkan, yaitu:

(1) Menghitung jumlah air limpasan permukaan yang masuk lokasi


penambangan dengan rumus rasional, sbb:

Qr = 0,278.C.I.A

12
di mana: Qr =debit rencana, m³/s

C = koefisien limpasan (maks = 1)

I = intensitas hujan, mm/jam

A = luas daerah (catchment area), km²

Beberapa asumsi dalam penggunaan rumus (1) adalah:

Frekuensi hujan = frekuensi limpasan

Hujan terdistribusi secara merata di seluruh daerah

Debit maksimum merupakan fungsi intensitas hujan dan tercapai pada ahir
waktu konsentrasi

(2) Menghitung waktu konsentrasi, yaitu waktu terlama yg di-gunakan oleh


butiran air hujan untuk melintasi area menuju saluran.

– Gunanya untuk mengetahui debit puncak yang mengalir melintasi


bagian terpanjang dari catchment area.

– Debit puncak merupakan fungsi intensitas curah hujan, yang


merupakan dasar dalam perhitungan waktu konsentrasi.

– Terdapat beberapa rumus untuk menghitung waktu konsentrasi dan


salah satunya adalah rumus dari Kirpich (1940), sbb:

Rumus Kirpich tc = 0,0195.L0,77 .S–0,382

di mana: tc = waktu konsentrasi, menit

L = jarak lintasan saluran terjauh ke titik


perhitungan, m

S = H/L = kemiringan dasar saluran, m/m

H = beda tinggi sepanjang jarak lintasan, m

(3) Merancang dimensi saluran. Untuk itu perlu dilakukan analisis di lokasi
penambangan, shg saluran dapat meme-nuhi hal-hal sbb:

13
– Dapat mengalirkan debit air yang direncanakan.

– Kecepatan air tidak merusak saluran (tahan erosi).

– Tidak terjadi pengendapan (sedimentasi) di dasar saluran.

– Mudah dalam pembuatannya.

– Bentuk penampang saluran air umumnya dipilih ber-dasarkan debit air,


tipe material pembentuk saluran serta tingkat kemudahan
pembuatannya.

– Terdapat empat bentuk penampang saluran yang dapat diterapkan,


yaitu bentuk segi empat, segi tiga, trapesium dan gorong-gorong
(culvert). Geometri masing-masing penampang saluran terlihat pada
Tabel 2.

– Saluran berbentuk segi empat dan segi tiga umumnya dirancang untuk
debit air kecil, sedangkan penampang trapesium untuk debit yang
besar.

– Saluran berbentuk gorong-gorong, baik yang terbuat dari beton atau


dari galvanis bergelombang, dibuat apabila saluran harus terkubur di
dalam tanah atau melintasi jembatan. Diameter gorong-gorong
disesuaikan dengan debit air yang mengalir.

(4) Menghitung kapasitas pengaliran dalam saluran air meng-gunakan rumus


Manning, sbb:

A.

B.

14
di mana: Q = debit, menit

R = A/P = jari-jari hidrolik disesuaikan dengan


bentuk salurannya (lihat Tabel 2)

S = kemiringan dasar saluran

A = luas penampang basah

P = keliling basah

n = koefisien kekasaran Manning yg menunjuk-kan


kekasaran dinding saluran

(5) Contoh kasus rancangan saluran air dgn data sbb:

 Panjang dari saluran = 1.110 meter


 Koefisien limpasan = 0,9
 Catchment area = 0,2037 Km2
 Koefisien kekasaran saluran (n) = 0,025 (Manning)
 Kemiringan dinding saluran (S) = 0,2% = 0,002
 Curah hujan = 284,110 mm/jam
 Kecepatan aliran air = 1,859 m/s

Penyelesaian:
– Debit rencana diperoleh dari rumus (1) atau rumus rasional:

– Waktu konsentrasi dihitung dengan rumus (2):

15
– Kapasitas saluran air dihitung menggunakan rumus Manning (rumus 3)
dengan bentuk saluran trapesium dibuat paling efisien yang kemiringan
dindingnya 60º seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Z= ; R= ; h = kedalaman basah, m

dari rumus (3.a):

atau

dari data diketahui bahwa V = 1,859 m/s, jadi:

h = 2,12 m
Daya tampung (debit) saluran sebenarnya (Qs) adalah:
Qs = VA = Vh²√3 = 1,859 x 2,12² x √3 = 14,480 m³/s
Hasil perhitungan Qr = Qs

16
Bentuk saluran yang banyak digunakan

Salah satu bentuk saluran yang sering digunakan pada perusahaan tambang
yaitu bentuk saluran trapesium

Keuntungan dari bentuk penampang trapesium :


1. Dapat mengalirkan debit air yang besar
2. Tahan terhadap erosi
3. Tidak terjadi pengendapan didasar saluran
4. Mudah dalam pembuatan
Saluran bentuk penampang trapesium merupakan bentuk kombinasi
antarabentuk segitiga (triangular) dan segiempat (rectanguler) dan paling
umum digunakan untuk saluran yang berdinding tanah yang tidak dilapisi
sebab stabilitas kemiringan dindingnya dapat di sesuaikan.

Sump (sumuran)

Fungsi sumuran adalah:

1) Sebagai penampung air sebelum dipompa ke luar tambang

2) Sebagai penampung air sebelum dialirkan ke luar area

Jenis-jenis sumuran di lokasi tambang meliputi:

1.Travelling sump atau temporary sump

– Dibuat pada daerah front tambang.

– Bisa dibuat secara terencana yang digambarkan pada peta jangka


pendek.

– Bisa juga tidak direncanakan sebelumnya.

– Sump ini dibuat apabila situasi untuk menanggulangi air permukaan


dibutuhkan.

– Jangka waktu penggunaan sump ini relatif singkat dan selalu


ditempatkan sesuai dengan kemajuan front tambang.

17
2.Sump jenjang atau sump transit

– Dibuat secara terencana dalam pemilihan lokasi maupun volumenya


dan permanen.

– Penempatannya pada jenjang tambang dan biasanya di bagian lereng


tepi tambang.

– Karena bersifat permanen dan untuk mencegah peresapan air agar tidak
menyebabkan jenjang tambang longsor, maka sump dibuat dari bahan
kedap air, batukali dan dibeton.

– Sump ini yang pertama menerima air dari beberapa sump sementara di
front penambangan

– Konstruksi transit sump ini dibagi menjadi dua bagian:

– bagian pertama untuk menampung air kotor yang berasal dari


sump front berfungsi sebagai tempat penampungan lumpur dan
bagian lainnya sebagai tempat penampungan air bersih yang
berasal

– bagian sump yang pertama kemudian dialirkan ke saluran


pelimpah (open channel).

3.Main Sump

– dibuat sebagai penampungan air terakhir

– dapat digunakan sebagai cadangan air untuk digunakan dalam


pengamanan kebakaran.

– umumnya dibuat di elevasi terendah dalam tambang (dasar tambang).

Kontrol erosi terhadap saluran dan sumuran


1. Memperkecil run off, mengurangi slope, mengurangi gesekan antara
aliran air dengan dinding dan dasar saluran
2. Memperkecil area tersingkap, menutup lereng dengan tanaman
merambat.

18
3. Merawat atau mengkonstruksi teras dan berm.
4. Menutupi area yang erosif dengan material kasar.

Sump

Rumus perhitungan untuk menentukan dimensi sumuran:


V=Qxt
A = V/d

Di mana: V = volume sumuran, m³


Q = debit air masuk ke sumuran, m³/s
t = lama hujan rata-rata/hari, s
A = luas penampang sumuran
d = kedalaman sumuran

Apabila lebar (L) sumuran sudah ditentukan, maka panjang (P) sumuran
adalah:

P = A/L

Kolam Pengendap (Setliling pond)

Di tambang terbuka diperlukan juga settling pond atau tailing pond.

a) Settling pond adalah kolam untuk menampung endapan partikel atau lumpur
yang ikut bersama air hasil dari saluran air tambang

b) Tailing pond adalah tempat penampungan ampas (tailing) hasil proses


konsentrasi bahan galian

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan dimensi


kolam pengendap adalah:

 Volume air yang akan ditampung, yaitu debit air limpasan maksimal dikalikan
dengan faktor koreksi dan waktu konsentrasi air;

19
 Volume butiran yang tersuspensi, faktor koreksi lumpur digunakan untuk
mengetahui volume padatan (lumpur) yang terlarut dalam air limpasan serta
kerapatan material yang ada dalam air;

 Kecepatan waktu pengendapan (suspensi).

Kecepatan pengendapan dapat dihitung dengan menggunakan rumus


Stokes, yaitu:

g D2 SG  1
Vt 
18 ν

di mana: Vt = kecepatan pengendapan partikel (m/s)

G = percepatan gravitasi (m/s2)

SG = berat jenis partikel padatan

v = viskositas kinematika air (m2/s)

D = diameter partikel padatan (m)

 Luas kolam pengendapan ditentukan oleh:

a) volume total air tersuspensi, dan

b) kecepatan partikel padatan tersebut untuk mengendap.

 Luas kolam pengendapan merupakan perbanding-an antara volume air total


dengan kecepatan pengendapan dan dirumuskan sebagai berikut:

Q
A
Vt
di mana: A = luas kolam pengendapan, m2

Q = volume air yang ditampung, m3/s

20
Vt = kecepatan partikel tersuspensi, m/s

 Cara lain dengan memperhitungkan kecepatan aliran zona atas yang


digambarkan sbb

V L

v D

di mana: V= kecepatan aliran zona atas


v = kecepatan pengendapan partikel
L = panjang dimensi sump/pond searah aliran
D = kedalaman sump/pond
 Kecepatan aliran adalah:

Q Q
V V
a atau
DW
di mana: a = luas penampang
D = kedalaman kolam (pond)
W = lebar kolam
 Dalam kondisi steady state (aliran masuk = aliran keluar), berlaku:

Q out L Q out Q out


 L  LW
WDv D Wv v

21
Q out
A
v

L = adalah panjang kolam

L/D = Critical ratio

 Dalam hal Qin>Qout, maka air akan ditampung di dalam volume jagaan (10-
20%)

 Kecepatan pengendapan partikel

Q out
v
A
di mana: v = kecepatan kritis/kecepatan pengendapan partikel

Q out = debit pemompaan

A = luas permukaan penampang kolam

 Pada kolam pengendap yang ideal, kecepatan pengendapan partikel <


kecepatan aliran air zona atas.

 Semakin luas permukaan kolam pengendap atau semakin berkurang debit out-
flow, maka efisiensi kolam pengendap akan meningkat.

Volume
t
Flow Rate atau

Volume
Flow Rate (Q out ) 
t

22
di mana t adalah waktu menetap (residence time)

 Kemudian dari rumus2 kecepatan pengendapan dan volume kolam pengendap


dapat diketahui umur kolam pengendap tersebut, yaitu:

Q out
v
A
Volume
v
( t )( A)
Volume  (A)(depth)

(A)(depth) Depth
v v
( t )( A) t

Depth
v
 Dengan t berarti bahwa:

– kecepatan aliran permukaan pada kolam, yaitu Q/A, adalah ekivalen dengan
rasio kedalaman per waktu pengendapan (detention time)

– dengan demikian tidak mungkin untuk menentukan umur kolam pengendap


hanya dengan waktu pengendapan saja.

23
Cara pencegahan :

o Prinsipnya mengupayakan agar air tambang terutama air tanah tidak masuk ke
lokasi penambangan agar kegiatan tambang tidak terganggu

o Adapun cara yang dilakukan pada preventive drainage system ini adalah
dengan membuat beberapa lubang bor di bagian luar daerah penambangan atau
pada jenjang-jenjang, kemudian dari lubang bor tsb air dipompakan ke luar
tambang.

o Galeri lokasi lubang bor, sumur bor diletakan disekeliling rencana PIT (Metode
siemen)

Metode Siemens

 Pada setiap jenjang terdapat sejumlah lubang bor yang kedalamannya hingga
mencapai muka air tanah (ground water table) dan melebihi tinggi jenjang.
 Karena pembuatan sumur bor cukup banyak, maka pipa dari masing-masing
lubang bor dihubungkan secara seri atau paralel melalui pipa induk
 Air dari dalam lubang pd setiap jenjang dipompakan ke luar menggunakan 1
unit pompa

 Pompa pada setiap jenjang harus mampu mengisap air dari sejumlah lubang
bor air yang dipasang. Kalau kapasitas 1 unit pompa tidak cukup, bisa ditambah
lagi agar mudah memompakannya air ke luar.

24
 Susunan lubang bor air pada setiap jenjang dalam pit bila dilihat dr atas
membentuk cincin, oleh sebab itu cara ini disebut juga ring system (lihat
gambar di bawah)

Sketsa penyaliran ring system

Metode Elektro Osmosis

 Bilamana lap tanah terdiri dari tanah lempungan, maka akan


menyulitkan proses pemompaan.
 Untuk itu digunakan metode elektro osmo-sis, yaitu proses penarikan
ion-ion air, H+ dan OH-

25
 Prinsip kerjanya adalah dengan memasukkan batang anode pada salah
satu sumur (lubang bor) dan katode pada sumur yang lain.
 Bila elemen2 tsb dialiri listrik, maka air pori yg terkandung dalam
batuan akan mengalir menuju katode dan terkum-pul di dasar sumur,
kemudian dipompa ke luar.

26
Small Pipe With Vacuum Pump

 Lubang bor dibuat dengan diameter 6” – 8” dan tdk diberi casing, tetapi
dimasukkan pipa berdiameter antara 2” – 2,5”.
 Pasir dimasukkan sebagai saringan dan berperan sbg akuifer.
 Pasir dimasukkan sebagai saringan dan berperan sbg akuifer.

Metode pompa sumur dalam

 Digunakan untuk material atau lapisan yang mem-punyai permeabilitas


rendah dan jenjang yg tinggi.
 Lubang bor dibuat dengan diameter 6”, kemudian dipasang casing.
 Pompa submercible dimasukkan ke dalam lubang . Pompa akan beroperasi
otomatis bila terendam air
 Kadang dibantu pompa listrik di luar lubang bor

27
Sketsa pompa sumur daam

 Digunakan untuk material atau lapisan yang mem-punyai permeabilitas tinggi


dan jenjang yg tinggi.
 Sumur dibuat sekeliling tempat kerja PIT. Pada tiap sumur dipasang pompa
submersible. Pemompaan dilakukan bertujuan untuk merubah kedudukan
muka air tanh sehingga berada dibawah tempat kerja.
 Kerugiannya jika pompa mengalami gangguan/kendala maka muka air tanah
akan naik dan mengisi PIT

28

Вам также может понравиться