Вы находитесь на странице: 1из 7

NAMA : CINDI RAHMASARI

KELAS : XI IPS 3

PAKAIAN ADAT PALEMBANG

Pakaian Adat Palembang

Kerajaan Sriwijaya yang kokoh dan termasyhur di masa silam telah mewariskan
beragam adat dan kebudayaan secara turun temurun, terutama bagi masyarakat Melayu yang
tinggal di Sumatera Selatan. Salah satu warisan budaya tersebut misalnya dapat kita temukan
pada pakaian adat Palembang yang hingga kini masih sering digunakan para pengantin dalam
upacara adat pernikahannya. Pada artikel kali ini, kita akan membahas pakaian adat
Palembang tersebut secara lengkap dengan keterangannya mulai dari jenis-jenis, nilai estetis,
hingga nilai filosofisnya. Pakaian Adat Palembang Ada 2 jenis gaya busana yang menjadi
pakaian adat Palembang. Keduanya yaitu Aesan Geda dan Aesan Pasangko. Aesan sendiri
dalam bahasa Palembang berarti baju atau pakaian. 1. Aesan Gede Aesan Gede atau baju
gede adalah pakaian yang melambangkan kebesaran. Pakaian ini merupakan perlambang
keagungan kerajaan Sriwijaya di masa silam. Berbalut dengan warna merah jambu yang
dipadukan sulaman berwarna keemasan, aesan gede memiliki nilai filosofis bahwa Sumatera
memang layak dijuluki sebutan swarnadwipa atau pulau emas. Gemerlap dan mewahnya
pakaian adat Palembang dalam gaya aesan gede semakin bertambah dengan dikenakannya
beberapa aksesoris. Aksesoris seperti mahkota, bungo cempako, kelapo standan, kembang
goyang, baju dodot serta songket bermotif napan perak adalah beberapa pernik yang terdapat
dalam aesan gede.
NAMA : SEPTI MAHARANI

KELAS : XI IPS 3

TARI PAGAR PENGANTIN

Tari Pagar Pengantin, adalah tarian khas daerah Palembang yang


biasanya ditampilkan saat resepsi pernikahan. Tari ini dijadikan simbol melepas
masa lajang bagi pengantin wanita. Tarian ini ditarikan dihadapan mempelai
pria dan dilakukan bersama saudara perempuan atau penari lainnya, bisa
berjumlah 3, 5 atau 7 orang.Tari Pagar Pengantin memiliki arti khusus, yaitu
melambangkan perpisahan pengantin perempuan dari masa remajanya.Melepas
masa lajang, berpisah dengan teman-teman sepermainan serta tarian terakhir
bagi mempelai puteri karena setelah itu tidak diperkenankan lagi menari di
depan umum kecuali atas izin suami. Tindakan-tindakannya tak bebas lagi. Ia
sudah berada di lingkaran kehidupan rumah tangga yang direpresentasikan
dengan dulang agung keemasan.Sang pengantin wanita menari ditengah sebuah
nampan besar (dulang, bahasa Palembangnya) disaksikan oleh mempelai pria.
Hal ini mengambarkan bahwa sang pria siap menjaga sang istri. Semua gerak
yang ditarikan menegaskan bahwa kelak sang istri mempunyai ruang gerak
terbatas karena sudah menikah. Tarian ini juga merupakan tarian perpisahan
dengan orang tua, dimana setelah menikah sang istri telah menjadi tanggung
jawab suami.
NAMA : NATASYA AULIA

KELAS : XI IPS 3

RUMAH ADAT PALEMBANG

Rumah Limas merupakan rumah tradisional khas Provinsi Sumatera Selatan. Dari
namanya, jelaslah bahwa rumah ini berbentuk limas. Bangunannya bertingkat-tingkat dengan
filosofi budaya tersendiri untuk setiap tingkatnya. Tingkat-tingkat ini disebut masyarakat
sebagai bengkilas. Apabila Anda bertamu ke salah satu Rumah Limas di wilayah Sriwijaya
ini, Anda akan diterima di teras atau lantai dua saja. Rumah Limas sangat luas dan seringkali
digunakan sebagai tempat berlangsungnya hajatan atau acara adat. Luasnya mulai dari 400
hingga 1000 meter persegi. Bahan material dalam membuat dinding, lantai, serta pintu
menggunakan kayu tembesu. Sementara untuk tiang rumah, pada umumnya menggunakan
kayu unglen yang tahan air. Berbeda dengan rangka rumah yang terbuat dari kayu Seru. Kayu
ini cukup langka. Kayu ini sengaja tidak digunakan untuk bagian bawah Rumah Limas, sebab
kayu Seru dalam kebudayaannya dilarang untuk diinjak atau dilangkahi. Nilai-nilai budaya
Palembang juga dapat Anda rasakan dari ornamen ukiran pada pintu dan dindingnya. Selain
berbentuk limas, rumah tradisional Sumatera Selatan ini juga tampak seperti rumah
panggung dengan tiang-tiangnya yang dipancang hingga ke dalam tanah. Hal ini disebabkan
oleh kondisi geografis lingkungannya yang berada di daerah perairan.
NAMA : ABELIA MARETHA

KELAS : XI IPS 3

ALAT MUSIK PALEMBANG

Genggong ini merupakan salah satu alat musik tradisional yang dimiliki oleh
masyarakat Besemah Kota Pagaralam, sejenis alat musik tiup yang menghasilkan suara mirip
harmonika.

Alat musik ini terbuat dari bilah bambu, kayu, pelepah enau atau logam dan
dimainkan dengan cara dipegang ditangan kiri dan bagian sisinya ditempelkan ke bibir.
Selanjutnya dengan mainkan lidah getar yang ada pada genggong dengan tangan kanan maka
genggong akan menghasilkan bunyi. Sedangkan untuk mengubah nada-nada dalam melodi
genggong dilakukan dengan mengolah posisi rongga mulut yang juga berfungsi sebagai
resonator.
NAMA : TIARA CHANIAGO

KELAS : XI IPS 3

Sejarah Tarian Gending Sriwijaya

Sebagai daerah yang sangat kaya menyimpan koleksi sejarah masa lalu, Palembang juga
memiliki banyak ragam seni tari. Dari imajinasi dan khayalan terhadap zaman keraton Kerajaan
Sriwijaya pada abad VI SM, yang sangat tersohor dengan ekspansi wilayah dan pusat Agama Budha
sampai zaman keemasan kesultanan Palembang Darussalam. tahapan sejarah masa lalu itu sampai
kini memberikan banyak inspirasi bagi masyarakatnya. Salah satunya adalah tarian. Menurut Elly
Rudi, salah seorang koreografer (penata tari) di Palembang, yang terkenal dengan tari tradisi
Palembang adalah tari Gending Sriwijaya. Tari tersebut melukiskan kegembiraan gadis-gadis
Palembang saat menerima tamu yang diagungkan. Tepak yang berisi kapur, sirih, pinang, dan ramuan
lainnya dipersembahkan sebagai ungkapan rasa bahagia.“Tidak sebatas itu, tari Gending Sriwijaya
yang juga diiringi gamelan dan lagu yang berjudul sama juga merupakan sebuah ungkapan terhadap
indahnya kehidupan keraton,” katanya. Elly menambahkan, penciptaan tari Gending Sriwijaya
dilakukan jauh sesudah kehidupan Kerajaan Sriwijaya. Syairnya diciptakan oleh Nungtjik AR,
pencipta lagu oleh Dahlan Mahiba, dan penarinya adalah Sukainah Rozak. Sebagai sebuah gambaran,
bisa juga disebut sebagai imajinasi para pengarangnya. itu memang sangat menggambarkan
kehidupan waktu itu,” katanya. Sehingga banyak orang kemudian mengagumi tarian tersebut.
Bahkan, ketika menyebut tradisi Palembang, orang pasti akan menyebut tari Gending Sriwijaya,
lengkap dengan syair dan irama lagunya. dia juga mengatakan seiring perkembangan waktu, tari
tradisi Palembang pun mengalami pergeseran. Bukan perubahan tari secara fundamental, namun
para seniman semakin berani dan bisa berkreasi. Salah satunya adalah tari Kipas. Tari yang memiliki
dasar gerak dan pakem dari tari Batanghari Sembilan itu, memiliki kekhasan sendiri.
“Walau kreasi, tapi tidak lepas dari gerak tradisional tari Sumsel,” katanya. Masih menurut Elly, tari
Kipas yang disebut juga tari Lenggok Musi tersebut, diciptakan sebagai jawaban terhadap kondisi
kekinian, misalnya masalah politik dan ekonomi yang tidak menentu. “Orang sekarang suka bersaing
dan cepat sekali emosi,” katanya. Kipas, kemudian menjadi simbol penyejuk, sehingga bila
menontonnya, hati setiap orang akan luluh dan mampu memberikan kesan dan niat untuk mengubah
diri. Selain itu, Lenggok Musi menjadi perlambang indahnya Sungai Musi.Warna tradisi Palembang
menjadi ciri tak terpisahkan. Musik yang digunakan pun sangat khas, yaitu akordion, gamelan,
gendang melayu, gong, dan gitar tunggal. Bila dilihat dari sudut itu, siapa bilang tari tradisi
Palembang tidak bergerak dinamis.
NAMA : EKMA EKA DINATA

KELAS : XI IPS 3

Tari Tanggai adalah salah satu tari tradisional Indonesia yang berasal dari
budaya masyarakat Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. Tarian ini kerap
disajikan sebagai tari selamat datang atau tari penyambutan tamu. Dalam upacara
pernikahan masyarakat, hingga kini tari Tanggai masih kerap dipentaskan. Selain
itu, ketika ada pejabat negara yang datang dalam acara kedinasan, tari ini juga
kadang dipertunjukan sebagai bentuk penghormatan. Arus globalisasi yang dewasa
ini dikhawatirkan dapat menggerus nilai-nilai budaya lokal membuat para penggiat
budaya berusaha untuk melestarikan kembali tari-tari tradisional. Tak terkecuali
salah satunya adalah tari tanggai ini. Nah, bagi Anda yang kemudian juga tertarik
untuk melestarikan tarian khas Palembang tersebut, silakan pelajari dahulu sejarah
perkembangan, unsur-unsur, dan gerakannya pada artikel sederhana berikut ini.
Tari Tanggai Tak ada yang tahu persis bagaimana sejarah tari tanggai dimulai.
Namun, beberapa pendapat menyebutkan bahwa asal usul tarian ini bermula dari
sebuah tradisi atau ritual persembahan masyarakat Budha di Sumatera Selatan
kepada para dewa. Pengaruh budaya Tionghoa dalam tarian ini juga sangat kental
terasa mengingat pada masa silam kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Sumatera
Selatan merupakan pusat penyebaran agama Budha di Indonesia.

Вам также может понравиться