Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
B. PERIODONTOLOGI
1. Penyakit Periodontal
a. Etiologi
b. Klasifikasi dan Gambaran Klinis
2. Pemeriksaan Klinis
3. Diagnosis, DD, dan Prognosis
1
C. RADIOLOGI
1. Interpretasi gambaran radiograf Periodontitis Kronis
D. PLUNGER CUSP
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 FAAL
2.1.1 Periodontitis Kronis
a. Histopatologi
Perbedaan histology yang paling penting diantara gingivitis dan periodontitis
adalah resorpsi tulang, proliferasi apikal dan ulserasi epitel penghubung (poket) serta
kelanjutan kehilangan perlekatan jaringan ikat. Pada poket ditemukan bakteri gram (+),
gram (-), dan adheheren. 1
Perjalanan inflamasi dari gingiva ke struktur ke periodontal pendukung (atau
peralihan gingivitis menjadi periodontitis) diduga sebagai dimodifikasi oleh potensi
patogenesis plak, atau oleh daya tahan pejamu. Daya tahan pejamu yang dimaksud
mencakup aktivitas imunologis, dan mekanisme yang berkaitan dengan jaringan lainnnya
seperti derajat fibrosis gingiva, kemungknan juga lebar gingival cekat dan reaksi
fibrogenesis dan osteogenesis yang berlangsung disekitar lesi inflamasi. Suatu sistem fibrin-
fibrinolitik disebut-sebut sebagai berperan menghambat perluasan lesi. 2
b. Patogenensis
Ag
LPS
Cytokines
Other virulence Respon Metabolisme
Microbial
Mikroba factor imun- Pg jaringan ikat
challenge Ab inflamasi dan tulang Tanda klinis
PMNs MMPs penyakit
Lingkungan
dan faktor resiko didapat
Mikroba yang terdapat pada plak subgingiva menghasilkan suatu kenaikan respon
imun-inflami host dalam jaringan periodontal yang dikarakteristikkan oleh produksi
berlebih sitokin inflamatori (interleukin, faktor nekrosis tumor), prostaglandin (PGE2) dan
enzim-enzim meliputi matix metaloproteinases (MMPs). Mediator-mediator inflamasi ini
bertanggung jawab untk besarnya kerusakan jaringan periodonsium, terutama pada tanda-
tanda klinis dan gejala dari periodontitis. Proses ini dimodifikasi oleh oleh lingkungan
(merokok) dan faktor resiko yang didapat (penyakit sistemik) serta kerentanan genetik,
PMNs, dan LPS.3
3
c. Imunopatogenesis
Periodontitis kronis dikarakteristikan sebagai pengaktivan jalur alternative dari
komplemen, denganpembelahan atau perpecahan C3 dan C3B dalam gingival fluids. Hal ini
juga memungkinkan pecahnya produk-produk di GCF (Gingival Cravecular Fluid) akibat
aktivitas enzim bakteri P.gingivalis, misalnya memproduksi enzim yang mampu memecah
C5 menjadi bentuk metabolik aktifnya, C5A.
Aktifitas kolagenase dihubungkan dengan kerusakan aktif periodontal. MMP-8
meningkat, namun TIMP (TIMP-1) tidak. Kemampuan enzim mirip chymotrypsin
T.denticola untuk mengaktifkan MMPs sehingga akan memediasi perusakan jaringan.
Banyaknya kolagenase dikarenakan kolagenase MMP-8 neutrofil. Beberapa
mikroorganisme memodulasi sekresi kolagenase dari neutrofil. Fagositosis dari T.nukleatum
dan T.denticola menyebabkan pelepasan elastase dan MMP-8 dari neutrofil.3
d. Proses Penyembuhan
Proses penyembuhan secara umum adalah berupa penyingkiran debris, jaringan yang
mengalami degeneralisasi serta pergantian jaringan yang telah rusak.
Terdapat empat aspek penyembuhan periodontal:
1. Regenerasi
Regenerasi merupakan proses biologik dimana bentuk dan fungsi jaringan yang
hilang digantikan sama persis dengan sempurna. Misalnya pembentukan kembali
sementum, ligamen periodontal, dan tulang alveolar yang hilang.
2. Repair
Repair merupakan penyembuhan dengan pembentukan jaringan yang sebenarnya
tidak mengembalikan arsitektur dan fungsi aslinya. Misalnya pembentukan epitel
penghubung yang panjang (long junctionnal epithelium) setelah skelling dan root planning.
3. New atthachment
Perlekatan baru diartikan sebagai tertanamnya serabut ligamen periodontal yang
baru ke sementum yang baru dan perlekatan epitel gingiva ke permukaan gingiva gigi yang
tadinya tersingkap karena penyakit.4,5
4. Reattachment
Reattachment merupakan pertemuan kembali antara jaringa ikat dan akar yang
sbelumnya terpisahkan karena suatu insisi atau injuri, namun bukan karena penyakit.
Misalnya pembukaan sementara jaringan ikat gingival untuk akses ke karies akar.5
4
2.2 PERIODONTOLOGI
2.2.1 Penyakit Periodontal
a. Etiologi
Berdasarkan peranannya dalam menimbulkan penyakit, faktor-faktor etiologi dapat
diklasifikasikan atas:
I. Faktor etiologi primer
a. Plak dental/plak bakteri
Merupakan deposit lunak yang membentuk biofilm yang menumpuk ke permukaan
gigi atau permukaan keras lainnya di rongga mulut seperti restorasi lepasan dan cekat.
Pembentukan komunitas biofilm dimulai dengan interaksi bakteri dengan gigi, yang
kemudian dilanjutkan oleh interaksi fisikal dan fisiologis antara berbagai spesies yang
ada dalam massa mikrobial.
II. Faktor etiologi sekunder/faktor pendorong, yang mempengaruhi efek dari faktor etiologi
primer.
Berdasarkan keberadaannya faktor etiologi dibedakan atas :
1. Faktor etiologi lokal/faktor ekstrinsik.
a. Faktor anatomi
Morfologi akar gigi (bentuk dan ukuran)
Letak gigi di lengkung rahang
Jarak antara akar gigi
b. Faktor iatrogenik : kesalahan pada restorasi dan protesa, yang bisa berperan dalam
menyebabkan perusakan jaringan periodontal.
Tepi restorasi : tepi tumpatan yang mengemper (overhanging) turut berperan
dalam terjadinya perusakan periodontal karena, (1) merupakan lokasi yang ideal
bagi penumpukan plak; (2) mengubah keseimbangan ekologis sulkus gingiva kea
rah yang menguntungkan bagi organisme anaerob gram-negatif yang menjadi
penyebab penyakit periodontal.
Kontur restorasi : mahkota tiruan dan restorasi dengan kontur berlebih
(overcontoured) cenderung mempermudah penumpukan plak dan kemungkinan
juga mencegah mekanisme self-cleansing oleh pipi, bibir, dan lidah.
Oklusi : restorasi yang tidak sesuai dengan pola oklusal akan menyebabkan
disharmoni yang bisa mencederai jaringan periodontal pendukung.
Bahan restorasi : pada umumnya bahan restorasi tidaklah mencederai jaringan
periodontal, kecuali bahan akrilik self-curing. Yang terpenting adalah bahan
restorasi harus dipoles dengan baik agar tidak mudah ditumpuki plak.
Disain gigi tiruan sebagian lepasan : gigi tiruan sebagian lepasan mempermudah
penumpukan plak, terutama apabila disainnya menutup gingiva.
Prosedur kedokteran gigi : penggunaan klem rubber dam, cincin untuk matriks,
dan disc yang tidak baik bisa mencederai gingiva dengan akibat terjadinya
inflamasi. Separasi gigi yang terlalu memaksa dapat menimbulkan cedera pada
jaringan periodontal pendukung.
5
c. Kalkulus dental
Merupakan massa terkalsifikasi atau berkalsifikasi yang melekat ke permukaan
gigi asli maupun tiruan. Biasanya kalkulus terdiri dari plak bakteri yang telah
mengalami mineralisasi.
d. Perawatan ortodonti
Retensi plak
Iritasi dari cincin ortodonsi
Tekanan dari piranti ortodonsi
e. Impaksi makanan
Adalah terdesaknya makanan secara paksa ke periodonsium oleh tekanan oklusal.
Impaksi makanan bisa terjadi pada permukaan interproksimal atau pada permukaan
vestibular/oral. Kegagalan dalam mendeteksi dan menyingkirkan impaksi makanan
bisa menjadi sumber gagalnya perawatan periodontal.
h. Kebiasaan buruk
Bernafas dari mulut
Mendorong-dorong lidah
Penggunaan tembakau
Trauma sikat gigi dan alat pembersih lainnya
Kebiasaan parafungsi atau bruksim
Neurosis (menggigit bibir dan pipi)
kebiasaan berkaitan dengan okupasi (berkaitan dengan pekerjaan sehari-hari,
misalnya: memegang paku dengan menggigitnya)
i. Iritasi bahan kimia
Obat kumur yang terlalu kuat efeknya, tablet aspirin yang diletakkan pada kavitas
gigi yang sedang berdenyut, obat-obatan dengan efek membakar, dan kontak tidak
6
sengaja dengan bahan kimia seperti fenol dan perak nitrat bisa menimbulkan
inflamasi akut dengan ulserasi pada gingiva.
j. Radiasi
Efek radiasi khususnya dijumpai pada penderita kanker rongga mulut atau di sekitar
kepala dan leher yang mendapat perawatan dengan radiasi. Radiasi bisa menyebabkan
pembentukan eritema dan deskuamasi mukosa termasuk gingiva.
b. Penyakit endokrin
Gangguan hormonal dapat: (1) mempengaruhi jaringan periodonsium secara
langsung, sebagai manifestasi penyakit endokrin pada periodonsium; (2)
memodifikasi respon jaringan terhadap plak pada penyakit gingival dan periodontal;
dan (3) menimbulkan perubahan anatomis di rongga mulut yang mempermudah
penumpukan plak atau trauma karena oklusi.
Diabetes mellitus
Kehamilan
Kontrasepsi hormonal
c. Penyakit darah
Dua jenis penyakit darah yang sering dikaitkan dengan terjadinya penyakit
periodontal adalah :
Leukemia
Anemia
e. Gangguan psikosomatik
Ada dua cara gangguan psikosomatik mempengaruhi periodonsium dan jaringan
di rongga mulut lainnuya: (1) melalui timbulnya kebiasaan buruk yang dapat
mencederai jaringan periodonsium; atau (2) dengan efek langsung sistem saraf
otonom terhadap keseimbangan jaringan yang fisiologis.
7
f. AIDS/infeksi HIV
Infeksi HIV menyebabkan gangguan terutama terhadap sel-Th, disamping
terhadap monosit, makrofag dan beberapa sel lainnya. Meskipun limfosit B tidak
terpengaruh, namun akibat terganggunya fungsi limfosit T akan menyebabkan
deregulasi pada sel-B.
Penurunan sistem imunitas pada penderita yang terinfeksi HIV menyebabkan
peningkatan kerentanannya terhadap penyakit gingiva dan periodontal.
g. Obat-obatan
Beberapa jenis obat dengan efek kerja yang berbeda dapat menginduksi
hyperplasia gingiva non-inflamasi dengan gambaran klinis yang tidak dapat
dibedakan. Obat-obatan yang dimaksud adalah: (1) fenitoin atau dilantin, suatu
antikonvulsan yang digunakan dalam perawatan epilepsi; (2) siklosporin, suatu
imunosupresif yang biasa digunakan untuk mencegah reaksi tubuh pada
pencangkokan anggota tubuh; dan (3) nifedipin, diltiazem, dan verapamil, yaitu
penghambat kalsium yang digunakan untuk perawatan hipertensi.2
1. Periodontitis Kronis
Karakteristik yang biasa terjadi pada pasien dengan periodontitis kronis, yaitu:
- Rata-rata terjadi pada orang dewasa tetapi dapat juga terjadi pada anak-anak
- Kebanyakan kerusakan tetap dengan factor local
- Dihubungkan dengan pola microbial yang tidak tetap
- Sering kali ditemukan kalkulus subgingiva
- Bergerak lambat ke tahap sedang dengan kemungkinan bergerak lebih cepat
- Mungkin dimodifikasikan oleh:
Penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, infeksi, HIV
Faktor lokal yang memberi kecenderungan ke periodontitis
Faktor lingkungan seperti merokok, stress emosional
2. Periodontitis Agresif
Karakteristik yang biasa terjadi pada pasien dengan periodontitis agrasif, yaitu:
- Kebalikan klinis dari pasien yang sehat
- Kehilangan perlekatan yang lebih cepat dan kerusakan tulang
- Jumlah deposit microbial dengan tidak tetap dengan penyakit yang berat
8
- Agregrasi familial dari penyakit individu
Kondisi Generalis
- Biasanya mempengaruhi pasien umur 30 tahun (bisa lebih tua)
- Kehilangan perlekatan pada proksimal secara generalis mempengaruhi minimal 3
gigi M1 dan insisivus
- Kerusakan periodontal yang parah atau hebat
- Respon serum antibody yang kurang baik menginfeksi agen
c. Tidak spesifik
- Penyakit periodontal nekrotik :
Gingivitis ulseratif nekrotik
9
Periodontitis ulseratif nekrotik
- Abses periodonsium
Abses gingiva
Abses periodontal
Abses perikoronal
Trauma oklusal
1. Trauma oklusal primer
2. Trauma oklusal skunder3
10
- Adanya penumpukan plak supra gingiva dan subgingiva yang biasa di sertai dengan
pembentukan kalkulus
- Tanda- tanda inflamasi gingiva
- Pembentukan poket periodontal yang apabila terjadi resesi gingival bersamaan dengan
kehilangan perlekatan maka poket periodontal nya tetap dangkal
- Kehilangan dangkal
- Supuratif (bernanah)
- Pada pasien dengan OH buruk khas gingiva bisa terjadi pembengkakan ringan hingga
moderat dengan warna merah pucat
- Hilangnya stippling gingiva dan perubahan permukaan topography bisa meliputi margin
gingiva yang kasar dan pipih atau papila berkawah
- Perdarahan pada pemeriksaan poket menggunakan probe
- Perdarahan spontan
- Eksudat dari cairan sulkus dan supuratif dari poket
- Dapat di temukan kehilangan tulang vertikal dan horizontal.2
11
- Karies; meliputi pemeriksaan lokasi, jenis, dan luas karies.
- Perawatan Restoratif
- Kebiasaan; misalnya kebiasaan merokok ,menjulurkan lidah, dan lainnya.
- Kondisi pulpa gigi, khususnya yang mengalami kehilangan tulang yang hebat
- Kegoyangan gigi (tes mobilitas)
Pemeriksaan Oklusal
- Evaluasi kebisaan parafungsi yang dilakukan pasien
- Menentukan kontak sisi kerja
- Menentukan kontak sisi penyeimbang
- Menentukan kontak pada posisi protrusif
- Menentukan ekstrusi protrusif
- Memeriksa pergerakan gigi selama gerak mengunyah
- Menentukan hubungan gigi-geligi kontak terbuka yang tidak teratur tempat-
tempat impaksi makanan, permukaan oklusal yang kasar
Pemeriksaan Radiografi
Hal-hal yang dapat ditemukan dari gambaran radiografi :
- Morfologi dan panjang akar
- Perbandingan mahkota
- Perkiraan banyaknya kerusakan tulang
- Hubungan antara sinus maksilaris dengan kelainan bentuk jaringan periodontal
- Resorpsi tulang horizontal dan vertikan pada puncak tulang interproksimal
- Pelebaran ruang ligamen periodonsium di daerah mesial dan distal akar
- Keterlibatan furkasi tingkat lanjut
- Kelainan periapek
- Kalkulus
12
- Restorasi yang overhanging
- Fraktur akat
- Karies
- Resorpsi akar
Pemeriksaan deposit
Pemeriksaan materi yang terakumulasi pada permukaan gigi seperti
pemeriksaan plak dan kalkulus.
Sesuai keterangan yang diperoleh dari pemicu, rumusan pemerikasaan klinis pada kasus
ini adalah sebagai berikut:
1. Anamnesis
- Gigi belakang kiri bawah goyang dan tidak nyaman bila dipakai mengunyah, terasa
enak bila ditusuk-tusuk dengan tusuk gigi.
2. Pemeriksaan Subjektif
a. Riwayat Medis: -
b. Riwayat Dental: restorasi amalgam site 2 pada gigi 36
3. Pemeriksaan Objektif
a. Extra oral: baik.
b. Intra oral:
Periodontal
- Plak dan kalkulus (+)
- Poket rata-rat 3-5mm
- Gigi 36: pd 7mm, mob.02
Dental
- Gigi 36: restorasi amalgam site 2 overhanging
- Gigi 26: plunger cusp
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiografik
- Kerusakan tulang sampai ⅓ servikal gigi
- Penebalan ligamen periodontal
- Pada mesial gigi 36: kerusakan tulang sampai ⅓ tengah gigi.
13
Pada gigi 36, food impaksi karena restorasi over hanging dan plunger cusp pada gigi
26.
DD:
Periodontitis Aggressive
Prognosis:
Buruk, jika pasien tidak perduli dengan OH nya. Ada peningkatan mobilitas dan pasien
tidak kooperatif.
Evaluasi
2.3 RADIOLOGI
14
h. Penilaian anatomi
- Posisi sinus maksila, dalam hubungannya pada cacat periodonsium
- Gigi yang hilang, berlebih, impaksi, dan gigi yang menyinggung.
i. Penilaian patolologik
- Karies
- Lesi periapikal
- Resorpsi akar.7
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
15
Jabaran Pemicu:
Ny.Yulia 61 tahun dating dengan keluhan pada gigi belakang kiri bawah goyang dan
tidak nyaman bila dipakai mengunyah, terasa enak bila ditusuk-tusuk dengan tusuk gigi. Pad
apemeriksaan klinis poket rata-rata 3-5 mm. gambaran radiografi menunjukkan kerusakan
tulang sampai ⅓ servikal dan penebalan ligamen periodontal. Pada gigi 36 terdapat tamabalm
amalgam yang overhanging. Poket distal gigi 36 adalah 7 mm. Secara klinis gigi goyang 02.
Radiogram pada mesial gigi 36 terlihat kerusakan tulang ⅓ tengah gigi. Pada gigi 26 terdapat
plunger cusp. Pasien tidak menderita penyakit sistemik. OH sedang.
Pembahasan Pemicu:
Setelah dilakukuan pemerikasaan klinis yang mencakup anamnesis, pemeriksaan
subjektif, pemeriksaan objektif (extra oral dan intra oral), dan pemeriksaan radiograf sebagai
penunjuangnya, dapat ditegakkan diagnosisnya, yaitu periodontitis kronis generalisata yang
disebabkan oleh plak dan kalkulus, diperberat oleh pada gigi 36: food impaksi karena restorasi
over hanging dan plunger cusp pada gigi 26. Diagnosis bandingnya adalah periodontitis
aggressive, namun disangkal karena ternyata pasien tidak menderita penyakit sistemik dan
adanya perbandingan yang sesuai antara faktor etiologi dengan kerusakan jaringan yang terjadi.
Prognosisnya adalah buruk, jika pasien tidak perduli dengan kebersihan mulutnya ada
peningkatan mobilitas dan pasien tidak kooperatif.
Rencana perawatan yang disusun untuk kasus ini mencakup 3 fase terapi yang
dilakukan, yaitu Terapi Inisial (I), Terapi Bedah (II) dan terapi pemeliharaan (III). Terapi
Rekontruksi (IV) tidak diperlukan karena tidak ada kehilangan gigi atau kehilangan struktur
gigi yang luas yang mengaruskan untuk pembuatan restorasi (inlay, onlay, post core) atau gigi
tiruan. Terapi inisial terdiri dari DHE, fisioterapi oral, SRP, koreksi restorasi site 2 pada gigi
36, dan occlusal adjustment pada gigi 26. Terapi bedah yang dipertimbangkan adalah bedah
flap pada gigi 36, dan kuretase RA/RB jika tidak terjadi pendangkalan poket. Pasien diduga
masuk kelas B dengan interval kontrol berkalanya adalah 3-4 bulan.
DAFTAR PUSTAKA
16
2. Dhalimunthe, Saidina Hamzah. Periodonsia, Edisi Revisi. Medan: Departemen
Periodonsia FKG-USU. 2008. 87, 105-141, 1-32, 127-130
3. Newman, Takkei, Kokkleivold, Carranza. Clinical Periodontology, 10th Ed. Elsevier.
2006. 276-9, 242, 106-108
4. Fedi, Peter F., Arthur R.Vernino, John L.Grav. Silabus Periodonti, Edisi 4. Jakarta: EGC.
2003. 40, 50-61
5. Nield-Gehrig, Jill S. and Donald G.Willmann. Foundations of Periodontics for the Dental
Hygienist. Lippiniott Williams & Wilkins. 2003.292-3,
6. Iqbal Sandira: A simple Blog that Discuss My Various Interest: Periodontitis. Avaiable
online [URL] http://iqbalsandira.blogspot.com/2009/03/periodontitis.html. Post on 24
March 24th, 2009 at 9:23 am.
7. White, Stuart C. and Michael J.Pharoah. Oral Radiology: Principles and Interpretation,
6th Ed. Mosby Elsevier. 2009. 283.
8. Dan Holtzclaw . JIACD: The Journal of Implant and Advanced Clinical Dentistry: Local
Factors in Periodontal Disease. Avaible online [URL] www.jiacd.com/dentists-qa/local-
factor-periodontal-disease. Post on March 1st, 2009 at 01:15pm.
9. Thomson, Hamish. Oklusi edisi-2. Jakarta.EGC.2007. Hal.331
17