Вы находитесь на странице: 1из 5

Tonometer Aplanasi Goldmann

Tonometer adalah alat yang mengeksploitasi sifat fisik mata untuk mendapatkan
tekanan intra okular tanpa perlu mengkanulasi mata. Sifat fisik kornea normal memberi
batasan keakuratan tonometer untuk mengukur tekanan intra okular, dan sejumlah usaha
telah dilakukan untuk mendesign tonometer yang dapat diaplikasikan juga pada konjungtiva
atau pada kelopak mata.

Tonometer pertama yang paling praktis dan sederhana ditemukan oleh Maklakoff
pada tahun 1885. Ficks pada tahun 1888 menemukan tonometer sebagai pelopor tonometer
Goldman ( 1954 ), yang sekarang secara umum dipertimbangkan sebagai alat paling akurat
secara klinis, berdasarkan pertimbangan cermat area optimal kornea untuk dipipihkan dan
tekanan keluar yang disebabkan oleh elastisitas kornea serta meminimalisir gaya ke dalam
yang disebabkan oleh tekanan permukaan air mata. Tonometer Goldman versi pegangan
tangan dikenal dengan Draeger dan Perkins, instrument lanjutan ini cukup nyaman, dapat
dipergunakan pada posisi apapun, mudah dikalibrasi dan telah luas dipakai dalam klinis
ofthalmologi. Tonometer Perkins paling dapat diterima pasien dan bisa dipakai pada anak-
anak tanpa anestesi.

Kemudian ditemukan tonometer Schiotz yang tidak memerlukan zat pewarna tertentu
dan lebih cepat dalam penghitungan. Tonometer Bigliano ( Tonometer Durham, Tonometer
Applanatic) seperti yang dimodifikasi oleh Webb ( Pneumatonometer ) dengan
menggunakan aliran gas, piringan metalik pipih dan membrane fleksibel yang diaplikasikan
pada kornea.

Suatu peralatan yang meminimalisir efek penarikan air mata dan gaya lengkung
kornea adalah tonometer Mackay-Marg, dalam situasi dimana kornea cukup abnormal
peralatan ini dapat menyajikan hasil yang dapat dipercaya. Tonometer non kontak adalah
suatu tonometer yang mengukur tekanan intra okuler tanpa kontak langsung dengan kornea
dan tanpa anestesi.

Tonometer Aplanasi Goldmann


Merupakan alat untuk mengukur tekanan berdasarkan gaya ( jumlah tenaga yang

diberikan ) dibagi luas penampang kornea yang ditekan.


Secara prinsip diartikan sebagai alat pengukur

besarnya gaya yang dibutuhkan untuk memipihkan

kornea. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendapatkan

tekanan intra ocular dengan menghilangkan pengaruh

kekakuan sclera dengan mendatarkan permukaan

kornea.

Tekanan merupakan tenaga dibagi dengan luas yang ditekan. Untuk mengukur tekanan

mata harus diketahui luas penampang yang ditekan alat sampai kornea rata dan jumlah tenaga

yang diberikan. Pada tonometer Aplanasi Goldmann jumlah tekanan dibagi penampang dikali

10 dikonversi dalam mmHg tekanan bola mata. Dengan tonometer aplanasi tidak diperhatikan

kekakuan sclera karena pada tonometer ini pengembangan dalam mata 0.5 mm 3 sehingga

tidak terjadi pengembangan sclera yang berarti. Pada tonometer schiotz , pergerakan cairan

bola mata sebanyak 7-14 mm3 sehingga kekakuan sclera memegang peranan dalam

penghitungan tekanan bola mata

Alat :

 Slit lamp dengan sinar biru

 Tonometer Aplanasi

 Flouresein strip

 Obat anastesi local


Teknik:

1. Menjelaskan apa saja yang akan kita lakukan pada saat pemeriksaan

2. Permukaan depan prisma dibersihakan dengan air dan dikeringkan dengan tisu kering,
bahan yang mungkin meninggalkan residu tosik bagi retina harus dihindari

3. Slit lamp digeser sesuai dengan posisi yang nyaman bagi pemeriksa

4. Penyaring biru dimasukkan ke dalam jalur sinar slit lamp dan dibuka pada posisi yang
paling lebar dan harus cukup oblik dari sisi tepi iluminasi prisma sehingga tidak
menimbulkan refleksi yang mengganggu

5. Obat anestesi local ditetes pada kornea, berguna untuk keakuratan tonometri.

6. Diberikan zat pendar untuk mengamati batas meniscus kontak kornea dan tonometer,
zat pendar harus segera dibersihkan segera setelah tonometer

7. Slit lamp diatur sehingga pasien juga merasa nyaman.Pasien disuruh menatap lurus
kedepan dan menahan kedipan mata

8. Slit lamp digeser sepanjang aksis optikus untuk mencapai kornea, dengan menggeser
joystick ke belakang, keseluruhan alat bergerak kira-kira 2 mm sampai 3 mm anterior ke
arah kornea. Posisi awal harus lebih rendah dari aksis visual sehingga memungkinkan
untuk menyelipkan di bawah bulu kelopak mata tanpa menyentuhnya, bila perlu
kelopak mata diangkat sedikit lalu prisma diposisikan berada di tengah

9. Pemeriksa mulai melihat dari biomikroskop, citra yang direfleksikan dari ujung
tonometer bisa jadi penuntun. Citra yang tampak menyerupai busur berwarna ungu
pucat dan bergerak sebagaimana posisi disesuaikan. Bila busur tampak simetris dalam
dua pertengahan biprisma, instrument dalam posisi benar.

10. Joystick diarahkan kedepan dengan perlahan, tepat permukaan kornea tersentuh, tampak
dua busur berwarna terang dan arkus akan saling bertemu.
11. Bagi pemeriksa berpengalaman bila kornea keluar sedikit dari garis pelurusan bisa
disesuaikan tanpa harus menarik kembali tonometer. Cakra tombol tonometer harus
disesuaikan sehingga tepi bagian dalam arkus superior dan bagian dalam arkus inferior
saling bertemu dengan tepat

12. Bila salah satu semilingkaran terganggu, prosedur pemeriksaan harus diulang

13. Bila semilingkaran saling tumpang tindih dan ukuran tidak berubah saat tombol cakra
diubah, maka tonometer telah terlalu terdorong ke depan dan harus ditarik

14. Pasien harus dibiarkan mengedip sebelum prosedur ulang dilakukan

15. Dianjurkan pemeriksaan dilakukan pada kedua mata

16. Bila tonometri telah selesai dilakukan prisma dibersihkan dengan air dan diseka dengan
tissue bersih dan kering.
Penilaian :

Melalui biomikroskop terlihat gambaran dua semi lingkaran yang berukuran sama dimana
sisi dalam kedua semi lingkaran atas dan bawah saling bertemu dan sejajar.

Nilai yang terbaca pada tombol cakra tonometer dikalikan 10 untuk mendapatkan nilai dalam
mmHg.

Nilai : dengan tonometer Aplanasi, jika TIO > 20 mmHg sudah dianggap menderita
glaucoma.

Вам также может понравиться