MEMPUNYAI ANAK KELAINAN KONGENITAL DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN Devi Ardila*, Sri Eka Wahyuni ** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU **Dosen Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara Phone/Fax: 085261200709 E-mail: miyu_vi@yahoo.co.id Abstrak Kelahiran bayi dengan kelainan kongenital dapat menimbulkan berbagai permasalahan dalam keluarga terutama orangtua. Masalah yang sering terjadi berupa perasaan tertekan ataupun stres. Adapun cara yang dilakukan orangtua untuk mengatasi stres seperti berdoa dan bercerita dengan oranglain. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara spiritualitas dengan stres orangtua yang mempunyai anak dengan kelainan kongenital yang dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan dengan menggunakan desain deskripsi korelasi, pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling. Besar sampel yang didapat adalah 31 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang mencakup data demografi dan pernyataan mengenai spiritualitas dan stres orangtua. Pengumpulan data berlangsung mulai bulan April sampai Mei 2012. Hasil penelitian menunjukkan orangtua memiliki spiritualitas tinggi (83,9%) dan memiliki stres rendah (51,6%) dan terdapat hubungan antara spiritualitas dengan stres orangtua yang mempunyai anak dengan kelainan kongenital dengan kekuatan hubungan lemah dan berpola negatif (p=0,043, r= -0,366). Artinya semakin tinggi spiritualitas maka semakin rendah stres orangtua yang mempunyai anak dengan kelainan kongenital. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah untuk meneliti hubungan spiritualitas dengan stres orangtua yang mempunyai anak dengan kelainan kongenital dengan jumlah responden yang lebih banyak. Kata Kunci : Kelainan kongenital, spiritualitas, stres orangtua PENDAHULUAN Penyakit kelainan kongenital atau kelainan bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak lahir yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupunnon-genetik. Kelahiran bayi dengankelainan bawaan ini juga menimbulkanberbagai permasalahan dalam keluarga,meliputi perasaan tertekan malu, rasa bersalah, serta perhatian dan pembiayaan yang lebih besar daripada anak yang lahir normal (Effendi, 2006). Penyakit dan hospitalisasi merupakan pengalaman yang menyebabkan stres pada anak maupun orangtua (Bedell and Cleary, 2009). Stres dapat mengganggu pandangan umum seseorang terhadap hidup, sikap yang ditujukan pada orang yang disayangi, dan status kesehatan (Koenig, 2004). Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Caserta (2000) diketahui bahwa terdapat pengaruh stres orangtua terhadap kesehatan anak. Salah satu koping yang bisa dilakukan adalah berdoa, membaca kitab suci, dan bercerita. Aritonang (2008) menyebutkan bahwa keluarga yang anaknya menderita penyakit kronis menggunakan doa sebagai kopingnya dalam mengatasi stres. Selain itu, mereka juga optimis terhadap kesembuhan anak mereka dan terus mencari informasi tentang penyakit anaknya kepada petugas kesehatan maupun orang lain tentang penyakit anaknya dan bagaimana perawatannya. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga memiliki spiritualitas yang tinggi. Salah satu praktek spiritual adalah kepercayaan 49 pada Tuhan seperti melakukan kegiatan keagamaan, harapan dan mencari informasi (Gowry dan Ellen, 2010). Spiritualitas memiliki pengaruh yang baik untuk mengurangi stres dan hal tersebut mempunyai pengaruh terhadap kesehatan seseorang (Scoot, 2007). Berdasarkan fenomena tersebut maka peneliti tertarik untuk mengidentifikasi bagaimana hubungan antara spiritualitas dengan stres orangtua yang mempunyai anak dengan kelainan kongenital yang dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan. Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengidentifikasi tingkat spiritualitas orangtua, tingkat stres orangtua dan hubungan antara spiritualitas dengan stres orangtua METODE Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah orangtua yang memiliki anak dengan kelainan kongenital yang dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011 dengan populasi semua anak yang menderita kelainan kongenital yaitu 250 anak seperti kelainan jantung (89 anak), atresia ani (86 anak), hischprung (55 anak), celah bibir (7 anak), hidrocepalus (19 anak) yang dirawat di ruang Rindu B4. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik “accidental sampling”, dimana pengambilan sampel berdasarkan yang ditemui di lapangan dengan kriteria salah satu orangtua atau keduanya yang mempunyai anak dengan kelainan kongenital. Jumlah sampel pada penelitian ini yaitu 31 orang. Setelah seluruh data terkumpul, maka analisa data dilakukan melalui pegolahan data yang mencakup anatara lain kegiatan-kegiatan sebagai berikut: editing, tabulating, dan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi. Teknik analisa data yang digunakan adalah univariat dan bivariat. Analisa univarat digunakan untuk menganalisa data demografi, variabel independen (spiritualitas orangtua) dan variabel dependen (stres orangtua) dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara spiritualitas dengan stres orangtua yang mempunyai anak dengan kelainan kongenital dengan menggunakan uji statistik spearman. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil 1. Karakteristik Responden Orangtua yang mempunyai anak dengan kelainan kongenital yang dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan mayoritas berusia 31-40 tahun (45,2%). Mayoritas orangtua berjenis kelamin perempuan (58,1%). Suku orangtua yang terbanyak adalah Suku Batak (35,5%),dan agama yang dianut orangtua yaitu agama Islam (45,2%). kebanyakan pekerjaan orangtua adalah ibu rumah tangga sebanyak (35,5%). Mayoritas anak yang mengalami kelainan kongenital dalam kelompok usia 0-1 tahun (35,3%). Diagnosa kelainan kongenital yang terbanyak adalah kelainan jantung (70,6%). 2. Spiritualitas orangtua yang mempunyai anak dengan kelainan kongenital Mayoritas orangtua yang mempunyai anak dengan kelainan kongenital memiliki spiritualitas tinggi yaitu sebanyak 26 responden (83,9%) (Lihat Tabel 1). Tabel 1. Spiritualitas Orangtua yang Mempunyai Anak dengan Kelainan Kongenital yang Dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012 (n=31) Spiritualitas Orangtua Frekuensi Persentase (%) Spiritualitas tinggi 26 83,9 Spiritualitas sedang 5 16,150 3. Stres orangtua yang mempunyai anak dengan kelainan kongenital Stres yang dialami orangtua yang mempunyai anak dengan kelainan kongenital Sebagian besar mengalami stres rendah yaitu sebanyak 16 responden (51,6%) (Lihat tabel 2). Tabel 2. Stres orangtua yang mempunyai anak dengan kelainan kongenital yang dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012 (n=31) Stres orangtua Frekuensi Persentase (%) Stres tinggi 3 9,7 Stres sedang 12 38,7 Stres rendah 16 51,6 4. Hubungan antara spiritualitas dengan stres orangtua yang mempunyai anak dengan kelainan kongenital Berdasarkan hasil analisa statistik yang menggunakan uji korelasi Spearman diperoleh nilai p < 0,05 dan hasil kekuatan korelasi -0,336 yang artinya terdapat hubungan antara spiritualitas dengan stres, namun hubungan yang ditunjukkan lemah. Arah hubungan negatif berarti semakin tinggi spiritualitas seseorang maka akan semakin rendah juga stres yang dialami (Lihat tabel 3). Tabel 3. Hubungan antara Spiritualitas dengan Stres Orangtua yang Mempunyai Anak dengan Kelainan Kongenital yang Dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan Variabel r p value Spiritualitas -0,366 0,043* Stres *p < 0,05 Pembahasan Spiritualitas seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktorfaktor yang mempengaruhi adalah tahap perkembangan/usia, agama dan budaya (Taylor, Lillis dan le Mone, 2010). Tingkat spiritualitas pada orangtua yang mempunyai anak dengan kelainan kongenital dapat bervariasi karena faktorfaktor tersebut. Berdasarkan hasil penelitian responden yang mempunyai anak dengan kelainan kongenital mayoritas berusia pada rentang 31-40 tahun yaitu sebanyak 45,2%. Usia perkembangan dapat menentukan proses pemenuhan kebutuhan spiritual. Berdasarkan tahap perkembangan, individu yang telah dewasa diharapkan telah memiliki kematangan untuk berpikir rasional. Pada fase ini individu mulai bisa memahami dan mengintegrasikan elemen spiritual seperti simbolisasi, ritual, dan kepercayaan. Individu di fase ini juga menganggap bahwa semua orang termasuk dalam kelompok yang universal dan memiliki rasa kekeluargaan terhadap semua orang (Fowler, 2000). Selain usia, agama juga mempengaruhi spiritualitas seseorang. Dari data demografi dapat dilihat bahwa semua orangtua memiliki agama yang berarti percaya pada Tuhan dengan jumlah responden yang beragama Islam sebanyak 45,2% responden, Kristen Khatolik sebanyak 22,6% responden, dan Kristen Protestan sebanyak 32,3% responden. Agama sangat berpengaruh terhadap spiritualitas seseorang. Agama juga dapat menciptakan ketenangan batin bagi setiap individu (Clark, Drain, dan Malone, 2003). Makhija (2002) menyatakan bahwa keimanan atau keyakinan religius adalah sangat penting dalam kehidupan personal individu. Budaya juga mempengaruhi spiritualitas seseorang. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas orangtua yang mempunyai anak dengan kelainan kongenital adalah suku Batak sebanyak 35,5%. Berdasarkan asumsi peneliti suku Batak memiliki spiritualitas yang baik, karena berdasarkan observasi peneliti di RS terlihat bahwa orangtua yang mempunyai anak dengan kelainan 51 kongenital tetap melakukan ibadah, berdoa, memperthankan hubungan dengan orang lain seperti keluarganya. Hasil ini sesuai dengan pendapat Manurung (2008) budaya suku batak mempunyai sistem nilai budaya kekerabatan yaitu religi yang mencakup kehidupan agama yang mengatur hubungannya dengan Maha Pencipta serta hubungannya dengan manusia dan lingkungan. Stres yang dialami orangtua bervariasi yakni rendah, sedang dan berat pada orangtua yang mempunyai anak dengan kelainan kongenital. Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 53,1% orangtua mengalami stres ringan. Observasi dari peneliti menunujukkan para orangtua umumnya mempunyai koping yang baik dalam menangani stres sehingga mereka mengalami stres rendah. Mereka saling bercerita tentang kodisi anak mereka dengan keluarga dan orangtua lain yang memiliki anak dengan kondisi yang sama sehingga mereka menjadi lebih tenang. Selain itu, mayoritas orangtua pasrah atas keadaan anak mereka. Mereka menganggap bahwa segala sesuatu telah diatur oleh Tuhan. Mereka juga tidak terlalu memikirkan keadaan sakit anak mereka. Hal ini karena bila mereka sakit maka akan berpengaruh terhadap anak mereka. Sesuai dengan pendapat Hidayat (2009) stres dipengaruhi oleh tahap perkembangan/usia dan pengalaman masa lalu yaitu kemampuan beradaptasi/mekanisme koping yang baik karena adanya pengalaman dalam mengatasi stres. Selain itu faktor yang dapat mempengaruhi stres yaitu pekerjaan. Kamm (2005) menungkapkan bahwa pekerjaan yang baik dapat mengurangi terjadinya stres karena tersedianya dana yang cukup untuk pengobatan. Namun, dengan adanya asuransi, walaupun pekerjaan dengan penghasilan kurang dapat membantu dalam mengurangi kecemasan. Aini (2012) dalam penelitiannya yang berjudul koping ibu postpartum dengan kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah mengungkapkan 85% responden memiliki mekanisme koping adaptif sehingga mempunyai stres yang rendah. Koping yang dilakukan sebanyak 95% responden mendiskusikan masalahnya pada keluarga dan sebanyak 90% responden berdiskusi dengan keluarga untuk mencari cara untuk menyelesaikan masalah. Selain itu, terdapat pengaruh usia orangtua terhadap terjadinya stres. Mayoritas orangtua yang sedang merawat anak dengan kelainan kongenital pada saat penelitian berada pada rentang usia dewasa yaitu mayoritas berada pada rentang usia 31-49 tahun sebanyak 45,2%. Individu yang telah dewasa diharapkan telah memiliki kematangan untuk berpikir rasional. Hal ini sesuai dengan pernyataan Potter (2005) dimana seorang dewasa biasanya mempunyai identitas yang lebih stabil dan konsep diri berkembang lebih kuat sehingga individu lebih berpikiran positif terhadap stresor yang datang. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tuck, Alleyne, dan Thinganjana (2006) yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif dan signifikan yang artinya ada hubungan antara spiritualitas dengan stres. Didapatkan hasil terdapat penurunan yang signifikan dalam penurunan stres yang dirasakan dan peningkatan yang signifikan dalam kesejahteraan rohani. Scoot menyebutkan mereka yang lebih religius atau spiritual, dan menggunakan spiritualitas mereka untuk menghadapi masalah hidup, mengalami banyak manfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan. Spiritualitas dan kegiatan keagamaan telah menjadi sumber penghiburan dan bantuan dari stres bagi banyak orang (Scoot, 2007). Agama dan spiritualitas berkorelasi positif dengan mengatasi stress. Spiritualitas memberikan kekuatan dalam menjalani kehidupan. Menurut penelitian berdasarkan opini masyarakat, sebanyak 79% orang Amerika percaya bahwa keimanan memberikan bantuan dalam proses penyembuhan dan 56% percaya keimanan mereka telah membuat mereka 52 sembuh (Thoresen, 1999). Selain itu, menurut Hexem, dkk., (2011) kebanyakan orang tua dari anak yang menerima perawatan paliatif merasa bahwa spiritualitas adalah penting dalam membantu mereka mengatasi masa-masa sulit dan kebanyakan orangtua melaporkan berpartisipasi dalam komunitas agama formal. Perawatan paliatif merupakan pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga mereka menghadapi masalah yang terkait dengan penyakit yang mengancam jiwa, melalui pencegahan dan menghilangkan penderitaan melalui identifikasi awal dan penilaian sempurna dan pengobatan rasa sakit dan masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual (WHO, 1998). Menurut Hexem dkk. (2011), doa dan membaca kitab suci adalah praktek rohani yang penting. Dari partisipasi dan praktek keagamaan, orang tua merasa mereka mendapat dukungan dari kedua komunitas rohani dan dari Tuhan, kedamaian dan kenyamanan, dan bimbingan moral. Keyakinan dan praktik agama telah dikaitkan dengan fungsi kekebalan yang lebih baik, angka kematian lebih rendah dari kanker, insiden penyakit jantung yang lebih rendah, tekanan darah dan kadar kolesterol, perilaku kesehatan yang lebih baik (misalnya, meningkatkan tingkat latihan), dan kepatuhan yang lebih besar dengan pengobatan medis (Koenig, 2004). Banyak orang Amerika, tanpa memandang status kesehatan mereka, mengandalkan keyakinan agama mereka dan spiritual untuk mengatasi stres dalam peristiwa kehidupan (Graham et al., 2001; Levin, 1994). Sebuah hubungan dengan Tuhan menciptakan kekuatan perasaan seseorang dalam mengahdapi situasi yang sulit (Pargament & Park, 1995). Komitmen agama dapat meningkatkan pengendalian stres dengan mekanisme koping yang lebih baik, dukungan sosial yang lebih banyak, dan kekuatan nilai-nilai pribadi. Pasien yang memanfaatkan spiritual dan kepercayaan mereka dalam menghadapi penyakit, nyeri, dan tekanan hidup menunjukkan bahwa mereka yang spiritual cenderung memiliki pandangan yang lebih positif dan kualitas hidup yang lebih baik (Puchalski, 2001). SIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian menunujukkan bahwa terdapat hubungan antara spiritualitas dengan stres. Oleh sebab itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi dan pengetahuan, selain itu perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang lebih komprehensif dengan memenuhi kebutuhan spiritual pasien dan keluarga. perawat juga diharapkan untuk mengidentifikasi stres keluarga yang merawat anggota keluarganya yang sakit sehingga tujuan dari pengobatan dapat tercapai dan perawat juga dapat membentuk kelompok perkumpulan bagi orangtua yang mempunyai anak dengan kelainan kongenital sehingga orangtua dapat saling berdiskusi tentang keadaan mereka. DAFTAR PUSTAKA Aini, Faturahmi.(2012). Skripsi Koping Ibu Post Partum Dengan Kelahiran Bayi Berat Badan Lahir Rendah Di RSUP H. Adam Malik Medan. Fakultas Keperaawatan USU. Dibuka pada tanggal 2 Juli 2012 di http://www.repository.usu.ac.id Aritonang, Mika V. (2008). Skripsi, Pengalaman Keluarga dengan anak yang Menderita Penyakit Kronis. Tidak Dipublikasikan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Bedell S dan Cleary P. (2009). The Kindly Stress Of Hospitalization Diambil tanggal 10/07/2012 dari http://www.jofamericanscience.co m Clark, P. Alexander, M.P.A.Drain, Maxwell M.A., Malone, Mary P. M.S., J.D. (2003). Addressing Patients’ Emotional and Spiritual Needs. Joint Commission Journal 53 on Quality and Safety :659-70 diambil dari http://www.permanente.net/kaiser /pdf/51472.pdf Efendi.(2008) . Buku Ajar Neonatologi, Edisi Pertama. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. Fowler, J. W. (2000).Stages of Faith: The Psychology of Human Development and the Quest for Meaning. New York : Harper Collins. Diambil tanggal 7 Juli 2012 dari http://books.google.co.id/books/abo ut/Stages_of_Faith.html?id=KblliT 86U4wC&redir_esc=y Graham, S., et al. (2001). Religion and spirituality in coping with stress. Counseling and Values. Diambil tanggal 2 Juli 2012 dari http://www.jhn.sagepub.com Hidayat, A. Aziz Alimul. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Kamm, H. Debbie.(2005). Receiving a Child Diagnosis of Complex CHD : Parents’ Perspective and Communication Tools. Diambil tanggal 6 Juli 2012 dari http://www.CongenitalCardiology Today.com Koenig, HG.(2004).Religion, Spirituality, and Medicine: Research Findings and Implications for Clinical Practice. Diambil tanggal 2 Juli 2012 dari http://www.gvsu.edu.com Pargament, K. I., & Park, C. L. (1995). Merely a defence? The variety of religious means and ends.Diambil tanggal 5 Juli 2012 dari http://www.onlinelibrary.wiley.co m Potter, A. Patricia dan Perry G. Anne. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan-Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta : EGC. Puchalski, M.(2001). Palliative Care Nursing:The role of spirituality in health care. Diambil tanggal 5 Juli 2012 dari http:// www.ncbi.nlm.nih.gov journal Scott, Elizabeth.(2007). Spirituality and Mental Health: Benefits of Spirituality. Diambil tanggal 12 Juli 2012 dari http://www.about.com Taylor, C., Lillis, C., & Le Mone,P. (2010). Fundamental of nuring: The art and science of nursing care. Edisi ketujuh. Philadelphia: J.B. Lippincott Company. Diambil tanggal 10 Juni 2012 dari http://books.google.co.id Thoresen, C. E. (1999). Spirituality and health: Is there a relationship? Diambi tanggal 3 Juli 2012 dari http://www.JHP.com Tuck, inez, Alleyne, Renee dan Thinganjana, Wantana.(2006). Spirituality and stress management in Healty Adults. Diambil tanggal 2 Juli 2012 dati http:www//jhn.sagepub.com