Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
STATUS PASIEN
b. Regio:
Plak Eritematosa, Irreguler, p= l=2 , Soliter,sirkumpskrip,
Pada permukaan terdapat Skuoma putih, kasar, selapis,
terdapat likenifikasi; sebagian di antaranya terdapat erosi,
multipel, ireguler.
c. Regio :
Plak Eritematosa, Irreguler, p=3cm l=1cm, Soliter,
sirkumskrip, Pada permukaan terdapat Skuoma halus,
putih, selapis, terdapat likenifikasi, sebagian di antaranya
terdapat erosi, multipel, ireguler.
d. Regio :
Plak Eritematosa, Anular, Numular, Soliter, sirkumskrip,
Pada permukaan terdapat Skuoma tebal, putih, selapis,
terdapat likenifikasi, sebagian di antaranya terdapat
erosi,eksoriasi, multipel, ireguler. Daerah Sekitar tidak ada
kelainan
e. Region
Plak Eritematosa, Irreguler, u=1,5-2cm, 3 lesi,
sirkumskrip, Pada permukaan terdapat Skuoma tebal,
putih, kasar, selapis, terdapat likenifikasi, sebagian di
antaranya terdapat erosi,eksoriasi,lenticular, multipel,.
Daerah Sekitar tidak ada kelainan
2. Palpasi :
3. Auskultasi : tidak dilakukan
B. Status Venerelogi
1. Inspeksi : tidak dilakukan pemeriksaan
o Inspekulo : tidak dilakukan pemeriksaan
2. Palpasi : tidak dilakukan pemeriksaan
2.6 DIAGNOSIS
2.7 TERAPI
1. Non Medikamentosa
a. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya.
b. Mencegah garukan dan gosokan pada daerah yang gatal
c. Istirahat yang cukup
d. Hindari stres psikologis
e. Menjaga kebersihan kulit dengan mandi
2. Medikamentosa
Sistemik:
Antihistamin Loratadine 10 mg tablet 1x1
Topikal:
Nerilon 15 gr cream
2.8 PROGNOSIS
- Quo ad Vitam : Dubia ad Bonam
- Quo ad Fungtionam : Dubia ad Bonam
- Quo ad Sanationam : Dubia ad Bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Liken simpleks kronik atau yang dikenal juga sebagai neurodermatitis
sirkumskripta adalah peradangan kronis yang terjadi pada kulit, gatal, sirkumsripta,
dan khas yang ditandai dengan adanya likenifikasi. (2,6) Likenifikasi timbul sebagai
respon dari kulit akibat gosokan dan garukan yang berulang-ulang dalam waktu
yang cukup lama, atau kebiasaan menggaruk pada satu area tertentu pada kulit
sehingga garis kulit tampak lebih menonjol seperti batang kayu. (2) Tempat biasa
yang terkena adalah kulit kepala, tengkuk dari leher, sisi leher, paha atas, vulva,
pubis atau skrotum, dan pergelangan kaki (6)
Epidemiologi
Liken simpleks kronik jarang terjadi pada anak. Insiden puncak adalah
antara 30 dan 50 tahun, tempat yang biasa terkena adalah pada kulit kepala,
tengkuk leher, sisi-sisi leher, paha, vulva, pubis atau skrotum, kaki bagian bawah
dan pergelangan kaki. Prevelensi tertinggi pada daerah Asia dan Amerika. Liken
simpleks kronik lebih banyak terjadi pada wanita dibanding laki–laki. (5,7) Pasien
dengan riwayat dermatitis atopik akan lebih cepat terkena liken simpleks kronik
pada usia 19 tahun. Pada pasien dengan gejala pruritus tanpa adanya riwayat atopik
resiko terkena liken simpleks kronik pada umur 48 tahun. (5)
Etiologi
Penyebab liken simpleks kronik hingga saat ini belum diketahui secara
pasti. Namun ada berbagai faktor yang mendorong terjadinya rasa gatal pada
penyakit ini, faktor penyebab dari liken simpleks kronik dapat dibagi menjadi dua,
yaitu faktor eksterna dan faktor interna. Faktor eksterna meliputi lingkungan yang
panas dan udara yang kering. Suhu yang tinggi memudahkan seseorang berkeringat
sehingga dapat mencetuskan gatal, hal ini biasanya menyebabkan liken simpleks
kronis pada daerah anogenital. Sedangkan faktor interna meliputi adanya riwayat
dermatitis atopi dan psikologis. Pada faktor psikologis terutama ansietas telah
dilaporkan memiliki prevalensi tertinggi mengakibatkan liken simpleks kronik. (2)
Liken simpleks kronik disebabkan oleh garukan dan gosokan akibat dari gatal.
(5)
Sebagai akibat dari iritasi menahun akan terjadi penebalan kulit. Kulit yang
menebal ini menimbulkan rasa gatal, sehingga merangsang pergarukan yang akan
semakin mempertebal kulit. Penyakit ini menimbulkan warna kecoklatan pada
daerah yang terkena. Penyakit ini biasanya berhubungan dengan dermatitis atopik,
psoriasis serta kecemasan, depresi ataupun gangguan psikis lainnya. (4)
Patofisiologi
Stimulus untuk perkembangan liken simpleks kronis adalah pruritus. Pruritus
sebagai dasar dari gangguan kesehatan dapat berhubungan dengan gangguan kulit,
proliferasi dari nervus, dan tekanan emosional. Pruritus yang memegang peranan
penting dapat dibagi dalam dua kategori besar, yaitu pruritus tanpa lesi dan pruritus
dengan lesi. Pasien dengan liken simpleks kronis mempunyai gangguan metabolik
atau gangguan hematologik. Pruritus tanpa kelainan kulit dapat ditemukan pada
penyakit sistemik, misalnya gagal ginjal kronik, obstruksi kelenjar biliaris,
Hodgkins lymphoma, polisitemia rubra vera, hipertiroidisme, gluten-sensitive
enteropathy, dan infeksi imunodefisiensi. Pruritus yang disebabkan oleh kelainan
kulit yang terpenting adalah dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi, dermatitis
statis, dan gigitan serangga. (2)
Pada pasien yang memiliki faktor predisposisi, garukan kronik dapat
menimbulkan likenifikasi. Jika tidak diketahui penyebab yang nyata dari garukan,
maka disebut liken simpleks kronis. Adanya garukan yang terus-menerus diduga
karena adanya pelepasan mediator dan aktivitas enzim proteolitik. Walaupun
sejumlah peneliti melaporkan bahwa garukan dan gosokan timbul karena respon
dari adanya stress. Adanya sejumlah saraf mengandung immunoreaktif CGRP
(Calsitonin Gene-Related Peptida) dan SP (Substance Peptida) meningkat pada
dermis. Hal ini ditemukan pada prurigo nodularis, tetapi tidak pada liken simpleks
kronik. Sejumlah saraf menunjukkan imunoreaktif somatostatin, peptide histidine,
isoleucin, galanin, dan neuropeptida Y, dimana sama pada liken simpleks kronik,
prurigo nodularis dan kulit normal. Hal tersebut menimbulkan pemikiran bahwa
proliferasi nervus akibat dari trauma mekanik, seperti garukan dan goresan. SP dan
CGRP melepaskan histamin dari sel mast, dimana akan lebih menambah rasa gatal.
Membran sel schwann dan sel perineurium menunjukkan peningkatan dan p75
nervus growth factor, yang kemungkinan terjadi akibat dari hiperplasia neural.
Pada papilla dermis dan dibawah dermis alpha-MSH (Melanosit Stimulating
Hormon) ditemukan dalam sel endotel kapiler. (4)
Gatal
Gatal dipicu oleh berbagai rangsang, yaitu seperti goresan ringan, getaran
dan pakaian sintetis. Hal ini merangsang pelepasan substansi P. Substansi P
mengaktifkan sel mast yang ada di kulit. Sel mast melepaskan histamin yang
menyebabkan gatal dan zat lain seperti tumor necrosis factor α (TNF α) dan triptase.
Pruritogen adalah stimulasi mekanis yang menimbulkan serangkaian peristiwa
yang menimbulkan rasa gatal. Faktor eksogen dan endogen dilepaskan oleh sel
imun, sel epitel dan sel endotel, menginduksi aktifasi jalur sinyal dari perifer
melalui akar ganglia dorsal dan medulla spinalis ke sistem saraf pusat. Aktifasi area
spesifik di SSP (nukleus, thalamus ventromedial) menghasilkan persepsi gatal dan
memunculkan respon menggaruk. Dengan mekanisme refleks akson langsung,
ujung saraf sensorik melepaskan neuron peptid yang akan memperberat respon
gatal dengan menstimulasi pelepasan mediator pruritogen dari sel mast, sel endotel
dan sel epitel. Disini kortisol berlebihan selama waktu yang lama akibat stress
menahun dapat mengacaukan regulasi sistem imun yang sangat ruwet. (4)
Gambaran Klinis
Gejala utama liken simpleks kronik sering didapatkan pada bagian
proksimal tubuh. Bagian ekstremitas bawah menjadi daerah yang paling sering
pada liken simpleks kronik dan gejala rasa gatal yang dirasakan biasanya terjadi
pada malam hari. Keadaan ini membuat penderita menggaruk bagian yang gatal
secara terus menerus sehingga mengakibatkan terbentuknya likenifikasi. Liken
simpleks kronis sering ditemukan pada daerah yang mudah dijangkau tangan untuk
menggaruk. Area predileksi antara lain pada daerah tengkuk, sisi leher, tungkai
bawah, pergelangan kaki, punggung kaki, kulit kepala, paha bagian medial, lengan
bagian ekstensor, skrotum dan vulva. (2)
Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis ditanyakan riwayat gatal pada pasien. Riwayat gatal yang
parah merupakan ciri dari liken simpleks kronis. Gatal pada liken simpleks kronik
dapat berkala, terus menerus, ataupun tidak menentu. Parahnya gatal dapat
diperburuk oleh keringat, panas dan iritasi pakaian. Gatal juga dapat diperburuk
pada saat penderitaan psikologis. (4,5)
Lesi awal sebelum terjadinya likenifikasi, riwayat alergi dan kebiasaan
sosial penting ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan penyebab yang
mendasari penyakit. (5)
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dijumpai lesi tunggal namun dapat juga lebih
dengan daerah predileksi pada tengkuk, leher bagian lateral, lengan dan tungkai
bagian bawah ekstensor, paha medial, genitalia (vulva, skrotum). (7)
Lesi awal berupa papul-papul eritem konfluen yang selanjutnya karena
garukan berulang membentuk plak hiperpigmentasi disertai likenifikasi dan sering
terdapat ekskoriasi dengan skuama yang minimal. Bentuk lesi biasanya bulat,
lonjong atau linier sesuai pola garukan (3)
4. Pemeriksaan Laboratorium
Dasar gejala neurodermatitis sirkumskripta ialah pruritus. Pruritus
terjadi bisa berasal dari reaksi alergi pasien atau reaksi penyakit yang
mendasarinya (gangguan metabolisme atau gangguan hematologi).
Untuk mengobati neurodermatitis sirkumskripta kita juga harus
mengetahui penyakit dasar yang menyebabkan terjadinya pruritus.
Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk mengetahui penyakit
dasarnya. Dalam pemeriksaan laboratorium bisa dilakukan pemeriksaan
hitung darah lengkap, pemeriksaan hitung jenis, pemeriksaan fungsi hati,
pemeriksaan fungsi ginjal, dan pemeriksaan gula darah.
Gangguan metabolisme yang sering menyebabkan pruritus,
contohnya ialah diabetes mellitus. Pada pasien diabetes mellitus yang
lanjut, pasien akan mengalami neuropati. Neuropati menyebabkan pasien
kurang sensitif terhadap infeksi dan allergen dari luar. Sehingga pasien
akan terkena allergen secara berulang tanpa disadari. Semakin sering
pasien terkena allergen, semakin sering pasien mengeluh gatal maka
akan semakin mudah pasien mengalami neurodermatitis sirkumskripta.
Pada pemeriksaan hitung jenis, kita juga bisa memeriksa kadar eosinofil
pasien, terutama pasien yang memiliki riwayat alergi.
C. Histopatologi
(Diunduh dari:
http://missinglink.ucsf.edu/lm/dermatologyglossary/lichen_simplex_chronicus.html).
5. Diagnosis
Diagnosis neurodermatitis sirkumskripta ditegakkan berdasarkan
anamnesa pasien mengenai riwayat dan perjalanan penyakitnya dan gambaran
lesi dari kulitnya yang khas. Perlunya pemeriksaan lanjut digunakan untuk
membedakan diagnosis yang memiliki kesamaan dalam morfologi maupun
efloresensinya. Dari anamnesis, keluhan utama dari pasien biasanya ialah
gatal-gatal pada kulit lokal yang terjadi sudah lama. Bisa disertai dengan
riwayat alergi ataupun riwayat penyakit yang mendasarinya (diabetes mellitus)
atau tidak. Dari pemeriksaan efloresensi bisa terlihat gambaran likenifikasi
berupa penebalan kulit dengan garis-garis kulit yang semakin terlihat, terlihat
plak dengan ekskoriasi serta sedikit eritematosa (memerah) dan edema. Pada
lesi yang sudah lama, lesi akan tampak berskuama pada bagian tengahnya,
terjadi hiperpigmentasi (warna kulit yang digaruk berubah menjadi kehitaman)
pada bagian lesi yang gatal, bagian eritema dan edema akan menghilang.1
Diagnosis Banding
Kondisi kulit dengan tampilan yang mirip dengan liken simpleks kronik
adalah sebagai berikut:
1. Psoriasis
Psoriasis merupakan penyakit kulit residif dengan lesi yang khas berupa
bercak- bercak eritema berbatas tegas, ditutupi oleh skuama tebal berlapis- lapis
berwarna putih mengkilat.(10)
Lokalisasi psoriasis yaitu pada siku, lutut, kulit kepala, punggung, tungkai
atas dan bawah, kuku, telapak tangan dan telapak kaki.(10)
Efloresensi: Makula eritemstosa yang besarnya bervariasi dari miliar
sampai numular dengan gambaran yang beraneka ragam, dapat arsinar, sirsinar,
polisiklis atau geografis. Makula ini berbatas tegas, ditutupi oleh skuama kasar
berwarna putih mengkilat. Jika skuama digores dengan benda tajam menunjukkan
tanda tetesan lilin. Jika penggoresan diteruskan maka timbul tanda Auspitz dengan
bintik- bintik darah. Dapat pula menunjukkan fenomena Koebner atau reaksi
isomorfik, yaitu timbul lesi- lesi psoriasis pada bekas garukan. (10)
2. Dermatitis Atopik
Merupakan dermatitis yang timbul pada individu dengan riwayat atopi pada
dirinya sendiri ataupun keluarganya, yaitu riwayat asma bronkial, rinitis alergi dan
reaksi alergi terhadap serbuk- serbuk tanaman.(10)
Lokalisasi pada dewasa: tengkuk, lipat siku, lipat lipat lutut, punggung,
kaki. Efloresensi: pada bentuk dewasa: biasanya hiperpigmentasi, kering dan
likenifikasi.(10)
Gambar 2.7 Gambaran klinis pada
pasien dengan dermatitis atopik. (7)
3. Liken Planus
Merupakan penyakit peradangan kronis pada kulit, membran mukosa, kuku
dan rambut. Predileksi pada ekstremitas, khususnya tulang kering dan sendi
interfalangeal
Prognosis
Prognosis pada penderita liken simpleks kronik adalah baik karena penyakit
dapat sembuh dengan pengobatan yang teratur dan menghindari garukan dan faktor
(7)
yang memperberat gatal. Kekambuhan dapat terjadi jika dalam keadaan
emosional atau stress. (5)
ANALISA KASUS
Telah diperiksa seorang wanita berusia 51 tahun di RSUD Raden Mattaher Jambi
dengan bercak kemerahan yang menebal disertai rasa sangat gatal pada punggung
tangan ,lutut kanan dan punggung kaki kiri sejak 10 tahun yang lalu dan memberat
1 tahun terakhir. Pada pemeriksaan fisik
Pada pasien ini diagnosis ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Dari anamnesis didapatkan pasien mengeluhkan kulit terasa menebal dan disertai
gatal pada pergelangan kaki. Pada awalnya muncul bintik-bintik kecil berwarna
merah dan berisi cairan, namun lama-lama akibat garukan lesi semakin banyak dan
meluas. Gatal yang dirasakan sangat hebat sehingga mengganggu tidur. Pasien juga
mengeluhkan lesi terasa perih dan panas setelah digaruk.
Berdasarkan teori, pada liken simpleks kronik lesi awal berupa papul-papul
eritem konfluen yang selanjutnya karena garukan berulang membentuk plak
hiperpigmentasi disertai likenifikasi dan sering terdapat ekskoriasi dengan skuama
yang minimal. Bentuk lesi biasanya bulat, lonjong atau linier sesuai pola garukan.
(3)
Gejala gatal pada pasien dapat diakibatkan oleh proses imunologik. Pada proses
imonologik sel mast berperan penting dalam timbulnya rasa gatal dan tersebar
diseluruh bagian tubuh. Pada setiap pasien memiliki penyebaran sel mast yang
bervariasi didalam tubuh dan biasanya terdapat jumlah sel mast terbanyak pada
bagian ektremitas. Hal ini dapat kita kaitkan dengan predileksi liken simpleks
kronik tersering pada bagian ektremitas. (14)
Pada kasus ini dari data yang didapatkan pasien merupakan seorang wanita
dengan usia 51 tahun dan bekerja sebagai cleaning service dipuskesmas dan telah
mengeluhkan seperti ini selama lebih kurang 10 tahun yang lalu.
Insiden liken simpleks kronis berlangsung secara kronis dan secara
epidemiologi lebih banyak menyerang kelompok dewasa yang berusia antara 30-
50 tahun. Namun pasien yang memiliki riwayat dermatitis atopik dapat menderita
liken simpleks kronik pada onset yang lebih muda yaitu rata-rata 19 tahun. Selain
itu, liken simpleks kronik terjadi lebih sering pada wanita dibanding laki-laki
dengan insidensi lebih banyak pada kelompok ras Asia dan kelompok ras Amerika.
(2)
Pada pasien diberikan terapi sistemik berupa antihistamin oral yaitu Cetirizin
tablet 10 mg 2x1 dan methylprednison 8 mg 3x1.
Cetirizin adalah metabolik karboksilat dari antihistamin generasi pertama
hidroksizin, dimana mekanisme kerja nya yaitu menghambat fungsi eosinophil,
pelepasan histamin dan prostaglandin D2. Cetirizine diberikan sebagai antihistamin
yang dapat mengurangi rasa gatal pada pasien sehingga resiko untuk timbulnya
ekskoriasi karena garukan berkurang, dan resiko infeksi juga berkurang.
Kortikosteroid mempunyai efek anti inflamasi spektrum luas, melalui inhibisi
mediator inflamasi dan sel inflamasi serta sel struktural (sel epitel, endotel otot
polos saluran napas dan kelenjar mukus), sehingga berdampak pada berkurangnya
infiltrat atau aktivasi inflamasi, stabilisasi kebocoran vaskular, penururunan
produksi mukus dan peningkatan respon ß adrenergik. (17)
Pasien juga diberikan obat topikal (asam salisilat 5% + vaselin album 60 gr
+ Desoximetasone) dioles pada lesi pagi hari. Asam salisilat dalam terapi topikal
yang mempunyai efek sebagai keratolitik dan desmolitik. Efek desmolitik asam
salisilat terbukti meningkatkan penetrasi kortikosteroid topikal. Clobetasol
propionate merupakan glukokortikoid golongan potensi sangat tinggi.(17)
Pasien rajin kontrol ke poli kulit dan kelamin, telah mendapatkan terapi
selama 5 tahun dengan keluhan yang hilang timbul, saat ini keluhan yang dirasakan
pasien sudah berkurang seperti penebalan pada kulit sudah menipis dan kulit tidak
kering lagi.