Вы находитесь на странице: 1из 5

ifat dan sikap membangun suatu tatanan masyarakat yang demokratis dan

berkeadilan

Untuk membangun suatu tatanan masyarakat yang demokratis dan berkeadilan, maka setiap
warga Negara harus memiliki karakter atau jiwa yang demokratis, antara lain :

A. Rasa Hormat dan Tanggung Jawab

‘Yang muda harus menghormati yang tua’, mungkin kata-kata ini sering kita dengar sejak kita
menginjakan kaki di SD bahkan sejak kita TK, kita sudah sering mendengarkan istilah ini.
Namun jarang dari kita yang tidak paham akan makna dari kata ‘hormat’ itu sendiri. Menurut
kamus besar bahasa Indonesia, Hormat adalah menghargai (takzim, khidmat, sopan) atau
perbuatan yang menandakan rasa takzim atau khidmat (seperti menyembah, menunduk). Dan
rasa, menurut kamus bahasa Indonesia adalah tanggapan hati terhadap sesuatu. Apabila
digabungkan kedua definisi ini, Rasa Hormat adalah tanggapan hati terhadap sesuatu perbuatan
yang menandakan rasa takzim atau khidmat.Namun definisi dari ‘rasa hormat’ ini hanya sebatas
dalam kata-kata saja dan pada kenyataannya rasa hormat mempunyai arti kata yang lebih dari
sebuah tanggapan hati.
Rasa hormat harus dimiliki oleh setiap individu sebab tanpa rasa hormat tidak akan ada rasa
saling menghargai dan saling memiliki antar setiap individu. Karena rasa saling menghargai dan
rasa saling memiliki itu timbul setelah rasa hormat.Agar sebuah tatanan masyarakat yang
demokratis dapat dibangun maka rasa hormat ini adalah modal awal yang harus dimiliki oleh
setiap warga Negara Indonesia sebab tanpa adanya rasa hormat sebuah tatanan masyarakat
yangdemokratis tidak dapat berdiri.
Selain rasa hormat, dalam membangun tatanan masyarakat yang demokratis kita sebagai warga
Negara Indonesia wajib untuk memiliki rasa tanggung jawab. Setiap orang tua bertanggung
jawab terhadap setiap anggota keluarganya, setiap ketua bertanggung jawab terhadap apa yang
yang dipimpinnya dan setiap orang pada hakikatnya bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
Karena setiap apa yang diucapkan, dilakukan akan di mintai pertanggung jawabannya di hadapan
Allah SWT di akhirat kelak. Selain rasa hormat, rasa tanggung jawab juga menjadi modal awal
dalam membangun masyarakat yang demokratis.
Contohnya adalah pada saat kita di kelas apabila dosen sedang menjelaskan, maka kita sebagai
mahasiswa sepatutnya untuk mendengarkan serta memahami apa yang sedang dijelaskan
tersebut. Ini merupakan salah satu contoh dari sekian banyak contoh rasa hormat kita kepada
orang yang lebih tua.Kemudian apabila kita dalam berorganisasi diberikan amanah untuk suatu
perkerjaan maka kita harus melaksanakannya sebaik mungkin, inilah contoh dari rasa tanggung
jawab terhadap amanah yang diberikan.

B. Bersikap Kritis

Dalam sebuah tatanan masyarakat yang demokratis sikap kritis sangat diperlukan.Kritis sendiri
adalah suatu sikap yang tidak lekas percaya atau tajam dalam penganalisisan.Sikap kritis
biasanya dipakai pada saat pengambilan keputusan. I Orang yang memiliki sikap kritis tidak
akan mudah goyah karena orang yang kritis adalah orang yang tidak suka ikut-ikutan. Individu
dengan sikap kritis biasanya adalah orang yang sangat berhati-hati, karena dalam setiap
pengambilan keputusannya ia akan menganilisis semua kemungkinan yang ada. Dan dalam hal
ini sikap kritis diperlukan agar tatanan Negara kita tidak mudah di obrak-abrik oleh gangguan
dari luar.Namun sikap kritis juga tidak boleh berlebihan. Karena apabila sikap kritis berlebihan
maka akan timbul sikap menutup diri karena tidak mau menerima masukan apapun dari luar.
Contoh dari sikap kritis adalah apabila kita sedang di dalam angkutan dan kita melihat sesorang
yang dituduh mencopet maka di sinilah sikap kritis ini diperlukan yaitu tidak langsung percaya
dan menganilisis apakah benar dia itu memang mencopet atau tidak.

C. Membuka Diskusi dan Dialog

Dalam kita menjalani kehidupan ini selalu ada yang namanya perbedaan pendapat. Hal ini di
karenakan berbedanya cara pola pikir setiap individu dan cara dia berpikir serta mengambil
keputusan. Perbedaan pendapat adalah hal sepele yang sebenarnya penting untuk diantisipasi.
Karena hanya dengan perbedaan pendapat yang sepele seseorang yang sudah bersahabat selama
apapun bisa rusak persahabatanya akibat hanya perbedaan pendapat. Bahkan orang tua dan anak
pun bisa bertengkar akibat dari perbedaan pendapat itu sendiri. Maka dari itu perlu adanya forum
diskusi atau dialog yang bertujuan untuk menyamakan maksud dan tujuan dari setiap individu
agar terjadinya perbedaan pendapat ini dapat di minimalisir. Contohnya adalah pada saat rapat,
dalam rapat sangat sering terjadi perbedaan pendapat.Setiap orang berusaha agar pendapatnya
dapat didengar dan diterma oleh para peserta rapat itu sendiri. Dan terkadang beberapa individu
menghalalkan segala macam cara agar pendapatnya dapat didengar oleh orang yang
bersangkutan.
Perbedaan pendapat memang bisa di minimalisir dengan mengadakan forum diskusi atau dialog,
namun pada saat forum tersebut tak jarang terjadi tindakan anarkis dan juga tindakan tidak
terpuji lainnya. Karena setiap individu menghalalkan segala macam cara agar pendapatnya dapat
didengar oleh orang lain. Bahkan tak jarang ada yang sampai mengintimidasi suatu pihak dalam
suatu forum.Maka dari itu, di dalam kita mengadakan forum diskusi atau dialog perlu adanya
sikap tenggang rasa dari setiap masing-masing individu. Agar tidak terjadinya tindakan anarkis
dan setiap orang menghargai setiap pendapat yang dilontarkan oleh orang lain.

D. Bersifat Terbuka

Tidak dapat dipungkiri bahwasannya manusia adalah makhluk yang social, artinya dia tidak
dapat hidup tanpa adanya manusia yang lain. Maka setiap manusia tidak dapat menutup diri
kepada orang lain. Sama seperti manusia, dalam membuat tatanan masyarakat yang demokratis
kita tidak dapat menutup diri. Karena apabila kita menutup diri maka yang akan terjadi adalah
kesenjangan social di antara masyarakatnya.
Contohnya adalah pada saat kita sedang dalam mempunyai masalah dengan seseorang, maka kita
harus terbuka kepada orang lain. Agar nantinya tidak ada kesenjangan social di antara kedua
pihak yang akan menyebabkan perpecahan dan timbulnya fitnah.

E. Rasional

Agar tatanan masyarakat yang demokratis dapat terbentuk maka setiap individu masyarakat nya
harus memiliki sifat rasional.Rasional sendiri artinya dapat diterima oleh akal sehat. Hal ini
berhubungan dengan sikap setiap inidividu masyarakat tersebut dalam menjalani kehidupan
sehari-hari. Apabila setiap inidividu masyarakat tidak mempunyai sikap yang rasional, maka
tatanan masyarakat yang bersifat demokrtais tidak dapat dibangun.Yang ada adalah masyarakat
yang dictator dan bringas serta liar karena mereka tidak memiliki sikap rasional dan cenderung
berpikiran serta mengambil keputusan di luar nalar akal sehat manusia.
Contohnya adalah apabila kita sedang tertimpa suatu masalah seberat apapun itu, maka dalam
pengambilan keputusan haruslah mengedepankan sikap rasional. Agar keputusan yang diambil
tidak gegabah atau tidak terburu-buru.

F. Jujur

Jujur adalah keselarasan berita dengan kenyataan yang ada. Maksudnya adalah apabila kita
berbicara maka haruslah sesuai dengan kenyataan. Contohnya adalah apabila kita menyebarkan
suatu berita maka berita itu harus sesuai dengan kenyataan yang ada.Agar tatanan masyarakat
yang demokratis dapat berdiri maka kejujuran adalah salah satu landasannya. Karena apabila
tidak ada kejujuran dalam suatu tatanan masyarakat, maka di dalamnya hanya akan ada
kebohongan dan penghianatan serta hilangnya rasa kepercayaan terhadap pemimpin. Contohnya
sudah nampak pada tanah air tercinta kita ini , Indonesia. Saat ini kepercayaan rakyat sudah
hampir hilang kepada pemerintah dan para pemimpin. Mengapa hal ini dapat terjadi ?, karena
hilangnya kejujuran dalam diri setiap inidividu masyarakat. Bahkan kita sering mendengar
ungkapan bahwa ‘susahnya mencari seorang yang jujur di Indonesia’.
Salah satu contoh lain hilangnya kejujuran adalah korupsi. Saat ini di Indonesia sedang marak
kasus korupsi.Mulai dari anggota DPR serta dari kalangan elite politik di Indonesia.Hal ini di
karenakan hilangnya kejujuran dalam setiap individu masyarakat Indonesia.Kujujuran adalah
suatu sikap yang paling sulit dilaksanakan. Contohnya apabila kita melihat teman kita mencontek
dalam ujian, maka jarang dari kita yang akan mengingatkan atau memberitahu pengawas ujian
yang bersangkutan bahwa ada yang mencontek. Takut apabila kita memberitahu, kita akan di cap
sebagai ‘si tukang ngadu’. Namun di sisi lain kejujuran juga dapat menjadi suatu yang mudah
untuk dilaksanakan. Contohnya apabila kita sedang belanja kemudian menerima uang kembalian
yang lebih atau ada barang yang tidak terhitung, kita dapat mengaplikasikan sikap jujur tersebut
dengan memberitahu kasir bahwa ada barang atau kembalian yang lebih.
Berpikir kritis
Berpikir kristis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan
keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan.

Berpikir kritis menurut Schafersman, S.D. (1991) adalah berpikir yang benar dalam rangka
mengetahui secara relevan dan reliable tentang dunia. Berpikir kritis, adalah berpikir beralasan,
mencerminkan, bertanggungjawab, kemampuan berpikir, yang difokuskan pada pengambilan
keputusan terhadap apa yang diyakini atau yang harus dilakukan. Berpikir kritis adalah berpik
mengajukan pertanyaan yang sesuai, mengumpulkan informasi yang relevan, mengurutkan
informasi secara efisien dan kreatif, menalar secara logis, hingga sampat pada kesimpulan yang
reliable dan terpercaya.

Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif
dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan,
mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran merupakan bentuk berpikir yang perlu
dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan
berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan
tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan
mengevaluasi-mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa
faktor pendukung untuk membuat keputusan. Berpikir kritis juga biasa disebut directed thinking,
sebab berpikir langsung kepada fokus yang akan dituju.

Pendapat senada dikemukakan Anggelo (1995:6), berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional,
kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal
permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.

Dari dua pendapat tersebut, tampak adanya persamaan dalam hal sistematika berpikir yang
ternyata berproses. Berpikir kritis harus melalui beberapa tahapan untuk sampai kepada sebuah
kesimpulan atau penilaian.
Penekanan kepada proses dan tahapan berpikir dilontarkan pula oleh Scriven, berpikir kritis yaitu
proses intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan dalam membuat pengertian atau
konsep, mengaplikasikan, menganalisis, membuat sistesis, dan mengevaluasi. Semua kegiatan
tersebut berdasarkan hasil observasi, pengalaman, pemikiran, pertimbangan, dan komunikasi,
yang akan membimbing dalam menentukan sikap dan tindakan (Walker, 2001: 1).
Pernyataan tersebut ditegaskan kembali oleh Angelo (1995: 6), bahwa berpikir kritis harus
memenuhi karakteristik kegiatan berpikir yang meliputi : analisis, sintesis, pengenalan masalah
dan pemecahannya, kesimpulan, dan penilaian.

Berpikir yang ditampilkan dalam berpikir kritis sangat tertib dan sistematis. Ketertiban berpikir
dalam berpikir kritis diungkapkan MCC General Education Iniatives. Menurutnya, berpikir kritis
ialah sebuah proses yang menekankan kepada sikap penentuan keputusan yang sementara,
memberdayakan logika yang berdasarkan inkuiri dan pemecahan masalah yang menjadi dasar
dalam menilai sebuah perbuatan atau pengambilan keputusan.

Berpikir kritis merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang dapat digunakan dalam
pembentukan sistem konseptual siswa. Menurut Ennis (1985: 54), berpikir kritis adalah cara
berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa
yang harus diyakini dan dilakukan.

Вам также может понравиться