Вы находитесь на странице: 1из 20

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

KONSEP BERMAIN

DOSEN PEMBIMBING :
Dodik

NAMA KELOMPOK :
1. Ahmad Saifuddin 10. Reni
2. Siti aisya 11. Sandi
3. Umi sise 12. Yuliana
4. Sholeh 13. Vivin
5. Arofa 14. Nabila
6. Asma 15. Alfi
7. Aiza 16. Saadah
8. Lutvi 17. kholis
9. Pras
PROGRAM STUDY S1-KEPERAWATAN
STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
GENGGONG – PROBOLINGGO
2017 – 201
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala
limpahan rahmat dan hidayanh-NYA. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, dan
sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada bapak proklamator sedunia,
pejuang tangguh yang tak gentar menghadapi segala rintangan demi umat manusia yaitu
“Nabi Muhammad SAW”.

Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi kewajiban kami
sebagai mahasiswa/mahasiswi di STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN
GENGGONG maka kami susun dalam bentuk kajian ilmiah dengan judul “PEMERIKSAAN
FISIK KEPALAH DAN RAMBUT” dan dengan selesainya penyusunan makalah ini, kami
juga tidak lupa menyampaikan ucapa terima kasih kepada :

1. KH.Moh.Hasan Mutawakkil ‘Alallah,S.M.M, Sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Zainul


Hasan Genggong
2. Ns. Iin Isnawati,S.Kep,M.Kep, Sebagai Ketua Stikes Hafshawaty Zainul Hasan
Genggong
3. Ns.Ana Nusantara.,S.Kep.,M.Kep, Sebagai Ketua prodi S1 keperawatan Dan Sebagai
Kordinator Mata Kulia Keperawatan Dasar II
4. , Sebagai Dosen mata ajar Ilmu keperawatan anak
5. Santi Damayanti,A.Md, Sebagai Ketua perpustakaan Stikes Hafshawaty Zainul Hasan
Genggong
6. Teman-teman Kelompok Penyusun Makalah

Tiada harapan sedikitpun dari kami kecuali makalah ini bisa bermanfaat, memberikan
sumbangan positif pada segenap pembaca, dan menambah pengetahuan dan wawasan tentang
Sistem Pelayanan Kesehatan.
Genggong, 20 februari 2018

Penulis
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR .................................................................................................... 2

DAFTAR ISI.................................................................................................................... 3

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 4


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 4
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Bermain .......................................................................................... 5
2.2 Fungsi Bermain Pada Anak .......................................................................... 5
2.3 Tujuan Bermain ............................................................................................. 7
2.4 Kecenderungan Umum Selama Anak – Anak .................................. 8
2.5 Pedoman Untuk Keamanan Bermain ......................................................... 11
2.6 Karakteristik Bermain (Usia Bayi – Prasekolah) ............................ 15
2.7 Alat Permainan Edukatif ............................................................................ 16
2.8 Terapi Bermain Pada Anak Yang Dihospitalisasi....................................... 17
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 18

3.2 Saran ........................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 19


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam bermain anak memiliki nilai kesempatan untuk mengekspresikan sesuatu
yang ia rasakan dan pikirkan. Dengan bermain, anak sebenarnya sedang mempraktekkan
keterampilan dan anak mendapatkan kepuasan dalambermain, yang berarti mengemabngkan
dirinya sendiri. Dalam bermain, anak dapat mengembangkan otot kasar dan halus,
meningkatkan penalaran, dan memahami keberanaan lingkungannya, membentuk daya
imajinasi, daya fantasi, dan kreativitas.
Dalam kenyataan sekaran ini sering dijumpai bahwa kreativitas anak tanpa disadari
telah terpasung di tengah kesibukan orang tua. Namun kegiatan bermain bebas sering
menjadi kunci pembuka bagi gudang-gudang bakat kreatif yang dimiliki setiap manusia.
Bermain bagi anak berguna untuk menjelajahi dunianya, dan mengembangkan
kompetensinya dalam usaha mengatasi dunianya dan mengembangkan kreativitas
anak.Fungsi bermain bagi anak usia dini dapat dijadikan intervensi yang jika dilaksanakn
dengan tepat, baik dilengkapi dengan alat maupun tanpa alat akan sangat membantu
perkembangan sosial, emosional, kognitif, dan afektif pada umumnya, dan mengembangkan
daya kreativitas anak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bermain?
2. Bagaimana fungsi bermain bagi perkembangan anak?
3. Apa saja kecenderungan umum yang terjadi pada anak-anak?
4. Bagaimana terapi bermain pada anak yang dihospitalisasi?

C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang yang dimaksud dengan bermain
2. Mahasiswa dapat mengetahui tentang fungsi bermain bagi perkembangan anak
3. Mahasiswa dapat mengetahui tentang kecenderungan umum yang terjadi pada anak-anak
4. Mahasiswa dapat mengetahui tentang terapi bermain pada anak yang dihospitalisasi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Bermain
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan
bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain , anak akan
berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat
dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000). Bermain adalah cara
alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak
disadarinya. (Miller dan Keong, 1983). Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dgn
keinginanya sendiri dan memperoleh kesenangan. (Foster, 1989). Dari definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa bermain adalah : “Kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
anak sehari-hari karena bermain sama dengan kerja pada orang dewasa, yang dapat
menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan
lingkungan, belajar mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial
anak.”

B. Fungsi Bermain Pada Anak


Anak bermain pada dasarnya agar ia memperoleh kesenangan, sehingga tidak akan
merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti
halnya makan, perawatan dan cinta kasih. Fungsi utama bermain adalah merangsang
perkembangan sensoris-motorik, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas,
perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi
(Soetjiningsih, 1995).
Sebelum memberikan berbagai jenis permainan pada anak, maka orang tua seharusnya
mengetahui maksud dan tujuan permainan pada anak yang akan diberikan, agar diketahui
perkembangan anak lebih lanjut,mengingat anak memiliki berbagai masa dalam tumbuh
kembang yang membutuhkan stimulasi dalam mencapai puncaknya seperti masa
kritis,optimal dan sensitif.

Untuk lebih jelasnya dibawah ini terdapat beberapa fungsi bermain pada anak diantaranya :
1. Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan
pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat mengeksplorasikan
alam sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan rangsangan taktil,audio dan visual
melalui rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat.Hal tersebut
dapat dicontohkan sejak lahir anak yang telah dikenalkan atau dirangsang visualnya maka
anak di kemudian hari kemampuan visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat
mengenal sesuatu yang baru dilihatnya.Demikian juga pendengaran,apabila sejak bayi
dikenalkan atau dirangsang melalui suara-suara maka daya pendengaran dikemudian hari
anak lebih cepat berkembang dibandingkan tidak ada stimulasi sejak dini.

2. Membantu Perkembangan Kognitif


Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat terlihat
pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa
anak, mampu memahami obyek permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu
membedakan khayalan dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan
berbagai manfaat benda yang digunakan dalam permainan,sehingga fungsi bermain pada
model demikian akan meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya.

3. Meningkatkan Sosialisasi Anak


Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada usia
bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan ada
teman yang dunianya sama, pada usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan
sesamanya dan ini sudah mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain
peran seperti bermain-main berpura-pura menjadi seorang guru, jadi seorang anak, menjadi
seorang bapak, menjadi seorang ibu dan lain-lain, kemudian pada usia prasekolah sudah
mulai menyadari akan keberadaan teman sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan
sosialisasi dengan teman dan orang lain.

4. Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai
belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang
akan digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan
ini, seperti bermain bongkar pasang mobil-mobilan.

5. Meningkatkan Kesadaran Diri


Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi tubuh
dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu yang
saling berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku
orang lain.

6. Mempunyai Nilai Terapeutik


Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stres
dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak terhadap
dunianya.

7. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak


Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini dapat
dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di sekolah dan
ketika berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa permainan yang memiliki
aturan-aturan yang harus dilakukan tidak boleh dilanggar.

C. Tujuan Bermain
Melalui fungsi yang terurai diatasnya, pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan
sebagai berikut :
1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit anak
mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun demikian,
selama anak dirawat di rumah sakit, kegiatan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan
masih harus tetap dilanjutkan untuk menjaga kesinambungannya.
2. Mengekspresikan perasaan, keiginan, dan fantasi serta ide-idenya. Seperti yang telah
di uraikan diatas pada saat sakit dan dirawat di rumah sakit, anak mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan. Pada anak yang belum dapat
mengekspresikannya.
3. Mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah. Permainan akan
menstimulasi daya piker, imajinasi, fantasinya untuk menciptakan sesuatu seperti yang
ada dalam pikirannya. Pada saat melakukan permainan, anak juga akan dihadapkan pada
masalah dalam konteks permainannya, semakin lama ia bermain dan semakin tertantang
untuk dapat menyelesaikannya dengan baik.
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat di rumah
sakit. Stress yang dialami anak dirawat di rumah sakit tidak dapat dihindarkan
sebagaimana juga yang dialami orang tua. Untuk itu yang penting adalah bagaimana
menyiapkan anak dan orang tua untuk dapat beradaptasi dengan stressor yang dialaminya
di rumah sakit secara efeAKTORktif. Permainan adalah media yang efektif untuk
beradaptasi karena telah terbukti dapat menurunkan rasa cemas, takut, nyeri dan marah.

D. Kecenderungan Umum Selama Anak – Anak


Dalam bermain kita mengenal beberapa sifat bermain pada anak, diantaranya bersifat
aktif dan bersifat pasif, sifat demikian akan memberikan jenis permainan yang berbeda,
dikatakan bermain aktif jika anak berperan secara aktif dalam permainan, selalu memberikan
rangsangan dan melaksanakannya akan tetapi jika sifat bermain tersebut adalah pasif, maka
anak akan memberikan respons secara pasif terhadap permainan dan orang lingkungan yang
memberikan respons secara aktif. Melihat hal tersebut kita dapat mengenal macam-macam
dari permainan diantaranya:

1. Berdasarkan isinya :
a. Bermain Afektif Sosial
Bermain ini menunjukkan adanya perasaan senang dalam berhungan dengan
orang lain hal ini dapat dilakukan seperti orang tua memeluk adanya sambil berbicara,
bersandung kemudian anak memberikan respons seperti tersenyum tertawa,
bergembira, dan lain-lain.
Sifat dari bermain ini adalah orang lain yang berperan aktif dan anak hanya
berespons terhadap simulasi sehingga akan memberikan kesenangan dan kepuasan
bagi anak.

b. Bermain Bersenang-senang
Bermain ini hanya memberikan kesenangan pada anak melalui objek yang ada
sehingga anak merasa senang dan bergembira tanpa adanya kehadiran orang lain.
Sifat bermain ini adalah tergantung dari stimulasi yang diberikan pada anak,
mengingat sifat dari bermain ini hanya memberikan kesenangan pada anak tapa
memperdulikan kehadiran orang lain, seperti bermain boneka-bonekaan, binatang-
binatangan, dan lain-lain.

c. Bermain Keterampilan
Bermain ini menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan keterampilan
anak yang diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil dalam sebagai hal. Sifat
permainan ini adalah sifat aktif dimana anak selalu ingin mencoba kemampuan dalam
keterampilan tertentu seperti bermain dalam bongkar pasang gambar, disni anak
selalu dipacu untuk selalu terampil dalam meletakkan gambar yang telahdi bongkar,
kemudian bermain latihan memakai baju dan lain-lain.

d. Bermain Dramtik
Macam bermain ini dapat dilakukan anak dengan mencoba melakukan
berpura-pura dalam berpeilaku seperti anak memperankan sebagai orang dewasa,
seorang ibu dan guru dalam kehidupan sehari-hari. Sifat dari permainan ini adalah
anak dituntut aktif dalam memerankan sesuatu. Permainan dramatic ini dapat
dilakukan apabila anak sudah mampu berkomunikasi dan mengenal kehidupan social.

e. Bermain Menyelidiki
Macam bermain ini dengan memberikan sentuhan pada anak untuk berperan
dalam menyelidiki sesuatu atau memeriksa dari alat permainan seperti mengocok
untuk mengetahui isinya dan permainan ini bersifat aktif pada anak dan dapat
digunakan untuk mengembangkan kemampuan kecerdasan pada anak. Sifat
permainan tersebut harus selalu diberikan stimulasi dari orang lain agar selalu
bertambah dalam kemampuan kecerdasan anak.

f. Bermain Konstruksi
Bermain ini bertujuan untuk menyusun sesuatu pbjek permainan agar menjadi
sebuah konstruksi yang benar seperti permainan menyusun balok. Sifat dari
permainan ini adalah aktif di mana anak selalu ingin menyelesaikan tugas-tugas yang
ada dalam permaianan dan akan dapat membangun kecerdasan pada anak.
2. Berdasarkan jenis permainan :
a. Permainan
Permainan ini dapat dilakukan secara sendiri atau bersama temannya dengan
menggunakan beberapa peraturan permainan seperti permainan ular tangga. Sifatnya
adalah aktif, anak akan memberikan respons kepada temannya sesuai dengan jenis
permaianan dan akan berfungsi memberikan kesenangan yang dapat mengembangkan
perkembangan emosi pada anak.

b. Permainan yang hanya memperhatikan saja (unoccupied behaviour)


Pada saat tertentu, anak sering terlibat mondar-mandir, tersenyum, tertawa,
jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja atau apa saja yang ada di
sekelilingnya. Anak melamun, sibuk dengan bajunya atau benda lain. Jadi sebenarnya
anak tidak memainkan alat permainan tertentu dan situasi atau objek yang ada di
sekelilingnya yang digunakan sebagai alat permainan. Anak memusatkan perhatian
pada segala sesuatu yang menarik perhatiannya. Peran ini berbeda dibandingkan
dengan onlooker, dimana anak aktif mengamati aktivitas anak lain.

3. Berdasarkan karakteristik sosial :


a. Solitary Play
Di mulai dari bayi bayi (toddler) dan merupakan jenis permainan sendiri atau
independent walaupun ada orang lain di sekitarnya. Hal ini karena keterbatasan sosial,
ketrampilan fisik dan kognitif. Sifatnya adalah aktif akan tetapi bentuk stimulasi
tambahan kurang, karena dilakukan sendiri dalam perkembangan mental pada anak,
kemudian dapat membantu untuk menciptakan kemandirian pada anak.

b. Pararel Play
Bermain secara sendiri tetapi di tengah-tengah anak lain yang sedang bermain
akan tetapi tidak ikut dalam kegiatan orang lain. Sifat dari bermain ini adalah anak
aktif secara sendiri tetapi masih masih dalam satu kelompok, dengan harapan
kemampuan anak dalam menyelesaikan tugas mandiri dalam kelompok tersebut
terlatih dengan baik.
c. Associative Play
Permainan kelompok dengan tanpa tujuan kelompok. Yang mulai dari usia
toddler dan dilanjutkan sampai usia prasekolah dan merupakan permainan dimana
anak dalam kelompok dengan aktivitas yang sama tetapi belum terorganisir secara
formal.

d. Cooperative Play
Suatu permainan yang terorganisir dalam kelompok, ada tujuan kelompok dan
ada memimpin yang di mulai dari usia prasekolah. Permainan ini dilakukan pada usia
sekolah dan remaja.

e. Onlooker Play
Anak melihat atau mengobservasi permainan orang lain tetapi tidak ikut
bermain, walaupun anak dapat menanyakan permainan itu dan biasanya dimulai pada
usia toddler.

f. Therapeutic Play
Merupakan pedoman bagi tenaga tim kesehatan, khususnya untuk memenuhi
kebutuhan fisik dan psikososial anak selama hospitalisasi. Dapat membantu
mengurangi stres, memberikan instruksi dan perbaikan kemampuan fisiologis (Vessey
& Mohan, 1990 dikutip oleh Supartini, 2004). Permainan dengan menggunakan alat-
alat medik dapat menurunkan kecemasan dan untuk pengajaran perawatan diri pada
anak-anak. Pengajaran dengan melalui permainan dan harus diawasi seperti:
menggunakan boneka sebagai alat peraga untuk melaku kan kegiatan bermain seperti
memperagakan dan melakukan gambar-gambar seperti pasang gips, injeksi,
memasang infus dan sebagainya.

E. Pedoman Untuk Keamanan Bermain


Menurut Soetjiningsih (1995), agar anak-anak dapat bermain dengan maksimal, maka
diperlukan hal-hal seperti:
1. Ekstra energi
Untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit kecil
kemungkinan untuk melakukan permainan.
2. Waktu
Anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga stimulus
yang diberikan dapat optimal.

3. Alat permainan
Untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan tahap
perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak.

4. Ruang untuk bermain


Bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, halaman, bahkan di tempat tidur.

5. Pengetahuan cara bermain


Dengan mengetahui cara bermain maka anak akan lebih terarah dan
pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam menggunakan alat permainan
tersebut.

6. Teman bermain
Teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak dan
membantu anak dalam menghadapi perbedaan. Bila permainan dilakukan bersama
dengan orangtua, maka hubungan orangtua dan anak menjadi lebih akrab. Ada juga
yang disebut dengan Alat Permainan Edukatif (APE). APE Merupakan alat permainan
yang dapat memberikan fungsi permainan secara optimal dan perkembangan
anak,dimana melalui alat permainan ini anak akan selalu dapat mengembangkan
kemampuan fisiknya,bahasa,kemampuan kognitifnya,dan adaptasi sosialnya.Dalam
mencapai fungsi perkembangan secara optimal,maka alat permainan ini harus
aman,ukurannya sesuai dengan usia anak,modelnya jelas,menarik,sederhana,dan tidak
mudah rusak.
Dalam penggunaan alat permainan edukatif ini banyak dijumpai pada
masyarakat kurang memahami jenis permainan karena banyak orang tua membeli
permainan tanpa memperdulikan jenis kegunaan yang mampu mengembangkan aspek
tersebut,sehingga terkadang harganya mahal,tidak sesuai dengan umur anak dan tipe
permainannya sama.
Untuk mengetahui alat permainan edukatif,ada beberapa contoh jenis
permainan yang dapat mengembangkan secara edukatif seperti : permainan sepeda roda
tiga atau dua, bola, mainan yang ditarik dan didorong jenis ini mempunyai pendidikan
dalam pertumbuhan fisik atau motorik kasar, kemudian alat permainan gunting, pensil,
bola, balok, lilin jenis alat ini dapat digunakan dalam mengembangkan motorik halus,
alat permainan buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka , pensil warna, radio dan
lain-lain, ini dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan kognitif atau
kecerdasan anak, alat permainan seperti buku gambar, buku cerita, majalah, radio, tape
dan televise tersebut dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan bahasa, alat
permainan seperti gelas plastic, sendok, baju, sepatu, kaos kaki semuanya dapat
digunakan dalam mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri dan alat
permainan seperti kotak, bola dan tali, dapat digunakan secara bersama dapat dilakukan
untuk mengembangkan tingkah laku social.
Selain menggunakan alat permainan secara edukatif, harus ada peran orang tua
atau pembimbing dalam bermain yang memiliki kemampuan tentang jenis alat
permainan dan kegunaannya, sabar dalam bermain, tidak memaksakan, mampu
mengkaji kebutuhan bermain seperti kapan harus berhenti dan kapan harus dimulai,
memberikan kesempatan untuk mandiri.

F. Karakteristik Bermain (Usia Bayi – Prasekolah)


Dalam bermain pada anak tidaklah sama dalam setiap usia tumbuh kembang
melainkan berbeda, hal ini dikarenakan setiap tahap usia tumbuh kembang anak selalu
mempunyai tugas-tugas perkembangan yang berbeda sehingga dalam penggunaan alat selalu
memperhatikan tugas masing-masing umur tumbuh kembang. Adapun karakteristik dalam
setiap tahap usia tumbuh kembang anak:

1. Usia 0-1 tahun


Pada usia ini perkembangan anak mulai dapat dilatih dengan adanya reflex,
melatih kerja sama antara mata dan tangan, mata dan telinga dalam
berkoordinasi, melatih mencari objek yang ada tetapi tidak kelihatan, melatih
mengenal asal suara, kepekaan perabaan, keterampilan dengan gerakan yang berulang,
sehingga fungsi bermain pada usia ini sudah dapat memperbaiki pertumbuhan dan
perkembangan.
Jenis permainan ini permainan yang dianjurkan pada usia ini antara lain: benda
(permainan) aman yang dapat dimasukkan kedalam mulut, gambar bentuk muka,
boneka orang dan binatang, alat permaianan yang dapat digoyang dan menimbulkan
suara, alat permaian berupa selimut, boneka, dan lai-lain.

2. Usia 1-2 tahun


Jenis permainan yang dapat digunakan pada usia ini pada dasarya bertujuan
untuk melatih anak melakukan gerakan mendorong atau menarik, melatih melakukan
imajinasi, melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari dan memperkenalkan beberapa
bunyi dan mampu membedakannya. Jenis permainan ini seperti semua alat permainan
yang dapat didorong dan di tarik, berupa alat rumah tangga, balok-balok, buku
bergambar, kertas, pensil berwarna, dan lain-lain.

3. Usia 3-6 tahun


Pada usia 3-6 tahun anak sudah mulai mampu mengembangkan kreativitasnya
dan sosialisasi sehingga sangat diperlukan permainan yang dapat mengembangkan
kemampuan menyamakan dan membedakan, kemampuan berbahasa, mengembangkan
kecerdasan, menumbuhkan sportifitas, mengembangkan koordinasi motorik,
menegembangkan dan mengontrol emosi, motorik kasar dan halus, memperkenalkan
pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan dan memperkenalkan suasana kompetensi
serta gotong royong. Sehingga jenis permainan yang dapat dighunakamn pada anak
usia ini seperti benda-benda sekitar rumah, buku gambar, majalah anak-anak, alat
gambar, kertas untuk belajar melipat, gunting, dan air.

G. Alat Permainan Edukatif


Alat permainan edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan
perkembangan anak sesuai dengan usia dan tingkat perkembangannya dan yang berguna
untuk perkembangan aspek fisik, bahasa, kognitif, dan social anak (soetjningsih, 1995). Agar
orang tua dapat memberikan alat permainan yang edukatif pada anaknya, syarat – syarat
berikut ini yang perlu diperhatikan adalah :
1. Keamanan
Alat permainan untuk anak dibawah umur 2 tahun hendaknya tidak terlalu kecil,
cat tidak beracun, tidak ada bagian yang tajam, dan tidak mudah pecah, karena pada
usia ini anak kadang – kadang suka memasukkan benda kedalam mulut.
2. Ukuran dan berat
Prinsipnya, mainan tidak membahayakan dan sesuai dengan usia anak. Apabila
mainan terlalu besar atau berat, anak akan sukar menjangkau atau memindahkannya.
Sebaliknya, bila terlalu kecil, mainan akan mudah tertelan.
3. Desain
APE sebaiknya mempunyai desain yang sederhana dalam hal ukuran, susunan,
ukuran dan warna serta jelas maksud dan tujuannya. Selain itu, APE hendaknya tidak
terlalu rumit untuk menghindari kebingungan anak.
4. Fungsi yang jelas
APE sebaiknya mempunyai fungsi yang jelas untuk menstimuli perkembangan
anak.
5. Variasi APE
APE sebaiknya dapat dimainkan secara bervariasi (dapat dibongkar pasang),
namun tidak terlalu sulit agar anak tidak frustasi dan tidak terlalu mudah, karena anak
akan cepat bosan.
6. Universal
APE sebaiknya mudah diterima dan dikenali oleh semua budaya dan bangsa. Jadi,
dalam menggunakannya, APE mempunyai prinsip yang bisa dimengerti oleh semua
orang.
7. Tidak mudah rusak, mudah didapat dan terjangkau oleh masyarakat luas
Karena APE berfungsi sebagai stimulus untuk perkembangan anak, maka setiap
lapisan masyarakat, baik yang dengan tingkat social ekonomi tinggi maupun rendah,
hendaknya dapat menyediakannya. APE bias didesain sendiri asal memenuhi
persyaratan.

H. Terapi Bermain Pada Anak Yang Dihospitalisasi


Setiap anak meskipun sedang dalam perawatan tetap membutuhkan aktivitas bermain.
Bermain dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk menyelesaikan tugas
perkembangan secara normal dan membangun koping terhadap stres, ketakutan, kecemasan,
frustasi dan marah terhadap penyakit dari hospitalisasi (Mott, 1999).
Bermain juga menyediakan kebebasan untuk mengekspresikan emosi dan
memberikan perlindungan anak terhadap stres, sebab bermain membantu anak
menanggulangi pengalaman yang tidak menyenangkan, pengobatan dan prosedur invasif.
Dengan demikian diharapkan respon anak terhadap hospitalisasi berupa perilaku agresif,
regresi dapat berkurang sehingga anak lebih kooperatif dalam menjalani perawatan di rumah
sakit.
Perawatan anak dirumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan stress, baik
bagi anak maupun orang tua. Beberapa bukti ilmiah, menunjukkan bahwa lingkungan rumah
sakit itu sendiri merupakan penyebab stress bagi anak dan orang tuanya, baik lingkungan
fisik rumah sakit seperti bangunan/ruang rawat, alat-alat, bau yang khas, pakaian putih
petugas kesehatan maupun lingkungan social, seperti sesama pasien anak, ataupun interaksi
dan sikap petugas kesehatan itu sendiri. Perasaan, seperti takut, cemas, tegang, nyeri dan
perasaan yang tidak menyenangkan lainnya, sering kali dialami anak.
Untuk itu, anak memerlukan media yang dapat mengekspresikan perasaan tersebut
dan mampu bekerja sama dengan petugas kesehatan selama dalam perawatan.media yang
paling efektif adalah melalui kegiatan permainan. Permainan yang teraupetik didasari oleh
pandangan bahwa bermain bagi anak merupakan aktivitas yang sehat dan diperlukan untuk
kelangsungan tumbuh kembang anak dan memungkinkan untuk dapat menggali dan
mengekspresikan perasaan dan pikiran anak, mengalihkan parasaan nyeri, dan relaksasi.
Dengan demikian, kegiatan bermain harus menjadi bagian integral dan pelayanan kesehatan
anak dirumah sakit (Brennan, 1994).

Aktivitas bermain yang dilakukan perawat pada anak di rumah sakit akan memberikan
keuntungan sebagai berikut :
1. Meningkatkan hubungan antara klien (anak keluaarga) dan perawat karena dengan
melaksanakan kegiatan bermain, perawat mempunyai kesempatan untuk membina
hubungan yang baik dan menyenangkan dengan anak dan keluarganya. Bermain
merupakan alat komunikasi yang elektif antara perawat dank klien.
2. Perawatan dirumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri. Aktivitas
bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak.
3. Permainan pada anak dirumah sakit tidak hanya akan memberikan rasa senang pada
anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas,
takut, sedih, tegang, dan nyeri. Pada beberapa anak yang belum dapat mengekspresikan
perasaan dan pikiran secara verbal dan/ atau pada anak yang kurang dapat
mengekspresikannya, permainan menggambar, mewarnai, atau melukis akan
membantunya mengekspresikan perasaan tersebut.
4. Permainan yang terupetik akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk
mempunyai tingkah laku yang positif.
5. Permainan yang memberikan kesempatan pada beberapa anak untuk berkompetisi
secara sehat, akan dapat menurunkan ketegangan pada anak dan keluarganya.

Prinsip – prinsip permainan pada anak di rumah sakit :


1. Permainan Tidak boleh bertentangan dengan terapi dan perawatan yang sedang
dijalankan pada anak. Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih permainan yang dapat
dilakukan ditempat tidur dan anak tidak boleh diajak bermain dengan kelompoknya
ditempat bermain khusus yang ada diruang rawat.
Misalnya, sambil tiduran anak dapat dibacakan buku cerita atau diberikan buku komik
anak-anak, mobil-mobilan yang tidak pakai remote control, robot-robotan, dan permainan
lain yang dapat dimainkan anak dan orang tuanya sambil tiduran.

2. Tidak membutuhkan energy yang banyak, singkat dan sederhana. Pilih jenis permainan
yang tidak melelahkan anak, menggunakan alat permainan yang ada pada anak dan/atau
yang tersedia diruangan. Kalaupun akan membuat suatu alat permainan, pilih yang
sederhana, supaya tidak melelahkan anak (misalnya, menggambar / mewarnai, bermain
boneka dan membaca buku cerita).

3. Harus mempertimbangkan keamanan anak. Pilih alat permainan yang aman untuk anak,
tidak tajam, tidak merangsang anak untuk berlari – lari dan bergerak secara berlebihan.

4. Dilakukan pada kelompok umur yang sama. Apabila permainan dilakukan khusus di
kamar bermain secara berkelompok dirumah, permainan harus dilakukan pada kelompok
umur yang sama. Misalnya, permainan mewarnai pada kelompok usia prasekolah.

6. Melibatkan orang tua. Orang tua mempunyai kewajiban untuk tetap melangsungkan
upaya stimulasi tumbuh kembang pada anak walaupun sedang dirawat dirumah sakit
termasuk dalam aktivitas bermain anaknya. Perawat hanya bertindak sebagai fasilitator
sehingga apabila permainan diinisiasi oleh perawat orang tua harus terlibat secara aktif
dan mendampingi anak dari awal permainan sampai mengevaluasi permainan anak
bersama dengan perawat dan orang tua anak lainnya.

Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh seorang anak bila bermain dilaksanakan di suatu
rumah sakit, antara lain :
1. Memfasilitasi situasi yang tidak familiar
2. Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol
3. Membantu untuk mengurangi stres terhadap perpisahan
4. Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang fungsi dan bagian tubuh
5. Memperbaiki konsep-konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan peralatan dan
prosedur medis
6. Memberi peralihan dan relaksasi
7. Membantu anak untuk merasa aman dalam lingkungan yang asing
8. Memberikan cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan perasaan,
9. Menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap yang positif
terhadap orang lain
10. Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat
11. Memberi cara mencapai tujuan-tujuan terapeutik (Wong ,1996).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah kegiatan yang
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama dengan
kerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi
dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal dunia dan
meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak. Fungsi utama bermain adalah
merangsang perkembangan sensoris-motorik, perkembangan sosial, perkembangan
kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai
terapi. Dalam bermain kita mengenal beberapa sifat bermain pada anak, diantaranya
bersifat aktif dan bersifat pasif, sifat demikian akan memberikan jenis permainan yang
berbeda, dikatakan bermain aktif jika anak berperan secara aktif dalam permainan,
selalu memberikan rangsangan dan melaksanakannya akan tetapi jika sifat bermain
tersebut adalah pasif, maka anak akan memberikan respons secara pasif terhadap
permainan dan orang lingkungan yang memberikan respons secara aktif. Bermain juga
menyediakan kebebasan untuk mengekspresikan emosi dan memberikan perlindungan
anak terhadap stres, sebab bermain membantu anak menanggulangi pengalaman yang
tidak menyenangkan, pengobatan dan prosedur invasif. Dengan demikian diharapkan
respon anak terhadap hospitalisasi berupa perilaku agresif, regresi dapat berkurang
sehingga anak lebih kooperatif dalam menjalani perawatan di rumah sakit.

B. Saran
Setelah mempelajari materi di atas diharapkan seluruh mahasiswa memahami
tentang definisi bermain, fungsi bermain bagi perkembangan anak, kecenderungan
umum yang terjadi pada anak-anak dan terapi bermain pada anak yang dihospitalisasi.
Berharap dengan adanya makalah ini kami serta teman – teman semua menjadi lebih
paham dan mendapat ilmu dari membaca makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Perry, A,G & Potter, P.A. 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta:EGC.
Alimul Hidayat, A.Aziz.2005.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1.Jakarta:salemba medika.
Soetjiningsih.2005. Buku Ajar II Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta:Idai

Вам также может понравиться