Вы находитесь на странице: 1из 21

Metode Penelitian Sosial/Rancangan Penarikan Contoh Brawijaya University 2012

METODE PENELITIAN SOSIAL:


Rancangan Penarikan Contoh (Sampling Design)
Dr. Rini Dwiastuti
Lab. Agriculrure Economics, Faculty of Agriculture, Brawijaya University
Email : rinidwi.fp@ub.ac.id

1. DESKRIPSI MODUL 3. KEGIATAN BELAJAR 2: Pendekatan


Penarikan Contoh
2. KEGIATAN BELAJAR 1: Tahapan 3.1. Tujuan kegiatan 2
Proses Penarikan Contoh 3.2. Uraian Materi 2
2.1. Tujuan kegiatan 1 3.3. Tugas kegiatan 2
2.2. Uraian Materi 1
2.3. Tugas kegiatan 1 5. Rancangan Tugas Modul 5

1. Deskripsi Modul
6. Paktikum Kegiatan 7 - 8

Modul ini mendeskripsikan tahapan proses penarikan contoh dengan salah satu
5
tahapannya adalah menetapkan secara spesifik metode penarikan contoh serta
menentukan ukuran contoh. Secara agak rinci, modul ini akan menguraikan beberapa
metode penarikan ditinjau dari dua pendekatan; yaitu pendekatan non-probability dan
probability. Dengan bantuan modul ini diharapkan mahasiswa mampu menelusur lebih
jauh tentang rancangan penarikan contoh yang bersumber dari referensi lain. Disamping
itu, secara individu mahasiswa mampu mengaplikasikan pada usulan penelitian tugas
akhir.

2. Kegiatan Belajar 1: Tahapan dalam Proses


Penarikan Contoh
2.1. Tujuan kegiatan pemelajaran 1
Setelah mempelajari bagian ini, mahasiswa diharapkan dapat :
• Mengetahui dan memahami urutan kegiatan dalam proses penarikan contoh
• Mendefinisikan populasi dari proyek penelitian yang direncanakan
• Menetapkan kerangka contoh yang akan dipakai pada proyek penelitian yang
direncanakan
• Menentukan besarnya contoh
• Menyusun prosedur penarikan contoh

1.2. Uraian materi pembelajaran 1


Beberapa istilah yang terkait dengan kegiatan penentuan contoh adalah: populasi dan
kerangka contoh. Populasi adalah himpunan yang terdiri dari semua unit (item atau
individual) yang menjadi perhatian (interes) dari suatu kajian. Kerangka contoh ialah daftar
semua unit dalam populasi. Istilah sampling lebih mengarah pada proses penentuan atau
penetapan metode dan jumlah contoh.
Metode Penelitian Sosial/Rancangan Penarikan Contoh Brawijaya University 2012

Dalam pemilihan suatu topik, hendaknya peneliti melihat apakah topik tersebut pada saat ini masih relevan
Dalam kegiatan survei terdapat dua populasi yang dipertimbangkan (Parel et al., 1973); yaitu populasi sasaran
(the target population) dan populasi sampling (the sampling population). Populasi sasaran adalah populasi yang
mewakili informasi yang diinginkan. Sedangkan populasi sampling ialah populasi dari suatu yang akibat dari
kerangka contoh. Contoh (sample) yang representatif dapat menggambarkan populasi; sebaliknya gambaran
populasi tidak akurat bila sample yang digunakan bias (Maylor dan Blackmon, 2005).
Dalam Tulls (1993) dijelaskan terdapat tujuh tahapan dalam proses penentuan contoh. Adapun tahapan
tersebut dapat diikuti dalam tabel berikut:

Tabel 5.1. Tahapan Dalam Proses Penentuan Contoh

No. Tahapan Deskripsi


1 Mendifinisikan Populasi (Define The Populasi yang didefinisikan dalam
Population) bentuk: (a) unsur atau elemen, (b)
unit, (c) tingkatan, dan (d) waktu
2 Menetapkan Secara Spesifik Kerangka Mendapatkan atau menyusun daftar
Contoh (Specify Sampling Frame) dari elemen atau unit populasi
3 Menetapkan Secara Spesifik Unit Menetapkan siapa yang menjadi unit
Contoh (Specify Sampling Unit) contoh secara spesifik.
4 Menetapkan Secara Spesifik Metode Menetapkan metode rancangan
Penarikan Contoh (Specify sampling penarikan contoh yang dipilih
methode)
5 Menentukan Ukuran Contoh Menentukan jumlah elemen populasi
(Determine sample size) yang dijadikan contoh
6 Menetapkan Secara Spesifik Rencana Menetapkan prosedur operasional
Pemarikan Contoh (Specify sampling untuk menseleksi unit sample
plan) (contoh) yang terpilih
7 Pemilihan Contoh (Select The Sample) Melaksanakan penarikan contoh
Sumber: Tulls (1993)

Pada tahap pertama adalah mendifisikan populasi. Secara lengkap, suatu populasi harus didefinisikan dalam
bentuk unsurnya (element), unit penarikan contoh, cakupan (extent) dan waktu (time). Pada kegiatan survei agen
pembelian, Tulls dan Hawkin (1993) menetapkan populasi dengan pengertian sebagai berikut:
(element) agen pembelian
(sampling unit) perusahaan atau agensi pemerintah
(extent) pembeli produk kami
(time) dalam tiga tahun terakhir
Sehingga populasi pada kegiatan survei agen pembelian tersebut didefinisikan sebagai keseluruhan agen pembelian
baik perusahaan maupun agen pemerintah yang telah membeli produk kami dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.
Penetapan kerangka contoh secara spesifik merupakan tahap kedua dalam proses penentuan contoh dalam
suatu penelitian. Kerangka contoh merupakan alat yang mewakili elemen populasi. Jika pendekatan probabilitas
yang dipilih, maka kerangka contoh harus tersedia. Sedangkan pada pendekatan non-probability tidak diperlukan
kerangka contoh (Tulls dan Hawkin, 1993). Pada penelitian pemasaran dapat menggunakan daftar telepon dan
daftar yang lain. Peta dapat juga dipergunakan sebagai kerangka contoh untuk menentukan contoh wilayah.

Yang menjadi masalah adalah apabila kerangka contoh tidak tersedia di lapangan, misalnya daftar nama petani

Page 2 of 21 Modul 5
Metode Penelitian Sosial/Rancangan Penarikan Contoh Brawijaya University 2012
apel organik. Pada kondisi tersebut peneliti harus menyusun sendiri dengan bantuan perangkat/pamong atau
petugas lapang desa atau dusun setempat.

Kerangka contoh yang sempurna adalah daftar yang memuat setiap elemen populasi mewakili sekali (Tulls dan
Hawkin, 1993). Sedangkan, menurut Mantra dan Kasto (1995) syarat kerangka contoh yang baik adalah: (a) harus
meliputi seluruh elemen populasi (tidak ada satu unsurpun yang tertinggal), (b) tidak ada elemen populasi yang
dihitung dua kali, (c) harus up to date, (d) Batas-batasnya harus jelas (misalnya batas wilayah, rumahtangga – siapa
yang menjadi anggota rumahtangga), (e) harus dapat dilacak di lapangan; hendaknya tidak terdapat beberapa desa
dengan nama yang sama. Sementara itu, kondisi di lapangan menunjukkan bahwa pada masa transisi, seorang petani
yang mempunyai lahan lebih dari satu lokasi bisa menamam apel organik dan non-organik Pada kondisi ini peneliti
harus menetapkan secara tegas siapa yang menjadi populasi.
Pada tahap ketiga dalam proses penentuan contoh adalah menetapkan secara spesifik unit contoh. Dalam Tulls
dan Hawkin (1993) diuraikan bahwa unit penarikan contoh (sampling unit) adalah unit dasar yang berisi elemen
populasi yang menjadi contoh. Lebih lanjut dikemukanan bahwa Sampling unit bisa identik dengan unit yang diteliti,
dan bisa berbeda. Sebagai contoh bahwa sampling unit identik dengan unit yang diteliti adalah kerangka contoh
dengan elemen populasi penduduk laki-laki berumur 13 tahun. Dengan demikian penduduk dengan karakteristik
tersebut sebagai sampling unit dan sekaligus sebagai unit yang akan diteliti. Apabila rumahtangga sampling unit dan
seorang peneliti menginginkan unit yang diteliti adalah anggota rumahtangga laki-laki yang berumur 13 tahun, maka
sampling unit tidak dapat dijadikan unit yang diteliti secara langsung; Dalam Mantra dan Kasto (1995) dicontohkan
bahwa rumahtangga petani merupakan sampling unit dan anggota rumahtangga yang bekerja sebagai petani sebagai
unit yang diteliti.
Pada tahap keempat ialah memilih metode penarikan contoh. Metode penarikan contoh adalah suatu cara
memilih unit contoh (sample units). Menurut Tulls dan Hawkin (1993) terdapat lima dasar yang harus dipertim-
bangkan dalam memutuskan atau menetapkan metode penarikan contoh, yaitu:
probability versus nonprobability
single unit versus cluster of unit
unstratified versus stratified
equal unit probability versus unequal unit probability
single stage versus multistage
Deskripsi lebih lanjut dari kelima hal tersebut akan disajikan pada uraian pembelajaran 2. Sedangkan tahap kelima
dalam proses penentuan contoh adalah penetapan ukuran contoh. Uraian tentang hal ini akan disajikan pada
pembelajaran 3.
Contoh aplikasi tahapan penarikan contoh yang dilakukan oleh agen penelitian Elrick dan Lavidge disajikan pada
Paparan 5.1.

Paparan 5.1.

Agen penelitian Elrick dan Lavidge telah melakukan wawancara pada pengunjung mall sebanyak
250 wanita dewasa (berumur 18 tahun ke atas). Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi
tentang preferensi yang menyangkut alternatif formulasi produk makanan baru.

Salah satu metode pengumpulan data yang sering dilakukan adalah mewawancarai responden
contoh di pusat perbelanjaan. Cara tersebut secara relatif tidak mahal dan memberikan kesempatan
untuk mempro-mosikan produk baru yang sekaligus dapat memberikan tester.

Dalam proses penarikan contoh lembaga penelitian tersebut menekan bias yang ditimbulkan dari
kondisi umum yang terjadi. Diantaranya kom-posisi demografi pengunjung, waktu puncak dan sepi
Page 3 of 21 Modul 5
kunjungan, serta keragaman tujuan kunjungan.
Metode Penelitian Sosial/Rancangan Penarikan Contoh Brawijaya University 2012

Paparan 5.1. (lanjutan)

Situasi penarikan contoh dapat diringkas sebagai berikut:


1. Mendefinisikan populasi (element) wanita berumur 18 tahun atau lebih tua
(sampling unit) suatu mall perbelanjaan
(extent) daerah pinggiran Chicago
(time) selama waktu survey, hari atau jam

2. Kerangka penarikan contoh spesifik


lokasi didalammall, titik tertentu pada masing-masing lokasi

3. Unit penarikan contoh Wanita berumur 18 tahun atau lebih

4. Metode penarikan contoh spesifik


Metode multistage: (1) memilih mall perbelanjaan, (2) memilih
contoh di lokasi dalam mall,(3) memilih waktu (hari atau jam)
tertentu, (4) memilih quota (jatah) contoh dari wanita yang berada di
lokasi dan waktu yang telah ditetapkan.
5. Menetapkan ukuran contoh 250 wanita

6. Rencana penarikan contoh secara spesifik


Menggunakan fasilitas interview yang dimiliki lembaga penelitian
yang berada di shopping mall, dipilih wanita yang melewati di titik (yg
telah dirancang) selama kurun waktu tertentu (jam telah dirancang),
pada hari yang telah ditentukan sampai dengan kuota (jatah)
terpenuhi
7. Pemilihan contoh Menetapkan apakah wanita yang dipilih pada rencana nomor (6)
memenuhi syarat yang diperlukan atau tidak hingga didapatkan batas
jatah yang diperlukan

2.3. Tugas kegiatan belajar 1


Secara individu mahasiswa diminta untuk:
1. Mendefinisikan apa atau siapa yang menjadi populasi (Define The Population) dari rencana penelitian skripsi
yang telah disusun.
2. Menetapkan Secara Spesifik Kerangka Contoh (Specify Sampling Frame)
3. Menetapkan Secara Spesifik Unit Contoh (Specify Sampling Unit)
4. Memberikan penjelasan apakah dalam data akan dikumpulkan dari contoh (sample) atau populasi?

Page 4 of 21 Modul 5
Metode Penelitian Sosial/Rancangan Penarikan Contoh Brawijaya University 2012

3. Kegiatan Belajar 2: Pendekatan Penarikan Contoh


3.1. Tujuan kegiatan pembelajaran 2

Setelah mempelajari bagian ini, mahasiswa diharapkan dapat :


• mendefinisikan jenis-jenis rancangan penarikan contoh
• mengidentifikasi karakteristik jenis rancangan penarikan contoh
• menghitung jumlah contoh (sample)
• memilih jenis rancangan penarikan contoh yang sesuai

3.2. Uraian materi pembelajaran 2

Mantra dan Kastro (1995) dalam Singarimbun dan Handayani (1995) menyatakan bahwa suatu metode
penetapan contoh (sample) yang ideal apabila mempunyai sifat: (1) menghasilkan deskripsi populasi yang
diteliti yang bisa dipercaya, (2) menghasilkan presisi yang tinggi, (3) sederhana (mudah diaplikasikan), dan (4)
memberikan informasi (keterangan) yang banyak dengan biaya yang minimum. Adapun yang dimaksud
dengan presisi adalah tingkat ketepatan antara hasil yang diperoleh dari contoh apabila dibandingkan dengan
hasil yang diperoleh dari populasi.
Menurut Henry (1990), pendekatan penarikan contoh (sample) dibedakan menjadi dua kategori besar,
yaitu penarikan contoh:
1. non-probabilitas (non-probability sampling)
2. probabilitas (probability sampling)
Dalam pendekatan penarikan contoh probabilitas, setiap anggota populasi mempunyai kemungkinan yang
sama serta diambil secara acak (random) dari populasi yang dijamin bebas dari pertimbangan subyektif
(Henry, 1990; Maylor dan Blackmon, 2005). Sementara itu, pada pendekatan penarikan contoh non-
probabilitas, contoh dipilih berdasarkan pertimbangan peneliti untuk mencapai tujuan penelitian; unit
populasi yang dipilih ditentukan secara sistematis atau sengaja. Contoh non-probabilitas adalah alat yang
digunakan dalam kondisi tertentu. Beberapa jenis rancangan penarikan contoh berdasarkan pendekatan
tersebut disajikan pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Rancangan Contoh Menurut Pendekatan

Pendekatan (Approach) Rancangan Contoh (Sampling Design)

A. Non-Probability 1. Conveniences sampling


2. Most similar/most dissimilar sampling
3. Typical case sampling
4. Critical case sampling
5. Snowball sampling
6. Quota sampling
7. Volunteer sampling
8. Reliance on Available subject sampling
B. Probability 1. Simple random sampling
2. Systematic sampling
3. Stratified sampling
4. Cluster sampling
5. Multistage Cluster sampling
6. Probability Proportionate to Size (PPS) sampling
7. Weighting for disproportionate sampling
Page 5 of 21 Modul 5
Metode Penelitian Sosial/Rancangan Penarikan Contoh Brawijaya University 2012
Sumber: Babbie (2007), Baker (1988), Henry (1990), Maylor & Blackmon. (2005), Tull & Hawkins (1993)

1. Non-Probability Approach
Contoh non-probabilitas adalah suatu pendekatan penarikan contoh yang mempunyai perbedaan sifat
bahwa pertimbangan subyektif memainkan peran dalam pemelihan contoh. Pertimbangan subyektif yang
digunakan untuk menentukan unit populasi yang mengandung contoh. Metode pemilihan untuk contoh
non-probabilitas berlawanan dengan contoh probabilitas yang dipilih dengan mekanisme acak (random) yang
dijamin bebas dari pertimbangan subyektif. Deskripsi singkat non-probabilitas pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Rancangan contoh pendekatan non-probabilitas

Tipe Contoh Strategi Pemilihan


Conveniences sample Pemilihan kasus didasarkan pada ketersediaannya untuk dikaji
Most similar/most Pemilihan kasus yang dipertimbangkan untuk mewakili kondisi
dissimilar sample yang serupa atau kondisi yang sangat berbeda.
Typical case sample Pemilihan kasus yang diketahui sebelumnya bermanfaat dan
tidak ekstrim
Critical case sample Pemilihan kasus kunci atau yang bersifat mendasar dari
keseluruhan perhatian kunci untuk kajian
Snowball sample Penambahan anggota yang masuk dalam contoh dari suatu
identitas kelompok
Quota sample Pencacah memilih contoh yang menghasilkan proporsi (bagian )
yang sama seperti proporsi populasi pada identifikasi variable
secara mudah
Sumber: Babbie (2007), Baker (1988), Henry (1990), Maylor & Blackmon. (2005), Tull & Hawkins (1993)

a. Conveniences sample
Merupakan suatu rancangan pemilihan contoh yang didasarkan pada suatu kelompok individu yang
siap untuk berpartisipasi dalam suatu kajian. Rancangan pemilihan contoh ini lebih cocok untuk observasi
atau pengumpulan data yang bersifat eksperimen. Kelompok individu yang berpartisipasi dalam suatu kajian
dipilah menjadi dua kelompok kecil secara acak (random assignment), yakni menjadi sub-kelompok yang
mendapatkan perlakuan (treatment) dan sub-kelompok yang tidak mendapat perlakuan sebagai kelompok
kontrol.

b. Most similar/most dissimilar sample


Rancangan pemilihan contoh ini seringkali digunakan untuk penelitian yang mendeskripsikan
perbandingan dampak suatu kebijakan dan pendekatan studi kasus untuk kajian kebijakan. Himpunan unit
sample yang mendapatkan dampak positif yang hampir mirip dari suatu pelaksanaan kebijakan dibedakan
dengan himpunan unit sample yang mendapatkan dampak negatif.

c. Typical case sample


Contoh non-probalitas yang seringkali dipilih ketika terdapat keterbatasan yang sangat besar pada
waktu dan sumberdaya . Penunjukan contoh (sample) karena pertimbangan kondisi tertentu dan kasus yang
terjadi bersifat umum dan normal. Pada rancangan ini diperlukan persyaratan bahwa pertimbangan dan
pengetahuan peneliti terhadap populasi sangat penting, agar rancangan penarikan sample dapat dipercaya.
(Kasus khusus)

d. Critical case sample


Rancangan ini hampir mirip dengan typical case sample, namun dalam critical case sampling peneliti

Page 6 of 21 Modul 5
Metode Penelitian Sosial/Rancangan Penarikan Contoh Brawijaya University 2012
memilih kasus khusus yang kritis dengan logis atau berdasarkan pengalaman sebelumnya.

e. Snowball sample
Rancangan penarikan sample yang menyandarkan pada anggota kelompok yang teridentifikasi
sebelumnya untuk mengidentifikasi anggota lain dari populasi. Rancangan ini berguna ketika daftar populasi
tidak tersedia dan tidak dapat dikumpulkan oleh peneliti.

f. Quota sampling
Quota sampling membagi kelompok populasi yang dikaji menjadi dua sub-kelompok, misalnya sub-
kelompok pria dan wanita atau kelompok etnis satu dengan yang lain. Sample ditentukan berdasarkan pada
bagian sub-kelompok dan wawancara ditujukan pada sejumlah unit anggota sub-kelompok yang dipilih oleh
pencacah. Quota sample hampir mirip dengan rancangan penarikan contoh bersetrata, namun berbeda
dalam hal-hal yang penting tertentu. Quota sampling memperkenankan keleluasaaan pada pencacah dalam
memilih individu sebagai sample. Pencacah diberi instruksi secara eksplisit tentang karakteristik individu yang
diharapkan diwawancarai.

2. Probabilitas (Probability Sampling)


Beberapa metode penarikan atau pengambilan contoh (sample) yang termasuk dalam klasifikasi
pendekatan probalilitas adalah: (a) acak sederhana (simple random sampling), (b) sistematis (systematic
sampling), (c) acak distratifikasi (stratified random sampling), (d) gugus sederhana (simple cluster sampling),
(e) gugus bertahap (multistage sampling); dan (f) sampel wilayah (area sampling). Deskripsi, kelebihan,
kelemahan, dan persyaratan dari beberapa metode tersebut disajikan pada Tabel 5.4. Untuk memberikan
gambaran perbedaan dari penarikan contoh metode acak sederhana, sistematik dan terstratifikasi, Maylor
dan Blackmon (2005) mengilustrasikan sebagai-mana yang terdapat pada Gambar 5.1.
Penarikan contoh dilakukan dari kerangka contoh (sampling frame) yag merupakan daftar elemen atau
unit populasi (lihat Tabel 5.1). Kerangka contoh sering kali tidak tersedia di lapangan; dengan demikian maka
peneliti harus menyusunnya dengan menetapkan secara spesifik unit contoh.
Dalam menetapkan ukuran atau jumlah contoh pada pendekatan probabilitas, terdapat beberapa
pertimbangan; yakni (a) keragaman, (b) teknis analisis yang akan digunakan, (c) sebaran lokasi, dan (d)
kendala biaya dan waktu. Semakin beragam karakteristik spesifik dari suatu populasi, maka semakin banyak
jumlah contoh yang diperlukan. Keragaman karakteristik spesifik misalnya adalah luas penguasaan lahan,
tingkat pendapatan, jenis lahan yang dikelola dan masih banyak yang lain.
Jumlah atau besarnya contoh juga dipengaruhi oleh teknik analisis yang dipergunakan. Dalam statistik
dikenal analisis statistic deskripsi (dengan bantuan tabel silang) dan statistic inferensia (korelasi dan regresi).
Pada analisis tabel silang dikenal analisis univariate (variable tunggal), bivariate (dua variabel) dan multi
variate (multi variabel). Klasifikasi dalam setiap variabel mempengaruhi banyaknya sel dalam tabel analisis.
Semakin banyak variable yang dipertimbangkan dalam tabel analisis, maka semakin banyak sel yang tersedia
untuk diisi unit pengamatan. Jumlah unit pengamatan yang dikehendaki dalam setiap sel selanjutnya akan
mempengaruhi jumlah contoh. Sebagai contoh pada teknis analisis bivariate yang mempertimbangkan
status ketahanan pangan (empat klasifikasi: rawan pangan, kurang pangan, rentan pangan dan tahan
pangan) serta akses informasi (tiga klasifikasi: buruk, kurang baik dan baik). Apabila setiap sel dalam table
silang dikehendaki lima unit pengamatan, maka besarnya contoh yang diambil harus 5 kasus x 12 sel (4
klasifikasi status ketahanan pangan dan 3 klasifikasi akses informasi); yakni sebesar 60 contoh atau unit
pengamatan. Semenatara itu, pada analisis statistik inferensia dari data interval atau rasio diperlukan
persyaratan menyebar normal. Sehingga pada analisis regresi berganda diperlukan besarnya contoh yang
mempertimbangkan sebaran normal, derajad bebas (degrees of freedom) dan tingkat kepercayaan (derajad
signifinkansi). Menurut terminologi statistik, sebaran normal bisa dicapai bila jumlah contoh lebih besar dari
Page 7 of 21 Modul 5
Metode Penelitian Sosial/Rancangan Penarikan Contoh Brawijaya University 2012
30 unit pengamatan. Sedangkan derajad bebas mengikuti rumus (n – k – 1); dimana n adalah jumlah
pengamatan (contoh), k adalah jumlah variabel eksplanatory Penentuan besarnya atau jumlah contoh
disajikan pada Tabel 5.5.
Apabila cakupan wilayah penelitian relatif luas, maka anggota populasi yang diamati tersebar menurut
dimensi ruang; sehingga jumlah contoh yang diperlukan untuk mewakili populasi relatif lebih besar.

× ο × × × × × × × × × ο × × × × × × × ×

× × × × × × ο × × × × ο × × × × × × × ×

× × × × × × × × ο ο × ο × × × × × × × ×

× × × × × × × × × × × ο × × × × × × × ×

× ο × × × × × × × × × ο × × × × × × × ×

× × × × × × × × × × × ο × × × × × × × ×

ο × × × × × × × × × × ο × × × × × × × ×

× × × × × × × × × × × ο × × × × × × × ×

× × × × × ο × × × × × ο × × × × × × × ×

× ο × × × × × × ο × × ο × × × × × × × ×

Simple random sample Systematic sample

Subset 1 × ο × × × × × × × × Subset 1 × × × × × × × × × ×

× × × × × × ο × × × × × × × × × × × × ×

× × × × × × × × ο × × × × × × × × × × ×
Subset 2 × × × × × × × × × × Subset 2 ο × × × ο × ο × × ×

× ο × × × × × × × × × ο × × × × ο × × ×

× × × × ο × × × × ο × × × × ο × × × × ο

ο × × × × × × × × × ο × × × × × × ο ο×
Subset 3 × × × × × × × ο × × Subset 3 × × × × × × × × × ×

× × × × × ο × × × × × × × × × × × × × ×

× ο × × × × × × × × × × × × × × × × × ×

Stratified sample Stratified sample

Gambar 5.1. Ilustrasi pendekatan rancangan contoh probobilitas (diadaptasi dari Maylor
dan Blackmon, 2005)

Page 8 of 21 Modul 5
Metode Penelitian Sosial/Rancangan Penarikan Contoh Brawijaya University 2012
Tabel 5.4. Deskripsi Rancangan Contoh (sampling design) Pada Pendekatan Rancangan Contoh (sampling design) Pendekatan Probability

Sample design Deskripsi Keuntungan Kerugian Kapan Digunakan


Random Sampling Sampel acak sederhana dimana Metode ini sederhana dan mudah (1) sampel yang dipilih tersebar luas (1) Jika populasi tidak tersebar luas
setiap unit penelitian dari populasi dilakukan sehingga biaya trans-portasinya (2) Jika populasi lebih atau paling
mempunyai kesempatan yg sama tinggi, sedikit homogen dengan
untuk dipilih sebagai sampel (2) Dibutuhkan ke-rangka/daftar dari karakter istik yang diteliti
populasi,
(3) sampel yang dipilih mung-kin bukan
merupakan tipe dari populasi
Systematic Suatu metode pengambilan (1) penggambaran sample mudah, (1) kerangka / daftar populasi (1) jika penataan dari populasi
sampling sampel, dimana unsur pertamanya (2) mudah dalam mengadministra- diperlukan merupakan prinsip random
dipilh secara acak sedangkan sikannya dilapangan (2) jika terdapat ciri-ciri stratifikasi
unsur selanjut-nya secara (3) sebaran sampel lebih besar dari dalam populasi
sistematis menurut pola tertentu. populasi, (3) ketika stratifikasi dengan
Populasinya besar dan homogen (4) lebih tepat dari random banyak data digunakan
sampling
Stratified sampling Masing-masing unit dari populasi (1) stratifikasi dapat memberikan (1) daftar populasi dari setiap strata di- (1) jika populasi seperti itu penye-
disusun ke dalam grup/strata tambahan dalam ketepatan perlukan. (2) biaya transportasi tinggi, baran karakteristik menjadi
kemudian dipilh secara acak dari estimasi dari karateristik khususnya bila populasi mencakup sangat jarang atau menumpuk
masing-masing strata. Populasinya populasi wilayah yang luas dalam kelompok kecil,
heterogen (2) lebih tepat secara administratif (2) jika ketepatan estimasi adalah
keinginan dari beberapa
populasi
Cluster sampling Suatu metode dimana tidak (1) daftar dari suatu populasi tidak (1) biaya dan masalah analisis statistik (1)peng-clusteran biasa digunakan
tersedia kerangka sample, dibutuhkan adalah yang terbesar dari pada seleksi individu
masing-masing unit dari populasi (2) daftar biaya berkurang (2) sulitnya prosedur estimasi dimana biaya terendah per
disusun kedalam grup/cluster (3) biaya transportasi berkurang elemen lebih dari kompen-sasi
kemudian cluster dipilih secara atas kerugian.
acak. Anggota dari cluster (2) jika populasi dapat dikelompok-
merupakan unir sample kan dalam cluster ketika unit
populasi individu diketahui
berbeda dari karak-teristik yang
di-pelajari.
Multistage Beberapa cluster dipilh menjadi (1) biaya transportasi berkurang (1) prosedur estimasi sulit, khususnya (1) jika tidak tersedia daftar
sampling sample cluster kemudian unit (2) berkurangnya biaya pendataan pada tahapan pertama nit-unitnya populasi, (2) jika populasi
sample dipilh dari unit cluster tidak sama besar. (2) prosedur mencakup wilayah yang luas
dengan simple random. Clustering sampling membutuhkan
dapat dilakukan lebih dari satu perencanaan se-belum seleksi
tahap. dilakukan
Metode Penelitian Sosial/Rancangan Penarikan Contoh Brawijaya University 2012
Tabel 5.5. Penentuan besarnya contoh (sample size)

Sample Design RUMUS Kapan digunakan Keterangan Simbol


Random sampling 2 2 N = jumlah keseluruhan dari unit sample dalam populasi
NZ s
n = Nd 2 + Z 2 s 2 ......... (a) d = maksimum error yang dapat diterima
Z = variabel normal menggunakan tabel Z
NZ 2 p (1− p ) p = estimasi proporsi
n = Nd 2 +Z 2 p (1− p ) .......... (b) s = variance sample

Stratified N h dalam L strata kurang lebih L = the number strata


sampling ∑ N h2 sh2
L (1) Ketika
sama
n= d2 N h =jumlah keseluruhan dari unit sample dalam populasi
N 2 2 + ∑ N h s h2
z 2

Alokasi sample size dalam strata :


(2) Ketika s h
dan c h tidak bervariasi dari 2

n
strata ke strata s h
= variance strata
nh = ............. Equal
L 2
c h = biaya per sam-pling unit
(3) Ketika s h
atau c h pada awalnya tidak
diketahui

N ∑ Nhsh2 (1) Ketika N h ber-variasi dari strata ke


n= d2
N 2 2 +∑ Nhsh2 strata
z
Alokasi sample size dalam strata :
Nh
nh = .n ........... Proportional
N

Page 10 of 21 Modul 5
Metode Penelitian Sosial/Rancangan Penarikan Contoh Brawijaya University 2012
Sample Design RUMUS Kapan digunakan Keterangan Simbol
(∑ N s ) h h
2
2
2
(1) Ketika s h
yang diharapkan bervariasi
n = N2 d +
z2
∑ Nhsh2 dari strata ke strata

Alokasi sample size dalam strata :


N h sh
nh = .n ........... Neyman
∑ Nhsh

(∑ N s h h ch )(∑ N s / c )
h h h (1) Ketika s
2
h
dan c h yang diharapkan
2 bervariasi dari strata ke strata
n= d
N2 + ∑ Nhsh2
z2
Alokasi sample size dalam strata :
N h sh / ch
nh = .n ....... Optimum
N h sh
∑ ch

Page 11 of 21 Modul 5
Metode Penelitian Sosial/Rancangan Penarikan Contoh Brawijaya University 2012

3.3. Tugas kegiatan belajar 2


Berdasarkan hasil penyelesaian TKB 1 dalam modul ini, mahasiswa diminta untuk membuat kelompok
untuk membahas:
1. Menetapkan pendekatan penarikan contoh yang sesuai
2. Menetapkan metode penarikan contoh yang sesuai
3. Menetapkan jumlah contoh yang representative
4. Apabila tidak menggunakan contoh (sample); siapakah yang menjadi unit pengamatan?

DAFTAR PUSTAKA
Mantra dan Kastro. 1995. Penentuan Sampel. dalam Singarimbun,M dan Sofian Effendi (Editor). Metode
Penelitian Survei. LP3ES, Jakarta.

Babbie, E. 2007. . Practical of Social Research. Seven Edition, Thomson Higher Aducation, Belmont: Ch. 7 (p.
179 – 186)

Baker, T.L. 1988. Doing Social Research. McGraw-Hill Book Company. Singapore: chapter 6 (p.
144 – 161)

Henry, GT. 1990. Practical Sampling. Applied Social Research Methods Series. Volume 21. S AGE
PUBLICATIONS. Newbury Park

Maylor H. and K. Blackmon. 2005. Researching Business & Management. Palgrave Macmillan, New
York: chapter 6 (p.194 –198)

Parel, CP. et. al. 1978 . Sampling Design and Procedures. A/D/C Asia Office, Tanglin

Tull, D.I and D.I. Hawkins. 1993. Marketing Research: Measurement & Method. Sixth Edition. Macmillan
Publishing Company, New York : chapter 3 (p. 49 – 67) and chapter 15 (p. 533 – 563)

4. Rancangan Tugas Modul 5

4.1. TUJUAN TUGAS :


a. Meningkatkan pengetahuan jenis rancangan penarikan contoh dan menumbuhkan kemampuan mahasiswa
dalam memilih metode penarikan contoh yang sesuai dengan rencana penelitian skripsi.
b. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengidentifikasi karakteristik jenis rancangan penarikan
contoh yang sesuai
c. Memahami prosedur penarikan dan penemtuan jumlah contoh

4.2. URAIAN TUGAS :


a. Obyek garapan : Rancangan penarikan contoh

b. Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan :


(1). Melengkapi materi pada setiap kegiatan belajar pada Modul 5 dengan bahan referensi dari sumber lain.
(2). Menyelesaikan semua soal latihan dan tugas yang terdapat pada Modul 5; yaitu pada uraian tugas
kegiatan belajar 1 dan 2.
Metode Penelitian Sosial/Rancangan Penarikan Contoh Brawijaya University 2012
c. Metodologi/cara pengerjaan, acuan yang digunakan:
(1). Untuk menyelesaikan tugas kegiatan belajar (TKB) 1 Modul 5, mahasiswa diminta mengerjakan secara
mandiri; sedangkan untuk TKB 2 dikerjakan secara kelompok menurut bidang kajian yang sama.
(2). Penyelesaian TKB 1 dilakukan pada jadwal praktikum. Untuk memahami populasi dan logika sampling,
mahasiswa disarankan untuk membaca Tull dan Hawkins (1993) chapter 15; Babbie (2007) chapter 7;
Singarimbun dan Affandi (1995).
(3). Diskusikan jawaban soal latihan dari tugas kegiatan 2 pada jadwal tutorial. Mahasiswa disarankan untuk
membaca referensi tambahan: Baker (1988) chapter 6 dan Henry (1990).
(4). Kumpulkan hasil sementara jawaban latihan soal TKB 1 pada waktu kegiatan praktikum dan revisi
dikumpulkan pada minggu berikutnya.
(5). Hasil sementara dari kerja kelompok penyelesaian latihan soal TKB 2 dikumpulkan pada waktu tutorial
dan akan dipresentasikan dikelas pada jadwal tutorial pada minggu minggu berikutnya.
(5). Praktek penarikan contoh dan latihan wawancara (TKB 3 Modul 4) merupakan materi kegiatan
praktikum 7 – 8, yaitu tentang Latihan Penarikan Contoh dan Wawancara yang dilaksanakan pada hari
Sabtu & Minggu, tanggal 21 dan 22 Mei 2011.
(6). Metode pelaksanaan tugas kegiatan 3 Modul 4 dan praktek penarikan contoh diuraikan pada pedoman
pelaksanaan praktikum kegiatan 7 – 8.

d. Kriteria luaran tugas yang dihasilkan:


(1). Jawaban latihan soal (hard copy) sebelum maupun sesudah diskusi kelas.
(2). Penyajian presentasi di dalam kelas dengan format power point.

4.3. KRITERIA PENILAIAN :


a. Kelengkapan jawaban
b. Kreativitas tampilan power point
c. Kejelasan dalam penyajian
d. Kemampuan menjawab pertanyaan/sanggahan/tanggapan dari audiences
e. Penilaian aspek kognitif dan afektif mahasiswa yang bukan merupakan kelompok penyaji didasarkan
pada partisipasi aktif dalam memberikan tanggapan, kritik, dan pertanyaan.
f. Penilaian kemampuan didasarkan pada tabel berikut :

Page 13 of 21 Modul 5
Metode Penelitian Sosial/Rancangan Penarikan Contoh Brawijaya University 2012
Tabel 1. Indikator penilaian proses diskusi kelompok

Peran Komponen penilaian Indikator Skala Bobot Nilai


Ketua 1. Memandu proses diskusi Kurang aktif 60 0,20 12
Sedang aktif 75 15
Sangat aktif 90 18
2. Memotivasi anggota Kurang aktif 60 0,25 15
Sedang aktif 75 18,75
Sangat aktif 90 22,50
3. Memelihara kelompok Kurang aktif 60 0,20 12
dinamis Sedang aktif 75 15
Sangat aktif 90 18
4. Mengatur waktu Kurang efisien 70 0,10 7
Efisien 75 7,50
Sangat efisien 80 8
5. Mengarahkan sekretaris dlm Tdk mengarahkan 50 0,10 5
mengikuti proses & membuat Mengarahkan 75 7,50
catatan secara tepat dan
cermat
6. Menyiapkan sumber pustaka Tdk menyumbang 0 0,15 0
Menyumbang 75 11,25
Nilai Terrendah 51,0
Nilai Tertinggi 85,25

Peran Komponen penilaian Indikator Skala Bobot Nilai


Sekretaris 1. Mencatat point-point yang Tidak sistematis 60 0,20 12
dihasilkan oleh kelompok sistematis 70 14
2. Berpartisipasi dalam menjawab Tidak pernah 0 0,30 0
soal 1 kali 30 9
2 – 3 kali 60 18
>3 kali 90 27
3. Mencatat referensi yang Sebagian 70 0,30 21
digunakan kelompok keseluruhan 85 25,5
4. Menyiapkan sumber pustaka Tdk menyumbang 0 0,15 0
Menyumbang 75 11,25
Nilai Terrendah 33
Nilai Tertinggi 77,50

Anggota 1. Menyiapkan sumber pustaka Tdk menyumbang 0 0,15 0


Menyumbang 75 12
2. Berkontribusi memberikan Tidak pernah 0 0,30 0
alternatif jawaban soal latihan 1 kali 30 9
2 – 3 kali 60 18
>3 kali 90 27
3. Memberikan tanggapan Tidak pernah 0 0,25 0
terhadap pendapat individu lain 1 kali 30 7,50
2 – 3 kali 60 15
>3 kali 90 22,5
4. Kehadiran dlm diskusi Tdk hadir 0 0,15 0
Hadir 70 10,50
Nilai Terrendah 0
Nilai Tertinggi 71,25

Page 14 of 21 Modul 5
Metode Penelitian Sosial/Rancangan Penarikan Contoh Brawijaya University 2012
Tabel 2. Indikator penilaian Kelompok (TKB 1 & 2)
No. Komponen penilaian Indikator Skala Bobot Nilai
A. Laporan kelompok
1 Kelengkapan deskripsi Konsep Teori Dasar:
Tidak ada 60 0,3 18
Ada & kurang tepat 70 21
Ada & tepat 100 30
2 Power point Kurang dari standar 60 0,2 12
Standar 70 14
Lebih dari standar 80 16
3 Sistematika alur logika Tidak ada 60 0,3 18
Ada & tdk runtut 70 21
Ada & runtut 100 30
4 Daftar pustaka Tidak ada 30 0,2 6
Ada & tdk sesuai 50 10
Ada & tdk lengkap 70 14
Ada & lengkap*) 90 18
Catatan: Nilai terendah: 54, tertinggi: 94

Tabel 3. Indikator penilaian individu bukan penyaji (Audiance)

GRADE SKOR INDIKATOR KERJA

Sangat kurang <20 Tanggapan, kritik, pertanyaan tidak masuk akal dan tidak
ada hubungan logis
Kurang 21-40 Tanggapan, kritik, pertanyaan cukup logis, namun tidak
masuk akal
Cukup 41-60 Tanggapan, kritik, pertanyaan logis, masuk akal, inovatif

Baik 61-80 Tanggapan, kritik, pertanyaan logis, masuk akal, inovatif

Sangat baik >81 Tanggapan, kritik, pertanyaan logis, inovatif dan dapat
mudah diimplementasikan pada dunia nyata

Page 15 of 21 Modul 5
Metode Penelitian Sosial/Rancangan Penarikan Contoh Brawijaya University 2012

5. Praktikum Kegiatan 7 – 8 : Rancangan Penarikan


Contoh (Sampling Design): Latihan Penarikan
Contoh dan Melakukan Wawancara

5.1. Uraian Materi


Mantra dan Kastro (1995) dalam Singarimbun dan Handayani (1995) menyatakan bahwa suatu metode
penetapan contoh (sample) yang ideal apabila mempunyai sifat: (1) menghasilkan deskripsi populasi yang diteliti
yang bisa dipercaya, (2) menghasilkan presisi yang tinggi, (3) sederhana (mudah diaplikasikan), dan (4) memberikan
informasi (keterangan) yang banyak dengan biaya yang minimum. Adapun yang dimaksud dengan presisi adalah
tingkat ketepatan antara hasil yang diperoleh dari contoh apabila dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari
populasi.
Kadangkala peneliti dapat dan akan memilih contoh pendekatan probabilitas dengan menggunakan teknik
statistic yang tepat, namun diwaktu yang lain teknik pendekatan nonprobabilitas lebih cocok (Babbie, 2007). Teknik
penarikan contoh nonprobabiltas ada beberapa macam yang dipergunakan peneliti mengkaji kelompok sosial
dijadikan sebagai informant (nara sumber). Masing-masing teknik yang dipergunakan seharusnya menjamin bahwa
contoh (sample) mewakili (representative) populasi yang menjadi contoh.
Metode penarikan contoh pendekatan probabilitas menyediakan cara unggul dari pemilihan contoh yang
representative dari populasi. Metode ini mengatasi masalah bias dalam penarikan contoh (sampling bias) yang
disengaja maupun tidak yang diberikan oleh maing-masing elemen populasi. Kunci dari penarikan contoh
probabilitas adalah pemilihan secara random. Perlu disadari bahwa pemilihan contoh secara hati-hatipun tidak akan
memberikan keterwakilan yang sempurna; namun selalu ada kesalahan dalam penarikan contoh (sampling error).
Kerangka contoh (sampling frame) adalah daftar atau semi daftar dari anggota suatu populasi. Kerangka
contoh digunakan dalam menyeleksi contoh. Contoh yang mempunyai kemampuan untuk mewakili (representative)
tergantung secara langsung dari keluasan kerangka contoh yang berisi keseluruhan anggota populasi yang
dimaksudkan untuk mewakili.
Beberapa rancanganpenarikan contoh tersedia bagi peneliti. Penarikan cntoh acak sederhana (simple random
sampling) merupakan teknik penarikan pendekatan probabilitas yang paling dasar. Penarikan contoh sistematik
(systematic sampling) melibatkan pemilihan setiap anggota ke-k dari kerangka contoh. Sedangkan, stratifikasi
merupakan proses pengelompokan anggota populasi kedalam strata yang relatif homogen sebelum dilakukan
penarikan sampling. Penarikan contoh multi tahap (multistage cluster sampling) merupakan teknik penarikan contoh
yang relatif kompleks yang seringkali digunakan ketika tidak tersedia daftar keseluruhan anggota populasi. Pada
teknik ini, peneliti harus menyeimbangkan jumlah atau ukuran contoh pada setiap kelompok (cluster) guna
mencapai ukuran contoh tertentu.
Wawancara (interview) merupakan salah satu teknik pengumpulan data. Kualitas data seringkali tergantung
pada ketangkasan pewawancara (enumerator) dalam menyampaikan pertanyaan kepada sumber data (responden
yang diwawancarai). Disamping itu juga dipengaruhi oleh suasana wawancaara dan perilaku enumerator. Tingginya
kepercayaan responden terhadap enumerator memotivasi responden untuk mengungkap pemikiran dan perasaan
pribadinya.
Terdapat dua tipe wawancara; yakni tersetruktur dan tidak tersetruktur. Dikatakan tergolong tipe yang
pertama, apabila enumerator menanyakan secara eksplisit pertanyaan-pertanyaan secara konsisten kepada seluruh
responden. Pada wawancara tidak tersetruktur, enumerator menanyakan dengan pertanyaan terbuka dan menggali
lebih jauh atas jawaban langsung dari responden. Seringkali hasil wawancara direkan dengan audiotape atau
videotape; namun demikian enumerator (pewawancara) masih harus melakukan pencatatan informasi yang dirasa
sangat penting. Pada waktu menggunakan fasilitas tersebut, peneliti atau enumerator terlebih dahulu memeriksa
(cek) perlengkapan tersebut termasuk adalah pengaturan volume sebelum wawancara. Disamping itu, enumerator
Page 16 of 21 Modul 5
Metode Penelitian Sosial/Rancangan Penarikan Contoh Brawijaya University 2012
harus memohon ijin kepada responden (nara sumber), karena untuk mengantisipasi bila responden tidak berkenan
pada proses perekaman.
Secara umum, dalam proses wawancara terdapat empat tahap; yaitu tahap awal, tengah dan akhir. Pada
bagian awal, termasuk didalamnya adalah memperkenalkan diri, menyampaikan maksud dan tujuan dari kegiatan
wawancara, memberikan penjelasan secara singkat dari proses kegiatan wawancara, serta membangun saling
percaya antara enumerator dengan responden. Pada tahap tengah-tengah proses wawancara adalah mengarahkan
focus pembicaraan pada hal-hal yang penting; mengingat seringkali terjadi pembicaraan yang keluar jauh dari materi
yang diperlukan. Tahap terakhir ialah membuat ringkasan atas respon responden dan mengkonfirmasikan atau
menambah informasi tertentu yang relevan.
Dalam Singarimbun (1995) dikemukakan bahwa agar proses wawancara berhasil mencapai kualitas data yang
baik ditentukan penampilan dan sikap dari responden; yakni:
• Berpakaian sederhana dan rapi
• Sikap rendah diri
• Sikap hormat kepada responden
• Ramah dalam sikap dan ucapan
• Sikap yang penuh pengertian terhadap responden dan netral
• Sanggup menjadi pendengar yang baik

5.2. Tujuan Praktikum


• Berpengalaman orientasi populasi
• Terampil menyusun kerangka sampel
• Terampil menetapkan rancangan penarikan contoh yang relevan
• Terampil menetapkan besarnya sampel yang representatif
• Terampil melakukan penarikan contoh yang representatif
• Terampil melakukan wawancara dengan mempertimbangkan etika berkomunikasi

5.3. Pelaksanaan Praktikum


1. Praktikan diminta untuk membentuk kelompok kecil dengan jumlah disesuaikan dengan bidang kajian atau
judul yang hampir sama; jumlah anggota maksimal beranggotakan lima orang
2. Melalui diskusi kelompok, praktikan diminta untuk menentukan metode penarikan contoh (sampling design)
yang sesuai dengan daftar pertanyaan (kuesioner) yang dipilih. Panitia menyiapkan beberapa alternatif
kuesioner (lihat Tabel 7.1), pilih satu diantara kuesioner tersebut.
Tabel 7.1. Daftar judul kuesioner menurut rumpun bidang ilmu

No. Judul Rumpun bidang ilmu


1. Analisis nilai tambah Ekonomi Pertanian
2. Analisis biaya pendapatan usahatani (kelayakan finansial)
3. Analisis saluran pemasaran
4. Tingkat kesadaran merek Manajemen Agribisnis
5. Analisis sikap konsumen
6. Pengaruh Citra merek
7. Perencanaan & pengendalian (MPO)???
8.a. Pola Kemitraan (responden petani mitra) Komunikasi &
8.b. Pola Kemitraan (responden perusahaan) Pemberdayaan Masy
9. Adopsi Inovasi : PNPM (9.a), SL-PTT (9.b)
10. Pemberdayaan

Page 17 of 21 Modul 5
Metode Penelitian Sosial/Rancangan Penarikan Contoh Brawijaya University 2012
3. Praktikan diminta untuk mendiskusikan dalam menetapkan populasi dan mengidentifikasi elemen atau
unsur populasi.
4. Apabila menggunakan metode pendekatan probabilitas; praktikan diminta untuk membuat kerangka
contoh (sampling frame) dengan format tabel. Diskusikan nama judul kolom yang relevan dengan topik
penelitian.
5. Setiap kelompok diminta untuk menetapkan satu calon responden yang relevan. Catat pertimbangan
dalam penetapan responden yang akan diwawancarai.
6. Sebelum kegiatan wawancara dimulai, praktikan diminta untuk membagi pertanyaan yang menjadi
tanggungjawab masing-masing anggota kelompok. Pembagian bisa menurut sesi atau nomor pertanyaan.
Catat hasil pembagian tugas tersebut.
7. Praktikan diminta untuk melakukan wawancara kepada responden yang sama secara bergantian dengan
materi yang sesuai dengan pertanyaan yang menjadi tugas (tanggungjawab) masing-masing anggota.
Anggota yang tidak sedang wawancara sebagai pengamat. Mekanisme pergiliran tugas dapat dilihat pada
Gambar 7.1. Beberapa aspek yang menjadi obyek pengamatan praktikan adalah:
a. penyebab jawaban responden bersifat umum dan atau yang sulit dimengerti oleh responden
b. kekurangan dan kesalahan dalam wawancara
c. kesulitan yang dihadapi oleh pewawancara maupun responden

8. Menyusun laporan wawancara dengan format seperti yang terdapat pada lampiran 10.3. pada referensi
Singarimbun dan Effendi. (1995).

Page 18 of 21 Modul 5
Metode Penelitian Sosial/Rancangan Penarikan Contoh Brawijaya University 2012

Wawancara dilakukan Wawancara dilakukan


oleh anggota nomor oleh anggota nomor
5; pengamatan 1; pengamatan
dilakukan oleh dilakukan oleh
anggota nomor 1 anggota nomor 2

Wawancara dilakukan Wawancara dilakukan


oleh anggota nomor oleh anggota nomor
4; pengamatan 2; pengamatan
dilakukan oleh dilakukan oleh
anggota nomor 5 anggota nomor 3

Wawancara dilakukan
oleh anggota nomor
3; pengamatan
dilakukan oleh
anggota nomor 4

Gambar 7.1. Urutan penyelesaian tugas masing-masing anggota kelompok praktikan dalam proses wawancara

5.4. Laporan Praktikum (Lembar kerja)


1. Teknik penarikan sampling yang dipilih . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Dasar pertimbangan yang menyertai penetapan teknik penarikan sampling . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

................................................................................................

................................................................................................

................................................................................................

................................................................................................

..............................................

Page 19 of 21 Modul 5
Metode Penelitian Sosial/Rancangan Penarikan Contoh Brawijaya University 2012
2. Hasil diskusi kelompok dalam penetapan populasi: . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . dan unit pengamatan

(sumber informasi adalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

......................................

3. Hasil penyusunan kerangka contoh (sebaiknya buat tambahan halaman tersendiri mengingat space ini tidak
mencukupi!)

4. Hasil pencatatan nama calon responden dan beberapa pertimbangan yang menyertainya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

................................................................................................

..............................................................................................

5. Hasil pencatatan pembagian tugas masing-masing anggota kelompok

Nama NIM Tugas


1.

2.

3.

4.

5.

Page 20 of 21 Modul 5
Metode Penelitian Sosial/Rancangan Penarikan Contoh Brawijaya University 2012
Hasil pencatatan wawancara; format laporan disesuaikan dengan lampiran 10.3. pada referensi Singarimbun

Praktikum VII-VIII
Tanggal : …………………................

Kelompok/Kls : …………/……................

Lokasi : …………………................

Nilai : …………………................

Nama Asisten : …………………................

Tanda tangan :

Page 21 of 21 Modul 5

Вам также может понравиться