21100117120026 Siapa diantara kita yang sama sekali tidak memiliki media sosial? Rasanya hampir tidak mungkin bila di era digital seperti ini kita tidak memiliki media sosial. Paling tidak kita memiliki satu dari sekian banyak media sosial yang ada. Seolah telah menjadi gaya hidup serta media sosial kini menjadi seperti sebuah keharusan. Dikatakan demikian karena media sosial memberikan akses kemudahan bagi kita dalam berkomunikasi. Dengan media sosial, komunikasi dapat berlangsung lebih efektif dan efisien. Perbedaan jarak dan waktu tidaklah lagi berarti karena informasi dapat tersebar luas secara cepat. Tidak heran jika keberadaan media sosial sangatlah dibutuhkan. Bagi generasi Y, media sosial bukanlah sekedar tempat untuk mendapatkan informasi. Lebih dari itu, media sosial juga digunakan sebagai sarana untuk mengaktualisasikan diri. Mengapa kita perlu melakukan aktualisasi diri? Kebutuhan ke-5 menurut Abraham Maslow ini merupakan kebutuhan manusia untuk menunjukkan potensi dirinya. Umumnya manusia ingin dirinya diakui dalam suatu lingkungan tertentu. Mereka berusaha menunjukkan bahwa dirinya memiliki potensi yang tidak dimiliki oleh orang lain. Sehingga ia mampu diterima, diakui, dan dihargai keberadaannya. Hal ini dilakukan terutama oleh para remaja yang sedang berusaha mencari jati diri. Saat ini telah tersedia beragam jenis aplikasi media sosial yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan diri, seperti Instagram, Path, Snapchat, dan lain-lain. Setiap media sosial menonjolkan cara-cara tersendiri untuk mengaktualisasikan diri. Salah satu media sosial yang banyak diminati kalangan muda, khususnya di Indonesia adalah Instagram. Instagram merupakan aplikasi media sosial yang memampukan kita untuk berbagi foto dan video. Fitur-fitur yang dimiliki oleh Instagram sangatlah menarik, seperti filter, hashtag, direct message, video berdurasi 60 detik, dan lain-lain. Tidak salah jika aplikasi ini memiliki jumlah 89% pengguna Instagram dengan rentang usia 18-34 tahun dari Indonesia. Mudah sekali kita menemukan remaja yang aktif membagikan foto ataupun video ke akun Instagramnya. Mulai dari kegiatan saat sekolah, bekerja, liburan atau melakukan hobi. Tidak hanya berupa kegiatan, foto yang dibagikan pun dapat berupa benda yang mereka sukai. Mereka juga membagikan gaya berbusana from head to toe, atau yang biasa disebut dengan outfit of the day (ootd). Dan bahkan mereka juga tidak ragu untuk mengunggah foto selfie. Melalui Instagram, kita (khususnya para remaja) mampu menunjukkan potensi yang dimiliki. Secara langsung maupun tidak, tanpa disadari kita dapat mengetahui karakter seseorang hanya dari Instagramnya. Apakah ia seseorang yang ceria, seseorang yang bijak, seseorang yang glamor atau tidak. Meskipun pepatah mengatakan, “don’t judge the book by it’s cover” tetapi paling tidak secara parsial kita mampu mengetahui informasi dasar tentang mereka. Kita juga dapat mengetahui informasi, seperti apa pekerjaan atau pendidikannya, apa hobinya, apa warna favoritnya, siapa keluarga, dan teman dekatnya. Tidak menutup kemungkinan juga kita mampu mengetahui informasi yang bersifat sangat pribadi yaitu tempat tinggal. Informasi yang kita dapat melalui foto atau video itulah yang sehingga memungkinkan kita untuk menebak kepribadian mereka. Berkat media sosial, mengenali seseorang saat ini tidak serumit dahulu. Cukup membuka akun media sosial milik seseorang yang kita tuju, maka dengan mudah kita mendapatkan informasi tentangnya. Melihat situasi seperti ini, sebagai generasi Y kita perlu bersikap bijak dan hati-hati dalam menggunakan media sosial. Baiknya kita mem-filter terlebih dahulu segala sesuatu yang akan kita unggah ke media sosial. Sebelum mengunggah foto atau video, coba pikirkan dua kali kira-kira apa respon yang akan diberikan oleh publik. Selain itu, mem- filter diperlukan agar kita dapat meminimalisir persepsi negatif yang diberikan orang setelah melihat Instagram kita. Karena sejatinya makna terletak pada komunikan. “Ah ngapain sih aku harus peduli apa kata orang lain. Ini akun Instagram punyaku kok, terserah dong aku mau posting apa aja di sini.” Kalimat yang mungkin akan terujar adalah seperti di atas. Namun perlu kita pahami bahwa apa yang kita unggah adalah cerminan dari diri kita sendiri. Dan citra diri kita dapat terbentuk melalui apa yang kita unggah tersebut. Mungkin sekarang belum waktunya apa yang kita unggah menjadi bumerang bagi kita. Tapi nanti saat melamar pekerjaan atau mengikuti kompetisi, aktivitas kita di media sosia juga akan menjadi bahan pertimbangan. Maka, gunakanlah media sosial sebagai sarana aktualisasi diri secara lebih bijak dan berhati-hati. Korektor : Emerald Thesaonika Christi NIM : 21100117120024 Jurusan : Teknik Geologi No. Kesalahan Koreksi 1. Ke-5 (Paragraf 2) Kelima 2. Mengaktualisasikan (Paragraf 3) Mengaktualkan 3. . Dan bahkan …. (Paragraf 3) Tanpa titik sebelum kata “dan” 4. Glamor (Paragraf 3) Glamour 5. Mem – filter (Paragraf 4) Memilah 6. Mem – filter (Paragraf 4) Pemilahan 7. Terujar (Paragraf 4) Terucap 8. . Dan citra diri …. (Paragraf 4) Tanpa titik sebelum kata “dan”