Вы находитесь на странице: 1из 14

Kedokteran Klinis. David Rubenstein, david wayne, john Bradley. Edisi Ke-6.

Judul asli lecture Notes on


Clinical Medicine; Sixth edition. Blackwell Science Ltd, translation copyright 2007 by Penerbit Erlangga.
Alih Bahasa: dr. Annisa Rahmalia.

Rubenstein, David, dkk. 2007. Lecture Notes Kedokteran Klinis. Dialih bahasakan oleh Annisa Rahmalia.
Jakarta : Erlangga. 121-125

https://books.google.co.id/books?id=lhDl8_eIsiEC&pg=PA124&dq=meningitis&hl=id&sa=X&ved=0ahUK
Ewj9xK-u9L3ZAhWIVLwKHYziBDMQ6AEIRTAG#v=onepage&q=meningitis&f=false

Etiologi

PENYEBAB MENINGITIS
Organisme Gambaran klinis Cairan Mikrobiologi Antiseptik
khusus serebrospinal terpilih
(LCS)
Penyebab tersering
Meningococcus Ruam pura-pura Polimorf: 0,5-2,0 Diplokokus intrasel Penisilin atau
Syok septik x 109/L gram negative sefotaksim
Protein: 1-3 g/L Kultur darah positif
Glukosa: sangat Imunoelktroforensis
rendah LCS positif
Pneumococcus Gangguan saraf Polimorf: 0,5-2,0 Diplokokus gram- Penisilin atau
kranial x 109/L positif sefotaksim
Otitis media Protein: 1-3 g/L Kultur darah positif
Pneumonia Glukosa: sangat Imunoelktroforensis
lobaris rendah LCS positif
Mortalitas tinggi
(10-20%)
Haemophilus Paling sering Polimorf: 0,5-2,0 Basil gram-negatif Sefotaksim atau
influenza pada anak < 5 x 109/L kloramfenikol
tahun Protein: 1-3 g/L
Glukosa: sangat
rendah
Coxsackievirus dan Paralisis (sangat Limfosit: 0,05-0,5 Apus tenggorok Tidak ada
echovirus jarang) x 109/L positif
Protein: 0,5-1 g/L Kultur tinja positif
Glukosa: normal Antibodi serum:
titer meningkat
Virus gondongan Limfosit: 0,05-0,5 Apus tenggorok Tidak ada
x 109/L positif
Protein: 0,5-1 g/L Kultur tinja positif
Glukosa: normal Antibodi serum:
titer meningkat
Penyebab yang
jarang
Mycobacterium Onset subakut Limfosit: 0,1-0,6 x Basil tahan asam Penisilin
tuberculosis Perubahan 109/L dan alcohol
kepribadian Protein:1-6 g/L Pewarnaan ziehl-
Stroke Glukosa: rendah, neelsen dan
Lesi saraf kranial < 1,4 mmol/L mikroskop
Kejang pada anak fluorensens
Pireksia tanpa
penyebab jelas
Leptospira Setelah paparan Limfosit: 0,2-0,3 x Antibodi serum: Penisilin
9
icterohaemorrhagiae urin tikus 10 /L titer meningkat
(penyakit weil) (pembuangan Protein: naik
air) sebesar 0,5-1,5
Berhubungan g/L
dengan hepatitis Glukosa: normal
dan nefritis
Jumlah leukosit
tinggi: 10-20 x
109/L
Peyakit Lyme Berhubungan Pemeriksaan Tetrasiklin
dengan lesi saraf antibodi
kranial (N. VII imunoflouresen
unilateral atau
bilateral dan
arthralgia
asimetris dan
eritema
kronikum
migrans)
Poliovirus Meningitis Limfosit: 0,05-0,5 Apus tenggorok Tidak ada
(sering) paralisis x 109/L positif
asimetris (jarang) Protein: 0,5-1 g/L Kultur tinja positif
Insidensi polio Glukosa: normal Antibody serum:
meningkat titer meningkat
dengan
berkurangnya
imunisasi
NB: Penyebab lain yang jarang: sindrom imunodefisiensi didapat (AIDS), virus herpes simpleks,
arbovirus, staphylococcus, listeria, pseudomonas, Cryptococcus pada penderita imunosupresi; Eschericia
coli, streptokokus, dan Listeria pada neonates
Tabel 8.2 bakteri dan virus penyebab meningitis

Bakteri dan virus penyebab bisa dilihat dalam tabel. Berikut ini hal hal yang harus dipertimbangkan.

 Meningitis tuberkolosis mudahtelewatkan dan harus dipertimbangkan sebagai diagnosis


banding dari semua kasus meningitis virus
 Tumor otak, infiltrasi limfomatosam abses dan thrombosis sinus venosus bisa menyebabkan
limfositosis dan meningkatkan protein dalam LCS
 Kaku duduk dan nyeri kepala tanpa disertai tanda lain yang lebih beart bisa timbul setelah
perdarahan subraknoid yang kecil
 Penderita diabetes bisa dipicu ke keadaany koma dengan adanya meningitis
 Diagnosis pasti meningismus bisa berarti kegagalan mendiagnosis meningitis
 Jika ragu, pungsi lumbal harus dilakukan
 Meningitis pneumokokus seringkali timbul sekunder akibat infeksi pneumokokus pada paru,
sinus atau telinga

Gambaran klinis

Gambaran klinis yang timbul adalah akibat dari

 Infeksi
 Meningismus (+- gambaran ensefalitis ringan); dan
 Peningkatan tekanan intrakranial

MENINGITIS MENINGOKOKUS

Meningitis ini adalah bagian dari septikemia (suatu kondisi dimana seseorang mengalami
keracunan darah akibat bakteri dalam jumlah besar masuk ke dalam aliran darah). Meningokokus
seringkali terdapat dalam nasofaring dan asimtomatuk (pembawa) dan cenderung menyebabkan
epidemic infeksi, terutama pada anak-anak dan dewasa muda. Penyakit ini timbul pada pemukiman
padat dan di masyarakat tertutup, setelah masa inkubasi yang singkat selama 1-3 hari, penyakit timbul
mendadak diawali demam, nyeri kepala, mual, muntah, dan aku duduk. Kebingungan mental dan koma
bisa timbul selanjutnya. Bisa terdapat ruam yang khas dengan petekie ireguler dengan berbagai ukuran
di seluruh tubuh. Terdapat resiko kolaps kardiorespirasi dan koagulasi intravascular diseminata.

Tersedia vaksin terhadap grup A dan C; sebagian besar kasus di inggris disebabkan oleh grup B.
pelancong ke daerah berisiko tinggi harus diimunisasi

Pungsi Lumbal

LCS tampak purulent dan terdapat peningkatan kadar protein sampai sekitar 1-3 g/L, 500-2000
polimorf/mm3 dan glukosa yang rendah atau hampir tidak ada. Ditemukan diplokokus gram-negatif
intraselular dan ekstraselular. Organisme ini juga bisa disolasi dari kultur darah.

Pengobatan

Obat terpilih

Benzilpenisilin 2-4 g infus, tiap 6 jam

Pengobatan lini kedua (bila pasien alergi penisilin)

Sefotaksim (1-2 g, tiap 8 jam) atau kloramfenikol (20 mg/kg bb, tiap 6 jam).

Mungkin perlu diberikan terapi suportif dengan cairan inotropik dan faktor pembekuan.

Di rumah sakit pasien harus ditempatkan di ruang isolasi selama 24 jam sejak onset pengobatan
dan kontak keluarga tedekat harus diberi rifampisin. Jika dicurigai adanya penyakit meningikokus, dokter
umum harus memberikan benzyl penisilin (atau sefotaksim pada alergi penisilin) parenteral sebelum
pasien dipindahkan secepatnya ke rumah sakit.

Meningitis Pneumokokus
infeksi mungkin timbul sekunder akibat pneumonia pneumokokus atau merupakan penyebaran dari
infeksi pada sinus atau telinga atau melalui fraktur basis kranii. Lebih sering pada pasien pediatric atau
geriatric, dan setelah tindakan splenektomi. Gejala cepat berkembang, kadang-kadang dalam hitungan
jam, dan demam, nyeri kepala, mual serta muntah bisa dengan cepat berubah menjadi koma.

Pungsi lumbal

LCS tampak putulen dengan peningkatan kadar protein, jumlah polimorf tinggi, dan glukosa rendah.
Terdapat diplokokus gram positif. Kultur darah seringkali positif (seperti pada pneumonia
pneumokokus).

Pengobatan

Obat tepilih

Benzilpenisilin, seperti pada meningitis menigokokus bila organisme penyebab sensitive. Dosisnya bisa
diturunkan setelah sekitar 3-4 hari bila demam telah turun dan terdapat perbaikan klinis. Pengobatan
harus dilanjutkan selama 10 hari.

Pengobatan lini kedua.

Sefotaksim atau kloramfenikol, seperti pada meningitis meningokokus. Meningitis pneumokokus sangat
serius terutama bila pasien dalam keadaan koma sebelum pengobatan dimulai. Mortalitas keseluruhan
tinggi (20-30%).

Meningitis Haemophilus influenza

Biasanya terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun karena setelah usia teresbut tubuh membentuk
antibody spesifik. Onsetnya bisa perlahan dengan masa inkubasi lebih panjang daripada meningitis jenis
lain yang telah dijelaskan (5 hari). Biasanya tejadi setelah penyakit sejenis influenza dan timbul dengan
keluhan demam, mual, dan muntah.

Pungsi lumbal

LCS purulent dengan jumlah protein dan polimorf tinggi serta glukosa rendah. Bisa tampak hasil basil
gram-negatif, dan tumbuh dalam kultur.

Pengobatan

Obat terpilih

Sefotaksim 1-2 g, tiap 8 jam; alternative lain adalah kloramfenikol 3-5 g/hari (anak-anak 50-100
mg/kg/hari selama 10 hari, walaupun bagi neobatus dipelukan dosis yang lebih rendah). Mortalitas
keseluruhanya adalah 5-10%.

Terapi penisilin intratekal

Tidak ada bukti yang mendukung penggunaan terapi benzilpenisilin intratekal melalui jarum pungsi
lumbal saat menemukan LCS purulent

Meningitis bakterialis akut tanpa penyebab yang jelas


Masalah ini timbul bisa didapatkan LCS purulent pada pasien meningitis namun tidak ditemukan
organisme pada pewarnaan Gram. Keadan ini seringkai timbul karena pengobatan dengan antibiotik
sebelum masuk ke rumah sakit. Tidak ada waktu untuk menunggu hasil kultur dan antibiorik harus
segera diberikan.

 Sefotaksim adalah obat tepilih


 Alternatifnya adalah kloramfenikol digabungkan dengan penisilin

Meningitis tuberculosis

Bisa timbul sebagai meningitis akut, namun yang paling sering adalah penyakit yang timbul
perlahan dengan demam, penurunan berat badan, dan tanda-tanda bingung serta iritasi serebral
progresif yang menuju kemunduran mental dan akhirnya koma.

LCS tampal opalesen dan hasil pemeriksaan penunjang mirip dengan meningitis virus namun
kadar glukosanya sangat rendah.

Tiga dari empat obat (rifampisin, isoniazid dengan piridoksin, etambutol, dan pirazinamid) harus
mulai diberikan dan untuk isoniazid diberikan dosis ganda. Jika menggunakan streptomisin, kadarnya
dalam darah harus dipantau untuk mencegah ototoksisitas (tidak ada tempat untuk pemberian
streptomisin intratekal).

Meningitis virus

Banyak jenis virus yang diduga telibat, diantaranya enterovirus (coxsackie A dan B, echovirus,
poliovirus), herpesvirus (virus herpes simpleks-1 (HSV-1), HSV-2, virus Epstein-Barr, virus varisela zoster),
gondongan, campak, dan adenovirus. LCS jernih dengan kandungan protein normal atau meningkat, dan
glukosa normal atau meningkatm dan glukosa normal. Bisa ditemukan sel-sel mononuclear, namun tak
ditemukan organisme. Gejala nyeri kepada dan meningismus bisa sembuh sendiri.

ENSEFALITIS HERPES SIMPLEKS

Ensefalitis adalah istilah untuk infeksi pada parenkim otak. penyebab terserin adalah HSV.
Sebagian episode diduga terjadi akibat reaktivasi virus laten. Ensefalitis terjadi tanpa disertai gangguan
lalin, namun seringkali pada pasien dengan sistem imun tertekan (immunocompromised). Gejala
prodromal singkat berupa nyeri kepala, demam, dan lesu diikuti oleh disfungsi SSP berat, dengan gejala
fokal, kejang dan koma.

CT scan memperligatkan lesi hipodens dengan cincin kontras dan EEG bisa menunjukkan adanya
kelainan fokal. Lesi tersering ditemukan pada lobus temporal. Hasil pemeriksaan LCS mirip dengan
meningitis virus. Identifikasi HSV dalam LCS yang dilakukan dengan reaksi rantai polymerase,
peningkatan titer terhadap HSV, dan/atau biopsy otak bisa membantu menegakkan diagnosis, namun
pengobatan dengan asiklovir 10 mg/kg t.d.s i.v harus dimulai begitu ada kecurigaan kuat kea rah
diagnosis tersebut.
Suririnah. 2009. Buku Pintar Merawat Bayi 0-12 Bulan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal 250-
251

https://books.google.co.id/books?id=DY9ki6uJQ-
UC&pg=PA250&dq=meningitis&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj9xK-
u9L3ZAhWIVLwKHYziBDMQ6AEITTAI#v=onepage&q=meningitis&f=false

Meningitis adalah radang selaput otak yang dapat disebabkan oleh virus atau bakteri. Virus
penyebab meningitis yang paling sering terjadi adalah enterovirus, sedangkan bakteri penyebab
meningitis, antara lain meningokokus, hemophilus influenza type B, dan pneumokokus.

Gejala umum meningitis pada bayi yaitu bayi menangis kuat atau kondisinya sangat lemah,
ubun-ubun kepala tampak menonjol, muntah, gelisah, atau lemah mengantuk, menolak minum susu
atau makan. Ruam pada tubuh (bercak keunguan) akan muncu. Terakhir, dan demam kadang tidak ada.
Meningitis yang mengenai bayi dibawah 3 bulan disebut neonatal meningitis, karena gejala pada bayi
kadang tidak khas, yang terpenting adalah melihat perubahan perilaku bayi, dan bila menduga terkena
meningitis, sebaiknya segera hubungi dokter.

Gejala umum meningitis pada anak yang lebih besar yaitu demam, sakit kepala hebat, leher
kaku tegang, sensitive terhadap cahaya, kejang, ruam kulit, gelisah, mengantuk dan muntah.

Bila dokter menduga bayi menderita meningitis, untuk memastikan penyebabnya akan
dilakukan pemeriksaan lumbal (Spinal tap) untuk mengambil sedikit cairan spinal. Dengan mengetahui
penyebab meningitis dan pengobatan sedini mungkin, kebanyakan meningitis akan sembuh total.
Pengobatan yang terlambat dapat menyebabkan masalah serius seperti ketulian, keterbelakangan
mental, dan kematian.

Untuk mencegah penyebaran virus dan bakteri meningitis Anda harus membiasakan hidup
sehat. Berikan juga imunisasi Hib dan pneumokokus pada bayi Anda.

https://books.google.co.id/books?id=LhzANK2oLfoC&pg=PA86&dq=ensefalitis+patofisiologi&hl=id&sa=
X&ved=0ahUKEwiZ2LvK9b3ZAhUGQLwKHQigBugQ6AEIKDAA#v=onepage&q=ensefalitis%20patofisiologi
&f=false

Muttaqin, Arif. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta; Salemba Medika. Hal 74

Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai sistem saraf pusat (SSP) yang disebabkan oleh virus
atau mikroorganisme lain yang nonpurulen. Penyebab tersering dari ensefalitis adalah virus kemudian,
herpes simpleks, arbovirus dan jarang disebabkan oleh enterovirus, gondongan, dan adenovirus.
Ensefalitis bisa juga terjadi pada pascainfeksi campak, influenza, varisella, dan pascavaksinasi pertusis.

Patofisiologi

Virus masuk tubuh pasien melalui kulit, saluran nafas dan saluran cerna, setelah masuk ke dalam
tubuh, virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan secara local; aliran virus terbatas menginfeksi
selaput lendir permukaan atau organ tertentu, penyebaran hematogen primer; virus masuk ke dalam
darah, kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut dan menyebar melalui
syaraf; virus berkembang biak di permuaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem persarafan.
Setelah terjadi penyebaran ke otak, timbul manifestasi klinis ensefalitis, masa prodromal
berlangsung selama 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorok,
malaise, nyeri ekstremitas dan pucat. Suhu badan meningkat, fotofobia, sakit kepala, muntah letargi,
kadang disertai kaku duduk jika infeksi mengenai meningen.

https://books.google.co.id/books?id=EsX3D_3jQnEC&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summ
ary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false

Meadow, Roy; Newell, Simon. 2003. Lecture Notes: Pediatrika. Edisi Ketujuh. Alih Bahasa: dr, Kripti
Hartini & dr. Asri Dwi Rachmawati. Jakarta: Erlangga. 117-119.

Meningitis

Ini merupakan penyakit yang penting pada masa anak-anak- 805 dari semua kasus meningitis
terjadi pada 5 tahun pertama kehidupan anak. Makin muda usia anak semakin sulit dalam diagnosis dan
semakin besar risiko kerusakan otak residual. Pentingnya mempertimbangkan kemungkinan adanya
meningitis pada setiap anak yang kejang bukan suatu yang berlebihan. Pada bayi, keterlambatan
diagnosis dalam hitungan jam saja dapat membedakan penyembuhan sempurna atau tidak sempurna.
Jika ada keraguan dalam mendiagnosis meningitis, pungsi lumbal wajib dilakukan.

Gejala awal meningitis tidak spesifik

Semua usia

Demam

Muntah

mengantuk

kejang

Bayi

Rewel

Meningitis keras

Ubun-ubun menonjol

Anak-anak

Sakit kepala

Fotopobia

Kaku kuduk

Pada bayi yang lebih tua, dapat terjadi tanda-tanda klasik iritasi meningeal yaitu meningismus.
Kaku duduk-kesulitan untuk memgleksika leher-dapat didemonstrasikan dengan membuhuk anak untuk
melihat kakinya atau mencium lututnya. Retraksi kepala adalah tanda-tanda meningitis lanjut. Tanda-
tanda Kernig seringkali ada, namun tidak adanya tanda-tanda tersebut bukan berarti tidak ada
meningitis. (meningismus sendiri bukan diagnosis adanya meningitis, kadangkala disebabkan oleh otitis
media, tonsillitis, adenitis servikal, artritis pada tulang belakang servikal, atau pneumonia.

MENINGITIS
1/3 Bakterial 2/3 Viral
Anak-anak Bayi baru lahir Semua usia
Neisseria meningitidis Streptokokus group B Enterovirus
(Diplokokus gram negatif)
Strep. pneumoniae Listeria Adenovirus
(Diplokokus gram positif)
Haemophillus Influenzae Escherichia coli Epstein-Barr
(Kokobasilus Gram negatif)
Koliform lain
Tabel 11.3 Penyebab meningitis

KARAKTERISTIK CAIRAN SEREBROSPINAL (LCS)


Normal Meningitis viral Meningitis bakterial
Penampakan Jernih Jernih atau agak keruh Berkabut atau purulen
3
Sel (mm ) 0-4 20-1000 500-5000
Tipe Limfosit Limfosit Neutrofil
Protein g/L 0,2-0,4 ↑ ↑↑
Glukosa mmol/L 3-6 3-6 ↑
Tabel 11.4 Karakteristik LCS pada bayi dan anak-anak

Pemeriksaan Penunjang

Pungsi lumbal yang segera dilakukan adalah penting. Jika dicurigai terdapat peningkatan
intracranial, pungsi lumbal mungkin tidak bisa dilakukan. Pewarnaan gram dan penghitungan jenis sel
memberikan informasi segera yang sangat berharga. Biasanya informasi ini mampu membedakan
meningitis viral (limfositik) dengan meningitis bacterial (purulent) dari pemeriksaan LCS yang diberikan
jika anak belum mendapatkan antibiotika.

Jika temuan yang didapat memberikan hasil yang samar-samar biasanya dilakukan penanganan
seperti jika ada pathogen bacterial. Feses, LCS, dan apusan tenggorok dapat dikultur untuk mengetahui
adanya birus, dan pada semua kasus kultur darah harus dilaksanakan. Jarang, namun serius, meningitis
tuberkolosis dapat terlihat seperti meningitis limfositik.

Terapi

Anak dengan meningitis bacterial awalnya ditangani dengan antibiotika intravena. Sefotaksim digunakan
sampai bakteri dapat diidentifikasi. Terapi ini dikombinasikan dengan terapi suportif dan simtomatik-
antikonsulvan, analgesic, atau cairan intravena pada anak yang kondisinya berat. Perbaikan kondisi
semestinya terligat dalam waktu kurang dari 36 jam, dan penanganan dini umumnya menghasilkan
penyembuhan sempurna walau meningitis pneumokokal cenderung memiliki perjalanan yang lebih
lambat. Meningitis viral diterapi berdasarkan gejala.

Hasil
Meningitis bacterial adalah kondisi yang serius: 5-10% anak meninggal dan 10% yang selamat memiliki
kerusakan otak permanen yang menyisakan ketulian, palsi serebral, hidrosefalus, atau epilepsy.
Meningitis berulang sangat jarang terjadi, dan bila ada harus dicari kemungkinan sinus dermal: defek
kecil yang menghubungkan kulit dan meninges. Biasa ditemukan di garis tengah kepala atau bagian
belakang setinggi sacrum.

Meningitis viral memiliki prognosis yang jauh lebih baik: penyembuhan total biasa terjadi. Paralisis
akibat poliomyelitis atau tuli akibat meningitis gondongan yang sulit ditemui di negara-negara yang
menyelenggarakan imunisasi masal.

Ensefalitis

Ensefalitis (peradangan pada otak) berhubungan dengan gejala serebral (misalnya kejang dan
mengantuk) atau tanda-tanda neurologis yang tidak diikuti dengan tanda-tanda meningitis yang jelas
(peradangan pada meninges). Pada LCS umumnya protein dan limfosit meningkat. Bentuk paling umum
pada usia anak-anak adalah ensefalomielitis akut diseminata (ensefalitis pascainfeksi) yang umumnya
muncul sekitar satu minggu setelah infeksi, misalnya cacar. Kebanyakan kasus ringan, namun sesekali
parah dan terjadi kerusakan otak akibat demielinasi. Ensefalitis jarang sekali terjadi setelah prosedur
imunisasi (pertusis, campak); risiko yang ada 10 kali lebih kecil ketimbang ensefalitis yang diasosiasikan
dengan infeksi yang berkaitan.

Ensefalitis herpes simpleks menyebabkan berbagai gejala neurologis. Pemeriksaan mikroskop


electron pada LCS, pemindaian CT atau MR, dan serelogi dapat membantu diagnosis. Diberikan asiklovir;
perawatan intensif sangat dibutuhkan. Lebih dari setengah anak mengalami kerusakan otak yang
didapat. Ensefalitis kronis dapat terjadi bersamaan dengan infeksi HIV atau setelah campak
(panensefalitis sclerosis subakut, (SSPE).

https://books.google.co.id/books?id=tGxScqToUfYC&pg=PA49&dq=ensefalitis&hl=id&sa=X&ved=0ahUK
Ewio5rfC6L7ZAhXJTLwKHSVUB9IQ6AEIPDAF#v=onepage&q=ensefalitis&f=false

Dewanto, George; Suwono, Wita J.; Riyanto, Budi; Turana, Yuda. 2009. Panduan Praktis Diagnosis dan
Tata Laksana Penyakit Syaraf. Jakarta: EGC

MENINGITIS BAKTERIALIS

Meningitis bakterialis adalah infeksi purulent akut di dalam ruang subarakhnoid. Meningitis
bakterialis sering disertai dengan peradangan parenkim otak, atau disebut juga meningoensefalitis.

Prevalensi meningitis bakterailis sebesar 2,5> kasus per 100000 populasi di AS; S. pneumonia
merupakan penyebab utama (50%), diikuti oleh N. meningitidis (25%), Streptococcus grup B (15%) dan
listeria monocytogenes (10%).
Etiologi

Tabel 04-1. Bakteri penyebab meningitis bacterial tersering menurut usia

Bakteri Patogen < 3 bln 3bln - <18 bulan 18-50 tahun >50 tahun
Strepcococcus +
grup B
E. coli +
Listeria + +
monocytogenes
N.meningitidis + +
S.pneumonia + + +
H.Influenzae +

Patogenesis
Mitchell, Richard N. et al. 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins & Cotran. Edisi 7. Alih
bahasa: dr. Andry Hartono. Jakarta: EGC. Judul asli: pocket companion to robbins ( cotran pathologic
basis by disease, 7th edition.

Meningitis akut

Meningitis piogenik (bakterial) akut

Jenis mikroorganisme patogennya berbeda menurut kelompok usia:

 Neonatus: Escherichia coli dan streptokokus group B


 Bayi dan anak-anak: Streptococcus pneumoniae (Haemophilus influenzae yang insidennya
berkurang dengan imunisasi
 Remaja dan dewasa muda: Neisseria meningitidis
 Manula: Streptococcus pneumoniae dan Listeria monocytogenes

MORFOLOGI

Cairan serebrospinal tampak keruh atau purulen dengan sel-sel neutrofil dan mikoroorganisme;
pembuluh darah meninges menggembung. Pembuluh darah mengalami inflamasi serta oklusi dan
terjadi infark hemoragik pada otak yang ada dibawahnya. Pada kasus-kasus yang kronik atau tidak
ditangani, dapat terjadi fibrosis leptomeninges dan hidrosefalus sebagai konsekuensi.

GAMBARAN KLINIS

Gambaran klinisnya meliputi iritasi meninges dengan keluhan sakit kepala, fotofobia, irtabilitas,
kesadaran yang berkabut, dan kaku kuduk. Pungsi lumbal memperlihatkan cairan serebrospinal yang
keruh atau jelas purulen dengan peningkatan tekanan, kenaikan kadar protein, dan penurunan kadar
glukosa dalam cairan serebrospinal.

Meningitis aseptik (Virus) akut

Enterovirus (echovirus, coxsackievirus, dan poliovirus) merupakan mikroorganisme patogen yang paling
sering menyebabkan meningitis ini. Meningitis virus biasanya sembuh sendiri. Infeksi ini ditandai dengan
iritasi meninges, pleositosis limfositik cairan serebrospinal, kenaikan protein yang sedang dan kadar
glukosa yang hampir selalu normal. Kerap kali hanya terjadi infiltrasi limfositik yang ringan hingga
sedang pada leptomeninges.

Meningoensefalitis bakterial kronik

Tuberkulosis

Meningitis tuberkulosis menyebabkan sakit kepala, perasaan tidak enak badan, kebingunan dan
vomitus. Pada infeksi ini, terdapat pleositosis sel mononukleus moderat (terkadang disertai sel-sel
neutrofi), kadar protein meninggi dan kadar glukosa yang normal atau yang mengalami penurunan
sedang dalam cairan serebrospinal. Meningitis tuberkulosis dapat menyebabkan fibrosis araknoid,
hidrosefalus, dan endarteritis obliteratif. Infeksi oleh Mycobacterium aviumintracellulare pada pasien
AIDS (acquired immunodeficiency syndrome) dapat mengakibatkan meningitis kronik, abses otak dan
terkadang ensefalitis yang difus atau neuropati kranial atau perifer.
MORFOLOGI

Ruang subaraknoid berisi eksudat sel-sel radang kronik yang bersifat gelatinosa atau fibrinosa,
dan terkadang, granuloma yang terbentuk dengan jelas serta paling sering ditemukan pada dasar otak
dengan menimbulkan obliterasi sisterna dan menyelubungi saraf kranialis. Arteri yang berjalan lewat
sub araknoid dapat memperlihatkan endarteritis obliteratif, dengan infiltrat inflamatorik pada
dindingnya dan penebalan tunika intima yang nyata. Masa intraparenkim berbatas tegas (tuberkuloma)
juga dapat ditemukan.

Meningoensefalitis Virus

Ensefalitis virus mengacu kepada infeksi parenkim otak yang hampir selalu disertai dengan
inflamasi meninges; infeksi ini memiliki spektrum manifestasi klinis dan patologik yang luas. Gambaran
histologis yang khas meliputi infiltrat sel mononukleus (limfosit, sel plasma, dan makrofag) pada bagian
perivaskular dan parenkim otak, nodul mikroglial, dan neuronofagia. Bentuk yang paling khas akan
dibahas dalam bagian berikut.

Ensefalitis Virus yang Ditularkan Arthropoda

Bentuk ensefalitis ini menjadi penyebab sebagian besar ledakan epidemi ensefalitis virus. Tipe-
tipenya yang penting meliputi Eastern Equine, Western Equine, Venezuelan, St. Louis, California dan
West Nile. Semua tipe infeksi ini hospesnya hewan dan vektornya nyamuk atau sengkenit. Manifestasi
klinisnya yang khas berupa kejang, kebingungan, delirium, dan stuper atau koma.

Virus Herpes Simpleks Tipe 1

Infeksi virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1) terjadi pada setiap kelompok usia kendati paling
sering ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda; sekitar 10% kasus memiliki riwayat herpes labialis.
Gejala yang lazim ditemukan berupa perubahan afek, emosi, memori, dan perilaku. Ensefalitis
hemoragik nekrotikans dapat terjadi dan paling berat di sepanjang daerah inferior serta medial lobus
temporalis dan girus orbitofrontalis. Badan inklusi virus Cowdry yang terdapat di dalam nukleus sel
dapat ditemukan pada neuron maupun sel glia.

Virus Herpes Simpleks Tipe 2

Infeksi virus herpes simpleks tipe 2 (HSV-2) menyebabkan ensefalitis yang berat dan menyeluruh
pada hampir 50% neonatus yang dilahirkan per vaginam oleh ibu dengan infeksi primer HSV-2.

Virus Varisela-Zoster (Herpes Zoster)

Reaktivasi infeksi laten pada seseorang yang pernah mengalami cacar air mengakibatkan erupsi
vesikuler yang nyeri pada kulit, dengan distribusi sesuai dermatom (shingles). Infeksi ini dapat
menyebabkan arteritis granulomatosa atau ensefalitis nekrotikans pada pasien-pasien luluh imun.

Sitomegalovirus

Infeksi in utero menimbulkan nekrosis periventrikuler, mikrosefali dan kalsifikasi periventrikuler.


Pada pasien AIDS, sitomegalovirus merupakan virus patogen oportunis yang paling sering ditemukan
dan mengenai SSP pada 15% hingga 20% pasien; virus ini menyebabkan ensefalitis subakut disertai
nodul-nodul mikroglia atau ensefalitis nekrotikans perivaskular dengan inklusi sitomegalik yang khas.
Poliomielitis

Virus polio menyerang lower motor neuron dan dapat menimbulkan paralisis flaksid dengan
disertai pelisutan otot. Kematian dapat terjadi karena paralisis otot-otot pernapasan dan miokarditis.
Reaksi inflamasi yang ditemukan biasanya terbatas pada kornu anterior kendati dapat meluas hingga
mengenai kornu posterior. Sindrom pasca-polio secara khas terjadi 25 hingga 35 tahun sesudah
serangan awal dan ditandai oleh kelemahan progresif yang disertai penurunan massa otot serta
terkadang, rasa nyeri. Hingga saat ini, tidak terdapat bukti masih menetapnya poliovirus ketika gejala
lanjut sudah terjadi.

Rabies

Penyakit rabies ditularkan melalui gigitan hewan yang terkena rabies atau kontak dengan
kelelawar yang terinfeksi rabies kendati tidak digigit. Virus berjalan naik di sepanjang saraf perifier dari
tempat luka ke SSP. Infeksi virus rabies menyebabkan eksitabilitas SSP yang luar biasa, hidrofobia, dan
paralisis flaksid; kematian terjadi karena kegagalan pusat respirasi. Nekrosis dan inflamasi neuron yang
menyebar luas ditemukan dan terjadi karena kegagalan pusat respirasi. Nekrosis dan inflamasi neuron
menyebar luas ditemukan dan terjadi paling parah pada daerah ganglia basalia, mesensefalon, serta
medula oblongata. Badan negeri (inklusi eosinofilik intrasitoplasma) dijumpai dalam sel-sel piramid
hippocampus dan sel-sel purkinje, tempat-tempat yang biasanya bebas inflamasi.

Human Immuninodeficiency Virus

Hingga 60% pasien AIDS memiliki simptom neurologik, dan perubahan neuropatologik terlihat
pada 80% hingga 90% pasien. Perubahan ini dapat dibedakan menjadi tiga kategori :

 Infeksi oportunistik SSP (utamanya, infeksi oleh sitomegalovirus, toksoplasma, poliomavirus,


virus varisela-zoster, HSV, dan kriptokokus)
 Limforma primer SSP
 Efek langsung atau tak-langsung yang ditimbulkan oleh HIV-1, diekspresikan sebagai salah satu
dari empat sindrom berikut ini :
Meningitis aseptik HIV-1, terjadi dalam waktu 1 hingga 2 minggu sesudah terdapat serokonversi
pada sekitar 10% pasien; antibodi terhadap HIV-1 dapat terlihat, dan virus tersebut dapat
diisolasi dari cairan serebrospinal. Secara mikroskopis, terdapat meningitis limfositik yang ringan
dan kehilangan mielin tertentu dalam hemister otak.
Ensefalitis HIV-1, bermanifestasi sebagai kompleks kognitif/motorik yang terkait-HIV dengan
pelambanan mental yang samar-samar dan bertahap, kehilangan memori dan gangguan emosi,
yang kemudian berlanjut dengan kelainan motorik, ataksia, inkontinensia urine serta feses, dan
terkadang serangan kejang. Pemeriksaan histoogis memperlihatkan nodul-nodul mikroglia yang
mengandung virus dengan sel-sel raksasa multinukleus serta kerusakan mielin yang disertai
gliosis.
Mielopati vakuoler ( yang ditemukan pada 20% - 30% pasien AIDS ketika dilakukan autopsi),
terdiri dari destruksi serabut saraf bermielin dan sel-sel makrofag pada kolumna posterior dan
lateralis; gambaran ini menyerupai subacute combined degeneration (tetapi dengan kadar
vitamin B12 yang normal dalam serum). Penyakit yang memiliki beberapa kesamaan dengan
kelainan ini adalah paraparesis spastik tropis-mielopati yang terkait dengan HTLV-1 (human T-
cell lymphotropic virus).
Neuropati dan miopati kranialis serta perifer, meliputi polineuropati demielinasi inflamatorik
akut serta kronik, miopati inflamatorik, dan miopati reversibel toksik akut yang berkaitan
dengan zidovudin, disertai dengan serabut merah yyang compang-camping dan mioglobulinuria.

Pada anak-anak yang mengidap AIDS kongenital, disfungsi neurologik yang terlihat dalam tahun-
tahun pertama kehidupan meliputi mikrosefali dengan retardasi mental dan keterlambatan
perkembangan motorik dengan tanda-tanda yang perjalanannya panjang.

Meningoensegalitis Jamur

infeksi jamur dan parasit paling sering ditemukan pada pasein-pasien luluh imun. Biasanya, otak baru
terkena belakangan dalam perjalanan penyakit ini ketika terjadi diseminasi hematogen yang menyebar
luas; infeksi jamur ini palinge sering disebabkan oleh Candida albicans, Mucor, Aspergillus fumigatus,
dan Cryptococcus neoformans. Pada daerah-daerah endemik, mikroorganisme patogen seperti
Histoplasma capsulatum, Coccidiodes immitis, dan Blastomyces dermatitidis dapat pula menginfeksi SSP
sesudah seseorang mengalami infeksi primer pada paru atau kulit. Ada tiga pola dasar infeksi:

 Meningitis kronik: paling sering disebabkan oleh C. neofromans; infeksi ini dapat terjadi pada
pasien-pasien imunokompeten
 Vaskulitis: paling sering terlihat pada infeksi Mucor dan Aspergillus dengan infeksi jamur pada
dinding pembuluh darah, trombosis, dan infark hemoragik.
 Kelainan parenkim: kalau ditandai dengan granuloma atau abses, paling sering ditemukan pada
infeksi Candida dan Cryptococcus.

Вам также может понравиться