Вы находитесь на странице: 1из 14

BAB 6

PENGUAT DASAR TRANSISTOR – PENGUAT BERTINGKAT

TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, anda diharapkan dapat:
1. Menjelaskan jenis-jenis penguat dasar transistor
2. Mengukur parameter-parameter penguat transistor antara lain penguatan arus, penguatan
tegangan, resistansi masukan dan resisitansi keluaran
3. Menyebutkan sifat-sifat masing-masing konfigurasi penguat
4. Mengukur penguatan tegangan penguat transistor
5. Menjelaskan fungsi pemberian bias pada transistor
6. Menjelaskan fungsi kapasitor biaya-pas dan pengaruhnya terhadap penguatan sinyal
7. Menyelidiki fungsi kapasitor kopling pada penguat dua tingkat
8. Mengukur frekuensi respon dari penguat

DASAR TEORI

a. Penguat Dasar Transistor


Transistor mempunyai tiga elektroda (base, emitor, dan elektor) sehingga pada dasarnya
transistor dapat dirangkai menjadi tiga macam penguat dasar yang dikenal sebagai konfigurasi
penguat, yaitu:
1. Konfigurasi base emitor (common base)
2. Konfigurtasi emitor bersama (common emitor)
3. Konfigurasi kolektor bersama (common collector); yang dikenal sebagai rangkaian pengikut
emitor (emitor follower).
Ketiga jenis konfigurasi ini mempunyai sifat atau harga parameter yang berbeda.

b. Penguat Bertingkat
Transistor dapat berfungsi sebagai penguat sinyal. Jika sinyal AC dipasang pada masukan
akan mengakibatkan perubahan arus pada keluarannya. Jika resistor beban dipasang. Sinyal
keluaran yang dihasilkan dapat lebih besar dari sinyal masukannya. Pembesaran sinyal ini
disebut sebagai penguatan. Hal ini tentunya terjadi jika transistor diberi bias (tegangan DC)
dengan benar.
Dalam percobaan ini, akan dilakukan pengukuran pengukuran terhadap penguat transistor
diberi bias (tegangan DC) dengan benar.
Dalam percobaan ini, akan dilakukan pengukuran terhadap transistor dengan konfigurasi
bersama, sehingga base sebagai masukan, sedangkan kolektor sebagai keluaran (gambar 10.1).
Dalam pembahasan perlu diperhatikan komponen-komponen yang dapat mempengaruhi sinyal
AC sumber tegangan dan kapasitor dianggap hubung singkat (diganti dengan tahanan
didalamnya). Tegangan AC dasar pada penguat adalah tegangan kolektor terhadap ground (VC0,
tegangan emitor (VE) dan Tegangan Basis (VB)).

Menentukan penguatan tegangan


Tegangan keluaran (VC) adalah
VC = Ic.Rc
≈ Ie.Rc(Ic.Ie)

Tegangan masukan (Vb) adalah


Vb = Vbe + Ie.Re
= Ie.Re’+Ie.Re’
= Ie(re’+Re) re << Re

Penguatan tegangan untuk transistor


Konfigurasi common emitor dapat dihitung secara pendekatan
Av =

Untuk rangkaian penguat AC, pada umumnya dipasang kapasitor langsung pada resistor
emitor berfungsi untuk memperbesar penguatan tegangan. Dalam pemakaian secara umum,
diperlukan suatu penguat sinyal dengan penguatan yang cukup besar sehingga diperlukan
beberapa penguat diskrit yang dihubungkan. Untuk penggabungan penguat-penguat ini
diperlukan komponen penghubung yang disebut kopling. Kopling yang banyak dijumpai untuk
penguat sinyal dengan frekuensi di atas 10 hz adalah jenis kopling RC (resistance kapasitance
kopling). Kapasitor kopling mempunyai sifat melewatkan sinyal AC tetapi menghalangi
tegangan DC. Ini perlu untuk mencegah bergesernya titik kerja (Q point) transistor. Penguatan
tegangan penguat bertingkat ini merupakan perkalian antara tingkat pertama dan kedua. Av =
A1.A2

 Menentukan tanggapan frekuensi (frekuensi response)


Setiap perubahan frekuensi masukan penguatan transistor akan berubah. Ini disebabkan
faktor-faktor yang ada di dalam transistor (seperti kapasitor sambungan) atau komponen-
komponen pendukungnya. Untuk melakukan pengukuran dapat dilakukan dengan mengukur
tegangan masukan dan tegangan keluaran untuk daerah frekuensi yang lebar. Sehingga diperoleh
penguatan tegangan yang turun sebesar 0,707 penguatan maksimum. Pada frekuensi yang
penguatan turun sebesar x vmax adalah batas frekuensi yang diizinak lewat (frekuensi cut off).

 Konfigurasi base bersama


Rangkaian dasar dari penguat transistor konfigurasi base bersama adalah sebagai berikut:

Gambar 9.1 Penguat base bersama

Sinyal masukan (masukan) masuk lewat monitor, sedangkan keluaran (keluaran) diambil
pada kolektor, tegangan Eeb adalah bias maju pada pertemuan E dan B, sedangkan Ebc bias
mundur base kolektor. Pada rangkaian penguat base bersama, salah satu parameter yang penting
adalah penguatan arus hubung singkat (hFB) yaitu perbandingan antara perubahan arus emitor,
sementara VCB di pertahankan konstan.
Hfb =
Penguat arus pada penguat transistor base bersama (hfb) mempunyai nilai kurang dari
satu, sebab arus emitor merupakan penjumlahan arus base dan arus kolektor.
Pada penguat base bersama sinyal tegangan masukan dan sinyal tegangan keluaran mempunyai
fase yang sama artinya penambahan sinyal tegangan keluaran.

 Konfigurasi emitor bersama


Rangkaian dasar penguat dengan konfigurasi emitor bersama adalah sebagai berikut:

Gambar 9.2 penguat emitor bersama

Sambungan emitor-base diberi bias maju oleh Ebe, sedangkan sambungan dari (Ece-Ebc)
di mana Ece > Ebc.
Masukan dimasukkan lewat elektroda base, sedangkan keluaran diambil dari kolektor, sehingga
untuk memperoleh penguatan arus pada rangkaian ini (hfe) adalah perbandingan perubahan arus
kolektor (Ic) terhadap perubahan arus base (Ib)
Hfe =

Untuk rangkaian penguat dengan konfigurasi emitor bersama mempunyai penguatan arus
yang cukup besar (hfe<1). Untuk menentukan penguatan tegangan dan penguatan daya adalah
sebagai berikut:

Vin = ib. Rin


Ib =
Ib =

Ic = hfe.Ib

Ib =

Vout = Ic.RL

Av = =

Ap = Pout = Ic2 . RL

= (hfe.ib)2. RL

= Ib2. Rin
Ap = = Av.Ai

Karena factor-faktor penguatan yang besar, maka penguat dengan konfigurasi emitor bersama ini
sangat banyak digunakan.

 Konfigurasi Kolektor Bersama


Rangkaian dasar penguat dengan konfigurasi kolektor adalah sebagai berikut

Gambar 9.3 Penguat Kolektor bersama


Pada penguat ini, masukan di hubungkan pada elektroda base, sedangkan beban di
pasanglkan pada emitor.
Penguat arus untuk konfigurasi ini adalah:

Hfc =

= hfe + 1

Karena hfe mempunyai nilai yang besar, maka penguatan arus pada kolektor bersama adalah
hampir sama dengan penguatan arus pada emitor bersama sifat yang khas dari rangkaian ini,
adalah resistansi masukan biasa nya lebih besar dari resistansi beban sinyal tegangan masukan
sefasa dengan nilai sinyal tegangan keluaran, sehingga penguat kolektor bersama sering di
pergunakan sebagai rangkaian penyesuaian impedansi.

ALAT DAN BAHAN


a. Penguat dasar transistor
1. Catu daya 1 buah
2. Generator 1 buah
3. Osiloskop 2 kanal 1 buah
4. Multimeter 1 buah
5. Transistor BD 130 1 buah
6. Variabel resistor 10 K 1 buah
7. Variabel resistor 47 K 1 buah
8. Resistor 1 K 2 buah
9. Resistor 10 K 1 buah
10. Resistor 47 K 1 buah
11. Kapasitor 100 µF 1 buah
12. Kapasitor 470 µF 1 buah
13. Papan percobaan (proto board) 1 buah
14. Kawat penghubung secukupnya 1 buah
b. Penguat Bertingkat
1. Catu daya 1 buah
2. Generator fungsi 1 buah
3. Osiloskop 1 buah
4. Multimeter 1 buah
5. Transistor BC 550 1 buah
6. Kapasitor 100 µF 1 buah
7. Resistor 10 K, 47k, 150Ω 1 buah
8. Resistor 1 K dan 3k3 1 buah
9. Potensiometer 220 Ω 1 buah
10. Papan percobaan (proto board) 1 buah
11. Kawat penghubung secukupnya 1 buah
12. Kapasitor 100 µF 2 buah
13. Kapasitor 470 µF 2 buah

GAMBAR RANGKAIAN

a.

Gambar 10.2

b.
Gambar 10.3

LANGKAH PERCOBAAN
a. Penguat dasar Transistor
a.1 penguat konfigurasi base bersama

Gambar 9.4

a.2 penguat konfigurasi emitor bersama


Gambar 9.5

1. Rakitlah rangkaian seperti gambar 9.5 diatas


2. Atur tegangan catu daya 10 V dan hubungkan ke rangkaian
3. Ukur tegangan kolektor, atau R2 hingga tegangan kolektor 5V (generator sinyal pada kondisi
off)
4. Pasang osiloskop, kanal 1 pada masukan, kanal 2 pada keluaran
5. Hidupkan generator sinyal aturlah frekuensi pada 1KHz dan amplitudo hingga sinyal masukan
= 100 m Vpp
6. Baca dan catatlah penunjuk osiloskop untuk tegangan keluaran
Vout = 150 mVpp (1,5 x 100 mV)
7. Hitunglah penguatan tegangan penguat emitor bersama

Av = = = 1,5 mVpp

8. Perhatikan gambar sinyal antara masukan dan keluarannya. Berapakah beda fase antara
keduanya
Beda phase = 450
9. Pindahkan gambar 2 osiloskop untuk mengukur keluaran generator sinyal.
Vs = 100 Vp (12 x 100 mV) = 120 mVpp
10. Hitunglah arus masukan, arus keluaran dan penguatan arus penguat
Inp = = 42,5 A

Iout =
Ai =

11. Hitunglah resistansi masukan penguat


Rin =

12. Pasangkan variabel resistor 47 K pada keluaran, atur resistor tersebut sampai diperoleh tegangan
keluaran setengah dari tegangan arus
Vout =

A. Penguat konfigurasi kolektor bersama

Gambar 9.6
1. Pasangkan osiloskop pada terminal masukan dan keluarannya
2. Hidupkan generator sinyal, atur frekuensi sinyal pada 1 KHz dan amplitudo sihingga pada
masukan menunjuk 2 Vpp
3. Baca dan catat tegangan keluarannya
4. Hitung penguat tegangannya
Vinp = 2 Vpp (2,5 x 50 mV) = 125 mV pp
Vout = 3 x 50 mV = 150 mV pp
5. Bandingkan sinyal masukan dan keluarnnya. Berapakah beda phasanya
Beda phasa = 900
6. Ukur tegangan keluaran dari generator sinyal
Vs = 50 mV x 10 = 500 mV pp
7. Hitung arus masukan arus keluaran dan penguatan arusnya

Iinp = 7,5 mA
Iout = 150 mA

Ai = 20 mA

8. Hitunglah resistansi masukan penguat


Rin = = 16,67 kΩ

9. Atur amplitudo generator sinyal sampai tegangan keluaran (Vout) = 0,1 Vpp. Pasang variabel
resistor pada keluaran, aturlah sampai di peroleh
Vout = = 75mV

A. Penguat bertingkat
b.1. penguat CE satu tingkat
1. Rakitlah rangkaian seperti gambar 10.2
2. Atur tegangan catu daya 12 V hubungkan dengan rangkaian
3. Pasangkan generator fungsi pada masukan, atur pada frekuensi 1 KHz dengan amplitudo 50 mV
pp
4. Amati bentuk gelombang masukan dan keluarannya. Berapakah beda fasenya
Beda fase = 900
5. Ukurlah tegangan masukan dan keluarannya
Vin = 2,5 . 50 mVpp = 125 m Vpp
Vout = 2,9 . 1 = 2,9 Vpp
6. Berapakah pengutan tegangannya
Av = = 75 mV

7. Lepaskan kapasitor 470 μF pada emitor


8. Ulangi pengukuran tegangan masukan dan keluarannya
Vin = 2.1 = 2 Vpp
Vout = 2,5 . 1 = 2,5 Vpp
Av = = 1,25 Vpp

9. Berapakah penguatan tegangannya


10. Pasangkan kembali kapasitor pada emiter, naikkan amplitudo generator fungsi sampai tegangan
keluaran mulai distorsi (terpotong)
11. Ukur tegangan masukan dan keluarannya serta hitung penguatannya
Vin = 2,1 . 100mVpp = 210 mVpp
Vout = 4 . 1 Vpp = 4 Vpp
Av = = 19,05 V

12. Matikan semua peralatan

b.2. penguat RC dua tingkat


1. Rakitlah rangkaian seperti gambar 10.3
2. Atur tegangan catu daya 12 V, hubungkan dengan rangkaian
3. Pasangkan generator fungsi pada masukan, atur pada frekuensi 1 KHz dengan amplitudo 100
mVpp
4. Ukurlah tegangan masukan, keluaran, TR1, dan tegangan keluaran TR2.
Vin = 0,8 . 200 mV = 160 mVpp
Vout 1 = 3,2 . 200 mV = 680 mVpp
Vout 2 = 2 . 50 mV = 100 mVpp
5. Hitung penguat dari TR1 dan TR2 dan penguat bertingkat
Av 1 = = 4,25 mVpp

Av 2 =

Av = Av1 + Av2 = 4,875 mVpp


6. Dengan menggunakan multimeter ukurlah tegangan DC pada base emilerdan cilector emiter
masing – masing transistor
VCE1 = 6,09 V VCE 2 = 10,12 V
VBE1 = 0,65 V VBE2 = 29,40 mV
7. Gantilah R 15 k (pada base TR2) dengan R3K3
8. Amati gambar keluaran dengan osiloskop, gambarkan
9. Kembalikan lagi R 15k sehingga tegangan keluaran menjadi tidak distorsi
Vin = 160 mVpp
Vout = 780 mVpp
AV = 4,675 Vpp

KESIMPULAN
1. Prinsip yang di pakai didalam transistor sebagai penguat yaitu arus kecil pada basis dipakai
untuk mengontrol arus yang lebih besar yang diberikan ke kolektor melalui transistor tersebut.
Dari sini bisa kita lihat bahwa fungsi dari transistor adalah hanya sebagai penguat ketika arus
basis akan berubah. Perubahan arus kecil pada basis inilah yang dinamakan dengan perubahan
besar pada arus yang mengalir dari kolektor ke emitter.

2. Seperti telah dijelaskan pada materi sebelumnya bahwa transistor fungsi utamanya sebagai
penguat. Banyak cara yang dilakukan supaya transistor mampu menguatkan sinyal input yang
kecil menjadi output yang besar dengan tanpa terjadi cacat (distorsi) baik bentuk maupun
phasenya. Namun demikian kemampuan sebuah transistor sangat terbatas sehingga keinginan
untuk memperkuat setinggi mungkin tidak terpenuhi. Oleh karena itu penguat disusun lebih dari
satu penguat, yang sering disebut penguat bertingkat atau cascade amplifier.
Tujuan utama dari penguat bertingkat adalah untuk mendapatkan penguatan daya yang besar
tanpa terjadi kecacatan pada outputnya. Susunan penguat bertingkat dapat berupa hubungan
antara masing-masing susunan penguat satu dengan yang lain, misalnya CB dengan CE; CE
dengan CC; CE dengan CE dan sebagainya disesuaikan tujuan dari penguat.

Вам также может понравиться