Вы находитесь на странице: 1из 7

PEMBAHASAN

1. Sifat Diskriminasi Pekerjaan


Deskriminasi adalah membedakan satu objek dengan objek lainnya. Secara moral
tindakan ini adalah netral dan tidak dapat disalahkan. Akan tetapi, dalam dunia moderen,
istilah ini secara moral tidak netral lagi karena biasanya mengacu pada tindakan membedakan
seseorang dari orang lain bukan berdasarkan keunggulan yang dimiliki, namun berdasarkan
prasangka atau berdasarkan sikap-sikap yang secara moral tercela. Diskriminasi semacam ini
umumnya terjadi dalam kaitannya dengan ketenagakerjaan.
Diskriminasi dalam ketenagakerjaan melibatkan tiga elemen dasar. Pertama, keputusan
yang merugikan seorang pegawai atau calon pegawai karena keputusan diambil tidak
berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Misalnya senioritas dan lain-lain. Kedua, keputusan
yang sepenuhnya atau sebagian berdasrkan prasangka rasial atau seksual, stereotipe yang
salah atau sikap lainya yang secara moral tidak benar. Ketiga, keputusan yang memiliki
pengaruh negative atau merugikan pada kepentingan pegawai.
Bentuk-bentuk diskriminasi: Aspek kesenjangan dan aspek institusional
Bentuk diskriminasi dapat dilihat dari beberapa aspek. Pertama, tindakan diskrimanasi
mungkin merupakan bagian dari perilaku terpisah dari seseorang yang dengan sengaja dan
dan sadar melakukan diskriminasi karena adanya prasangka pribadi. Kedua, tindakan
diskriminasi mungkin merupakan bagian dari perilaku rutin dari sebuah kelompok yang
terinstitusionalisasi, yang dengan sengaja dan sadar melakukan diskriminasi berdasarkan
prasangka pribadi para anggotanya. Ketiga, tindakan diskriminatif mungkin merupakan
bagian dari perilaku yang terpisah (tidak terinstitusional) dari seseorang yang secara tidak
sengaja dan tidak sadar melakukan diskriminasi terhadap orang lain karena dia menerima dan
melaksanakan praktik-praktik dan stereotipe tradisional dari masyarakatnya. Keempat,
kegiatan diskriminatif mungkin merupakan bagian dari rutinitas sistematis dari organisasi
perusahaan atau kelompok yang secara tidak sengaja memasukkan prosedur-prosedur formal
yang mendiskriminasikan kaum perempuan atau kaum minoritas.
2. Tingkat Diskriminasi
Indikator diskriminasi timbul apabila terdapat proporsi yang tidak seimbang atas
anggota kelompok tertentu yang memegang jabatan yang kurang diminati dalam suatu
institusi tanpa mempertimbangkan preferensi ataupun kemampuan mereka. Ada tiga
perbandingan yang mungkin bisa membuktikan distribusi seperti ini.
Perbandingan Penghasilan Rata-Rata
Perbandingan penghasilan rata-rata menunjukkan tingkat diskriminasi dengan melihat
perbandinagn penghasilan beberapa golongan kaum dalam masyarakat, misalnya berdasarkan

1
ras dan gender. Perbandingan penghasilan memberikan indikator paling sugestif atas
diskriminasi, misalnya perbedaan rata-rata penghasilan antara kulit putih, kulit hitam dan
hispanik di Amerika. Perbandingan penghasilan juga dapat menunjukkan diskriminasi
berbagai kesenjangan antara gender. Misalnya rata-rata penghasilan kaum kulit putih di
Amerika jauh lebih tinggi dibanding kaum kulit putih dan Hispanic.
Perbandingan kelompok penghasilan terendah
Perbandingan kelompok penghasilan terendah ini merupakan upaya untuk melihat
tingkat diskriminatif dengan melihat banyaknya persentase dari setiap golongan yang masuk
dalam kategori miskin atau berpenghasilan terendah. Misalnya persentase kaum hispanik dan
kulit hitam yang berada dibawah garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan dengan
kaum kulit putih.
Perbandingan pekerjaan yang diminati
Perbandingan pekerjaan yang diminati merupakan upaya untuk melihat tingkat
diskriminatif dengan melihat persentase distribusi jenis pekerjaan apa yang paling diminati
oleh setiap golongan baik golongan minoritas, rasial dan seksual. Misalnya untuk jenis-jenis
pekerjaan dengan gaji tinggi sering sekali dipegang oleh pria dibangdingkan perempuan.
3. Diskriminasi: Utilitas, Hak, dan Keadilan
Dengan melihat penjelasan sebelumnya mengenai diskriminasi pekerjaan maka muncul
pertanyaan apakah semua ketidakadilan tersebut salah dan bagaimna cara mengubahnya jika
itu salah? Yang pasti bahwa ketidakadilan yang merugikan pihak lain merupakan
pelanggaran etika. Argumentasi yang menolak diskriminasi secara umum dapat dibagi
menjadi tiga kelompok yaitu argumen utilitarian, argumen hak, dan argumen keadilan.
Utilitas
Argument utilitas yang menentang diskriminasi rasial dan seksual didasarkan pada
gagasan bahwa produktivitas masyarakat akan optimal jika pekerjaan diberikan dengan
berdasarkan kompetensi yang dimiliki masing-masing. Sehingga diskriminasi terhadap para
pencari kerja berdasarkan ras, jenis kelamin, agama, atau karakteristik-karakteristik lain yang
tidak berkaitan dengan pekerjaan adalah tidak efisien dan bertentangan dengan prinsip-
prinsip utilitarian.
Argument utilitarian dihadapkan pada dua kritik. Pertama, bahwa ada faktor-faktor lain
yang dapat menjadi pertimbangan selain dari sekedar kompetensi dalam memberikan
pekerjaan, misalnya diberikan berdasarkan kebutuhan. Kedua, argument utilitarian juga harus
menjawab tuntutan penentangnya yang menyatakan bahwa masyarakat secara keseluruhan
akan memperoleh keuntungan dari keberadaan bentuk-bentuk diskriminasi seksual tertentu.

2
Misalnya bahwa seorang perempuan memiliki karakteristik-karakteristik yang membuatnya
cocok untuk di rumah tangga saja.
Hak
Teori Kant menyatakan bahwa “manusia haruslah diperlakukan sebagai tujuan dan
tidak boleh hanya sebagai sarana.” Argument ini menyatakan bahwa masing-masing individu
memiliki hak moral untuk diperlakukan sebagai seorang yang merdeka dan sejajar dengan
semua orang lain, dan bahwa semua individu memiliki kewajiban moral korelatif untuk
memperlakukan satu sama lain sebagai individu yang merdeka dan sederajat.
Keadilan
John Rawls menyatakan bahwa diantara prinsip-prinsip keadilan yang menjelaskan
posisi asal, yang paling penting adalah prinsip kesamaan hak untuk memperoleh kesempatan.
Prinsip keadilan menganggap bahwa diskriminasi melanggar prinsip keadilan dengan cara
menutup kesempatan bagi kaum minoritas untuk menduduki posisi-posisi tertentu dalam
sebuah lembaga sehingga otomatis berarti mereka tidak memperoleh kesempatan yang sama
seperti orang lain.
4. Tindakan Afirmatif
Tindakan afrimatif dimaksudkan untuk mencapai distribusi yang lebih representative
dalam perusahaan dengan memberikan preferensi pada kaum perempuan dan kelompok
minoritas. Inti dari tindakan afirmatif ini adalah sebuah penyelidikan yang mendetail atas
semua klasifikasi pekerjaan besar dalam perusahaan. Tujuan penyelidikan adalah untuk
menentukan apakah jumlah pegawai perempuan dan kaum minoritas tertentu dalam
klasifikasi kerja tertentu lebih kecil dibandingkan yang diperkirakan.
Meskipun memiliki tujuan yang baik, program afirmatif masih dikritik dengan alasan
program tersebut menjadi diskriminasi sendiri, baik rasial maupun seksual. Alasannya,
dengan melakukan preferensi pada kaum perempuan, kulit hitam, dan minoritas, program
tersebut membentuk diskriminasi pada kaum lainnya misalnya kaum kulit putih. Kritik
tersebut dijawab dengan alasan tindakan tersebut merupakan perlakuan khusus sebagai
bentuk kompensasi kerugian masa lalu, dan sebagai saran guna mencapai tujuan-tujuan sosial
tertentu.
Tindakan Afirmatif Sebagai Kompensasi
Argument yang mendukung tindakan afirmatif sebagai kompensasi didasarkan pada
konsep keadilan kompensatif. Keadilan kompensatif mengimplikasikan bahwa seseorang
wajib memberikan kompensasi terhadap orang-orang yang dirugikan secara disengaja.
Namun argument ini memiliki kelemahan karena kompensasi hanya dari individu-individu

3
yang secara sengaja merugikan orang lain, dan memberikan kompensasi hanya pada individu-
individu yang dirugikan.
Tindakan Afirmatif Sebagai Instrumen untuk Mencapai Tujuan Sosial
Argument yang mendukung tindakan ini menyatakan bahwa diskriminasi masa lalu
menciptakan korelasi yang tinggi antara ras dan kemiskinan. Argument yang paling tegas dan
paling persuasif untuk mendukung pernyataan ini pertama, mereka menyatakan bahwa tujuan
yang diharapkan oleh program tindakan afirmatif adalah keadilan yang merata. Kedua,
mereka menyatakan bahwa program ini merupakan cara yang sah untuk mencapai tujuan.
Penerapan Tindakan Afirmatif dan Penanganan Keberagaman
Pedoman yang diusulkan sebagai salah satu cara untuk memasukkan berbagai
pertimbangan ke dalam program tindakan afirmatif ketika kaum minoritas kurang terwakili
dalam suatu perusahaan, sebagai berikut:
1. Kelompok minoritas dan bukan minoritas wajib direkrut atau dipromosikan hanya jika
mereka telah mencapai tingkat kompensasi minimum atau mampu mencapai tingkat
tersebut dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
2. Jika kualifikasi calon dari kelompok minoritas hanya sedikit lebih rendah (atau sama atau
lebih tinggi) dibandingkan dari yang bukan kelompok minoritas, maka calon tersebut
harus lebih diutamakan.
3. Jika calon dari kelompok minoritas dan bukan minoritas sama-sama berkuaifikasi atas
suatu pekerjaan, namun calon dari kelompok yang bukan minoritas jauh lebih
berkualifikasi, maka:
a. Jika pelaksanaan pekerjaan tersebut berpengaruh langsung pada kehidupan atau
keselematan orang lain atau jika pelaksanaan pekerjaan tersebut memiliki pengaruh
penting pada efisiensi seluruh perusahaan, maka calon dari kelompok bukan minoritas
yang jauh lebih berkualifikasi harus lebih diutamakan.
b. Jika pekerjaan tersebut tidak berkaitan dengan aspek keselamatan dan tidak memiliki
pengaruh penting pada efisiensi perusahaan, maka minoritas harus lebih diutamakan.
4. Preferensi juga harus diberikan pada calon dari kelompok minoritas hanya jika jumlah
pegawai minoritas dalam berbagai tingkat jabatan dalam perusahaan tidak proporsional
dengan ketersediaan dalam populasi.
Gaji yang Sebanding untuk Pekerjaan yang Sebanding
Nilai sebanding yang diusulkan berbagai kelompok dimaksudkan untuk mengatasi
masalah gaji rendah yang oleh mekanisme pasar selama ini cenderung selalu diberikan pada
kaum perempuan. Program nilai sebanding diawali dengan memperkirakan nilai setiap
pekerjaan terhadap suatu organisasi (dalam kaitannya dengan persyaratan keahlian,

4
pendidikan, tugas, tanggungjawab, dan karakteristik lain yang menurut perusahaan layak
memperoleh kompensasi) dan memastikan bahwa pekerjaan dengan nilai yang sebanding
gajinya juga sebanding, tidak peduli apakah pasar tenaga kerja eksternal memberi gaji yang
sama atau tidak untuk pekerjaan-pekerjaan tersebut.

5
SIMPULAN

1. Diskriminasi dalam ketenagakerjaan melibatkan tiga elemen dasar. Pertama,


keputusan yang merugikan seorang pegawai atau calon pegawai karena keputusan
diambil tidak berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Kedua, keputusan yang
sepenuhnya atau sebagian berdasrkan prasangka rasial atau seksual, stereotipe yang
salah atau sikap lainya yang secara moral tidak benar. Ketiga, keputusan yang
memiliki pengaruh negative atau merugikan pada kepentingan pegawai.
2. Ada tiga perbandingan yang mungkin bisa membuktikan distribusi yaitu:
perbandingan penghasilan rata-rata, perbandingan kelompok penghasilan terendah,
perbandingan pekerjaan yang diminati.
3. Argument utilitas menentang diskriminasi rasial dan seksual didasarkan pada gagasan
bahwa produktivitas masyarakat akan optimal jika pekerjaan diberikan dengan
berdasarkan kompetensi yang dimiliki masing-masing, Argument hak menyatakan
bahwa masing-masing individu memiliki hak moral untuk diperlakukan sebagai
seorang yang merdeka dan sejajar dengan semua orang lain sedangkan Prinsip
keadilan menganggap bahwa diskriminasi melanggar prinsip keadilan dengan cara
menutup kesempatan bagi kaum minoritas untuk menduduki posisi-posisi tertentu
dalam sebuah lembaga.
4. Argument yang mendukung tindakan afirmatif sebagai kompensasi didasarkan pada
konsep keadilan kompensatif. Keadilan kompensatif mengimplikasikan bahwa
seseorang wajib memberikan kompensasi terhadap orang-orang yang dirugikan secara
disengaja.

6
DAFTAR RUJUKAN

- Velasquez, Manuel G, 2005, Etika Bisnis; Konsep dan Kasus, Edisi 5,


Yogyakarta: Penerbit Andi

Вам также может понравиться