Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KELOMPOK 4
Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya
2018
DAFTAR ISI
A. OKSIGENASI
1.5 Mengembangkan kriteria evaluasi untuk rencana asuan keperawatan pada klien yang
mengalami perubahan oksigenasi
1.5.1 tujuan intervensi...................................................................................
1.5.2 tindakan evaluatif.................................................................................
1.5.3 hasil akhir rencana asuhan keperawatan..............................................
1.2 Mengidentifikasi tiga masalah nutrisi yang besar dan menjelaskan klien yang beresiko
pada masalah ini
1. stres......................................................................................................
2. kebiasaan gaya hidup.....................................................................
3. penyakit
1.5 Menjelaskan metode untuk menghindari komplikasi yng terkait dengan pemberian makan
melalui selang
1.6 Menjelaskan metode-metode untuk menghindari komplikasi yang berhubungan dengan
nutrisi parenteral
1. komplikasi....................................................................................................
2. tanda gejala...................................................................................................
3. intervensi........................................................................................................
A. OKSIGENASI
1.1.2 Hipoventilasi
Hipoventilasi merupakan gangguan ketika seseorang bernapas terlalu
pendek atau terlalu lambat sehingga pemenuhan oksigen yang dibutuhkan
oleh tubuh terjadi sangat lambat. Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi
alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh atau
mengeliminasi karbon dioksida secara adekuat. Apabila ventilasi alveolar
menurun, maka PaCO2 akan meningkat.
Tanda dan gejala hipoventilasi alveolar:
a. Pusing
b. Nyeri kepala (dapat dirasakan di daerah oksipital hanya saat
terjaga)
c. Letargi
d. Disorientasi
e. Penurunan kemampuan mengikuti instruksi
f. Disritma jantung
g. Ketidakseimbangan elektrolit
h. Konvulsi
i. Koma
j. Henti jantung
1.1.3 Hipoksia
Hipoksia adalah kondisi kurangnya pasokan oksigen di sel dan
jaringan tubuh untuk menjalankan fungsi normalnya. Hipoksia dapat
disebabkan oleh (1) penurunan kadar hemoglobin dan penurunan kapasitas
darah yang membawa oksigen. (2) penurunan konsentrasi oksigen yang
diinspirasi. (3) ketidakmampuan jaringan untuk mengambil oksigen dari
darah, seperti yang terjadi pada kasus pneumonia. (4) perfusi darah yang
mengandung oksigen di jaringan yang buruk, seperti yang terjadi pada syok,
dan (6) kerusakan ventilasi, seperti yang terjadi pada trauma dada.
Tanda dan gejala hipoksia :
a. Gelisah
b. Rasa takut, ansietas
c. Disorientasi
d. Penurunan kemampuan berkonsentrasi
e. Penurunan tingkat kesadaran
f. Peningkatan keletihan
g. Pusing
h. Perubahan perilaku
i. Peningkatan frekuensi nadi
j. Peningkatan tekanan darah
k. Disritma jantung
l. Pucat
m. Sianosis
n. Dispnea
Hipoksia merupakan kondisi yang mengancam kehidupan. Apabila
tidak ditangani, kondisi ini menyebabkan distrimia jantung, yang
mengakibatkan kematian. Hipoksia ditangani dengan pemberian oksigen dan
mengobati penyebab yang mendasari hipoksia, seperti obstruksi jalan napas.
1.2.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan tentang fungsi kardiopulmonar klien harus
mencakup data yang dikumpulkan dari sumber-sumber berikut:
1. Riwayat keperawatan fungsi kardiopulmonal normal klien dan fungsi
kardiopulmonal saat ini, kerusakan fungsi sirkulasi dan fungsi
pernapasan pada masa yang lalu, serta tindakan klien yang digunakan
untuk mengoptimalkan oksigenasi.
2. Pemeriksaan fisik status kardiopulmonal klien, termasuk inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi.
3. Peninjauan kembali hasil pemeriksaan laboraturium dan hasil
pemeriksaan diagnostik, termasuk hitung darah lengkap,
elektrokardiogram (EKG), dan pemeriksaan fungsi pulmonar, sputum,
dan oksigenasi, seperti arteri gas darah (AGD) atau oksimeri nadi.
Implementasi
Polutan lingkungan
Seperti halnya rokok. Sangatlah penting menghindari pemaparan pada asap
perokok dalam upaya mempertahankan fungsi kardiopulmonar yang optimal.
Kebanyakan bisnis dan restoran telah menetapkan larang merokok atau
memisahkan pengguna di smoking area. Apabila terpapar asap rokok di
lingkungan area rumah, konseling dan dukungan pada pengguna sangatlah
penting untuk berhenti dalam harapan agar orang sekitarnya terlindung dari
polutan yang menyebabkan penyakit. Pencegahan awal bagi non-perokok
ialah dengan menggunakan masker penyaring yang dapat mengurangi inhalasi
partikel.
Penatalaksanaan dispnea
Sulit untuk dihitung atau bahkan diobati. Modalitas penanganan perlu dilakukan
secara individual pada setiap kline dan biasanya lebih dari satu terapi diberikan. Proses
penyebab ialah harus di obati dan distabilitas pada tahap awal, kemudian diimplementasikan
empat terapi tambahan, yakni tindakan farmakologi, terapi oksigen, teknik fisik, dan teknik
psikososial (Gift, 1990)
1.Teknik napas
Merupakan cara yang memungkinkan kline mengeluarkan sekresi dari jalan napas bagian atas
dan jalan napas bagian bawah, juga efektif mempertahankan kepatenan jalan napas.
Keefektifan batuk kline dievaluasi dengan cara apakah ada sputum cair (ekspektorasi
sputum), laporan kline tentang sputum yang ditelan, atau terdengarnya bunyi napas tambahan
yang jelas saat kline diauskulturasi. Teknik batuk mencakup teknik batuk dalam dan batuk
untuk kline pascaoprasi, batuk cascade, batuk huff, dan batuk quad salah satunya yaitu:
A. Batuk cascade
Teknik ini meningkatkan kebersihan jalan napas dan meningkatkan kepatenan jalan napas
pada kline dengan volume sputum yang banyak. Dengan cara kline mengambil napas dalam
dengan lambat dan menahannya selama dua detik sambil mengontaksikan otot-otot ekstrasi.
Kemudian kline membuka mulut dan melakukan kerangkaian batuk melalui ekshalasi,
dengan demikian pasien batuk pada volume paru yang menurun secara progresif.
B. Batuk huff
Teknik ini menstimulus refleks batuk alamiah dan umumnya efektif hanya untuk
membersihkan jalan napas pusat. Saat mengeluarkan udara, kline membuka glotis dengan
mengatakan kata huff. Dengan melakukan batuk ini, kline menghirup lebih banyak udara dan
bahkan mampuh meningkat ke batuk cascade.
C. Batuk quad
Teknik batuk quat digunakan untuk kline tanpa kontrol otot abdomen, seperti pada kline yang
mengalami cedera medulla spinalis. Saat kline mengeluarkan napas dengan upaya ekspirasi
maksimal, kline atau perawat mendorong ke luar dan ke atas pada otot-otot abdomen melalui
diagfragma, sehingga menyebabkan batuk.
2.Teknik pengisapan
Terdiri dari tiga teknik primer, yaitu pengisapan orofaring dan nasofaring; pengisapan
orotrakea dan nasotrakea; dan pengisapan jalan napas buatan.
A. Hidrasi
Terindikasi pada kline dengan hidrasi adekuat, sekresi paru encer berwarna
putih, berair, dan mudah dikeluarkan dengan batuk minimal. Upaya mempertahankan
hidrasi sistemik yag adekuat menjaga kebersihan mukosilia normal. Cara paling baik
dalam mempertahankan sekresi encer ialah dengan memberi masukan cairan 1500
sampai 2000 ml per hari, kecuali ada kontraindikasi karena status jantung.
B. Humidifikasi
Proses penambahan air ke gas. Diperlukan bagi kline yang menerima terapi
oksigen seperti bayi atau anak-anak yang menderita penyakit, seperti penyakit batuk
yang disertai sesak napas dan trakeitis. Penanganannya dilakukan dengan cara
penguapan pada air yang menghasilkan udara(bubbling), lalu humidifikasi
ditambahkan saat kecepatan aliran oksigen melebihi 4 L/menit dengan bantuan alat
kateter nasan, nasal kanula, atau masker wajah. Humidifikasi dapat menjadi sumber
infeksi nososkomial pada kline karena kelembaban lingkungan yang mendukung
pertumbuhan mikroorganisme patogen.
C. Nebulizasi
Merupakan proses menambahkan pelembab atau obat-obatan ke udara yang
diinspirasi dengan mencampurkan partikel berbagai ukuran dengan udara. Nebulizer
menggunakan konsep aerosol, seringkali digunakan untuk pemberian bronkodilator
dan mukolitik. Proses cara kerjanya apabila lapisan tipis cairan, yang menyokong
lapisan lendir pada silia dibiarkan kering maka silia menjadi rusak dan tidak dapat
lagi membersihkan jalan napas dengan adekuat. Dengan adanya nebulizasi akan
adanya peningkatan kebersihan mukosilia, mekanisme alamiah tubuh untuk
membuang lendir dan debris dari saluran napas.
Tujuan terapi oksigen, ialah mencegah atau menatasi hipoksia. Setiap klien yang
mengalami kerusakan oksigenasi jaringan dapat memperoleh manfaat dari pemberian
oksigen yang terkontrol. Oksigen bukan pengganti pengobatan lain dan haris
digunakan hanya jika diindikasi. Oksigen harus diperlakukan seperti obat. Oksigen
mahal dan memiliki efek samping yang berbahaya. Sebagaimana penggunaan obat,
dosis atau konsentrasi oksigen harus dipantau secara kontinu. Perawat harus
memeriksa rutin program dokter untuk memverifikasi bahwa klien menerima oksigen
dengan konsentrasi yang diprogramkan.
Kewaspadaan pada terapi oksigen, merupakan gas yang sangat mudah terbakar.
Walaupun oksigen tidak scra spontan membakar atau menyebabkan ledakan, tetapi
oksigen dengan mudah menyebabkan kebakaran diruangan klien jika oksigen kontak
dengan percikan rokok atau peralatan listrik. Oksigen berkonsentrasi tinggi berpotensi
besar untuk meledak dan dengan mudah menyulut kebakaran.
Dengan peningkatan penggunaan terapi oksigen di rumah, klien dan tenaga profesi
kesehatan harus mewaspadai bahaya ledakan. Perawat harus meningkatkan keamanan
dengan melakukan tindakan-tindakan berikut:
1. Tanda “dilarang merokok” harus dipasang dipintu kamar klien dan di atas
tempat tidur. Klien, pengunjung dan teman sekamar klien dan semua personel
harus diinformasikan bahwa merokok dilarang di daerah penggunaan oksigen.
2. Perawat memastikan semua peralatan listrik dikamar berfungsi dengan baik
dan kabel benar-benar masuk ke stop kontak. Percikan listrik ditempat yang
ada oksigen akan menyebabkan kebakaran yang serius.
3. Perawat harus mengetahui prosedur kebakaran dan lokasi pemadam kebakaran
terdekat.
4. Perawat harus selalu memeriksa kadar oksigen ditabung yang dapat dibawa
sebelum dipindahkan untuk memastikan bahwa terdapat cukup oksigen tersisa
ditabung.
Suplai oksigen, suplai oksigen ditempatkan disamping tempat tidur klien, baik
dengan tabung oksigen maupun tabung pipa di dinding yang bersifat permanen.
Tabung oksigen ditransportasikan dengan menggunakan alaat pengangkut yang lebar,
yang memungkinkan tabung ditempatkan tegak di sisi tempat tidur. Regulator
digunakan untuk mengontrol jumlah pemberian oksigen. Salah satu jenis yang umum
digunakan ialah alat pengukur aliran yang tegak dengan katup pengatur aliran
dibagian puncak. Jenis kedua ialah sebuah indikator silinder dengan pegangan
pengatur aliran.
Metode pemberiann oksigen, oksigen dapat diberikan kepada klien dengan
menggunakan nasal kanula, kateter nasal, masker wajah, atau ventilator mekanis.
Kanula nasal, merupakan peralatan yang sederhana dan nyaman . kedua kanula,
dengan panjang sekitar 1,5 cm muncul dari bagian tengah selang sekali pakai dan
diinsersikan ke dalam hidung. Oksigen diberikan melalui kanula dengan kecepatan
aliran sampai 6 liter/menit. Kecepatan aliran lebih besar dari 4 liter/menit jarang
digunakan karena efek yang ditimbulkannya, yakni menyebabkan mukosa kering dan
juga kerna jumlah oksigen yang diberikan relatif sedikit lebih besar. Perawat harus
mengetahui keecepatan aliran yanng menghasilkan konsentrasi oksigen inspirasi
dengan persentase tertentu (FiO2). Perawat juga harus mewaspadai kerusakan kulit di
atas telinga dan di hidung akibat pemasangan nasal kanula yang terlalu ketat.
Kateter nasal, kateter nasal lebih jarang digunakan daripada nasal kanula, tetapi
bukan berarti kateter nasal tidak digunakan. Prosedur pemasangan kateter ini meliputi
insersi kateter oksigen ke dalam hidung sampai ke nasofaring. Karena fiksasi kateter
akan memberi tekanan pada nostril, maka kateter harus diganti minimal 8 jam dan
diinsersi ke dalam nostril lain. Karena alasan ini, katetr nasal seringkali menjadi
metode yang kurang dinikmati karena klien merasakan nyeri saat kateter melewati
nasofaring dan karena mukosa nasal akan mengalami trauma.
Oksigen transtrakea, merupakan metode pemberian oksigen bagi klien yang
mengalami penyakit paru, dengan kateter kecil berukuran inravena diinsersi langsung
ke dalam trakea melalui suatu saluran leher bagian bawah yang dibedah dan oksigen
dihantarkan langsung ke trakea.
Keuntungan OTT adalah:
1. Tidak ada oksigen yang hilang ke atmosfer
2. Klien memperoleh oksigenasi yang kuat dengan kecepatan aliran yang lebih
rendah, sehingga pemberian oksigen lebih efisien, lebih murah dan menghasilkan
efek samping yang sedikit
3. Klien memiliki kemungkinan lebih besar untuk menggunakan oksigen karena
adanya mobilitas, kenyamanan dan penampilan wajah tampak lebih baik.
Setelah stoma trakeal putih, klien diajaran utuk mengangkat dan mengirigasi
kateter dengan salin normal sekurang-kurangnya tiga kali sehari untuk
mempertahankan kepatenan kateter. Kecepatan aliran oksigen terakhir biasanya
kurang dari 4 liter/menit, diberikan melalui kateter berukuran 8 Fr melalui saluran
yang matur.
Masker oksigen, merupakan peralatan yang digunakan untuk , memberikan oksigen,
kelembapan, atau kelembapan yang dipanaskan. Masker tersebut dirancang supaya
dapat benar-benar pas terpasang menutupi mulut dan hidung dan difiksasi dengan
menggunakan tali pengikat. Ada 2 jenis utama masker oksigen yaitu konsentrasi
tinggi dan konsentrasi rendah. Masker wajah yang sederhana digunakan untuk terapi
oksigen jangka pendek. Masker ini dipasang longgar dan memberikan konsentrasi
oksigen dari 30% sampai 60%. Masker ini kontraindikasi oksigen bagi klien yang
mengalami retensi karbon dioksida karena akan memperburuk retensi. Masker wajah
plastik yang berkantung reservoar dan masker venturi mampu memberi konsentrasi
oksigen yang lebih tinggi. Masker oksigen ini mempertahankan suplai oksigen dengan
konsentrasi tinggi di dalam kantung reservoar. Apabila kantung ttersebut mengempes,
maka klien akan menghirup sejumlah besar karbon dioksida.
Oksigen di rumah, indikasi penggunaan terapi osigen dirumah meliputi tekanan
parsial arteri (PaO2) 55 mm Hg atau kurang atau saturasi oksigen arteri (SaO2) 88%
atau kurang pada udara ruangan saat istirahat, saat melakukan kerja, atau sedang
melakukan latihan fisik. Klien yang memiliki Pa)2 dari 56 sampai 59 mm Hg juga
dapat menerima oksigen apabila juga terdapat bukti kkor-pulmonal, hipertensi
pulmonar, eritrosit, disfungsi sistem saraf pusat, kerusakan status mental, atau
peningkatan hipoksemia saat melakukan kerja.
Tiga jenis oksigen yang digunakan, yakni: oksigen terkompresi, oksigen cair, dan
konsentrator oksigen.
Apabila hipoksia klien menjadi berat dan lama, maka akan terjadi henti jantung. Henti
jatung adalah berhentinya curah dan sirkulasi jantung. Apabila hal ini terjadi, oksigen
tidak dialirkan ke jaringan, maka karbon dioksida tidak di transportasikan ke jaringan,
metabolisme jaringan menjadi anaerob, dan terjadinya asidosis metabolik dan asidosis
respiratorik. Kerusakan jantung, otak, dan jaringan lain terjadi dalam 4 sampai 6
menit.
Resultasi kardiopulmonar, henti jantung ditandai dengan adanya denyut nadi
dan pernapasan. Apabila perawat nebetaokan bahwa klien mengalami henti
jantung, maka harus dilakukan resusitasi jantung paru (RJP). RJP
merupakan prosedur kedaruratan yang berupa pernapasan buatan dan massae
jantung eksternal yang manual. ABC pada pelaksaan resusitasi jantung paru
adalah upaya untuk membentuk jalan napas yang lancar, memuli pernapasan
(breathing) dan mempertahankan sirkulasi. Tujuan RJP dalah mengalirkan
darah yang mengandung oksigen ke otak dalam upaya mencegah kerusakan
karingan yang permanen.
Perawatan restoratif, perawatan restoratif adalah upaya yang menekankan
pengkodisian kembali (reconditioning) jantung paru sebagai suatu program
rehabilitasi terstruktur. Rehabilitasi jantung paru secara aktif membantu
klien dalam mencapai dan mempertahankan kadar kesehatan yang optimal
melalui upaya latihan fisik yang terkontrol, pemberian konseling nutrisi,
teknik relaksasi dan teknik penatalaksanaan stres, pemberian obat-obatan
resep dan oksigen, dan tindakan mematuhi program dokter.
Latihan otot pernapasan meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot, sehingga
menghasilkan peningkatan toleransi aktivitas. Latihan otot pernapasan dapat
mencegah kegagalan pernapasan pada klien yang mengalami penyakit paru obstruktif.
Salah satu metode pelatihan otot pernapasan ialah peralatan penarpasan resistif
spirometer yang medorong ( Incentive Spirometer Resistive Breathing Device,
ISRBD). Pernapasan resistif dilakukan dilakukan dengan menempatkan alat
pernapasan resistif ke dalam spirometer yang mendorong tergantung-volume. Latihan
otot dilakukan klien saat menggunakan ISRBD secara rutin dan terjadwal, misalnya,
dua kali sehari selama 15 menit atau empat kali sehari selama 15 menit. Subjek
menggunakan IRSBD sekali sehari 30 menit selama 8 minggu. Mereka diacak
menjadi 15% Pimaksimal atau 30% Pimaksimal Pimaksimal mencerminkan upaya
yang dibutuhkan setiap kali bernapas lengkap.
1.5 EVALUASI
Perawat merupakan psisis yang bagu untuk mengenal tanda-tanda nutrisi buruk dan
mengambil langkah-langkah untuk mengawali perubahan. Kontak sehari-hari yan dekat
dengan klien dan keluaganya kemungkinan perawat untuk mengobservasi status fisik,
asupan makanan, penambahan atau kehilangan berat badan, dan respon pada terapi klien.
Perawat dapat mengidentifikasi masalah aktual potensial dalam status nutrisi dan
mengimplementasikan terapiperawatan, medis dan nutrisi yang tepat untuk mengurangi
atau membalikkan perubahan nutrisi.
1.1 PENGKAJIAN
Pengukuran tinggi dan berat badan klien harus diperboleh ketika masuk rumah sakit atau
lingkungan pelayanan kesehatan apapun. Tinggi dan berat badan klien dapat
dibandingkan dengan standar hubungan tinggi berat badan. Jika tinggi badan tidak dapat
diukur dengan klien berdiri, rentang tangan, atau jarak dari ujung jari ke ujung jari dengan
lengan diulurkan penuh pada tingkat bahu, kurang lebih ketinggin untuk orang dewasa.
Antropometri adalah suatu sistem pengukuran ukuran dan susunan tubuh dan bagian
khusus tubuh. Pengukuran antropometri yang membantu dalam mengidentifikasi masalah
nutrisi termasuk pertandingan ketinggian untuk lingkar pergelangan tangan, lingkar
lengan bagian tengah atas (mid-upper arm circumference, MAC), lipatan kulit trisep,
(triceps skinfold, TSF), dan lingkar otot lengan bagian tengah atas (mid-upper arm
muscle circumference, MAMC)
Lingkaran otot lengan bagian tengah atas (MAMC) adalah perkiraan dari massa otot
skelet. Hal ini dihitung dari pengukuran antropometrik MAC dan TSF.
1.2.1 Klien Pascaoperatif , asupan makanan seringkali berubah pada periode perioperatf
dengan tes diagnostic atau pembersihan perut, biasanya melibatkan minimal 8 jam
berpuasa. Permulaan asupan makanan pascaoperatif bergantung pada pengembalian
fungsi perut , tingkat prosedur bedah , keberadaan komplikasi apapun dan pilihan
pembedah untuk mengawali pemberian makan.
Klien yang telah menjalani bedah mulut dan tenggorokan harus mengunyah dan
menelan makanan pada keberadaan tempat eksisi.jahitan atau jaringan yang
dimanipulasi. Ingesti makanan menyebabkan ketidaknyamanan, sehingga klien
biasanya ditawarkan pertama kali. Penggunaan sedotan dapat membantu dalam
beberapa kasus. Tetapi hal ini khusus kontraindikasi pada yang lain seperti ekstrasi
gigi, bedah gigi , perbaikan langit langit mulut. Makanan yang lembut kadang kadang
lebih mudah ditelan daripada yang cair. Air yang panas , jus tart , dan makanan kasar
yang sulit dikunyah harus dihindari setelah bedah pada tenggorokan dan mulut.
Ketika bedah dilakukan pada perut dan usus, metode alternative asupan
makanan,seperti nutrusi parental (NP) , dapat diresep kan ketika permulaan asupan
oral tidak mungkin kira kira dalam 5 hari. Pengisapan nasogastric sering digunakan
selama bedah gastrotestinal yang berlanjut untuk mencegah distensi dan tekanan pada
area yang di reseksi. Ketika asupan oral dibatasi untuk jangka pendek, cairan biasanya
diberikan secara intravena tetapi cairan ini rendah nutrient. Standar larutan dekstrosa
5% mengandung hanya 170
Kkal/L. reseksi lambung dapat membatasi jumlah makanan yang diingesti per waktu
makan jika kantung lambung yang tetap kecil. Makanan yang sedikit tetapi sering
disarankan.
Bedah pada instestin dapat menggangu arbsorpsi nutrient atau jumlah defekasi,
jika porsi besar dari instesin direkresi atau dilewati atau jika ileostomy atau mukosa
fistula dibuat . klien yang ileostomy juga dapat kehilangan beberapa kemampuan
mereka untuk arbsorpsi vitamin ini. Klien yang ileostomy dan kolostomi memerlukan
konseling diet mengenai konsistenai pengeluaran ostomy, pencegahan obstruksi
ostomy dan instruksi tentang managemen penggunaan untuk mencegah temtang
managemen penggunaan ostomy untuk mencegah enzim intestinal dari penyebab
iritasi kulit.
1.2.2 Klien imobilisasi, kelumpuhan yang meluas dapat menghasilkan deosifikasi dan
osteoporosis tulang hiperkalsemia. Hiperkalsemia mempengaruhi batu ginjal dan
kandung kemih klien. Hal ini adalah masalah penting bagi anak anak dan remaja
karena pertumbuhan tulang cepat. Ambulasi adalah cara terbaik untuk mencegah
demineralisasi tulang dari imobilisasi. Apabila ambulans tidak memungkinkan, maka
kuantitas yang cukup akan nilai protein biologi tinggi membantu mencegah kerusakan
kulit dan infeksi, dan asupan fosfor yang tinggi pada awal minggu imobilisasi.
Apabila ambulasi tidak memungkinkan, maka kuantitas yang cukup akan nilai protein
biologi tinggi membantu mencegah kerusakan kulit dan infeksi, asupan fosfor yang
tinggi pada awal minggu imobilisasi mengurangi tingkat kalsium darah. Asupan
cairan juga melindungi terhadap batu ginjal. Latihan rentang gerak untuk tulang sendi
yang tidak terlibat memberikan beberapa perlindungan.
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan
nutrisi parental (NP) adalah larutan nutrisi yang adekuat yang terdiridari
glukosa,asamamoni,lipid,mineral,dan vitamin yang diberikan melalui kateter atau periver
atau kateter intravenacentral. Kateter perifer hanya digunakan untuk nutrisi parental yang
mengandung tidak lebih dari dektrosa 10% yang itnggi adalh terlalu hypertonic untuk
pemberian vena periver. Klien yang emerlukan NP adalah mereka yang memiliki disfungsi
gastrointestinal yang mencegah pemberian makan melalui selang enteral. Rencan asuhan
keperawatan untuk lien yang menerima np berdasarkan pada satu atau lebih dari tujuan
tambahan berikut ini.
1. Klien akan mencapai kesimbungan nitrogen positif (keadaan dimana byk nitrogen
seperti protein
2. Nutrient yang essensial penyembuhan luka, proses metabolism dan perbaikan jaringan
tubuh akan dicapai melalui jaringan parental.
3. Klien akan meneruma nutrisi enteral secepatnya jika secara fisiologi memungkinkan
apakah dalam kombinasi dengan Nutrisi parental
Implementasi
Klien yang sakit atau lemah sering kali memiliki nafsu makan yang buruk. Ketosis yang
menyertai kelaparan adalah penekan nafsu makan dan prosedur bedah dan trauma yang
menyebabkan nyeri. Defisiensi pada vitamin tertentu dan mineral dapat menyebabkan
anoreksia. Perawat dapat membantu klien untuk memahami factor factor yang mengurangi
nafsu makan, menggunakan pendekatan kreatif untuk menstimulasi nafsu makan dan
mengkaji klien untuk kebutuhsn agens farmakologis yang menstimulasi nafsu makan atau
mengatur gejala yang mengurangi nafsu makan.
Klien yang keluar rumah sakit dengan diresepkan diet seringkali memerlukan
konseling diet untuk merencanakan makanan yang memenuhi kebutuhan diet khusus
atau umum. Sama halnya pada lingkungan perawatan kesehatan lain, klien yang
mengalami deficit nutrisi atau masalah khusus seperti obesitas membutuhkan bantuan
dalam perencanaan menu dan kepatuhan dengan terapi diet di rekomedasi.