Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
KAJIAN TEORI
Salah satu cara untuk mengukur tingkat kesadaran dengan hasil subjektif
mungkin adalah menggunakan GCS (Glasgow Coma Scale). GCS dipakai untuk
menentukan derajat cedera kepala. Reflek membuka mata, respon verbal, dan
motorik diukur dan hasil pengukuran dijumlahkan jika kurang dari 13, makan
dikatakan seseorang mengalami cedera kepala, yang menunjukan adanya
penurunan kesadaran.
c. Refleks Pupil
i. Respon cahaya langsung
Pakailah senter kecil, arahkan sinar dari samping (sehingga pasien tidak
memfokus pada cahaya dan tidak berakomodasi) ke arah salah satu pupil untuk
melihat reaksinya terhadap cahaya. Inspeksi kedua pupil dan ulangi prosedur ini
pada sisi lainnya. Pada keadaan normal pupil yang disinari akan mengecil.
ii. Respon cahaya konsensual
jika pupil yang disinari maka secara serentak pupil lainnya mengecil dengan
ukuran yang sama.
e. Tes warna
Untuk mengetahui adanya polineuropati pada nervus optikus.
a. Ptosis
Pada keadaan normal bila seseorang melihat ke depan maka batas
kelopak mata atas akan memotong iris pada titik yang sama secara bilateral.
Ptosis dicurigai bila salah satu kelopak mata memotong iris lebih rendah dari
pada mata yang lain, atau bila pasien mendongakkan kepala ke belakang / ke
atas (untuk kompensasi) secara kronik atau mengangkat alis mata secara kronik
pula.
3.3.1. pengamatan
-Gaya berjalan dan tingkah laku
3.3.3. Palpasi
-Pengukuran besar otot
-Nyeri tekan
-Kontraktur
-Konsistensi (kekenyalan)
- Posisi :dilakukan dengan pasien duduk. dengan Perlahan tarik lengan keluar
dari tubuh pasien, sehingga membentuk sudut kanan di bahu. atau Lengan
bawah harus menjuntai ke bawah langsung di siku
- Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi siku
dan sedikit pronasi
- Posisi : pasien duduk, kaki menggantung di tepi meja ujian. Atau dengan
berbaring terlentang dengan posisi kaki melintasi diatas kaki di atas yang lain
atau mengatur kaki dalam posisi tipe katak.
2. Reflek Pathologis
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-kasus tertentu.
a. Reflek babinski:
- Pesien diposisikan berbaring supinasi dengan kedua kaki diluruskan.
- Tangan kiri pemeriksa memegang pergelangan kaki pasien agar kaki tetap
pada tempatnya.
- Respon : posisitf apabila terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari kaki dan
pengembangan jari kaki lainnya
b. reflek chaddok
- Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya
(fanning) jari-jari kaki lainnya.
d. Reflek oppenheim
- Pengurutan dengan cepat krista anterior tibia dari proksiml ke distal
- Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya
(fanning) jari-jari kaki lainnya.
e. Reflek Gordon
- Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya (fanning)
jari-jari kaki lainnya.
3. Reflek superfisial
Salah satu pemeriksaan yang perlu diperhatikan pada saat pasien berbicara
dan menangkap inti pembicaraan sebab hal ini menjadi fungsi hemisfer dominan.
Hemisfer kiri adalah bagian yang dominan untuk berbicara yang pada umumnya
terjadi pada pengguna tangan kanan dominan, sebagian juga pada orang kidal.
Pada pemeriksaan ini lebih menunjukkan fungsi neuron bagian korteks yang
lebih tinggi termasuk memberikan suatu alasan pada setiap kasus yang dialami,
menggunakan abstraksi, membuat perencanaan, dan memberi penilaian.
3.8.2. Brudzinsky I
Letakkan satu tangan perawat di bawah kepala pasien dan tangan lain di
dada pasien untuk mencegah badan tidak terangkat kemudian kepala pasien di
fleksikan ke dada secara pasif. Brudzinsky akan positif bila kedua tungkai bawah
akan fleksi pada sendi panggul dan sendi lutut
3.8.3. Brudzinsky II
Tanda Brudzinsky II positif bila fleksi klien pada sendi panggul secra pasif akan
diikuti oleh fleksi tungkai lainnya pada sendi panggul dan lutut.
Pasien diposisikan telentang, kemudian fleksikan tungkai atas agak lurus lalu
luruskan tungkai bawah pada sendi lutut. Normalnya dapat membentuk sudut
135 terhadap tungkai bawah.
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
Sistem saraf sangat berpengaruh terhadap segala sistem yang ada dalam
tubuh manusia. Hampir semua penyakit berhubungan dengan sistem saraf, oleh
karena itu disarankan bagi para pembaca untuk mendeteksi secara dini kondisi
kesehatanya dan dilakukan pemeriksaan fisik khususnya neurologik.
Price, A Silvia dan Wilson, M Lorraine. 1995. Patofisiologi; Konsep Klinis Proses-
proses penyakit. Jakarta: EGC.
Matondang, Corry S, dkk. 2000. Diagnosis Fisis pada Anak. Jakarta: PT Sagung
Seto.