Вы находитесь на странице: 1из 3

KERAJAAN KUTAI

Kerajaan Kutai (Kutai Martadipura) adalah kerajaan bercorak hindu yang terletak di
muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu Sungai Mahakam. Kerajaan Kutai berdiri
sekitar abad ke-4. Nama kerajaan ini disesuaikan dengan nama daerah tempat penemuan
prasasti, yaitu daerah Kutai. Hal ini disebabkan, karena setiap prasasti yang ditemukan tidak
ada yang menyebutkan nama dari kerajaan tersebut. Wilayah Kerajaan Kutai mencakup
wilayah yang cukup luas, yaitu hampir menguasai seluruh wilayah Kalimantan Timur.
Bahkan pada masa kejayaannya Kerajaan Kutai hampir manguasai sebagian wilayah
Kalimantan.

Sumber yang mengatakan bahwa di Kalimantan telah berdiri dan berkembang


Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu adalah beberapa penemuan peninggalan berupa
tulisan (prasasti). Tulisan itu ada pada tujuh tiang batu yang disebut yupa. Yupa tersebut
adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tiang untuk menambat hewan yang akan
dikorbankan. Dari salah satu yupa tersebut diketahui Raja Mulawarman yang memerintah
Kerajaan Kutai pada saat itu. Nama Mulawarman dicatat dalam yupa karena
kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor sapi pada Kaum Brahmana.
KERAJAAN KALINGGA

Satu-satunya sumber sejarah yang menyatakan keberadaan Kerajaan Holing / Keling


adalah dari berita Cina. Berita ini datang dari pendeta I-tsing yang menyebutkan bahwa
seorang temannya yang bernama Hui-Ning dengan pembantunya bernama Yunki pergi ke
Holing tahun 664/665 M untuk mempelajari agama Budha. Ia juga menerjemahkan kitab
suci agama Budha dari bahasa sansekerta ke bahasa Cina dengan dibantu oleh pendeta
agama Budha dari Holing yang bernama Janabhadra. Menurut keterangan dari Dinasti
Sung, kitab yang diterjemahkan oleh Hui-Ning adalah bagian terakhir dari kitab Varinirvana
yang mengisahkan tentang pembukaan jenazah Sang Budha.

Di samping itu, diberitakan bahwa Kerajaan Holing telah beberapa kali mengirim
utusan ke Cina. Dari berita itu, dikatakan bahwa Kerajaan Holing telah menjalin hubungan
yang sangat luas, walaupun secara politis kedudukannya tidak tinggi.
KERAJAAN SRIWIJAYA

Sejarah berdirinya Sriwijaya berangkat dari bukti tertua berupa sebuah berita dari
Cina, yang datang sekitar 682 M. Bukti tersebut ditandai dengan adanya pendeta Tiongkok,
bernama I-Tsing yang ingin belajar agama budha di India. Pendeta ini juga mendalami
bahasa sansakerta selama sekitar 6 bulan lamanya.

Kehadiran pendeta ini juga menjadi bukti yang menguak siapakah raja dari kerajaan
yang jaya tersebut. Ternyata, Sriwijaya sempat dipimpin oleh Daounta Hyang, seorang raja
yang cerdas dan sangat mengutamakan kesejahteraan rakyatnya. Namun, sejauh ini
memang tidak banyak bukti fisik yang bisa menjadi ciri lain dari kapan pastinya kerajaan ini
berdiri. prasasti peninggalan kerajaan sriwijaya.

Namun, disebutkan bahwa kerajaan ini meninggalkan beberapa peninggalan.


Peninggalannya berupa prasasti kedukan bukit 683 M di Palembang, yang berisi Dapunta
Hyang. Prasasti ini menceritakan banyak hal yang terjadi pada masa pemerintahan Dapunta
Hyang. Kehadiran dari bukti berupa prasasti ini juga menarik kesimpulan bahwa kerajaan
ini berdiri pada abad ke 7 dengan raja pertamanya Dapunta Hyang.

Вам также может понравиться