Вы находитесь на странице: 1из 61

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Oleh : Prof. Dr. Suwarsih Madya

Apa yang Dimaksud dengan PTK dan Apa Ciri-cirinya?

Karena penelitian tindakan cocok untuk para praktisi yang bergelut


dengan dunia nyata, maka ia cocok untuk Anda sebagai guru. Anda mungkin
heran kenapa istilah ’penelitian’ yang biasanya berkenaan dengan teori sekarang
dijodohkan dengan istilah ’tindakan’. Keheranan Anda tidak berlebihan karena
memang jenis penelitian ini tergolong muda dibandingkan dengan penelitian
tradisional yang telah ratusan tahun dikembangkan. Uraian beberapa butir di
bawah ini akan dapat membantu Anda dalam memahami apa yang dimaksud
dengan penelitian tindakan (Silakan baca Burns, 1999: 30; Kemmis & McTaggrt,
1982: 5; Reason & Bradbury, 2001: 1).

Penelitian tindakan merupakan intervensi praktik dunia nyata yang ditujukan


untuk meningkatkan situasi praktis. Tentu penelitian tindakan yang dilakukan oleh
guru ditujukan untuk meningkatkan situasi pembelajaran yang menjadi tanggung
jawabnya dan ia disebut ’penelitian tindakan kelas’ atau PTK.

Apakah kegiatan penelitian tindakan tidak akan mengganggu proses


pembelajaran? Sama sekali tidak, karena justru ia dilakukan dalam proses
pembelajaran yang alami di kelas sesuai dengan jadwal. Kalau begitu, apakah
penelitian tindakan kelas (PTK) bersifat situasional, kontekstual, berskala kecil,
terlokalisasi, dan secara langsung gayut (relevan) dengan situasi nyata dalam dunia
kerja? Benar. Apakah berarti bahwa subyek dalam PTK termasuk murid-murid Anda?
Benar. Lalu bagaimana cara untuk menjaga kualitas PTK? Apakah boleh bekerjasama
dengan guru lain? Benar. Anda bisa melibatkan guru lain yang mengajar bidang
pelajaran yang sama, yang akan berfungsi sebagai kolaborator Anda.
Karena situasi kelas sangat dinamis dalam konteks kehidupan sekolah yang
dinamis pula, apakah peneliti perlu menyesuaikan diri dengan dinamika yang ada?
Benar. Anda memang dituntut untuk adaptif dan fleksibel agar kegiatan PTK Anda
selaras dengan situasi yang ada, tetapi tetap mampu menjaga agar proses mengarah
pada tercapainya perbaikan. Hal ini menuntut komitmen untuk berpartisipasi dan
kerjasama dari semua orang yang terlibat, yang mampu melakukan evaluasi diri
secara kontinyu sehingga perbaikan demi perbaikan, betapapun kecilnya, dapat
diraih. Kalau begitu, apakah diperlukan kerangka kerja agar masalah praktis dapat
dipecahkan dalam situasi nyata? Benar. Tindakan dilaksanakan secara terencana,
hasilnya direkam dan dianalisis dari waktu ke waktu untuk dijadikan landasan dalam
melakukan modifikasi.

Apa syarat-syarat agar PTK Anda berhasil?

Untuk dapat meraih perubahan yang diinginkan melalui PTK, apakah ada
syarat-syarat lain? Betul, silakan baca McNiff, Lomax dan Whitehead (2003).
Pertama, Anda dan kolaborator serta murid-murid harus punya tekad dan komitmen
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan komitmen itu terwujud dalam
keterlibatan mereka dalam seluruh kegiatan PTK secara proporsional. Andil itu
mungkin terwujud jika ada maksud yang jelas dalam melakukan intervensi tersebut.
Kedua, Anda dan kolaborator menjadi pusat dari penelitian sehingga dituntut untuk
bertanggung jawab atas peningkatan yang akan dicapai. Ketiga, tindakan yang Anda
lakukan hendaknya didasarkan pada pengetahun, baik pengetahuan konseptual dari
tinjauan pustaka teoretis, maupun pengetahuan teknis prosedural, yang diperoleh
lewat refleksi kritis dan dipadukan dengan pengalaman orang lain dari tinjauan
pustaka hasil penelitian tindakan), berdasarkan nilai-nilai yang diyakini
kebenarannya. Refleksi kritis dapat dilakukan dengan baik jika didukung oleh
keterbukaan dan kejujuran terhadap diri sendiri, khususnya kejujuran mengakui
kelemahan/kekurangan diri. Keempat, tindakan tersebut dilakukan atas dasar
komitmen kuat dan keyakinan bahwa situasi dapat diubah ke arah perbaikan. Kelima,
penelitian tindakan melibatkan pengajuan pertanyaan agar dapat melakukan
perubahan melalui tindakan yang disadari dalam konteks yang ada dengan seluruh
kerumitannya. Keenam, Anda mesti mamantau secara sistematik agar Anda
mengetahui dengan mudah arah dan jenis perbaikan, yang semuanya berkenaan
dengan pemahaman yang lebih baik terkadap praktik dan pemahaman tentang
bagaimana perbaikan ini telah terjadi. Kutujuh, Anda perlu membuat deskripsi otentik
objektif (bukan penjelasan) tentang tindakan yang dilaksanakan dalam riwayat
faktual, perekaman video and audio, riwayat subjektif yang diambil dari buku harian
dan refleksi dan observasi pribadi, dan riwayat fiksional. Kedelapan, Anda perlu
memberi penjelasan tentang tindakan berdasarkan deskripsi autentik tersebut di atas,
yang mencakup (1) identifikasi makna-makna yang mungkin diperoleh (dibantu)
wawasan teoretik yang relevan, pengaitan dengan penelitian lain (misalnya lewat
tinjauan pustaka di mana kesetujuan dan ketidaksetujuan dengan pakar lain perlu
dijelaskan), dan konstruksi model (dalam konteks praktik terkait) bersama
penjelasannya; (2) mempermasalahkan deskripsi terkait, yaitu secara kritis
mempertanyakan motif tindakan dan evaluasi terhadap hasilnya; dan (3) teorisasi,
yang dilahirkan dengan memberikan penjelasan tentang apa yang dilakukan dengan
cara tertentu. Kesembilan,Anda perlu menyajikan laporan hasil PTK dalam berbagai
bentuk termasuk: (1) tulisan tentang hasil refleksi-diri, dalam bentuk catatan harian
dan dialog, yaitu percakapan dengan dirinya sendiri; (2) percakapan tertulis, yang
dialogis, dengan gambaran jelas tentang proses percakapan tersebut; (3) narasi dan
cerita; dan (4) bentuk visual seperti diagram, gambar, dan grafik. Kesepuluh, Anda
perlu memvalidasi pernyataan Anda tentang keberhasilan tindakan Anda lewat
pemeriksaan kritis dengan mencocokkan pernyataan dengan bukti (data mentah), baik
dilakukan sendiri maupun bersama teman (validasi-diri), meminta teman sejawat
untuk memeriksanya dengan masukan dipakai untuk memperbaikinya (validasi
sejawat), dan terakhir menyajikan hasil seminar dalam suatu seminar (validasi
public). Perlu dipastikan bahwa temuan validasi selaras satu sama lain karena
semuanya berdasarkan pemeriksaan terhadap penyataan dan data mentah. Jika ada
perbedaan, pasti ada sesuatu yang masih harus dicermati kembali.

Apa yang dapat Dicapai lewat Penelitian Tindakan Kelas?

Pertanyaan ini dapat diubah menjadi, ”Kapan Anda secara tepat dapat
melakukan PTK?” Jawabnya: Ketika Anda ingin meningkatkan kualitas
pembelajaran yang menjadi tanggung jawab Anda dan sekaligus ingin melibatkan
murid-murid Anda dalam proses pembelajaran (lihat Cohen dan Manion, 1980).
Dengan kata lain, Anda ingin meningkatkan praktik pembelajaran, pemahaman Anda
terhadap praktik tersebut, dan situasi pembelajaran kelas Anda (Grundy & Kemmis,
1982: 84). Dapat dikatakan bahwa tujuan utama PTK adalah untuk mengubah
perilaku pengajaran Anda, perilaku murid-murid Anda di kelas, dan/atau mengubah
kerangka kerja melaksanakan pembelajaran kelas Anda. Jadi, PTK lazimnya
dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan atau pendekatan baru
pembelajaran dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di ruang
kelas.

PTK berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran


kelas. Di ruangan kelas, PTK dapat berfungsi sebagai (Cohen & Manion, 1980: 211):
(a) alat untuk mengatasi masalah-masalah yang didiagnosis dalam situasi
pembelajaran di kelas; (b) alat pelatihan dalam-jabatan, membekali guru dengan
keterampilan dan metode baru dan mendorong timbulnya kesadaran-diri, khususnya
melalui pengajaran sejawat; (c) alat untuk memasukkan ke dalam sistem yang ada
(secara alami) pendekatan tambahan atau inovatif; (d) alat untuk meningkatkan
komunikasi yang biasanya buruk antara guru dan peneliti; (e) alat untuk menyediakan
alternatif bagi pendekatan yang subjektif, impresionistik terhadap pemecahan
masalah kelas. Ada dua butir penting yang perlu disebut di sini. Pertama, hasil
penelitian tindakan dipakai sendiri oleh penelitinya, dan tentu saja oleh orang lain
yang menginginkannya. Kedua, penelitiannya terjadi di dalam situasi nyata yang
pemecahan masalahnya segera diperlukan, dan hasil-hasilnya langsung
diterapkan/dipraktikkan dalam situasi terkait. Ketiga, peneliti tindakan melakukan
sendiri pengelolaan, penelitian, dan sekaligus pengembangan.

Kriteria dalam Penelitian Tindakan

Benarkah PTk harus memenuhi kriteria tertentu? Benar. Seperti layaknya penelitian,
PTK harus memenuhi kriteria validitas. Akan tetapi, makna dasar validitas untuk
penelitian tindakan condong ke makna dasar validitas dalam penelitian kualitatif,
yaitu makna langsung dan lokal dari tindakan sebatas sudut pandang peserta
penelitiannya (Erickson, 1986, disitir oleh Burns, 1999). Jadi kredibilitas penafsiran
peneliti dipandang lebih penting daripada validitas internal (Davis, 1995, disitir oleh
Burns, 1999). Karena PTK bersifat transformatif, maka kriteria yang cocok adalah
validitas demokratik, validitas hasil, validitas proses, validitas katalitik, dan validitas
dialogis, yang harus dipenuhi dari awal sampai akhir penelitian, yaitu dari refleksi
awal saat kesadaran akan kekurangan muncul sampai pelaporan hasil penelitiannya
(Burns, 1999: 161-162, menyitir Anderson dkk,1994).

Validitas: demokratik, hasil, proses, katalitik, dan dialoguis

Validitas Demokratik berkenaan dengan kadar kekolaboratifan penelitian


dan pencakupan berbagai suara. Dalam PTk, idealnya Anda, guru lain/pakar sebagai
kolaborator, dan murid-murid Anda masing-masing diberi kesempatan menyuarakan
apa yang dipikirkan dan dirasakan serta dialaminya selama penelitian berlangsung.
Pertanyaan kunci mencakup: Apakah semua pemangku kepentingan (stakeholders)
PTK (guru, kolaborator, administrator, mahasiswa, orang tua) dapat menawarkan
pandangannya? Apakah solusi masalah di kelas Anda memberikan manfaat kepada
mereka? Apakah solusinya memiliki relevansi atau keterterapan pada konteks kelas
Anda? Semua pemangku kepentingan di atas diberi kesempatan dan/atau didorong
lewat berbagai cara yang cocok dalam situasi budaya setempat untuk mengungkapkan
pendapatnya, gagasan-gagasannya, dan sikapnya terhadap persoalan pembelajaran
kelas Anda, yang fokusnya adalah pencarian solusi untuk peningkatan praktik dalam
situasi pembelajaran kelas Anda. Misalnya, dalam kasus penelitian tindakan kelas
untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran bahasa Inggris, pada tahap refleksi
awal guru-guru yang berkolaborasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas, siswa,
Kepala Sekolah, dan juga orang tua siswa, diberi kesempatan dan/atau didorong
untuk mengungkapkan pandangan dan pendapatnya tentang situasi dan kondisi
pembelajaran bahasa Inggris di sekolah terkait. Hal ini dilakukan untuk mencapai
suatu kesepatakan bahwa memang ada kekurangan yang perlu diperbaiki dan
kekurangan tersebut perlu diperbaiki dalam konteks yang ada, atau juga disebut
kesepakatan tentang latar belakang penelitian. Selanjutnya, diciptakan proses yang
sama untuk mencapai kesepakatan tentang masalah-masalah apa yang ada, yaitu
identifikasi masalah, dan tentang masalah apa yang akan menjadi fokus penelitian
atau pembatasan masalah penelitian. Kemudian, proses yang sama berlanjut untuk
merumuskan pertanyaan penelitian atau merumuskan hipotesis tindakan yang akan
menjadi dasar bagi perencanaan tindakan, yang juga dilaksanakan melalui proses
yang melibatkan semua peserta penelitian untuk mengungkapkan pandangan dan
pendapat serta gagasan-gagasannya. Proses yang mendorong setiap peserta penelitian
untuk mengungkapkan atau menyuarakan pandangan, pendapat, dan gagasannya ini
diciptakan sepanjang penelitian berlangsung.

Validitas Hasil mengandung konsep bahwa tindakan kelas Anda membawa


hasil yang sukses di dalam konteks PTK Anda. Hasil yang paling efektif tidak hanya
melibatkan solusi masalah tetapi juga meletakkan kembali masalah ke dalam suatu
kerangka sedemikian rupa sehingga melahirkan pertanyaan baru. Hal ini tergambar
dalam siklus penelitian pada Gambar 1 di bawah, di mana ketika dilakukan refleksi
pada akhir tindakan pemberian tugas yang menekankan kegiatan menggunakan
bahasa Inggris lewat tugas ‘information gap’, ditemukan bahwa hanya sebagian kecil
siswa menjadi aktif dan sebagian besar siswa merasa takut salah, cemas, dan malu
berbicara. Maka timbul pertanyaan baru, ‘Apa yang mesti dilakukan untuk mengatasi
agar siswa tidak takut salah, tidak cemas, dan tidak malu sehingga dengan suka rela
aktif melibatkan diri dalam kegiatan pembelajaran?’ Hal ini menggambarkan bahwa
pertanyaan baru timbul pada akhir suatu tindakan yang dirancang untuk menjawab
suatu pertanyaan, begitu seterusnya sehingga upaya perbaikan berjalan secara
bertahap, berkesinambungan tidak pernah berhenti, mengikuti kedinamisan situasi
dan kondisi. (Mohon dicermati uraian masing-masing tahap dan kesinambungan
masalah yang timbul). Validitas hasil juga tergantung pada validitas proses
pelaksanaan penelitian, yang merupakan kriteria berikutnya.

Validitas Proses berkenaan dengan ‘keterpercayaan’ dan ‘kompetensi’, yang


dapat dipenuhi dengan menjawab sederet pertanyaan berikut: Mungkinkah
menentukan seberapa memadai proses pelaksanaan PTK Anda? Misalnya, apakah
Anda dan kolaborator Anda mampu terus belajar dari proses tindakan tersebut?
Artinya, Anda dan kolaborator secara terus menerus dapat mengkritisi diri sendiri
dalam situasi yang ada sehingga dapat melihat kekurangannya dan segera berupaya
memperbaikinya. Apakah peristiwa atau perilaku dipandang dari perspektif yang
berbeda dan melalui sumber data yang berbeda agar terjaga dari ancaman penafsiran
yang ‘simplistik’ atau ‘rancu’?

Dalam kasus penelitian tindakan kelas bahasa Inggris yang disebut di atas,
para peneliti dapat menentukan indikator kelas bahasa Inggris yang aktif, mungkin
dengan menghitung berapa siswa yang aktif terlibat belajar menggunakan bahasa
Inggris untuk berkomunikasi lewat tugas-tugas yang diberikan guru, dan berapa
banyak bahasa Inggris yang diproduksi siswa, yang bisa dihitung dari jumlah
kata/kalimat yang diproduksi dan lama waktu yang digunakan siswa untuk
memproduksinya, serta adanya upaya guru memfasilitasi pemelajaran siswa.
Kemudian jika keaktifan siswa terlalu rendah yang tercermin dalam sedikitnya
ungkapan yang diproduksi, guru secara kritis merefleksi bersama kolaborator untuk
mencari sebab-sebabnya dan menentukan cara-cara mengatasinya. Kalau diperlukan,
siswa yang tidak aktif didorong untuk menyuarakan apa yang dirasakan sehingga
mereka tidak mau aktif dan siswa yang aktif diminta mengungkapkan mengapa
mereka aktif. Perlu juga ditemukan apakah ada perubahan pada diri siswa sesuai
dengan indikator bahwa para siswa berubah lewat tindakan pertama berupa
pemberian tugas ‘information gap’ dan tindakan kedua berupa pembelakuan kriteria
penilaian, dan perubahan pada diri guru dari peran pemberi pengetahuan ke peran
fasilitator dan penolong. Begitu seterusnya sehingga pemantauan terhadap perubahan
hendaknya dilakukan secara cermat dan disimpulkan lewat dialog reflektif yang
demokratik.

Perlu dicatat bahwa kompetensi peneliti dalam bidang terkait sangat


menentukan kualitas proses yang diinginkan dan tingkat kemampuan untuk
melakukan pengamatan dan membuat catatan lapangan. Dalam kasus penelitian
tindakan kelas bahasa Inggris yang dicontohkan di atas, misalnya, kualitas proses
akan sangat ditentukan oleh wawasan, pengetahuan dan pemahaman sejati peneliti
tentang (1) hakikat kompetensi komunikatif, (2) pembelajaran bahasa yang
komunikatif yang mencakup pendekatan komunikatif bersama metodologi dan
teknik-tekniknya, dan (3) karakteristik siswanya (intelegensi, gaya belajar, variasi
kognitif, kepribadian, motivasi, tingkat perkembangan/pemelajaran) dan pengaruhnya
terhadap pembelajaran bahasa asing. Jika wawasan, pengetahuan dan pemahaman
tersebut kuat, maka peneliti akan dapat dengan lebih mudah menentukan perilaku-
perilaku mana yang menunjang tercapainya perubahan yang diinginkan dengan
indikator yang tepat, dan juga perilaku-perilaku mana yang menghambatnya.

Namun demikian, hal ini masih harus didukung dengan kemampuan untuk
mengumpulkan data, misalnya melakukan pengamatan dan membuat catatan
lapangan dan harian. Dalam mengamati, tim peneliti dituntut untuk dapat bertindak
seobjektif mungkin dalam memotret apa yang terjadi. Artinya, selama mengamati
perhatiannya terfokus pada gejala yang dapat ditangkap lewat pancainderanya saja,
yaitu apa yang didengar, dilihat, diraba (jika ada), dikecap (jika ada), dan tercium,
yang terjadi pada semua peserta penelitian, dalam kasus di atas pada peneliti, guru
dan siswa. Dalam pengamatan tersebut harus dijaga agar jangan sampai peneliti
melakukan penilaian terhadap apa yang terjadi. Seperti telah diuraikan di depan, perlu
dijaga agar tidak terjadi penyampuradukan antara deskripsi dan penafsiran.
Kemudian, diperlukan kompetensi lain untuk membuat catatan lapangan dan harian
tentang apa yang terjadi. Akan lebih baik jika para peneliti merekamnya dengan
kaset audio atau audio-visual sehingga catatan lapangan dapat lengkap. Singkatnya,
kompetensi peneliti dalam bidang yang diteliti dan dalam pengumpulan data lewat
pengamatan partisipan sangat menentukan kualitas proses tindakan dan pengumpulan
data tentang proses tersebut.

Validitas Katalitik terkait dengan kadar pemahaman yang Anda capai realitas
kehidupan kelas Anda dan cara mengelola perubahan di dalamnya, termasuk
perubahan pemahaman Anda dan murid-murid terhadap peran masing-masing dan
tindakan yang diambil sebagai akibat dari perubahan ini.

Dalam kasus penelitian tindakan kelas bahasa Inggris yang dicontohkan di atas,
validitas katalitik dapat dilihat dari segi peningkatan pemahaman guru terhadap
faktor-faktor yang dapat menghambat dan factor-faktor yang memfasilitasi
pembelajaran. Misalnya faktor-faktor kepribadian (lihat Brown, 2000) seperti rasa
takut salah dan malu melahirkan inhibition dan kecemasan. Sebaliknya, upaya-upaya
guru untuk mengorangkan siswa dengan mempertimbangkan pikiran dan perasaan
serta mengapresiasi usaha belajarnya merupakan faktor positif yang memfasilitasi
proses pembelajaran. Selain itu, validitas katalitik dapat juga ditunjukkan dalam
peningkatan pemahaman terhadap peran baru yang mesti dijalani guru dalam proses
pembelajaran komunikatif. Peran baru tersebut mencakup peran fasilitator dan peran
penolong serta peran pemantau kinerja. Validitas katalitik juga tercermin dalam
adanya peningkatan pemahaman tentang perlunya menjaga agar hasil tindakan yang
dilaksanakan tetap memotivasi semua yang terlibat untuk meningkatkan diri secara
stabil alami dan berkelanjutan. Semua upaya memenuhi tuntutan validitas katalitik
ini dilakukan melalui siklus perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi, dan
refleksi.

Validitas Dialogik sejajar dengan proses review sejawat yang umum dipakai
dalam penelitian akademik. Secara khas, nilai atau kebaikan penelitian dipantau
melalui tinjauan sejawat untuk publikasi dalam jurnal akademik. Sama halnya,
review sejawat dalam PTK berarti dialog dengan guru-guru lain, bisa lewat sarasehan
atau dialog reflektif dengan ‘teman yang kritis’ atau pelaku PTK lainnya, yang
semuanya dapat bertindak sebagai ‘jaksa tanpa kompromi’.

Kriteria validitas dialogis ini dapat juga mulai dipenuhi ketika penelitian masih
berlangsung, yaitu secara beriringan dengan pemenuhan kriteria demokratik. Yaitu,
setelah seorang peserta mengungkapkan pandangan, pendapat, dan/atau gagasannya,
dia akan meminta peserta lain untuk menanggapinya secara kritis sehingga terjadi
dialog kritis atau reflektif. Dengan demikian, kecenderungan untuk terlalu subjektif
dan simplistik akan dapat dikurangi sampai sekecil mungkin. Untuk memperkuat
validitas dialogik, seperti telah disebut di atas, proses yang sama dilakukan dengan
sejawat peneliti tindakan lainnya, yang jika memerlukan, diijinkan untuk memeriksa
semua data mentah yang terkait dengan yang sedang dikritisi.

Trianggulasi untuk Mengurangi Subjektivitas

Bagaimana Anda meningkatkan validitas PTK Anda? Tidak lain dengan


meminimalkan subjektivitas melalui trianggulasi. Anda sebagai pelaku PTK dapat
menggunakan metode ganda dan perspektif kolaborator Anda untuk memperoleh
gambaran kaya yang lebih objektif. Bentuk lain dari trianggulasi adalah: trianggulasi
waktu, trianggulasi ruang, trianggulasi peneliti, dan trianggulasi teoretis (Burns,
1999: 164). Trianggulasi waktu dapat dilakukan dengan mengumpulkan data dalam
waktu yang berbeda, sedapat mungkin meliputi rentangan waktu tindakan
dilaksanakan dengan frekuensi yang memadai untuk menjamin bahwa efek perilaku
tertentu bukan hanya suatu kebetulan. Misalnya, data tentang proses pembelajaran
dengan seperangkat teknik tertentu dapat dikumpulkan pada jam awal, tengah dan
siang pada hari yang berbeda dan jumlah pengamatan yang memadai, katakanlah 4-5
kali. Trianggulasi peneliti dapat dilakukan dengan pengumpulan data yang sama
oleh beberapa peneliti sampai diperoleh data yang relatif konstan. Misalnya, dua
atau tiga peserta penelitian dapat mengamati proses pembelajaran yang sama dalam
waktu yang sama pula. Trianggulasi ruang dapat dilakukan dengan mengumpulkan
data yang sama di tempat yang berbeda. Dalam contoh proses pembelajaran bahasa
Inggris di atas, ada dua atau tiga kelas yang dijadikan ajang penelitian yang sama dan
data yang sama dikumpulkan dari kelas-kelas tersebut. Trianggulasi teoretis dapat
dilakukan dengan memaknai gejala perilaku tertentu dengan dituntun oleh beberapa
teori yang berbeda tetapi terkait. Misalnya, perilaku tertentu yang menyiratkan
motivasi dapat ditinjau dari teori motivasi aliran yang berbeda: aliran behavioristik,
kognitif, dan konstruktivis.

Reliabilitas

Reliabilitas data PTK Anda secara hakiki memang rendah. Mengapa? Karena
situasi PTk terus berubah dan proses PTK bersifat transformatif tanpa kendali apapun
(alami) sehingga sulit untuk mencapai tingkat reliabilitas yang tinggi, padahal tingkat
reliabilitias tinggi hanya dapat dicapai dengan mengendalikan hampir seluruh aspek
situasi yang dapat berubah (variabel) dan hal ini tidak mungkin atau tidak baik
dilakukan dalam PTK. Mengapa tidak mungkin? Karena akan bertentangan dengan
ciri khas penelitian tindakan itu sendiri, yang salah satunya adalah
kontekstual/situasional dan terlokalisasi, dengan perubahan yang menjadi tujuannya.
Penilaian peneliti menjadi salah satu tumpuan reliabilitas PTK. Cara-cara
meyakinkan orang atas reliabilitas PTK termasuk: menyajikan (dalam lampiran) data
asli seperti transkrip wawancara dan catatan lapangan (bila hasil penelitian
dipublikasikan), menggunakan lebih dari satu sumber data untuk mendapatkan data
yang sama dan kolaborasi dengan sejawat atau orang lain yang relevan.

Kelebihan dan Kekurangan PTK

PTK memiliki kelebihan berikut (Shumsky, 1982): (1) tumbuhnya rasa


memiliki melalui kerja sama dalam PTK; (2) tumbuhnya kreativitias dan pemikiran
kritis lewat interaksi terbuka yang bersifat reflektif/evaluatif dalam PTK; (3)
dalam kerja sama ada saling merangsang untuk berubah; dan (4) meningkatnya
kesepakatan lewat kerja sama demokratis dan dialogis dalam PTK (silakan lihat
Passow, Miles, dan Draper, 1985).

PTK Anda juga memiliki kelemahan: (1) kurangnya pengetahuan dan


keterampilan dalam teknik dasar penelitian pada Anda sendiri karena terlalu banyak
berurusan dengan hal-hal praktis, (2) rendahnya efisiensi waktu karena Anda harus
punya komitmen peneliti untuk terlibat dalam prosesnya sementara Anda masih
harus melakukan tugas rutin ; (3) konsepsi proses kelompok yang menuntut
pemimpin kelompok yang demokratis dengan kepekaan tinggi terhadap kebutuhan
dan keinginan anggota-anggota kelompoknya dalam situasi tertentu, padahal tidak
mudah untuk mendapatkan pemimimpin demikian.

Persyaratan Keberhasilan PTK

Agar PTK berhasil, persyaratan berikut harus dipenuhi (Hodgkinson, 1988):


(1) kesediaan untuk mengakui kekurangan diri; (2) kesempatan yang memadai untuk
menemukan sesuatu yang baru; (3) dorongan untuk mengemukakan gagasan baru; (4)
waktu yang tersedia untuk melakukan percobaan; (5) kepercayaan timbal balik antar
orang-orang yang terlibat; dan (6)pengetahuan tentang dasar-dasar proses kelompok
oleh peserta penelitian.

Penelitian Tindakan Kolaboratif

Kolaborasi atau kerja sama perlu dan penting dilakukan dalam PTK karena PTK yang
dilakukan secara perorangan bertentangan dengan hakikat PTK itu sendiri (Burns,
1999). Beberapa butir penting tentang PTK kolaboratif Kemmis dan McTaggart
(1988: 5; Hill & Kerber, 1967, disitir oleh Cohen & Manion, 1985, dalam Burns,
1999: 31): (1) penelitian tindakan yang sejati adalah penelitian tindakan kolaboratif,
yaitu yang dilakukan oleh sekelompok peneliti melalui kerja sama dan kerja bersama,
(2) penelitian kelompok tersebut dapat dilaksanakan melalui tindakan anggota
kelompok perorangan yang diperiksa secara kritis melalui refleksi demokratik dan
dialogis; (3) optimalisasi fungsi PTK kolaboratif dengan mencakup gagasan-gagasan
dan harapan-harapan semua orang yang terlibat dalam situasi terkait; (4) pengaruh
langsung hasil PTK pada Anda sebagai guru dan murid-murid Anda serta sekaligus
pada situasi dan kondisi yang ada.

Kolaborasi atau kerja sama dalam melakukan penelitian tindakan dapat dilakukan
dengan: mahasiswa; sejawat dalam jurusan/sekolah/lembaga yang sama; sejawat dari
lembaga/sekolah lain; sejawat dengan wilayah keahlian yang berbeda (misalnya
antara guru dan pendidik guru, antara guru dan peneliti; antara guru dan manajer);
sejawat dalam disiplin ilmu yang berbeda (misalnya antara guru bahasa asing dan
guru bahasa ibu); dan sejawat di negara lain (Wallace, 1998).

Prinsip-prinsip penelitian tindakan kolaboratif


Tiga tahap PTK kolaboratif adalah: prakarsa, pelaksanaan, dan diseminasi
(Burns, 1999: 207-208). Butir-butir tentang prakarsa yang perlu dipertimbangkan
dalam PTK Anda (Burns, 1999: 207):

1. Sejauh dapat dilakukan, agenda PTK tindakan hendaknya ditarik dari


kebutuhan-kebutuhan, kepedulian dan persyaratan yang diungkapkan oleh semua
pihak Anda sendiri, sejawat, kepala sekolah, murid-murid, dan/atau orangtua
murid) yang terlibat dalam konteks pembelajaran/kependidikan di kelas/sekolah
Anda;

2. PTK Anda hendaknya benar-benar memanfaatkan keterampilan, minat dan


keterlibatan Anda sebagai guru dan sejawat;

3. PTK Anda hendaknya terpusat pada masalah-masalah pembelajaran kelas Anda,


yang ditemukan dalam kenyataan sehari-hari. Namun demikian, hasil PTK Anda
daapt juga memberikan masukan untuk pengembangan teori pembelajaran bidang
studi Anda;

4. Metodologi PTK Anda hendaknya ditentukan dengan mempertimbangkan


persoalan pembelajaran kelas Anda yang sedang diteliti, sumber daya yang ada
dan murid-murid sebagai sasaran penelitian.

5. PTK Anda hendaknya direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara


kolaboratif. Tujuan, metode, pelaksanaan dan strategi evaluasi hendaknya Anda
negosiasikan dengan pemangku kepentingan (stakeholders) terutama penelitian
Anda, sejawat, murid-murid, dan kepala sekolah (yang mungkin diperlukan
dukungan kebijakannya).

6. PTK Anda hendaknya bersifat antardisipliner, yaitu sedapat mungkin didukung


oleh wawasan dan pengalaman orang-orang dari bidang-bidang lain yang relevan,
seperti ilmu jiwa, antropologi, dan sosiologi serta budaya. Jadi Anda dapat
mencari masukan dari teman-teman guru atau dosen LPTK yang relevan.

Dalam PTK, butir-butir pelaksanaan di bawah harus dipertimbangkan


(Burns, 1999: 207-208):

1. Anda sebagai pelaku PTK hendaknya berupaya memperoleh keterampilan dan


pengetahuan yang dibutuhkan untuk melaksanakannya. Upayakan mendapatkan
dari pemimpin dukungan dan bantuan secara terus menerus dalam tahap-tahap
pelaksanaan, diseminasi, dan tindak-lanjut penelitiannya.

2. PTK Anda selayaknya dilakukan dalam kelas sendiri.

3. PTK Anda akan berjalan dengan baik jika terkait dengan program peningkatan
guru dan pengembangan materi di sekolah atau wilayah sendiri.

4. PTK Anda hendaknya dipadukan dengan komponen evaluasi.

Dalam tahap diseminasi PTK perlu dipertimbangkandua butir berikut (Burns,


1999: 208)

1. Bentuk pelaporan hasil penelitian tindakan ditentukan oleh audiens sasaran. Jika
audiens sasarannya adalah guru-guru bahasa Inggris di SD, misalnya, bentuk
laporannya berbeda dengan jika audiens sasarannya adalah pendidik guru bahasa
Inggris di universitas.

2. Jaringan kerja dan mekanisme yang tersedia di dalam lembaga pendidikan Anda
hendaknya digunakan untuk menyebarkan hasil penelitian terkait. Misalnya,
penyebaran hasil penelitian dilakukan lewat simposium guru, sarasehan MGMP,
atau seminar daerah.

Kelebihan dan Kelemahan PTK Kolaboratif

Apa kelemahan dan kelebihan PTK? Kelebihannya seperti dikatakan Burns (1999:
13) sebagai berikut. Proses penelitian kolaboratif memperkuat kesempatan bagi hasil
penelitian tentang praktik pendidikan untuk diumpanbalikkan ke sistem pendidikan
dengan cara yang lebih substansial dan kritis. Proses tersebut mendorong guru untuk
berbagi masalah-masalah umum dan bekerja sama sebagai masyarakat penelitian
untuk memeriksa asumsi, nilai dan keyakinan yang sedang mereka pegang dalam
kultur sosio-politik lembaga tempat mereka bekerja. Proses kelompok dan tekanan
kolektif kemungkinan besar akan mendorong keterbukaan terhadap perubahan
kebijakan dan praktik. Penelitian tindakan kolaboratif secara potensial lebih
memberdayakan daripada penelitian tindakan yang dilakukan secara individu karena
menawarkan kerangka kerja yang mantab untuk perubahan keseluruhan.

Selain itu, ada kelebihan lain dari PTK kolaboratif (Wallace, 1998: 209-210):
(1) kedalaman dan cakupan, yang artinya makin banyak orang terlibat dalam
proyek penelitian tindakan, makin banyak data dapat dikumpulkan, apakah dalam hal
kedalaman (misalnya studi kasus kelas bahasa Inggris) atau dalam hal cakupan
(misalnya beberapa studi kasus suplementer; populasi yang lebih besar), atau dalam
keduanya dan ini disebabkan makin banyak perspektif yang digunakan akan makin
intensif pemeriksaan terhadap data atau makin luas cakupan persoalan dalam hal tim
peneliti saling berkolaborasi dalam meneliti kelasnya masing-masing; (2) Validitas
dan reliabilitas, yaitu keterlibatan orang lain akan mempermudah penyelidikan
terhadap satu persoalan dari sudut yang berbeda, mungkin dengan menggunakan
teknik penelitian yang berbeda (yaitu menggunakan trianggulasi); dan (3) Motivasi
yang timbal lewat dinamika kelompok yang benar, di mana bekerja sebagai anggota
tim lebih bersemangat daripada bekerja sendiri.

Kelemahan terbesar PTK kolaboratif terkait dengan sulitnya mencapai


keharmonisan kerjasama antara orang-orang yang berlatar belakang yang berbeda.
Hal ini dapat dipecahkan dengan membicarakan aturan-aturan dasar (Wallace, 1998:
210), seperti yang tersirat dalam pertanyaan-pertanyaan berikut: Apa yang akan kita
lakukan? Mengapa kita menangani masalah ini? (Apakah kita memiliki motivasi yang
sama, atau motivasi yang berbeda?) Bagaimana kita akan melakukannya? (Siapa
melakukan apa dan kapan?) Berapa banyak waktu masing-masing dari kita akan siap
dihabiskan untuk keperluan ini? Berapa sering kita akan bertemu, di mana dan kapan?
Apa hasil akhir yang diharapkan? (Suatu ceramah atau artikel; atau sekadar
pengalaman yang sama?)

Analisis Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Tindak Lanjut Dan


Penulisan Laporan

Ditulis pada Januari 13, 2008 oleh H.Sofa, S.IP, M.Pd.

Analisis Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK),

Tindak Lanjut Dan Penulisan Laporan

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses analisis hasil PTK

1. Data penelitian tindakan kelas pada dasarnya dikumpulkan oleh guru


yang berperan sebagai peneliti dan pengajar, dan jika perlu dapat
dibantu oleh teman sejawat. Data tersebut lebih banyak bersifat
kualitatif, meski ada juga yang berupa data kuantitatif.
2. Analisis data adalah upaya yang dilakukan oleh guru yang berperan
sebagai peneliti untuk merangkum secara akurat data yang telah
dikumpulkan dalam bentuk yang dapat dipercaya dan benar.

3. Sehubungan dengan butir 2, maka analisis data dilakukan dengan cara


memilih, memilah, mengelompokkan, data yang ada, merangkumnya,
kemudian menyajikan dalam bentuk yang mudah dibaca atau
dipahami. Penyajian hasil analisis data kualitatif dapat dibuat dalam
bentuk uraian singkat, bagan alur, atau tabel sesuai dengan hakikat
data yang dianalisis.

4. Data kuantitatif dianalisis dengan statistik deskriptif untuk


menemukan persentase, dan nilai rata-rata. Penyajian hasil analisis
dapat dilakukan dengan membuat tabel distribusi atau grafik.

5. Interpretasi data adalah upaya peneliti untuk menemukan makna dari


data yang dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Interpretasi ini pada gilirannya akan menjadi temuan penelitian.

6. Analisis yang akurat dan cara penyajian yang tepat akan


memungkinkan tafsiran/interpretasi hasil penelitian yang akurat dan
valid itu. Oleh karena itu, guru harus sangat berhati-hati dalam
melakukan analisis. Kekurang-akuratan dapat diminimalkan dengan
melakukan “cross check” dengan sumber data atau dengan data lain
yang sejenis.

7. Agar mampu melakukan analisis data, guru harus banyak melakukan


latihan dan bekerja dalam kelompok.

8. Menyimpulkan adalah mengikhtisarkan atau memberi pendapat


berdasarkan apa-apa yang diuraikan sebelumnya. Sejalan dengan itu,
kesimpulan atau simpulan adalah kesudahan pendapat atau pendapat
terakhir yang dibuat berdasarkan uraian sebelumnya.
9. Dalam kaitan dengan PTK, kesimpulan harus disusun secara singkat,
padat, dan jelas; sesuai dengan uraian, dan mengacu kepada
pertanyaan penelitian/tujuan perbaikan. Di samping itu, kesimpulan
harus disusun secara sistematis sesuai dengan urutan pertanyaan
penelitian/tujuan perbaikan.

10. Penyusunan kesimpulan seyogianya dilakukan melalui langkah-


langkah: (1) memeriksa dan memahami pertanyaan penelitian/tujuan
perbaikan, (2) mencermati, menganalisis, dan mensintesis deskripsi
temuan, (3) menulis kesimpulan untuk setiap pertanyaan
penelitian/tujuan perbaikan, (4) mengurutkan setiap butir kesimpulan
sesuai dengan urutan pertanyaan penelitian/tujuan perbaikan, serta (5)
memeriksa kesesuaian antara pertanyaan penelitian/tujuan perbaikan
dengan deskripsi temuan, dan kesimpulan.

11. Saran dimaknai sebagai: pendapat (usul, anjuran, cita-cita) yang


dikemukakan untuk dipertimbangkan. Dalam kaitan dengan PTK,
saran merupakan pemikiran yang diajukan oleh guru peneliti untuk
menindaklanjuti hasil penelitiannya.

12. Saran tindak lanjut hasil PTK harus memenuhi rambu-rambu: (1)
bersumber atau sesuai dengan kesimpulan, (2) bersifat kongkret,
operasional, dan penting, sehingga menarik untuk dilaksanakan oleh
guru, (3) jelas sasarannya, apakah ditujukan kepada guru atau sekolah,
atau barangkali instansi lain, serta (4) dapat meliputi hal-hal yang
berkaitan dengan metodologi penelitian.

13. Pembuatan saran dapat dilakukan melalui langkah-langkah: (1)


mencermati kesimpulan hasil PTK, (2) mengkaji aspek-aspek dari
kesimpulan tersebut yang perlu ditindaklanjuti, baik oleh guru peneliti,
guru lain, maupun sekolah, (3) menetapkan kepada siapa saran
tersebut akan ditujukan, serta (4) menulis saran.
Tindak Lanjut Hasil Perbaikan

Cara Penulisan Laporan Hasil PTK

1. Laporan PTK adalah laporan yang ditulis secara sistematis


berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru di
kelasnya sendiri. Laporan ini ditulis karena merupakan dokumen yang
dapat dijadikan acuan, harus diserahkan kepada pihak sponsor, serta
dapat diketahui oleh umum, terutama oleh para guru yang barangkali
mengalami masalah yang sama dengan yang dilaporkan.

2. Sistematika laporan PTK pada umumnya tidak jauh berbeda dari


laporan penelitian formal. Sesuai dengan format Laporan PTK yang
terdapat dalam Panduan Direktorat Jenderal Pendidikan, maka
Sistematika Laporan PTK dibuat sebagai berikut.

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS


Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Abstrak
Daftar Isi

1. Pendahuluan

a. Latar Belakang Masalah (data awal dalam mengidentifikasi


masalah, analisis masalah, dan pentingnya masalah
dipecahkan).

b. Rumusan Masalah

c. Tujuan Penelitian

d. Manfaat Penelitian
2. Kajian Pustaka

3. Pelaksanaan Penelitian

a. Subjek Penelitian (Lokasi, waktu, mata pelajaran, kelas, dan


karakteristik siswa)

b. Deskripsi per Siklus: (rencana, pelaksanaan,


pengamatan/pengumpulan data/instrumen, refleksi)

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

a. Deskripsi per siklus (data tentang rencana, pengamatan, refleksi),


keberhasilan dan kegagalan, lengkap dengan data.

b. Pembahasan dari setiap siklus.

5. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

2. Saran

Daftar Pustaka
Lampiran

1. Judul penelitian hendaknya menggambarkan aktivitas perbaikan yang


dilaksanakan sebagai fokus PTK.

2. Abstrak memuat sari pati dari setiap komponen penelitian, mulai dari
masalah, tujuan penelitian, pelaksanaan penelitian, hasil dan pembahasan,
serta kesimpulan dan saran. Dengan membaca abstrak, orang akan mendapat
gambaran umum mengenai PTK yang dilaporkan.

3. Pendahuluan memuat latar belakang munculnya masalah, analisis dan


perumusan masalah, serta tujuan dan manfaat penelitian.
4. Kajian pustaka menguraikan tentang berbagai teori/hasil penelitian yang
terkait dengan masalah penelitian, yang dapat dijadikan acuan dalam
merancang perbaikan dan membahas hasil penelitian.

5. Pelaksanaan penelitian mengungkapkan tentang subjek penelitian, prosedur


pelaksanaan per siklus, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan
data, dan cara refleksi.

6. Hasil Penelitian dan Pembahasan menyajikan hasil penelitian setiap siklus


dengan data lengkap, mulai dari perencanaan, pelaksanaan pengamatan,
refleksi, yang berisi penjelasan tentang keberhasilan dan kelemahan yang
terjadi. Bagian ini didukung dengan tabel dan grafik, dan disertai dengan
pembahasan mengapa hasilnya seperti itu.

7. Kesimpulan dan saran berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran untuk
menindaklanjuti hasil penelitian tersebut.

8. Daftar Pustaka memuat semua sumber yang digunakan sebagai acuan, yang
disusun berdasarkan abjad dengan menggunakan gaya penulisan tertentu

Diseminasi Hasil PTK

1. Dalam menulis laporan PTK, perlu diperhatikan berbagai ketentuan, seperti:


(1) etika penulisan, (2) penggunaan bahasa Indonesia ragam tulis, serta (3)
berbagai ketentuan teknis.

2. Etika penulisan mencakup: (1) kejujuran, (2) keobjektifan, dan (3)


pengutipan. Ketiga aspek ini sangat berkaitan erat. Kejujuran menuntut
penulis jujur terhadap diri sendiri dan orang lain dengan cara mengungkapkan
dan menafsirkan data/informasi apa adanya tanpa dicampuri oleh kepentingan
pribadi. Keobjektifan menuntut penulis menyajikan informasi sebagaimana
adanya, tanpa manipulasi, sehingga apa yang dibaca oleh pembaca memang
benar adanya. Pengutipan berkaitan dengan mengutip atau menggunakan
pendapat orang lain dalam tulisan. Dalam hal ini, penulis harus
mencantumkan sumber kutipan dengan mengikuti aturan yang berlaku.

3. Penggunaan bahasa Indonesia ragam tulis, menuntut penulis memperhatikan


kaidah-kaidah bahasa tulis, sehingga tingkat keterbacaan laporan menjadi
tinggi. Kaidah bahasa tulis paling tidak mencakup: (1) pilihan kata, (2)
struktur kalimat, (3) paragraf, dan (4) ejaan. Kata/istilah yang digunakan
dalam laporan seyogianya merupakan kata/istilah baku yang diketahui oleh
umum, kalimat cukup lugas dan memenuhi unsur-unsur kalimat sempurna,
paragraf merupakan paparan buah pikiran yang utuh, serta cara penulisan
harus mengikuti aturan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

4. Ketentuan teknis berkaitan dengan penampilan laporan yang mudah dibaca.


Ketentuan ini mencakup, sistem penomoran, cara mengutip, serta huruf, spasi,
dan margin. Sistem penomoran dapat menggunakan sistem digit atau
campuran angka dan huruf, asal digunakan secara konsisten. Cara mengutip
mengikuti aturan American Psychology Association (APA); sedangkan huruf
yang digunakan adalah Times New Roman atau Arial dengan font size 12,
spasi 1,5; serta margin 4 cm dari pinggir kiri dan atas, dan 3 cm dari pinggir
kanan dan bawah.

5. Laporan PTK dapat didiseminasikan melalui berbagai pertemuan tatap muka


seperti seminar, rapat kerja, kelompok kerja guru (MGMP dan PKG); di
samping melalui berbagai media, seperti majalah, jurnal, atau buletin.

Sumber Buku Penelitian Tindakan Kelas Karya I GAK Wardani


Penelitian Tindakan Kelas dan Masalah Pendidikan
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pendekatan dalam memecahkan masalah
pendidikan. Di samping itu dapat memperankan guru sebagai pendidik sekaligus
dapat berperan sebagai peneliti dalam memecahkan masalah pendidikan. Penelitian
tindakan kelas terjadi apabila guru ingin tahu dan ingin memecahkan masalah untuk
memperbaiki mutu pendidikan, untuk itu ia melakukan tindakan yang berhubungan
dengan situasi kelasnya. Seorang guru yang melakukan penelitian tindakan di dalam
kelas, dikatakan melakukan penelitian tindakan kelas, yaitu gabungan antara
penelitian tindakan dan penelitian kelas. Langkah-langkah penelitian kelas meliputi,
mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah dan menentukan faktor-faktor yang
diduga sebagai penyebab utama merumuskan gagasan-gagasan pemecahan masalah
bagi faktor penyebab utama yang gawat dengan mengumpulkan data dan
menafsirkannya untuk mempertajam gagasan tersebut dan untuk merumuskan
hipotesis tindakan sebagai pemecahan masalah. Langkah-langkah dalam penelitian
kelas meliputi; kelaikan solusi atau pilihan pemecahan masalah, merancang model
PTK sesuai dengan permasalahan, rencana kegiatan tindakan dan keadaan situasi
kelas mengatur langkah-langkah tindakan yang akan dilakukan, melakukan
identifikasi komponen-komponen pendukung yang diperlukan melakukan pengaturan
dan penyusunan jadwal kegiatan yang akan dilakukan, menyusun desain tindakan
sesuai dengan model PTK dan jadwal kegiatan.
Cara Membuat Proposal PTK

Menemukan masalah pembelajaran merupakan langkah awal dalam PTK. Masalah


pembelajaran sangat beragam, seperti masalah yang berkaitan strategi pembelajaran,
hasil belajar siswa, sarana dan fasilitas pembelajaran, atau kurangnya motivasi siswa
dalam belajar. Untuk menemukan masalah, perlu dilakukan identifikasi masalah.

1. Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti: melakukan


refleksi untuk mendiagnosis pembelajaran yang kita kelola, melihat hasil
belajar siswa, atau melakukan diskusi dengan teman sejawat, bahkan dengan
kepala sekolah atau dosen LPTK.

2. Masalah yang sudah diidentifikasi perlu dianalisis agar akar penyebab


masalah dapat kita temukan. Analisis masalah dapat dilakukan paling tidak
dengan tiga cara: yaitu: (1) merenungkan kembali masalah tersebut dengan
melakukan introspeksi/refleksi melalui pertanyaan yang ajukan pada diri
sendiri, mengapa masalah tersebut sampai terjadi: (2) bertanya kepada siswa
baik melalui angket maupun wawancara langsung tentang persepsinya
terhadap pembelajaran; serta (3) menelaah berbagai dokumen seperti
pekerjaan rumah siswa, soal-soal ulangan, serta hasil ulangan/latihan siswa.
Analisis berakhir jika akar penyebab masalah sudah ditemukan.

3. Berdasarkan akar penyebab masalah, kita dapat merumuskan masalah


pembelajaran dalam bentuk masalah/pertanyaan penelitian, yang akan dicari
jawabannya dalam PTK. Sehubungan dengan itu, rumusan masalah dibuat
dalam bentuk kalimat tanya, mengandung aspek yang akan diperbaik’ dan
upaya memperbaikinya.

4. Setelah masalah dirumuskan, hal berikut yang perlu dilakukan adalah


mengembangkan tindakan perbaikan, yang diperkirakan dapat mengatasi
masalah pembelajaran. Untuk mengembangkan tindakan perbaikan perlu
dilakukan hal-hal berikut. Pertama, kaji teori-teori yang relevan. Kemudian,
tetapkan teori mana yang kira-kira sesuai diterapkan untuk mengatasi masalah
tersebut. Kedua, berdiskusi dengan pakar pembelajaran/pakar bidang studi
untuk menemukan cara perbaikan atau memvalidasi teori yang sudah
ditetapkan. Ketiga, kita dapat mengingat pengalaman kita sendiri dalam
mengatasi masalah yang serupa.

Bagaimana pendapat Anda tentang rangkuman tersebut? Apakah sudah


memuat butir-butir yang Anda anggap penting? Bagaimana pula dengan
rangkuman yang Anda buat sendiri? Jangan kecewa jika rangkuman itu tidak
sama. Sekarang bersiaplah mengerjakan Tes Formatif 2, untuk menguji
tingkat penguasaan Anda.

Perencanaan Kegiatan

1. Rencana Perbaikan Pembelajaran (RP) dibuat dengan menggunakan format


yang hampir sama dengan format Rencana Pembelajaran (RP). Bedanya,
dalam RPP terdapat tujuan perbaikan, deskripsi kegiatan lebih rinci,
pertanyaan, soal, dan kunci jawaban dicantumkan secara lengkap, sedangkan
dalam RP unsur-unsur tersebut tidak selalu ditulis. Format dapat disesuaikan
dengan format yang berlaku di sekolah masing-masing.

2. Untuk membuat RPP yang akurat dan dapat diandalkan dalam pelaksanaan,
perlu dilakukan langkah-langkah: (1) membuat skenario pembelajaran, (2)
menyiapkan sarana dan fasilitas pembelajaran, (3) menyusun RPP secara
lengkap, (4) mensimulasikan pelaksanaan pembelajaran berdasarkan RPP
untuk melihat kelayakannya, serta (5) menyempurnakan RPP berdasarkan
hasil simulasi.

3. Prosedur dan alat pengumpul data dtentukan berdasarkan masalah dan tujuan
perbaikan. Jika guru meminta teman sejawat untuk mengobservasi
pelaksanaan perbaikan, lembar observasi harus disepakati terlebih dahulu.
Karena data yang dikumpulkan lebih cenderung kepada data kualitatif, maka
prosedur dan alat pengumpul data dapat berupa observasi dengan
menggunakan lembar observasi, wawancara berdasarkan panduan wawancara,
catatan guru, dan refleksi.

4. Proposal PTK diperlukan jika guru ingin ikut perlombaan PTK atau mendapat
dana untuk melaksanakan PTK yang diusulkan. Format proposal biasanya
ditentukan oleh sponsor/ penyelenggara. Dari segi administratif proposal
dapat bervariasi, namun dari segi substansi ke-PTK-an, pada umumnya sama.
Komponen kunci sebuah proposal PTK adalah sebagai berikut.

1. Judul.

2. Bidang Kajian.

3. Pendahuluan, yang memuat latar belakang munculnya masalah serta


akar penyebab masalah.

4. Perumusan dan pemecahan masalah, yang terdiri dari: (1) perumusan


masalah, (2) pemecahan masalah, (3) tujuan penelitian, dan (4)
manfaat penelitian.

5. Kajian Pustaka.

6. Rencana dan Prosedur Penelitian.

Di samping komponen kunci, juga terdapat komponen pendukung/komponen


administratif, seperti:jadwal penelitian, personalia penelitian, biaya penelitian,
dan lampiran.

Bagaimana dengan rangkuman yang Anda buat? Apakah sudah memuat konsep-
konsep esensial yang diperlukan dalam merencanakan dan membuat proposal PTK?
Jika belum, Anda dapat melengkapinya. Kini tiba saatnya Anda mengerjakan Tes
Formatif 2, untuk menguji tingkat penguasaan Anda.

Sumber Buku Penelitian Tindakan Kelas Karya I GAK Wardani


PENELITIAN TINDAKAN KELAS (CLASSROOM ACTION RESEARCH):
SALAH SATU BENTUK KARYA TULIS ILMIAH UNTUK
PENGEMBANGAN PROFESI GURU

Kegiatan Pengembangan Profesi GURU adalah kegiatan Guru dalam rangka


pengamalan ilmu dan pengetahuan, teknologi dan ketrampilan untuk peningkatan
mutu baik bagi proses belajar mengajar dan profesionalisme tenaga kependidikan
lainnya, maupun dalam rangka menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi
pendidikan dan kebudayaan. Terdapat lima macam kegiatan Guru yang termasuk
kegiatan Pengembangan Profesi:
Membuat Karya Tulis Ilmiah di bidang pendidikan

Menemukan Teknologi Tepat Guna

Membuat alat peraga atau alat bimbingan

Menciptakan karya seni

Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum

Macam karya tulis/karya ilmiah yang dapat dibuat Guru:

Karya tulis ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survai, dan atau evaluasi di bidang
pendidikan.

Karya tulis atau makalah yang berisi tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri
dalam bidang pendidikan.
Tulisan ilmiah populer di bidang pendidikan dan kebudayaan yang disebarluaskan
melalui media massa.

Prasaran yang berupa tinjauan, gagasan atau ulasan ilmiah yang disampaikan dalam
pertemuan ilmiah.

Buku pelajaran atau modul.

Diktat pelajaran

Karya penerjemahan buku pelajaran/karya ilmiah yang bermanfaat bagi pendidikan.

Karya tulis ilmiah yang berupa laporan hasil penelitian, harus memenuhi kriteria
APIK:
A : Asli: karya asli penyusun, bukan plagiat, jiplakan atau disusun dengan tidak jujur.
P : Perlu: permasalahan memang perlu, mempunyai manfaat, tidak mengada-ada.
I : Ilmiah: penelitian dilakukan sesuai kaidah kebenaran ilmiah.
K : Konsisten: sesuai dengan bidang keilmuan Guru.

Apa Penelitian Tindakan Kelas?


Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau disebut juga dengan Classroom Action
Research (CAR) adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan
memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas. Fokus PTK adalah pada siswa atau
pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas. Hasil dari PTK ini dapat ditulis
sebagai karya tulis ilmiah.

Apa Tujuan PTK?


Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di
kelas dan meningkatkan kegiatan nyata Guru dalam pengembangan profesionalnya.
Secara rinci, tujuan PTK antara lain:

Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan pembelajaran di
sekolah.

Membantu Guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran.

Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.

Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta


sikap proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara
berkelanjutan.
Mengapa PTK?

Merupakan pendekatan bagi pemecahan masalah yang bukan sekedar trial and error.

Menggarap masalah-masalah faktual yang dihadapi Guru dalam pembelajaran.

Guru tidak perlu meninggalkan tugas utamanya

Guru sebagai peneliti

Mengembangkan iklim akademik dan profesionalisme Guru, khususnya jika


dilakukan secara kolaboratif dengan peneliti dari PT.
Dapat segera dilaksanakan pada saat muncul kebutuhan.

Dilaksanakan dengan tujuan perbaikan

Murah biayanya.

Disain lentur/fleksibel

Analisis data seketika

Manfaat jelas & langsung

Masalah Apa yang Dapat Dikaji melalui PTK?

Berasal dari kondisi nyata di lapangan.

Benar-benar mendesak untuk dilaksanakan.

Menunjukkan harapan (berpotensi) untuk dapat diselesaikan

Penyelesaiannya merupakan perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran

Cakupan masalah untuk PTK cukup luas, diantaranya:

Masalah belajar siswa di sekolah seperti permasalahan belajar di kelas, kesalahan


pembelajaran, miskonsepsi, mis-strategi, dan peningkatan hasil belajar siswa.

Pengembangan profesionalisme Guru dalam peningkatan mutu perancangan,


pelaksanaan dan evaluas
MENGUPAS TUNTAS PENELITIAN TINDAKAN KELAS

MENGUPAS TUNTAS PENELITIAN TINDAKAN KELAS


(Upaya Guru untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran melalui PTK)

A.PENDAHULUAN
Belajar adalah merupakan suatu proses kontinyu yang tiada pernah berhenti
sepanjang hayat masih dikandung badan. Keinginan untuk belajar merupakan suatu
peristiwa alami. Manusia selalu ingin mengetahui hal baru, atau menggali hal baru,
apakah itu pengetahuan, keterampilan atau apapun. satu hal penting yang pelru kita
catat bahwa belajar terjadi dari peristiwa mengalami (melihat, mendengar, merasakan,
mencoba, melakukan, dan seterusnya). Setiap orang, dalam setiap detik dalam
hidupnya akan mengalami sesuatu dan dari setiap pengalaman tersebut terdapat
hikmah alias “inspirasi”. Orang yang belajar ternyata adalah orang yang pandai
mengambil hikmah (inspirasi) dari setiap apa yang ia alami dalam setiap tarikan
nafasnya.

B. APAKAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) ITU?


Pertanyaan di atas tentu akan menggelitik kita. Betapa tidak, bila kita bicara tentang
penelitian, anggapan orang mengatakan penelitian itu pekerjaan seorang ilmuwan.
Kalau sudah bicara tentang ilmuwan, maka gambaran yang terbersit dalam kacamata
kita adalah pastilah sukar, rumit alias susah binti sulit. Benarkah demikian ? Mengapa
sebagian guru merasa penelitian itu sulit? Apakah penelitian itu memerlukan dana
yang besar sehingga harus menunggu bantuan?
Selama ini, menulis karya ilmiah merupakan momok bagi para guru. Kurangnya
budaya membaca menyebabkan guru kurang dapat menulis dengan baik. Padahal,
menulis itu dimulai dari banyak membaca. Kalau sudah banyak membaca, tentunya
guru akan tertarik untuk meneliti. Penelitian dimulai dari adanya masalah. Masalah
dapat dipecahkan bila kita melakukan penelitian. Penelitian dapat dilakukan bila
adanya upaya dari guru untuk memperbaiki kualitas pembelajarannya di sekolah.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan
merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan
partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil
belajar siswa dapat meningkat disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Masalah
PTK harus berawal dari guru itu sendiri yang berkeinginan memperbaiki dan
meningkatkan mutu pembelajarannya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan.
PTK atau Classroom action research (CAR) adalah action research yang dilaksanakan
oleh guru di dalam kelas. Penelitian Tindakan pada hakikatnya merupakan rangkaian
“riset-tindakan-riset-tindakan-riset-tindakan…”, yang dilakukan secara siklus, dalam
rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan. Ada beberapa jenis
Penelitian Tindakan, dua di antaranya adalah individual action research dan
collaborative action research (CAR). Jadi CAR bisa berarti dua hal, yaitu classroom
action research dan collaborative action research; dua-duanya merujuk pada hal yang
sama. Penelitian Tindakan termasuk penelitian kualitatif walaupun data yang
dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif. Penelitian Tindakan atau Action research
berbeda dengan penelitian formal, yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan
membangun teori yang bersifat umum (general). Action research lebih bertujuan
untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk
digeneralisasi. Namun demikian hasil action research dapat saja diterapkan oleh
orang lain yang mempunyai latar belakang yang mirip dengan yang dimiliki peneliti.
Perbedaan antara penelitian formal dengan classroom action research disajikan dalam
tabel berikut.
Tabel 1. Perbedaan antara Penelitian Formal dengan Classroom Action Research
Penelitian Formal
Classroom Action Research
Dilakukan oleh orang lain
Dilakukan oleh guru itu sendiri
Sampel harus representative
Kerepresentatifan sampel tidak diperhatikan
Instrumen harus valid dan reliabel
Instrumen yang valid dan reliabel tidak diperhatikan
Menuntut penggunaan analisis statistic
Tidak diperlukan analisis statistik yang rumit
Mempersyaratkan hipotesis
Tidak selalu menggunakan hipotesis
Mengembangkan teori
Memperbaiki praktik pembelajaran secara langsung

Dalam PTK, guru harus bertindak sebagai pengajar sekaligus peneliti. Fokus
penelitian berupa kegiatan pembelajaran. Guru adalah orang yang paling akrab
dengan kelasnya dan biasanya interaksi yang terjadi antara guru-siswa berlangsung
secara unik. Keterlibatan guru dalam berbagai kegiatan kreatif dan inovatif yang
bersifat pengembangan mempersyaratkan guru untuk mampu melakukan PTK di
kelasnya. Guru pun mempunyai hak otonomi untuk menilai sendiri kinerjanya.
Metode paling utama adalah merefleksikan diri dengan tetap mengikuti kaidah-kaidah
penelitian yang sudah baku dan bukan tradisional. Dari berbagai pengalaman
penelitian, temuan penelitian tradisional terkadang sangat sukar diterapkan untuk
memperbaiki pembelajaran di sekolah. Karena itu arahan atau petunjuk untuk
melakukan PTK dan sumber dananya sangat diperlukan oleh para guru.
Sehubungan hal itu, Fasli Jalal (2006) dalam makalahnya berjudul "Peningkatan
Mutu Pendidikan" mengatakan bahwa; "Pada tahun 2007 pemerintah telah
memprogramkan tiga kegiatan utama peningkatan profesional guru berkelanjutan
berkolaborasi dengan LPTK dan menyediakan dana block grant untuk itu, yakni
kegiatan; (1) penelitian tindakan kelas (PTK) bagi 3.837 guru dengan alokasi dana
sebesar Rp. 13.653.600.000,-; (2) bimbingan karya tulis ilmiah bagi 10.000 guru
dengan alokasi dana sebesar Rp. 50.000.000.000,-; dan (3) pertemuan ilmiah guru,
baik di tingkat kabupaten, provinsi, maupun nasional. Pemerintah juga memberikan
hak cuti kepada guru yang akan melaksanakan kegiatan penelitian dan penulisan buku
pelajaran”.

C. MANFAAT PTK BAGI GURU


Manfaat PTK bagi guru sangat banyak sekali Diantaranya adalah membantu guru
memperbaiki mutu pembelajaran, meningkatkan profesionalitas guru, meningkatkan
rasa percaya diri guru, memungkinkan guru secara aktif mengembangkan
pengetahuan, dan keterampilannya. Namun demikian, PTK sebagai salah satu metode
penelitian memiliki beberapa keterbatasan, yang diantaranya : validitasnya yang
masih sering disangsikan, tidak dimungkinkan melakukan generalisasi karena sampel
sangat terbatas, peran guru yang ‘one man show’ bertindak sebagai pengajar dan
sekaligus peneliti sering kali membuat dirinya menjadi sangat repot (very busy).
Dengan melakukan PTK, guru menjadi terbiasa menulis, dan sangat baik akibatnya
bila guru sekolah negeri atau PNS akan naik pangkat, khususnya dari gol. IVA ke
IVB yang mengharuskan guru untuk menuliskan karya tulis. Begitu pun untuk guru
sekolah swasta, PTK sangat penting untuk meningkatkan apresiasi, dan
profesionalisme guru dalam mengajar. Apalagi dengan adanya program sertifikasi
dari pemerintah.
Setiap hari guru menghadapi banyak masalah, seakan-akan masalah itu tidak ada
putus-putusnya. Oleh karena itu guru yang tidak dapat menemukan masalah untuk
PTK sungguh ironis. Merenunglah barang sejenak, atau mengobrollah dengan teman
sejawat, Anda akan segera menemukan kembali seribu satu masalah yang telah
merepotkan Anda selama ini.
Adanya masalah yang dirasakan sendiri oleh guru dalam pembelajaran di kelasnya
merupakan awal dimulainya PTK. Masalah tersebut dapat berupa masalah yang
berhubungan dengan proses dan hasil belajar siswa yang tidak sesuai dengan harapan
guru atau hal-hal lain yang berkaitan dengan perilaku mengajar guru dan perilaku
belajar siswa. Langkah menemukan masalah akan dilanjutkan dengan menganalisis
dan merumuskan masalah, kemudian merencanakan PTK dalam bentuk tindakan
perbaikan, mengamati, dan melakukan refleksi. Namun demikian harus dapat
dibedakan antara pengamatan dengan refleksi. Pengamatan lebih cenderung kepada
proses, sedangkan refleksi merupakan perenungan dari proses yang sudah dilakukan.

D. SIKLUS PTK
Untuk melaksanakan PTK, dibutuhkan perencanaan (planning) yang matang setelah
kita tahu ada masalah dalam pembelajaran kita. Perencanaan itu harus diwujudkan
dengan adanya tindakan (acting) dari guru berupa solusi dari tindakan sebelumnya.
Lalu kemudian diadakan pengamatan (observing) yang teliti tentang proses
pelaksanaannya. Setelah diamati, barulah guru dapat melakukan refleksi (reflecting)
dan dapat menyimpulkan apa yang telah terjadi dalam kelasnya.
Keempat langkah utama dalam PTK yaitu merencanakan, tindakan, mengamati, dan
refleksi merupakan satu siklus dan dalam PTK siklus selalu berulang. Setelah satu
siklus selesai, barangkali guru akan menemukan masalah baru atau masalah lama
yang belum tuntas dipecahkan, dilanjutkan ke siklus kedua dengan langkah yang
sama seperti pada siklus pertama. Dengan demikian, berdasarkan hasil tindakan atau
pengalaman pada siklus pertama guru akan kembali mengikuti langkah perencanaan,
tindakan, pengamatan, dan refleksi pada siklus kedua. Siklus yang baik, biasanya
lebih dari dua siklus, dan waktu siklus yang baik lamanya sekitar enam bulan atau
satu semester.
Keempat langkah dalam setiap siklus dapat digambarkan sebagai berikut :
Perencanaan
Tindakan
Pengamatan
Refleksi
Siklus I
Gambar Siklus PTK Model Kurt Lewin
Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari berbagai model action
research, terutama classroom action research. Dialah orang pertama yang
memperkenalkan action research. Konsep pokok action research menurut Kurt Lewin
terdiri dari empat komponen, yaitu : (1) perencanaan (planning), (2) tindakan
(acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Hubungan keempat
komponen itu dipandang sebagai satu siklus. Model Kemmis & Taggart merupakan
pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan Kurt lewin seperti yang
diuraikan di atas, hanya saja komponen acting dan observing dijadikan satu kesatuan
karena keduanya merupakan tindakan yang tidak terpisahkan, terjadi dalam waktu
yang sama. Tahap perencanaan PTK terdiri atas mengidentifikasi masalah,
menganalisis dan merumuskan masalah, serta merencanakan perbaikan. Adapun
tahapannya adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi dan Menetapkan Masalah


Selama mengajar kemungkinan guru menemukan berbagai masalah, baik masalah
yang bersifat pengelolaan kelas, maupun yang bersifat instruksional. Meskipun
banyak masalah, ada kalanya guru tidak sadar kalau dia mempunyai masalah. Atau
masalah yang dirasakan guru kemungkinan masih kabur sehingga guru perlu
merenung atau melakukan refleksi agar masalah tersebut menjadi semakin jelas. Oleh
karena itu, kepala sekolah, atau teman sejawat perlu mendorong guru menemukan
masalah atau dapat juga guru memulai dengan suatu gagasan untuk melakukan
perbaikan kemudian mencoba memfokuskan gagasan tersebut. Guru tidak mungkin
memecahkan semua masalah yang teridentifikasikan itu secara sekaligus, dalam suatu
PTK. Masalah-masalah itu berbeda satu sama lain dalam hal kepentingan atau nilai
strategisnya. Masalah yang satu boleh jadi merupakan penyebab dari masalah yang
lain sehingga pemecahan terhadap yang satu akan berdampak pada yang lain; dua-
duanya akan terpecahkan sekaligus.
Untuk dapat memilih masalah secara tepat guru perlu menyusun masalah-masalah itu
berdasarkan kriteria tersebut: tingkat kepentingan, nilai strategis, dan nilai prerekuisit.
Akhirnya seorang guru dapat memilih salah satu dari masalah-masalah tersebut,
misalnya “Siswa tidak dapat melihat hubungan antara mata pelajaran yang satu
dengan yang lain.”
Masalah pembelajaran dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu (a)
pengorganisasian materi pelajaran, (b) penyampaian materi pelajaran, dan (c)
pengelolaan kelas. Jika Anda sebagai guru berfikir bahwa pembahasan suatu topik
dari segi sejarah dan geografi secara bersama-sama akan lebih bermakna bagi siswa
daripada pembahasan secara sendiri-sendiri, Anda sedang berhadapan dengan
masalah pengorganisasian materi. Jika Anda suka dengan masalah metode dan media,
sebenarnya Anda sedang berhadapan dengan masalah penyampaian materi. Apabila
Anda menginginkan kerja kelompok antar siswa berjalan dengan lebih efektif, Anda
berhadapan dengan masalah pengelolaan kelas. Jangan terikat pada satu kategori saja;
kategori lain mungkin mempunyai masalah yang lebih penting untuk dimunculkan.
Untuk melakukan hal ini, guru dapat merenungkan kembali apa yang telah dilakukan.
Jika guru rajin membuat catatan-catatan kecil pada akhir setiap pembelajaran yang
dikelolanya, maka ia akan dengan mudah menemukan masalah yang dicarinya. Agar
mampu merasakan dan mengungkapkan adanya masalah, maka seorang guru dituntut
jujur pada diri sendiri dan melihat pembelajaran yang dikelolanya sebagai bagian
penting dari dunianya. Setelah mengetahui permasalahan, selanjutnya melakukan
analisis dan merumuskan masalah agar dapat dilakukan tindakan (acting). Dalam
PTK, semua masalah harus berada dalam kendali guru dan bukan orang lain.. Guru
harus dapat mengendalikan semua masalah yang ada di kelasnya. Jika Anda sebagai
guru yakin bahwa ketiadaan buku yang menyebabkan siswa sukar membaca kembali
materi pelajaran dan mengerjakan PR di rumah, Anda tidak perlu melakukan PTK
untuk meningkatkan kebiasaan belajar siswa di rumah. Dengan dibelikan buku
masalah itu akan terpecahkan, dan itu di luar kemampuan Anda. Dengan perkataan
lain yakinkan bahwa masalah yang akan Anda pecahkan cukup layak (feasible),
berada di dalam wilayah pembelajaran, yang Anda kuasai. Contoh lain masalah yang
berada di luar kemampuan Anda adalah: Kebisingan kelas karena sekolah berada di
dekat jalan raya. Masalah yang dibahas pun jangan terlalu besar, misalnya Nilai Ujian
Nasional (UN) yang tetap rendah dari tahun ke tahun merupakan masalah yang terlalu
besar untuk dipecahkan melalui PTK, apalagi untuk PTK individual yang cakupannya
hanya kelas. Faktor yang mempengaruhi Nilai UN sangat kompleks mencakup
seluruh sistem pendidikan. Pilihlah masalah yang sekiranya mampu untuk Anda
pecahkan. Masalah pun jangan terlalu kecil. Masalah yang terlalu kecil baik dari segi
pengaruhnya terhadap pembelajaran secara keseluruhan maupun jumlah siswa yang
terlibat sebaiknya dipertimbangkan kembali, terutama jika penelitian itu dibiayai oleh
pihak lain. Sangat lambatnya dua orang siswa dalam mengikuti pelajaran Anda
misalnya, termasuk masalah kecil karena hanya menyangkut dua orang siswa;
sementara masih banyak masalah lain yang menyangkut kepentingan sebagian besar
siswa.
Contoh permasalahan PTK : Ibu Netty seorang guru sejarah menemukan rendahnya
motivasi sebagian besar siswa untuk menjawab pertanyaan atau siswa sering tidak
dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru di kelasnya. Kesulitan siswa
memahami bacaan secara cepat merupakan contoh lain dari masalah yang cukup
besar dan strategis karena diperlukan bagi sebagian besar mata pelajaran. Semua
siswa memerlukan keterampilan itu, dan dampaknya terhadap proses belajar siswa
cukup besar. Sukarnya siswa berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, dan
ketidaktahuan siswa tentang ‘belajar bagaimana belajar’ merupakan contoh PTK
lainnya dari masalah yang cukup besar dan strategis. Dengan demikian pemecahan
masalah akan memberi manfaat yang besar dan jelas. Akhirnya seorang harus merasa
memiliki dan senang terhadap masalah yang diteliti. Hal itu diindikasikan dengan
rasa penasaran guru terhadap masalah itu dan keinginan guru untuk segera tahu hasil-
hasil setiap perlakukan yang diberikan. Apakah terjadi perubahan ataukah tidak. Di
dalam melakukan PTK, jangan mencari-cari masalah hanya karena Anda sebagai guru
ingin mempunyai masalah yang berbeda dengan orang lain. Pilihlah masalah yang
masuk di akal dan nyata (riil), ada dalam pekerjaan Anda sehari-hari dan memang
problematik (memerlukan pemecahan, dan jika ditunda dampak negatifnya cukup
besar). Masalah yang dikupas dalam PTK adalah masalah yang benar-benar terjadi
dalam proses pembelajaran di kelas dan bukan rekayasa guru.
2. Menganalisis dan Merumuskan Masalah
Terkadang secara tidak sadar guru telah melakukan PTK, yakni ketika guru
melakukan evaluasi, menganalisis hasil evaluasi, dan tindak lanjutnya. Jika masalah
sudah ditetapkan, maka masalah ini perlu dianalisis dan dirumuskan. Mengapa
demikian? Tujuannya adalah agar guru paham akan hakikat masalah yang dihadapi,
terutama apa yang menyebabkan terjadinya masalah tersebut. Perumusan masalah
didapatkan dari berbagai masalah yang timbul dalam proses pembelajaran di kelas,
lalu pilihlah masalah yang akan dikupas sesuai dengan kerangka teoritis yang
dimiliki.
Untuk mengetahui penyebabnya, setiap masalah harus dianalisis, dengan mengacu
kepada kerangka teoritis dan pengalaman yang relevan sehingga guru dapat
merencanakan pelaksanaan tindakan. Misalnya, untuk menganalisis penyebab contoh
permasalahan Ibu Netty yang mengajar sejarah, guru dapat mengacu kepada teori
keterampilan bertanya, dan mencari penyebabnya dengan mengajukan pertanyaan
sebagai berikut : 1) Apakah rumusan pertanyaan yang dibuat guru sejarah sudah
cukup jelas dan singkat? 2) Apakah guru sejarah memberikan waktu yang cukup
untuk berpikir sebelum meminta siswa menjawab?
Jika setelah dianalisis, kedua pertanyaan di atas dijawab dengan ya, tentu harus dicari
penyebab lainnya, misalnya : apakah penjelasan guru sejarah cukup jelas bagi siswa,
apakah bahasa yang digunakan guru sejarah mudah dipahami, dan apakah ketika
menjelaskan guru sejarah memberikan contoh-contoh. Jika umpamanya kedua
pertanyaan di atas dijawab tidak, maka kita sudah dapat jawaban sementara, yaitu
penyebab siswa tidak dapat menjawab pertanyaan guru adalah karena pertanyaan
yang diajukan guru sejarah tidak jelas dan sering panjang dan berbelit-belit, serta
guru tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir. Jika ini yang dianggap
sebagai penyebab, maka guru sejarah dapat merencanakan tindakan perbaikan, yaitu
dengan menyusun pertanyaan tersebut secara cermat, serta berusaha memberikan
waktu untuk berpikir sebelum meminta siswa menjawab pertanyaan. Menganalisis
dan merumuskan masalah bukanlah sebuah pekerjaan mudah. Diperlukan kecermatan
guru dalam menganalisis dan merumuskan masalah. Masalah yang dirumuskan harus
menjadi bahan dalam penulisan laporan PTK.
3. Merencanakan Tindakan Perbaikan
Berdasarkan rumusan masalah (juga mencakup penyebab timbulnya masalah), guru
mencoba mencari cara untuk memperbaiki atau mengatasi masalah tersebut. Dengan
perkataan lain, dalam langkah ini, guru merancang tindakan perbaikan yang akan
dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk merancang suatu tindakan
perbaikan, guru dapat : (1) mengacu kepada teori yang relevan, (2) bertanya kepada
ahli terkait, dan (3) berkonsultasi dengan teman sejawat. Ahli terkait mungkin ahli
pembelajaran, mungkin pula ahli bidang studi atau pembelajaran bidang studi.
Rencana tindakan perbaikan dituangkan dalam rencana pembelajaran. Mari kita ambil
kasus ibu Netty lagi, yaitu masalah pertanyaan guru yang tidak terjawab oleh siswa.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pertanyaan yang disusun guru terlampau panjang
dan kurang jelas. Di samping itu, guru sering langsung meminta jawaban setelah
mengajukan pertanyaan, dan kadang-kadang langsung mengarahkan pertanyaan ini
pada siswa tertentu, sehingga siswa yang lain tidak memperhatikan pertanyaan
tersebut. Akibatnya, hampir selalu pertanyaan tidak terjawab dan Ibu Netty sering
harus menjawab pertanyaannya sendiri atau melupakan pertanyaan tersebut. Dari
hasil analisis tersebut, penyebab pertanyaan Ibu Netty yang tidak terjawab adalah:
Pertanyaan Ibu Netty terlampau panjang dan tidak jelas Ibu Netty tidak memberi
kesempatan kepada siswa untuk berpikir dan Ibu Netty sering mengajukan pertanyaan
dengan menunjuk kepada siswa tertentu. Apabila dikaji secara cermat ternyata ketiga
penyebab tersebut berkaitan dengan pembelajaran, dalam hal ini keterampilan dasar
mengajar, yaitu keterampilan bertanya. Oleh karena itu, tindakan perbaikan yang
harus dilakukan guru adalah meningkatkan keterampilan bertanya. Tindakan
perbaikan ini kita cantumkan dalam rencana pembelajaran yang kita gunakan dalam
mengajar. Satu hal yang sangat perlu kita perhatikan adalah bahwa PTK dilakukan
dalam pembelajaran biasa, tidak ada kelas khusus untuk melakukan PTK karena pada
hakikatnya PTK dilakukan oleh guru sendiri di kelasnya sendiri. Contoh PTK lainnya
adalah: “Jika diberi pelajaran dengan pendekatan terpadu antara geografi, ekonomi,
dan sejarah siswa merasa sukar mentransfer keterampilan dari satu pelajaran ke
pelajaran lain. Pelajaran yang guru berikan adalah geografi, tetapi guru sering
mengaitkan pembahasan dengan mata pelajaran lain seperti ekonomi dan sejarah.
Ketika guru meminta siswa mengemukakan hipotesis tentang pengaruh Danau Toba
terhadap perkembangan ekonomi daerah, siswa terasa sangat bingung; padahal
mereka telah dapat mengemukakan hipotesis dengan baik dalam mata pelajaran
geografi. Guru khawatir siswa hanya menghafal pada saat dilatih mengemukakan
hipotesis. Padahal dalam kehidupan sehari-hari keterampilan berhipotesis harus dapat
diterapkan di mana saja dan dalam bidang studi apa saja. Pada hakikatnya setiap hari
kita mengemukakan hipotesis. Ketidakbisaan siswa itu terjadi sepanjang tahun, tidak
hanya pada permulaan tahun ajaran. Kelihatannya semua siswa mengalami hal yang
sama, termasuk siswa yang cerdas. Guru lain ternyata juga mengalami hal yang sama,
siswanya sukar mentransfer suatu keterampilan ke mata pelajaran lain.” Karena itu, di
dalam PTK, guru perlu juga berkolaborasi dengan guru lainnya. Tidak ada yang lebih
menakutkan daripada kesendirian. Dalam PTK guru perlu bertukar fikiran dengan
guru mitra lainnya dari mata pelajaran sejenis atau guru lain yang lebih senior dalam
menentukan dan menyelesaikan masalah pembelajaran.
E. BAGAIMANA MELAKSANAKAN PTK DI SEKOLAH?
Dengan melihat contoh kasus Ibu Netty, tindakan pertama adalah implementasi
serangkaian kegiatan pembelajaran seperti yang telah direncanakan untuk mengatasi
masalah. Karena penyebab pertanyaan Ibu Netty yang sering tidak terjawab sudah
diketahui, maka tindakan yang harus dilakukannya adalah : (1) Membuat pertanyaan
secara jelas dan tidak terlampau panjang. (2) Pertanyaan ditujukan kepada seluruh
siswa. (3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir dulu sebelum
menjawab. Dalam tahap pelaksanaan tindakan, guru berperan sebagai pengajar dan
pengumpul data, baik melalui pengamatan langsung, maupun melalui telaah
dokumen, bahkan juga melalui wawancara dengan siswa setelah pembelajaran
selesai. Guru juga dapat meminta bantuan kolega guru lainnya untuk melakukan
pengamatan selama guru melakukan tindakan perbaikan. Selama proses belajar akan
dilakukan observasi menyangkut aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Antara lain, bagaimana kualitas jawaban siswa dan apakah motivasi
siswa menjawab pertanyaan guru meningkat?.Apakah hasil belajar siswa meningkat?
Data yang dikumpulkan selama tindakan berlangsung kemudian dianalisis.
Berdasarkan hasil analisis ini guru melakukan refleksi, yaitu guru mencoba
merenungkan atau mengingat dan menghubung-hubungkan kejadian dalam interaksi
kelas, mengapa itu terjadi, dan bagaimana hasilnya. Hasil refleksi akan membuat guru
menyadari tingkat keberhasilan dan kegagalan yang dicapainya dalam tindakan
perbaikan. Hasil refleksi ini merupakan masukan bagi guru dalam merencanakan dan
melaksanakan tindakan perbaikan berikutnya. Refleksi pertama dapat dilakukan oleh
guru bersama siswa dengan tujuan untuk mengkaji dan menganalisis pelaksanaan
tindakan pada siklus pertama dengan jalan mengidentifikasi baik kemajuan-kemajuan
yang telah diperoleh maupun kekurangan-kekurangan atau hambatan-hambatan yang
masih dihadapi. Kemudian, setelah mendapat persetujuan dari kedua belah pihak
hasil refleksi tersebut digunakan untuk memperbaiki rencana tindakan pada siklus
kedua atau siklus berikutnya Refleksi yang dilakukan pada akhir siklus pertama
bertujuan untuk meng-identifikasi baik kemajuan-kemajuan yang telah diperoleh
maupun kekurangan-kekurangan atau hambatan-hambatan yang masih dihadapi.
Hasil refleksi ini kemudian digunakan untuk memperbaiki rencana tindakan pada
siklus kedua atau berikutnya. Tindakan kedua berupa implementasi serangkaian
kegiatan pembelajaran yang telah direvisi untuk mengatasi masalah pada siklus
pertama yang belum tuntas. Selama proses belajar pada siklus kedua ini juga akan
dilakukan observasi menyangkut aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Refleksi kedua juga dilakukan oleh guru bersama siswa bertujuan
untuk mengkaji dan menganalisis pelaksanaan tindakan pada siklus kedua dengan
jalan mengidentifikasi baik kemajuan-kemajuan yang telah diperoleh maupun
kekurangan-kekurangan atau hambatan-hambatan yang masih dihadapi.
Berdasarkan hasil refleksi tersebut dapat disimpulkan berhasil tidaknya keseluruhan
tindakan implementasi pembelajaran di dalam kelas terhadap peningkatan hasil
belajar siswa. Apabila pada siklus kedua tujuan PTK sudah dapat tercapai, maka tidak
perlu dilanjutkan siklus berikutnya. Tetapi apabila tujuan belum tercapai, maka perlu
dilanjutkan siklus berikutnya. Kemudian, setelah mendapat persetujuan dari kedua
belah pihak hasil refleksi tersebut digunakan untuk memperbaiki rencana tindakan
pada siklus ketiga. Guru dapat membuat jurnal atau catatan seluruh kegiatan PTK
yang telah dilakukannya. Catatan tersebut dapat digunakan untuk menyusun suatu
karya ilmiah yang dapat disebarluaskan menjadi suatu inovasi, dan dapat
dimanfaatkan oleh guru-guru lainnya dalam melaksanakan PTK.
Adapun siklusnya dapat digambarkan dengan gambar sebagai berikut :
Siklus I

Pengamatan
(Observing)
PERUBAHAN
Refleksi
(Reflecting)
Tindakan
(Acting)
Perencanaan
(Planning)
Siklus II

Pengamatan
(Observing)
Refleksi
(Reflecting)
Tindakan
(Acting)
Perencanaan
(Planning)
Contoh PTK dengan 2 Siklus Model Kurt Lewin

F. IMPLEMENTASI PTK DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH


Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki potensi yang sangat besar untuk
meningkatkan pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar.
Diimplementasikan dengan baik di sini berarti pihak yang terlibat (guru) mencoba
dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan
masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran melalui tindakan bermakna yang
diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian
secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya.
Diimplementasikan dengan benar berarti sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian
tindakan.
Tulisan ini membahas bagaimana implementasi penelitian tindakan kelas untuk
peningkatan kualitas pembelajaran yang mencakup diagnosis dan penetapan masalah
yang ingin diselesaikan, bentuk dan skenario tindakan, pengembangan instrumen
untuk mengukur keberhasilan tindakan, serta prosedur analisis dan interpretasi data
penelitian.
A. Diagnosis dan Penetapan Masalah Masalah PTK yang ada di sekolah hendaknya
berasal dari persoalan-persoalan praktis yang dihadapi guru di kelas. Oleh karena itu,
diagnosis masalah hendaknya tidak dilakukan oleh orang lain yang bukan guru, lalu
”ditawarkan” kepada orang lain yang bukan guru untuk dipecahkan tetapi sebaiknya
justru dilakukan bersama-sama oleh sesama guru. Pada kenyataannya seorang guru
dapat mengajak guru lainnya, di luar bidang studinya untuk berkolaborasi melakukan
PTK dan menanyakan masalah-masalah apa yang dihadapi guru yang mungkin dapat
diteliti melalui PTK. Guru yang telah berpengalaman melakukan penelitian tindakan
kelas mungkin dapat langsung mengatakan permasalahan yang dihadapinya yang
mungkin dapat diteliti bersama dan kemudian membahas masalah tersebut dengan
guru lainnya yang lebih senior.
Lain halnya dengan guru yang belum berpengalaman dalam PTK. Guru tersebut
mungkin belum dapat secara langsung mengemukakan permasalahan yang mungkin
dapat diteliti bersama guru lainnya. Dalam hal ini guru perlu meminta izin kepada
guru yang bersangkutan untuk hadir di kelas dan mengamati guru mengajar. Setelah
pembelajaran berakhir guru senior atau teman sejawat dapat terlebih dahulu
menanyakan kepada guru masalah apa yang dirasakan guru pada saat pembelajaran
sebelum mengusulkan salah satu permasalahan yang dipikirkan guru. Guru boleh
mengajukan permasalahan kepada guru lainnya, bila guru tidak dapat mendeteksi
adanya masalah di kelasnya.
Di dalam mendiagnosis masalah untuk PTK ini guru harus ingat bahwa tidak semua
topik penelitian dapat diangkat sebagai topik PTK. Hanya masalah yang dapat
“dikembangkan berkelanjutan” dalam kegiatan harian selama satu semester atau satu
tahun yang dapat dipilih menjadi topik. “Dikembangkan berkelanjutan” berarti bahwa
setiap waktu tertentu, misalnya 2 minggu atau satu bulan, rumusan masalahnya, atau
hipotesis tindakannya, atau pelaksanaannya sudah perlu diganti atau dimodifikasi.
Dalam kegiatan di kelas, guru dapat mencermati masalah-masalah apa yang dapat
dikembangkan berkelanjutan ini dalam empat bidang yaitu yang berkaitan dengan
bidang pengelolaan kelas, proses kegiatan belajar-mengajar,
pengembangan/penggunaan sumber-sumber belajar, maupun sebagai wahana
peningkatan personal dan profesional. PTK yang dikaitkan dengan pengelolaan kelas
dapat dilakukan dalam rangka: 1) meningkatkan kegiatan belajar-mengajar, 2)
meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar, 3) menerapkan pendekatan belajar-
mengajar inovatif, dan 4) mengikutsertakan pihak ketiga dalam proses belajar-
mengajar. PTK yang dikaitkan dengan proses belajar mengajar dapat dilakukan dalam
rangka: 1) menerapkan berbagai metode mengajar, 2) mengembangkan kurikulum, 3)
meningkatkan peranan siswa dalam belajar, dan 4) memperbaiki metode evaluasi.
PTK yang dikaitkan dengan pengembangan/penggunaan sumber-sumber belajar dapat
dilakukan dalam rangka pengembangan pemanfaatan 1) model atau peraga, 2)
sumber-sumber lingkungan, dan 3) peralatan tertentu. PTK sebagai wahana
peningkatan personal dan profesional dapat dilakukan dalam rangka 1) meningkatkan
hubungan antara siswa, guru, dan orang tua, 2) meningkatkan “konsep diri” siswa
dalam belajar, 3) meningkatkan sifat dan kepribadian siswa, serta 4) meningkatkan
kompetensi guru secara profesional.
Dari sekian banyak kemungkinan masalah, guru perlu mendiagnosis masalah apa atau
masalah mana yang perlu diprioritaskan pemecahannya dalam penelitian yang akan
dilakukan bersama itu. Penetapan masalah hendaknya dilakukan bersama oleh guru
setelah menganalisis seluruh pilihan masalah, minat, dan keinginan guru untuk
memecahkan salah satu atau beberapa di antaranya.
Penetapan masalah ini ditandai dengan penentuan permasalahan yang akan diteliti
dan perumusan fokus masalahnya. Rumusan fokus masalah yang mungkin ditetapkan
bersama antara guru dapat berupa rumusan sebagai berikut: Bagaimana
membelajarkan siswa dengan materi tertentu agar siswa mau dan mampu belajar?
Masalah-masalah lain yang mungkin dihadapi guru dapat berupa: Bagaimana
meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk belajar? yang “ideal” itu dapat
meningkatkan antusiasme siswa sehingga mereka sepertinya “tidak sabar”
menunggu-nunggu datangnya jam pelajaran yang dibina oleh guru tersebut;
Bagaimana mengajak siswa agar di kelas mereka benar-benar aktif belajar (aktif
secara mental maupun fisik, aktif berpikir)? Bagaimana menghubungkan materi
pembelajaran dengan lingkungan kehidupan siswa sehari-hari agar mereka dapat
menggunakan pengetahuan dan pemahamannya mengenai materi itu dalam
kehidupan sehari-hari dan tertarik untuk mempelajarinya karena mengetahui
manfaatnya? Bagaimana memilih strategi pembelajaran yang paling tepat untuk
membelajarkan materi? Bagaimana melaksanakan pembelajaran kooperatif?
Striger (2004) memberikan arahan untuk memfokuskan penelitian dengan jelas
setelah melakukan refleksi mengenai apa yang terjadi yang memunculkan masalah
dan apa isu serta peristiwa yang terkait dengan masalah. Isu atau masalah itu harus
dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang dapat diteliti dan diidentifikasi tujuan
meneliti masalah tersebut.
§ Isu atau topik yang ingin diteliti
Definisikan apa isu atau peristiwa yang menimbulkan permasalahan.
§ Masalah penelitian:
Nyatakan isu sebagai suatu masalah. Rumusan masalah: Tuliskan masalah dalam
bentuk pertanyaan yang dapat dipahami.
§ Manfaat Penelitian:
Deskripsikan apa yang diharapkan dapat diperoleh dengan meneliti masalah ini.
Misalnya dipilih masalah sebagai berikut: Isu : Siswa kurang aktif di kelas, cenderung
tidak pernah mengajukan pertanyaan dalam pembelajaran. Guru sering memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya tetapi hampir tidak ada siswa yang
bertanya. Masalah : Siswa perlu digalakkan untuk aktif dalam kelas, aktif secara utuh
(sedapat mungkin ”hands on” atau ”minds on”, bahkan juga kalau mungkin ”hearts
on”).
Fokus masalah: Bagaimana meningkatkan partisipasi siswa dalam kelas? Rumusan
masalah PTK yang lengkap biasanya berupa suatu pertanyaan dalam bentuk
”Masalah apa yang terjadi di kelas, bagaimana upaya mengatasinya, apa tindakan
yang dianggap tepat untuk itu, di kelas, dan sekolah mana hal itu terjadi?”Contoh
fokus masalah (rumusan masalah yang belum dilengkapi dengan tindakan dan lokasi
penelitian): Bagaimana peningkatan partisipasi siswa dalam kelas, baik secara ”hands
on”, ”minds on” maupun ”hearts on” ?
§ Tujuan penelitian:
Merupakan jawaban terhadap masalah penelitian. Contoh tujuan (yang belum
dilengkapi dengan tindakan dan lokasi penelitian): Meningkatkan partisipasi siswa
dalam kelas, baik secara ”hands on”, ”minds on” maupun ”hearts on”.
Setelah ditetapkan fokus masalah seperti itu guru berdiskusi dengan guru lainnya
untuk mengadakan gagas pendapat mengenai tindakan apa saja yang dapat dipilih
untuk memecahkan masalah.
B. Bentuk dan Skenario Tindakan Gagas pendapat mengenai tindakan apa saja yang
dapat memecahkan masalah yang dihadapi akan menghasilkan banyak alternatif
tindakan yang dapat dipilih. Guru perlu membahas bentuk dan macam tindakan (atau
tindakan-tindakan) apa yang kira-kira paling dikehendaki untuk dicoba dan
dilaksanakan dalam kelas. Bentuk dan macam tindakan ini kemudian dimasukkan
dalam judul usulan penelitian yang akan disusun guru. Tindakan yang dipilih dapat
disebutkan sebagai suatu nama tindakan (misalnya penugasan siswa membaca materi
pelajaran 10 menit sebelum pembelajaran) atau dalam bentuk penggunaan salah satu
bentuk media pembelajaran (misalnya penggunaan peta konsep, penggunaan
lingkungan sekitar sekolah, penggunaan sungai, dan seterusnya), atau dapat pula
dalam bentuk suatu strategi pembelajaran. Bagaimana tindakan tersebut akan
dilaksanakan dalam PTK perlu direncanakan dengan cermat. Perencanaan
pelaksanaan tindakan ini dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) atau dalam bentuk Skenario Pembelajaran.

C. Pengembangan Instrumen untuk Mengukur Keberhasilan Tindakan Instrumen


yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) haruslah sejalan dengan
prosedur dan langkah PTK. Instrumen untuk mengukur keberhasilan tindakan dapat
dipahami dari dua sisi yaitu sisi proses dan sisi hal yang diamati. Dari sisi proses
(bagan alirnya), instrumen dalam PTK harus dapat menjangkau masalah yang
berkaitan dengan input (kondisi awal), proses (saat berlangsung), dan output (hasil).
a. Instrumen untuk input Instrumen untuk input dapat dikembangkan dari hal-hal
yang menjadi akar masalah beserta pendukungnya. Misalnya: akar masalah adalah
bekal awal/prestasi tertentu dari peserta didik yang dianggap kurang. Dalam hal ini
tes bekal awal dapat menjadi instrumen yang tepat. Di samping itu, mungkin
diperlukan pula instrumen pendukung yang mengarah pada pemberdayaan tindakan
yang akan dilakukan, misalnya: format peta kelas dalam kondisi awal, buku teks
dalam kondisi awal, dst. b. Instrumen untuk proses Instrumen yang digunakan pada
saat proses berlangsung berkaitan erat dengan tindakan yang dipilih untuk dilakukan.
Dalam tahap ini banyak format yang dapat digunakan. Akan tetapi, format yang
digunakan hendaknya yang sesuai dengan tindakan yang dipilih. c. Instrumen untuk
output Adapun instrumen untuk output berkaitan erat dengan evaluasi pencapaian
hasil berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Misalnya: nilai 75 ditetapkan sebagai
ambang batas peningkatan (pada saat dilaksanakan tes bekal awal, nilai peserta didik
berkisar pada angka 50), maka pencapaian hasil yang belum sampai pada angka 75
perlu untuk dilakukan tindakan-tindakan lagi (pada siklus berikutnya). Selain dari sisi
proses (bagan alir), instrumen dapat pula dipahami dari sisi hal yang diamati. Dari sisi
hal yang diamati, instrumen dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu: instrumen
untuk mengamati guru (observing teachers), instrumen untuk mengamati kelas
(observing classroom), dan instrumen untuk mengamati perilaku siswa (observing
students). a. Pengamatan terhadap Guru (Observing Teachers) Pengamatan
merupakan alat yang terbukti efektif untuk mempelajari tentang metode dan strategi
yang diimplementasikan di kelas, misalnya, tentang organisasi kelas, respon siswa
terhadap lingkungan kelas, dsb. Salah satu bentuk instrumen pengamatan adalah
catatan anekdotal (anecdotal record). Catatan anekdotal memfokuskan pada hal-hal
spesifik yang terjadi di dalam kelas atau catatan tentang aktivitas belajar siswa dalam
pembelajaran. Catatan anekdotal mencatat kejadian di dalam kelas secara informal
dalam bentuk naratif. Sejauh mungkin, catatan itu memuat deskripsi rinci dan lugas
peristiwa yang terjadi di kelas. Catatan anekdotal tidak mempersyaratkan pengamat
memperoleh latihan secara khusus. Suatu catatan anekdotal yang baik setidaknya
memiliki empat ciri, yaitu: 1) pengamat harus mengamati keseluruhan sekuensi
peristiwa yang terjadi di kelas, 2) tujuan, batas waktu dan rambu-rambu pengamatan
jelas, 3) hasil pengamatan dicatat lengkap dan hati-hati, dan 4) pengamatan harus
dilakukan secara objektif. Beberapa model catatan anekdotal yang diusulkan oleh
Reed dan Bergermann (1992) dan dapat digunakan dalam PTK, antara lain: a)
Catatan Anekdotal Peristiwa dalam Pembelajaran, b) Catatan Anecdotal Interaksi
Guru-Siswa, c) Catatan Anekdotal Pola Pengelompokan Belajar, d) Pengamatan
Terstruktur (Structured Observation), e) Lembar Pengamatan Model Manajemen
Kelas, f) Lembar Pengamatan Keterampilan Bertanya, g) Catatan Anekdotal Aktivitas
Pembelajaran, h) Catatan Anekdotal Membantu Siswa Berpartisipasi (Checklist for
Routine Involving Students), dsb. b. Pengamatan terhadap Kelas (Observing
Classrooms) Catatan anekdotal dapat dilengkapi sambil melakukan pengamatan
terhadap segala kejadian yang terjadi di kelas. Pengamatan ini sangat bermanfaat
karena dapat mengungkapkan praktik-praktik pembelajaran yang menarik di kelas. Di
samping itu, pengamatan itu dapat menunjukkan strategi yang digunakan guru dalam
menangani kendala dan hambatan pembelajaran yang terjadi di kelas. Catatan
anekdotal kelas meliputi deskripsi tentang lingkungan fisik kelas, tata letaknya, dan
manajemen kelas. Beberapa model catatan anekdotal kelas yang diusulkan oleh Reed
dan Bergermann (1992) dan dapat digunakan dalam PTK, antara lain:a) Format
Anekdotal Organisasi Kelas, b) Format Peta Kelas, c) Observasi Kelas Terstruktur, d)
Format Skala Pengkodean Lingkungan Sosial Kelas, e) Lembar Cek Wawancara
Personalia Sekolah, f) Lembar Cek Kompetensi dsb. c. Pengamatan terhadap Siswa
(Observing Students). Pengamatan atau observasi terhadap perilaku siswa dapat
mengungkapkan berbagai hal yang menarik. Masing-masing individu siswa dapat
diamati secara individual atau berkelompok sebelum pembelajaran dimulai, saat
berlangsungnya pembelajaran, dan sesudah usai pembelajaran. Perubahan pada setiap
individu juga dapat diamati, dalam kurun waktu tertentu, mulai dari sebelum
dilakukan tindakan, saat tindakan diimplementasikan, dan seusai tindakan diberikan.
Dibutuhkan kejelian guru dalam proses pengamatan agar PTK berjalan baik.
Beberapa model pengamatan terhadap perilaku siswa diusulkan oleh Reed dan
Bergermann (1992) yang dapat digunakan dalam PTK, antara lain: a) Tes Diagnostik,
b) Catatan Anekdotal Perilaku Siswa, c) Format Bayangan (Shadowing Form), d)
Kartu Profil Siswa (Profile Card of Students), e) Grafik Deskripsi Profil Siswa, e)
Sistem Koding Partisipasi Siswa, f) Inventori Kalimat tak Lengkap (Incomplete
Sentence Inventory), g) Pedoman Wawancara untuk Refleksi (Interview Guide for
Reflection), h) Sosiogram, dsb Adapun instrumen lain selain catatan anekdotal yang
dapat digunakan dalam pengumpulan data PTK dapat berwujud: (1) Pedoman
Pengamatan. Pengamatan partisipatif dilakukan oleh orang yang terlibat secara aktif
dalam proses pelaksanaan tindakan. Pengamatan ini dapat dilaksanakan dengan
pedoman pengamatan (format, daftar cek), catatan lapangan, jurnal harian, observasi
aktivitas di kelas, penggambaran interaksi dalam kelas, alat perekam elektronik, atau
pemetaan kelas (cf. Mills, 2004: 19). Pengamatan sangat cocok untuk merekam data
kualitatif, misalnya perilaku, aktivitas, dan proses lainnya. Catatan lapangan sebagai
salah satu wujud dari pengamatan dapat digunakan untuk mencatat data kualitatif,
kasus istimewa, atau untuk melukiskan suatu proses. (2) Pedoman Wawancara Untuk
memperoleh data dan atau informasi yang lebih rinci dan untuk melengkapi data hasil
observasi, tim peneliti dapat melakukan wawancara kepada guru, siswa, atau kepala
sekolah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data yang berkaitan dengan sikap,
pendapat, atau wawasan.Wawancara dapat dilakukan secara bebas atau terstruktur.
Wawancara hendaknya dapat dilakukan dalam situasi informal, wajar, dan peneliti
berperan sebagai mitra. Wawancara hendaknya dilakukan dengan mempergunakan
pedoman wawancara agar semua informasi dapat diperoleh secara lengkap. Jika
dianggap masih ada informasi yang kurang, dapat pula dilakukan secara bebas. Guru
yang berkolaborasi dapat berperan pula sebagai pewawancara terhadap siswanya.
Namun harus dapat menjaga agar hasil wawancara memiliki objektivitas yang tinggi.
(3) Angket atau kuesioner Indikator untuk angket atau kuesioner dikembangkan dari
permasalahan yang ingin digali. Angket dibuat oleh guru sendiri sesuai dengan
masalah yang diteliti.(4) Pedoman Pengkajian Data dokumen Dokumen yang dikaji
dapat berupa: daftar hadir, silabus, hasil karya peserta didik, hasil karya guru, arsip,
lembar kerja dll. (5) Tes dan Asesment Alternatif Pengambilan data yang berupa
informasi mengenai pengetahuan, sikap, bakat dan lainnya dapat dilakukan dengan
tes atau pengukuran bekal awal atau hasil belajar dengan berbagai prosedur asesment.
Instrumen ini dikembangkan pada saat penyusunan usulan penelitian atau setelah
usulan penelitian disetujui untuk didanai dan dilaksanakan.
Keuntungannya bila instrumen dikembangkan pada saat penyusunan usulan adalah
peneliti telah mempersiapkan diri lebih dini sehingga peneliti dapat lebih cepat
mengimplementasikannya di lapangan. Pengukuran keberhasilan tindakan sedapat
mungkin telah ditetapkan caranya sejak awal penelitian, demikian pula kriteria
keberhasilan tindakannya. Keberhasilan tindakan ini disebut sebagai indikator
keberhasilan tindakan. Indikator keberhasilan tindakan biasanya ditetapkan
berdasarkan suatu ukuran standar yang berlaku. Misalnya: pencapaian penguasaan
kompetensi sebesar 75% ditetapkan sebagai ambang batas ketuntasan belajar (pada
saat dilaksanakan tes awal, nilai peserta didik berkisar pada angka 50), maka
pencapaian hasil yang belum sampai 75% diartikan masih perlu dilakukan tindakan
lagi (pada siklus berikutnya). D. Prosedur Analisis dan Interpretasi Data Penelitian
Dalam PTK, perhatian lebih kepada kasus daripada sampel. Hal ini berimplikasi
bahwa metodologi yang dipakai lebih dapat diterapkan terhadap pemahaman situasi
problematik daripada atas dasar prediksi di dalam parameter.
Kasus-kasus yang terjadi dalam pembelajaran di kelas dapat dipecahkan dengan cara
guru melakukan PTK di kelasnya sendiri sehingga guru dapat memperbaiki
kinerjanya dan menelaah manfaat dan dampaknya bagi peserta didik. 1. Analisis Data
Penelitian. Tahap-tahap analisis data penelitian meliputi: a) validasi hipotesis dengan
menggunakan teknik yang sesuai (saturasi, triangulasi, atau jika memang perlu uji
statistik); b). interpretasi dengan acuan teori, menumbuhkan praktik, atau pendapat
guru; c). tindakan untuk perbaikan lebih lanjut yang juga dimonitor dengan teknik
penelitian kelas. Analisis dilakukan dengan menggunakan hasil pengumpulan
informasi yang telah dilakukan dalam tahap pengumpulan data. Misalnya, dengan
memutar kembali hasil rekaman proses pembelajaran dengan video tape recorder
guru mengamati kegiatan mengajarnya dan membahas masalah-masalah yang
menjadi perhatian penelitian bersama dengan guru lainnya.
Pada proses analisis dibahas apa yang diharapkan terjadi, apa yang kemudian terjadi,
mengapa terjadi tidak seperti yang diharapkan, apa penyebabnya atau ternyata sudah
terjadi seperti yang diharapkan, dan apakah perlu dilakukan tindaklanjut 2. Validasi
Hipótesis Validasi hipotesis adalah diterima atau ditolaknya suatu hipotesis.Jika di
dalam desain penelitian tindakan kelas diajukan hipotesis tindakan yang merupakan
keyakinan terhadap tindakan yang akan dilakukan, maka perlu dilakukan validasi.
Validasi ini dimaksudkan untuk menguji atau memberikan bukti secara empirik
apakah pernyataan keyakinan yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis tindakan itu
benar. Validasi hipotesis tindakan dengan menggunakan tehnik yang sesuai yaitu:
saturasi, triangulasi dan jika perlu dengan uji statistik tetapi bukan generalisasi atas
hasil PTK. Saturasi, apakah tidak ditemukan lagi data tambahan. Triangulasi,
mempertentangkan persepsi seseorang pelaku dalam situasi tertentu dengan aktor-
aktor lain dalam situasi itu, jadi data atau informasi yang telah diperoleh divalidasi
dengan melakukan cek, recek, dan cek silang dengan pihak terkait untuk memperoleh
kesimpulan yang objektif. 3. Interpretasi Data Penelitian Interpretasi berarti
mengartikan hasil penelitian berdasarkan pemahaman yang dimiliki peneliti. Hal ini
dilakukan dengan acuan teori, dibandingkan dengan pengalaman, praktik, atau
penilaian dan pendapat guru. Hipotesis tindakan yang telah divalidasi dicocokkan
dengan mengacu pada kriteria, norma, dan nilai yang telah diterima oleh guru dan
siswa yang dikenai tindakan. 4. Penyusunan Laporan Penelitian Di Bab Hasil dan
Pembahasan Penelitian dalam Laporan PTK pada umumnya peneliti terlebih dulu
menyajikan paparan data yang mendeskripsikan secara ringkas apa saja yang
dilakukan peneliti sejak pengamatan awal (sebelum penelitian) yaitu kondisi awal
guru dan siswa diikuti refleksi awal yang merupakan dasar perencanaan tindakan
siklus I, dilanjutkan dengan paparan mengenai pelaksanaan tindakan, hasil observasi
kegiatan guru, observasi situasi dan kondisi kelas dan hasil observasi kegiatan siswa.
Paparan data itu kemudian diringkas dalam bentuk temuan penelitian yang berisi
pokok-pokok hasil observasi dan evaluasi yang disarikan dari paparan
data.Berikutnya berdasarkan temuan data dilakukan refleksi hasil tindakan siklus
pertama yang dijadikan dasar untuk merencanakan tindakan untuk siklus kedua. Di
sini dapat dibandingkan hasil siklus pertama dengan indikator keberhasilan tindakan
siklus pertama yang telah ditetapkan berdasarkan refleksi awal. Paparan data siklus
kedua juga lengkap mulai perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi.
Ringkasan paparan data dicantumkan dalam bentuk temuan penelitian. Temuan ini
menjadi dasar refleksi tindakan siklus kedua, termasuk apakah perlu dilanjutkan
dengan pelaksanaan tindakan untuk siklus ketiga. Peneliti dapat membandingkan
hasil siklus kedua ini dengan indikator keberhasilan tindakan siklus kedua yang telah
ditetapkan berdasarkan hasil refleksi tindakan siklus kesatu. Jadi prosedur analisis
dan interpretasi data penelitian dilaksanakan secara deskriptif kualitatif dengan
meringkas data (reduksi data), saturasi dan triangulasi. E. Desain Penelitian Tindakan
Kelas
Penerapan desain atau model–model PTK seperti yang telah banyak dikemukakan
dapat dilakukan untuk semua mata pelajaran, terutama mata pelajaran yang di
dalamnya terdapat praktik. Untuk itu mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia,
bahasa inggris, Biologi, dan sebagainya juga dapat menerapkan salah satu desain.
Apakah akan diterapkan tersebut model Kurt Lewin, model Kemmis & McTaggart,
ataupun model yang lainnya? Hal ini bergantung kepada permasalahan yang dihadapi
praktisi di lapangan ataupun bergantung pada pemahaman dan kemampuan para
praktisi di lapangan terhadap suatu model PTK atau dalam menerapkan salah satu
model PTK. Yang perlu mendapatkan perhatian dalam kaitannya dengan diterapkan
suatu model PTK ialah bahwa terdapat langkah – langkah yang seharusnya diikuti
oleh peneliti/guru, yaitu: 1) ide awal, 2) prasurvei/temuan awal, 3) diagnose, 4)
perencanaan, 5) Implementasi tindakan, 6) Observasi, 7) Refleksi, 8) Laporan, dan
kepada Siapa Hasil PTK dilaporkan.
1. Ide Awal Seseorang yang berkehendak melaksanakan suatu penelitian baik yang
berupa penelitian positivisme, naturalistic, analisis isi maupun PTK pasti diawali
dengan gagasan–gagasan atau ide–ide, dan gagasan itu dimungkinkan yang dapat
dikerjakan atau dilaksanakan. Pada umumnya ide awal yang menggayut di PTK ialah
terdapatnya suatu permasalahan yang berlangsung di dalam suatu kelas. Ide awal
tersebut di antaranya berupa suatu upaya yang dapat ditempuh untuk mengatasi
permasalahan tersebut dengan penerapan PTK itu peneliti mau berbuat apa demi
suatu perubahan dan perbaikan.
2. Prasurvei Prasurvei dimaksudkan untuk mengetahui secara detail kondisi yang
terdapat di suatu kelas yang akan diteliti. Bagi pengajar yang bermaksud melakukan
penelitian di kelas yang menjadi tanggung jawabnya tidak perlu melakukan prasurvai
karena berdasarkan pengalamannya selama dia di depan kelas sudah secara cermat
dan pasti mengetahui berbagai permasalahan yang dihadapinya, baik yang berkaitan
dengan kemajuan siswa, sarana pengajaran maupun sikap siswanya. Dengan
demikian para guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya sudah akan
mengetahui kondisi kelas yang sebenarnya.
3. Diagnosis Diagnosis dilakukan oleh peneliti yang tidak terbiasa mengajar di suatu
kelas yang dijadikan sasaran penelitian. Peneliti dari luar lingkungan kelas/sekolah
perlu melakukan diagnosis atau dugaan–dugaan sementara mengenai timbulnya suatu
permasalahan yang muncul di dalam satu kelas. Dengan diperolehnya hasil diagnosis,
peneliti PTK akan dapat menentukan berbagai hal, misalnya strategi pengajaran,
media pengajaran, dan materi pengajaran yang tepat dalam kaitannya dengan
implementasinya PTK.
4. Perencanaan Di dalam penentuan perencanaan dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu
perencanaan umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum dimaksudkan untuk
menyusun rancangan yang meliputi keseluruhan aspek yang terkait PTK. Sementara
itu, perencanaan khusus dimaksudkan untuk menytusun rancangan dari siklus per
siklus. Oleh karenya dalam perencanaan khusus ini tiap kali terdapat perencanan
ulang (replanning). Hal–hal yang direncanakan di antaranya terkait dengan
pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, teknik atau strategi pembelajaran,
media dan materi pembelajaran, dan sebagainya. Perencanaan dalam hal ini kurang
lebih hampir sama dengan apabila kita menyiapkan suatu kegiatan belajar–mengajar.
5. Implementasi Tindakan Implementasi tindakan pada prinsipnya merupakan
realisasi dari suatu tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang
digunakan, materi apa yang di ajarkan atau dibahas dan sebagainya. PTK bersifat
emansipatoris dan membebaskan (Liberating), karena mendorong kebebasan guru
dalam berpikir dan berargumentasi dalam bereksperimen, meneliti, dan mengambil
keputusan atau judgment.
6. Pengamatan Pengamatan, observasi atau monitoring dapat dilakukan sendiri oleh
peneliti atau kolaborator, yang memang diberi tugas untuk hal itu. Pada saat
memonitoring pengamat haruslah mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di
kelas penelitian. Misalnya mengenai kinerja guru, situasi kelas, perilaku dan sikap
siswa, penyajian atau pembahasan materi, penyerapan siswa terhadap materi yang
diajarkan, dan sebagainya.
7. Refleksi Pada prinsipnya yang dimaksud dengan istilah refleksi ialah perbuatan
merenung atau memikirkan sesuatu atau upaya evaluasi yang dilakukan oleh para
kolaborator atau partisipan yang terkait denga suatu PTK yang dilaksanakan. Refleksi
ini dilakukan dengan kolaboratif, yaitu adanya diskusi terhadap berbagai masalah
yang terjadi di kelas penelitian. Dengan demikian refleksi dapat ditentukan sesudah
adanya implementasi tindakan dan hasil observasi. Berdasarkan refleksi ini pula suatu
perbaikan tindakan (replanning) selanjutnya ditentukan.
8. Penyusunan Laporan PTK Laporan hasil PTK seperti halnya jenis penelitian yang
lain, yaitu disusun sesudah kerja penelitian di lapangan berakhir. Penyusunan laporan
harus sistematis dan sesuai dengan acuan yang telah diberikan dalam pelatihan PTK.
Sebenarnya , PTK yang dilakukan guru lebih bersifat individual. Artinya bahwa
tujuan utama bagi PTK adalah self-improvement melalui self-evaluation dan self
reflection, yang paad akhirnya bermuara pada peningkatan mutu proses dan hasil
belajar siswa. Dengan demikian hasil pelaksanan PTK yng berupa terjadinya inovasi
pembelajaran akan dilaporkan kepada diri si peneliti (Guru) sendiri. Guru perlu
mengarsipkan langkah–langkah dan teknik pembelajaran yang dikembangkan melalui
aktifitas PTK demi perbaikan proses pembelajaran. Namun demikian, hasil PTK yang
dilaksanakan tidak tertutup kemungkinan untuk diikuti oleh guru lain atau teman
sejawat. Oleh karena itu guna melengkapi predikat guru sebagai ilmuwan sejati, guru
perlu juga menuliskan pengalaman melaksanakan PTK tersebut ke dalam suatu karya
tulis ilmiah. Karya tulis tersebut, yang selama ini ditulis belum merupakan kebiasaan
bagi para guru, sebenarnya sangat bermanfaat bagi masyarakat pengguna lain.
Dengan melaporkan hasil PTK tersebut kepada masyarakat (teman sejawat,
pemerhati/pengamat pendidikan, dan para pakar pendidikan lainnya) guru akan
memperoleh nilai tambah yaitu suatu bentuk pertanggungjawaban dan kebanggaan
akademis/ilmiah sebagai kreativitas seorang ilmuwan. Hasil kerja guru akan
merupakan amal jariah yang sangat membantu teman sejawatnya dan siswa secara
khusus. Melalui laporan kepada masyarakat, PTK yang pada awalnya dilaksanakan
dalam skala kecil yaitu di ruang kelas, akan memberi sumbangsih yang cukup
signifikan terhadap peningkatan mutu, proses, dan hasil belajar siswa.
G. Penutup PTK merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dan keprofesionalan guru. Dalam pelaksanaannya para guru perlu
melakukan segala langkah penelitian ini secara bersama-sama (kolaboratif) dari awal
hingga akhir. Ciri khas penelitian ini ialah adanya masalah pembelajaran dan tindakan
untuk memecahkan masalah ini. Penelitian tindakan sebenarnya dapat dilakukan oleh
guru sendiri, guru dan teman sejawat dapat saling berkolaborasi. Tahapan penelitian
dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan dan evaluasi refleksi yang dapat
diulang sebagai siklus. Refleksi merupakan pemaknaan dari hasil tindakan yang
dilakukan dalam rangka memecahkan masalah. Disarankan guru dan teman sejawat
dapat secara kolaboratif melakukan PTK ini untuk peningkatan keprofesionalannya.
Proposal usulan PTK perlu dibuat sebagai pedoman (tuntunan) dalam melaksanakan
penelitian. Dalam penyusunan usulan yang sesungguhnya guru peneliti harus
berusaha memenuhi ketentuan, kriteria atau standar yang ditetapkan oleh sponsor atau
lembaga pemberi dana. Saran lainnya ialah banyak membaca laporan penelitian,
artikel dan sumber-sumber mengenai PTK. Penulis menaruh harapan besar mengenai
pentingnya PTK ini untuk para guru, yaitu agar makin banyak guru di seluruh
Indonesia yang melaksanakan PTK di sekolahnya masing-masing. Keinginan lainnya
adalah agar dalam pelaksanaan PTK itu guru tidak hanya sekedar melaksanakan, tapi
juga mengkomunikasikan hasilnya kepada rekan-rekan guru lainnya melalui media
komunikasi atau internet. Akhir kata, penulis ingatkan kembali bahwa profesi guru
adalah profesi mulia yang memerlukan kreativitas pengembangan terus-menerus dan
tidak sembarang orang dapat melakukannnya. Karenanya setiap guru harus selalu
siap, mau, dan mampu untuk membelajarkan dirinya sepanjang hayat agar dapat lebih
mampu membelajarkan anak didiknya. PTK merupakan salah satu sarana belajar
sepanjang hayat yang penting yang perlu dikuasai oleh setiap guru yang mau
mengembangkan keprofesionalannya. Tuntutan terhadap sikap profesional guru
dalam masyarakat kita harus disikapi sebagai harapan untuk memperbaiki proses
pembelajaran dalam mendidik anak-anak kita menjadi cerdas.

DAFTARPUSTAKA
Depdikbud. (1999). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research ).
Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan
Menengah Umum.
Fasli Jalal (2006). Peningkatan Mutu Pendidikan. (Seminar Nasional Pendidikan).
Jakarta
Hardjodipuro, S. (1997). Action Research. Jakarta: IKIP Jakarta.
Ishaq, M. F(1997). Action Research. Malang: Depdiknas.
Mukhlis, A. (2001). Penelitian Tindakan Kelas, Konsep Dasar dan Langkah –
langkah. Surabaya: Unesa.
Rochiati Wiriatmadja, (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas, UPI Bandung dan
Rosda
Supriyadi, (2005), Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), Jakarta:
Universitas Negeri Jakarta
Susilo, H. (2003). "Konsep dan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas bagi
Pengembangan Profesi Guru dan Dosen MIPA." Makalah Seminar Exchange
Experience dan Workshop Pembelajaran MIPA Konstektual Menyongsong
Implementasi KBK di Malang tanggal 9 – 12 Juli 2003.
Tim Pelatih Proyek GSM. (1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Tim PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Bahan
Pelatihan Dosen LPTK dan Guru Sekolah Menengah. Jakarta: Proyek PGSM, Dikti

Вам также может понравиться