Kota trdisional

Kota Zaman Kuno

Kota awalnya berkembang pada kawasan-kawasan yang dapat menunjang

penghidupan manusia dengan mudah. Kota-kota berkembang pada lembah-
lembah yang subur untuk menjalankan aktivitas pertanian. Kemudian kehidupan
sosial-ekonomi masyaraat yang terus mengalami perkembangan membentuk
sebuah sistem kerajaan. Adanya persaingan dan ambisi perluasan wilayah
kerajaan mendorong terjadinya peperangan antar kerajaan. Sudah menjadi
kebiasaan pada amas itu, kerajaan yang mengalami kekalahan harus menyerahkan
wilayah kerajaan beserta masyarakatnya untuk dikuasai oleh pihak yang menang.
Jal ini juga berimplikasi pada perkembangan kota dan aktivitas masyarakatnya.

Pada umumnya kota tradisional memiliki karakteristik tertentu :

1. Memiliki area tertentu yang merupakan pusat atau sentral kota baik berupa
istana pemerintah, kuil, dan hal-hal lain yang merupakan prioritas utama
masyarakat pada saat itu,
2. Bangunan-bangunan masih terbuat dari material sederhana
3. Memiliki pola jalan yang sempit dan ruwet, dan
4. Sudah memiliki sistem saluran air yang sederhana.

Kota-kota pada zaman kuno antara lain :

Mohenjo Daro, Pakistan

 Kota Kuno Beijing

Kota Klasik

Perbedaan paling mendasar antara kota kuno dan kota klasik adalah sistem
pemerintahan yang dipakai dalam kehidupan masyarakatnya. Kota kuno masih
menganut sistem kerajaan sedangkan kota klasik sudah meninggalkan sistem
kerajaan dan beralih pada sistem demokrasi. Sehingga istana dan bentreng telah
ditiadakan dan digantikan oleh kuil yang diletakkan ditempat yang tinggi. Selain
itu, ciri utama kota klasik antara lain :

1. Adanya ruang publik untuk mewadahi aktivitas demokratis seperti pemilihan

umum dan jajak pendapat
2. Bangunan-bangunan telah dibuat dengan ornamen-ornamen
3. Tata pemukiman telah dibagi dalam blok-blok untuk memudahkan penentuan
orientasi bangunan,
4. Adanya sarana yang dapat digunakan untuk publik seperti permandian umum,
gedung olahraga, gedung teater, dan sebagainya.
5. Sistem saluran air telah dibangun dengan terencana

Kota Klasik antara lain :

 Acropolis, Yunani Kuno

Kota Klasik Indonesia

Setelah munculnya revolusi industri, kota-kota berkembang dengan pesat

diberbagai kawasan di Eropa sebagai dampak dari kemajuan teknologi. Aktivitas
ekonomi masyarakat mulai mengalami pergeseran dari kultur agraris menjadi
sistem industri pabrik. Revolusi industri memicu timbulnya urban planing akibat
adanya pergeseran-pergeseran dalam kota seperti kerusakan lingkungan,
kesenjangan ekonomi, dan ketidakadilan serta melonjaknya arus migrasi ke
wilayah kota yang diakibatkan oleh adanya sistem pasar bebas.

Perancanaan kota juga berpengaruh pada kota-kota di negara berkembang

seperti Indonesia khususnya Pulau Jawa. Perkembangan ini dibawah oleh kaum
kolonial. Konsentrasi kegiatan ekonomi yang paling mencolok berlangsung di
kawasan pesisir sebagai kawasan perdagangan seperti kota-kota pantai yang
berada kawasan pantai utara Jawa. Sementara untuk kawasan kota bagian dalam
menjadi pusat kegiatan ekonomi agraris dan kegiatan politik.

Dinamika kota tradisional di Pulau Jawa disusun berdasarkan konep

dualistik dan hierarki sentarlistik yang terikat dengan kebudayaan. Salah satu kota
yang memiliki konsep ini adalah Kota Yogyakarta.

Keraton Yogyakarta
 Tata Kota Yogyakarta

Kota Yogyakarta dapat dikataka memiliki pola Thosentris karena

mengandung unsur kosmologi dan mitologi. Yakni tata letak yang
menghubungkan dua kerajaan alam yakni Nyi Roro Kidul disebelah Selatan dan
Gunung Merapi di sebelah Utara dan dipusatnya terdapat Keraton yang menjadi
pusat Mikrokosmos.

Selain kasus diatas, kota-kota di Indonesia juga berkrmbang berdasarkan

keadaan politik kolonial. Pada masa penjajahan Belanda, Pusat kota hanya dihuni
oleh kaum bangsawan sedangkan rakyat jelata bermukim dipinggiran kota Hingga
kemerdekaan dikumandangkan. Pasca kemerdekaan bangunan publik yang
menjadi sendi-sendi ekonomi kota dipertahankan dan tetap digunakan atau
dialihfungsikan. Kota makin berkembang mengikuti era dan perkembangan
zaman.