Вы находитесь на странице: 1из 38

BAB 1

TINJAUAN TEORI

1.1 Konsep Dasar Keluarga


1.1.1 Definisi Keluarga
Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki ikatan yang
kuat di antara anggotanya dan rasa ketergantungan dalam menghadapi berbagai
masalah yang timbul termasuk masalah kesehatan. Banyak ahli menguraikan
pengertian keluarga sesuai dengan perkembangan sosial masyarakat. Berikut akan
dikemukakan beberapa pengertian keluarga.
1. Raisner (1980)
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih
yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari
bapak, ibu, adik, kakak dan nenek.
2. Logan’s (1979)
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan daribeberapa
komponen yang saling berinteraksi satu dengan lainnya.
3. Gillis (1983)
Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks dengan
atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-
masing mempunyai sebagaimana individu.
4. Duvall (1986)
Menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional serta sosial dari setiap anggota keluarga.

5. Bailon dan Maglaya (1978)


Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka
salaing berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-
masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

1
6. Johnson’s (1992)
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai
hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang
terus menerus, yang tinggal dalam satu atap, mempunyai ikatan emosional
dan mempunyai kewajiban antara satu orang dengan lainnya.

7. Menurut WHO ( 1969 )


Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui
pertalian darah, adopsi atau perkawinan.

8. Burgess dan kawan-kawan (1963).


Burgess dan kawan-kawan. Menyebutkan bahwa:

1) Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan,


darah, dan ikatan adopsi.
2) Para anggota sebuah anggota biasanya hidup bersama dalam suatu rumah
tangga atau jika hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah
tangga tersebut sebagai rumah mereka.
3) Anggota keluarga beringteraksi dan berkomunikasi satu dengan yang
lainnya dalam peran sosial. Keluarga seperti suami dan istri, ayah dan ibu,
anak laki-laki dan ank perempuan, saudara dan saudari,.
4) Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang
diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.

Dari pengertian tentang keluarga dapat disimpulkan bahwa karakteristik


keluarga adalah:

1) Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi.
2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama, atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain.
3) Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial: suami, istri, anak, kakak dan adik.
4) Mempunyai tujuan;
5) Menciptakan dan mempertahankan budaya.

2
1.1.2 Tipe Keluarga
Menurut Setyowati dan Murwani (2007), berbagai tipe keluarga:
1. Tipe keluarga tradisional
1) Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri, dan
anak (kandung atau anak angkat).
2) Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah keluarga lain yang
mempunyai hubungan darah, misalnya: kakek, nenek, keponakan, paman,
bibi.
3) Keluarga “Dyad”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan
istri tanpa anak.
4) Keluarga “Single Parent”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu
orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat
diakibatkan oleh perceraian atau kematian.
5) Keluarga “Single Adult”, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri
seorang dewasa (seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk
bekerja.

2. Tipe keluarga non tradisional


1) The unmarriedteenege mather. Keluarga yang terdiri dari orang tua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
2) The stepparent family. Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune family. Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang
tidak ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama: sosialisasi anak dengan
melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama.
4) The non marital heterosexual cohibitang family. Keluarga yang hidup
besama dan berganti-ganti pasangan tanpa melaui pernikahan.
5) Gay and lesbian family. Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama sebagaimana suami-istri (marital partners).
6) Cohibitang couple. Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.

3
7) Group marriage family. Beberapa orang dewasa mengunakan alat-alat
rumah tangga bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu
termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
8) Group network family. Keluarga inti yang dibatasi set aturan atau nilai-
nilai, hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling
menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan
tanggung jawab membesarkan anaknya.
9) Foster family. Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga
atau saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang
aslinya
10) Homesless family. Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11) Gang. Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian
tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupan.

1.1.3 Tugas Keluarga


Menurut Friedman menguraikan tugas keluarga dalam masalah kesehatan
yaitu:
1. Mengenal adanya gangguan kesehatan.
2. Mengambil keputusan dalam mencari pertolongan atau bantuan kesehatan.
3. Menanggulangi keadaan darurat yang bersifat kesehatan maupun
nonkesehatan.
4. Memberi perawatan dan mencari bantuan bagi anggota keluarga yang
sakit, cacat, maupun yang sehat.
5. Mempertahankan lingkungan keluarga yang dapat menunjang peningkatan
status kesehatan para anggotanya.
6. Menjalin dan mempertahankan hubungan baik dengan lingkungan dan unit
pelayanan kesehatan yang ada.

4
Menurut Jhonson dalam sebuah keluarga ada beberapa tugas dasar yang
didalamnya terdapat delapan tugas pokok,antara lain:

1. Memelihara kesehatan fisik keluarga dan para anggotanya;


2. Berupaya untuk memelihara sumber-sumber daya yang ada dalam
keluarga;
3. Mengatur tugas masing-masing anggota sesuai dengan kedudukan;
4. Melakukan sosialisasi antaraanggota keluarga agar timbul keakraban dan
kehangatan para anggota keluarga;
5. Melakukan pengaturan jumlah anggota keluarga yang diingikan;
6. Memelihara ketertiban anggota keluarga;
7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas;
8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.

1.1.4 Fungsi Keluarga


1. Fungsi Edukatif sebagai suatu unsur dari tingkat pusat pendidikan,
merupakan lingkungan pendidikan yang pertama bagi anak.
2. Fungsi Sosialisasi melalui interaksi dalam keluarg anak mempelajari pola-
pola tingkahlaku, sikap, keyakinan, cita-cita serta nilai-nilai dalam
masyarakat dalam rangka pengembangan kepribadiannya.
3. Fungsi Protektif fungsi ini lebih menitik beratkan dan menekankan kepada
rasa aman dan terlindungi apabila anak merasa aman dan terlindungi
barulah anak dapat bebas melakukan penjajagan terhadap lingkungan.
4. Fungsi Afeksional yang dimaksud dengan fungsi afeksi adaslah adanya
hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi.
5. Fungsi Religius keluarga berkewajiban mmperkenalkan dan mengajak
anak serta keluarga pada kehidupan beragama.
6. Fungsi Ekonomis fungsi keluarga ini meliputi pencarian nafkah,
perencanaan dan pembelanjaannya.
7. Fungsi Rekreatif suasana keluarga yang tentram dan damai diperlukan
guna mengembalikan tenaga yang telah dikeluarkan dalam kehidupan
sehari-hari.

5
8. Fungsi Biologis fungsi ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan biologis keluarga, diantaranya kebutuhan seksual (meneruskan
keturunan ke generasi yang selanjutnya).

1.1.5 Tugas Pokok Keluarga


1. Mengenal masalah kesehatan keluarga.
2. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat untuk
mengatasi masalah kesehatan keluarga.
3. Merawat anggota keluarga yang sakit.
4. Memelihara dan memodifikasi lingkungan rumah yang sehat.
5. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat.

1.1.6 Ciri-Ciri Keluarga


Robert Maclver dan Charles Morton Page menjelaskan ciri-ciri keluarga
sebagai berikut:

1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan,


2. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara,
3. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (nomenclatur), termasuk
perhitungan garis keturunan,
4. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-
anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan
dan membesarkan anak,
5. Keluarga mempunya tempat tinggal bersama, rumah, atau rumah tangga.

1.1.7 Batasan Keluarga


1. Burges (1963)
Burges memberikan pandangan tentang definisi keluarga yang berorientasi
kepada tradisi, yaitu (Setiawati,2008:13):
1) Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan Perkawinan,
darah, dan ikatan adopsi.
2) Anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah
tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah mereka tetap menganggap
rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.

6
3) Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalm
peran-peran sosial keluarga seperti halnya peran sebagai suami istri, ayah
dan ibu, peran sebagai anak laki-laki anak perempuan.
4) Keluarga bersama-sama menggunakan kultur yang sama yaitu : kultur
yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.

2. Sub Dit Kes. Mas Dep. Kes RI (1983)


Keluarga merupakan satu kelompok atau sekumpulan manusia yang hidup
bersama sebagai satu kesatuan unit masyarakat yang terkecil dan biasanya tidak
selalu ada hubungan darah, ikatan Perkawinan, atau ikatan lain. Mereka hidup
bersama dalam satu rumah, dibawah asuhan seorang kepala keluarga dan makan
dari satu periuk (Setiawati,2008:13).
3. Whall (1986)
Keluarga sebagai kelompok yang terdiri atas dua atau lebih individu yang
dicirikan oleh istilah khusus, yang mungkin saja memiliki atau tidak memiliki
hubungan darah atau hukum yang mencirikan orang tersebut ke dalam satu
keluarga (Setiawati, 2008 : 13).
4. Dep. Kes RI (1988)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiawati, 2008 : 13).
5. Silvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya (1989)
Keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan Perkawinan, atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain di dalam peranannya
masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan
(Setiawati, 2008:14).
6. Friedman (1988)
Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang terikat dalam
Perkawinan, ada hubungan darah, atau adopsi dan tinggal dalam satu rumah
(Setiawati, 2008:14).

7
1.1.8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Keluarga
1. Faktor fisik
Ross, Mirowsaky, dan Goldstein (1990) memberikan gambaran bahwa ada
hubungan positif antara perkawinan dengan kesehatan fisik.
2. Faktor psikis
Terbentuknya keluarga akan menimbulkan dampak psikologis yang besar,
perasaan nyaman karena saling memperhatikan, saling memberikan penguatan
atau dukungan.
3. Faktor sosial
Status sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap fungsi kesehatan
sebuah keluarga.
4. Faktor budaya
Faktor budaya terdiri dari (Setiawati, 2008 : 22-23) :
1) Keyakinan dan praktek kesehatan
2) Nilai-nilai keluarga
3) Peran dan pola komunikasi keluarga
4) Koping keluarga

1.1.9 Tujuan Keperawatan Keluarga


Tujuan umum keperawatan keluarga adalah meningkatkan kesadaran,
keinginan, dan kemampuan keluarga dalam meningkatkan, mencegah,
memelihara kesehatan mereka sampai pada tahap yang optimal dan mampu
melaksanakan tugas-tugas mereka secara poduktif.
Tujuan khususnya adalah meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan
kemampuan keluarga dalam hal :
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang mereka hadapi.
2. Mengambil keputusan tentang siapa/kemana dan bagaimana pemecahan
masalah tersebut, misalnya dipecahkan sendiri dengan pergi ke rumah
sakit, puskesmas, praktik keperawatan/kedokteran, dll.
3. Meningkatkan mutu kesehatan keluarga (promosi kesehatan).
4. Mencegah tejadinya penyakit/timbulnya masalah kesehatan pada keluarga.
5. Melaksanakan usaha penyembuhan/pemecahan masalah kesehatan
keluarga melalui asuhan keperawatan di rumah.

8
6. Melaksanakan usaha rehabilitasi penderita melalui asuhan keperawatan di
rumah.
7. Membantu tenaga profesional kesehatan/ keperawatan dalam
penanggulangan penyakit/masalah kesehatan mereka di rumah, rujukan
kesehatan dan rujukan medik.

1.1.10 Faktor Yang Mempengaruhi Berkembangnya Keperawatan Keluarga


Belakangan ini keperawatan keluarga berkembang dengan pesat karena:
1. Peningkatan pengakuan dalam keperawatan dan masyarakat tentang
perlunya peningkatan kesehatan dan perawatan kesehatan secara
menyeluruh, bukan hanya praktik yang berorientasi pada penyakit.
2. Peningkatan populasi lanjut usia dan perkembangan penyakit kronis yang
menyebabkan perawatan diri dan kebutuhan akan asuhan perawatan
keluarga menjadi penting.
3. Perkembangan bidang riset keperawatan keluarga secara pesat.
4. Pengakuan yang luas tentang banyaknya keluarga yang bermasalah dalam
komunitas kita.
5. Penyebarluasan secara umum teori tertentu yang berdasarkan pada
keluarga, seperti teori kedekatan dan teori sistem umum.
6. Terapi keluarga dan perkawinan beralih dari terapi pertumbuhan ke klinik
layanan anak, perkawinan dan keluarga.
7. Riset terhadap kedalaman dan keterlibatan komunikasi keluarga pada
tahun 1950-an dan 1960-an menunjukkan bahwa ibu-ibu yang bermasalah
dalam pola komunikasinya terkait dengan anak-anak yang bermasalah.

9
1.2 Konsep Dasar Penyakit
1.2.1 Definisi
Demam Thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,
gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran ( Nursalam dkk, 2005 :
152 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonella thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh fases dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
salmonella. (Bruner and Sudart, 1994). Demam tifoid dan paratifoid
merupakan penyakit infeksi akut usus halus. Nama lain dari demam tifoid dan
paratifoid adalah typhoid dan paratyphoid fever, enteric fever, tifus, dan
paratifus abdominalis.
1.2.2 Anatomi Fisiologi
Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal (mulai dari mulut sampai
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi
ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat
dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rectum dan anus. Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak di luar saluran
pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
1. Usus Halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan
air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna
protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus meliputi, lapisan mukosa

10
(sebelah kanan), lapisan otot melingkar (M sirkuler), lapisan otot
memanjang (M longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar).
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari duodenum),
usus kosong (jejenum) dan usus penyerapan (ileum). Villi usus halus
terdiri dari pipa berotot (> 6 cm), pencernaan secara kimiawi, penyerapan
makanan. Terbagi atas usus 12 jari (duodenum), usus tengah (jejenum),
usus penyerapan (ileum).
1) Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong
(jejenum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari
usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum
Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari
yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari
terdapat dua muara saluran yaitu dari pancreas dan kantung empedu.
Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang
berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan
masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pylorus dalam jumlah yang
bisa dicerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan mengirimkan
sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
2) Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejenum (terkadang sering ditulis yeyunum)
adalah bagian dari usus halus, diantara usus dua belas jari (duodenum)
dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh
usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus
kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan
mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus
dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.

11
Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni
berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan
dengan usus penyerapan, yaitu sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri.
Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara
makroskopis.
3) Usus Penyerapan (ileum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan
terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu.
Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi
menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
2. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu
dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus
besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon
desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rectum). Banyaknya
bakteri yang terdapat didalam usus besar berfungsi mencerna makanan
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri didalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting,
seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada
bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
3. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin : caecus, “buta”) dalam istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta
bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada
mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivore
memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora ekslusif memiliki yang
kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
4. Umbai Cacing (Appendix)

12
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.
Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.
Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan
membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi
rongga abdomen). Dalam anatomi manusia, umbai cacing adalah ujung
buntu tabung yang menyambung dengan caecum. Umbai cacing terbentuk
dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, umbai cacing
berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm.
walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa
berbeda-beda di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap
terletak di peritoneum.
Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ
vestigial (sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai
fungsi dalam sistem limfatik. Operasi membuang umbai cacing dikenal
sebagai appendiktomi.
5. Rektum dan Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari usus besar (setelah
kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja
disimpang ditempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika
kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul
keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum
karena penumpukan material didalam rectum akan memicu sistem saraf
yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi
tidak terjadi, seringkali material akan dikembalikan ke usus besar, dimana
penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk
periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang
dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi
dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian
otot yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung
saluran pencernaan, dimana bahan limba keluar dari tubuh. Sebagian besar
anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari

13
usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot spinter. Feses
dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang
merupakan fungsi utama anus.

1.2.3 Etiologi
Demam Thypoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Selain oleh
Salmonella typhi, demam typhoid juga bisa disebabkan olehSalmonella
paratyphiA, B dan C namun gejalanya jauh lebih ringan.
Ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam
typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari
demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan
air kemih selama lebih dari 1 tahun.

1.2.4 Patofisiologi
Kuman salmonella thypi, salmonella paratyphy yang menjadi penyebab
demam thypoid masuk ke saluran cerna. Saat berada dalam saluran cerna
sebagian diantaranya dimusnahkan dalam asam lambung, namun sebagian lagi
masuk kedala usus halus, dan membentuk limfoid plaque peyeri. Ada yang
hidup dan bertahan ada juga yang menembus lamina propia dan masuk ke
aliran limfe serta masuk ke kelenjar limfe dan menembus aliran darah
sehingga bersarang dihati dan limfa. Dan terjadi hepatomegali yang akan
menimbulkan nyeri tekan dan infeksi yang menyebabkan zat pirogen oleh
leukosit pada jaringan meradang dan ini yang menyebabkan demam tifoid
sehingga terjadi peningkatan suhu badan atau panas.
2 Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.
3 Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella
thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara
lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang
yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya
seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi
masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke

14
dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan
sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan
limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk
kealiran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel
retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah
dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan
kandung empedu.

Pathway Demam Typoid

15
1.2.5 Manifestasi Klinik
1. Prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan
2. Lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat
3. Nafsu makan berkurang
4. Bibir kering dan pecah-pecah
5. Perut Kembung

16
6. Sulit BAB
7. Gangguan kesadaran ( apatis dan somnolen)
8. Masa tunas typhoid 10 – 14 hari
Minggu I

Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari.
Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan
mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.

Minggu II

Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah
yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus,
penurunan kesadaran.
1.2.6 Komplikasi

1 Komplikasi intestinal

1) Perdarahan usus
2) Perporasi usus
3) Ilius paralitik
2 Komplikasi ekstra intestinal
1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),
miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan
syndroma uremia hemolitik.
3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis,
kolesistitis.
5) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan
perinepritis.
6) Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis
dan arthritis.
7) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis,
polineuritis perifer.

17
Perforasi usus terjadi pada 0,5-3% dan perdarahan berat pada 1-10%
penderita demam tifoid. Kebanyakan komplikasi terjadi selama stadium ke-2
penyakit dan umumnya didahului oleh penurunan suhu tubuh dan tekanan
darah serta kenaikan denyut jantung.Pneumonia sering ditemukan selama
stadium ke-2 penyakit, tetapi seringkali sebagai akibat superinfeksi oleh
organisme lain selain Salmonella. Pielonefritis, endokarditis, meningitis,
osteomielitis dan arthritis septik jarang terjadi pada hospes normal. Arthritis
septik dan osteomielitis lebih sering terjadi pada penderita hemoglobinopati.
(Behrman Richard, 1992)

1.2.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit
normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi
sekunder. Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid
terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya
leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam
typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas
normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada
komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah
leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah
sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan
khusus
3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila
biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam
typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa
faktor :
1) Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium
yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan

18
yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada
saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu
pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu
kambuh biakan darah dapat positif kembali.
3) Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat
menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan
bakteremia sehingga biakan darah negatif.
4) Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti
mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil
biakan mungkin negatif.
4. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat
dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari
uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien
yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi,
klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari
tubuh kuman).
2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari
flagel kuman).
3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari
simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan
titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita
typhoid.

19
Faktor – faktor yang mempengaruhi uji widal :
Faktor yang berhubungan dengan klien :
1) Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai
dalam darah setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya
pada minggu ke-5 atau ke-6.
3) Penyakit – penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat
menyertai demam typhoid yang tidak dapat menimbulkan antibodi
seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut.
4) Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat anti
mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.
5) Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut
dapat menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi
sistem retikuloendotelial.
6) Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan
kotipa atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O
biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer
aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab
itu titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang
mempunyai nilai diagnostik.
7) Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya :
keadaan ini dapat mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun
dengan hasil titer yang rendah.
8) Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin
terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang
bukan typhoid pada seseorang yang pernah tertular salmonella di masa
lalu.
Faktor-faktor Teknis:
1) Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung
antigen O dan H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu
spesies dapat menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies yang lain.

20
2) Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi
hasil uji widal.
3) Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada
penelitian yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen
dari strain salmonella setempat lebih baik dari suspensi dari strain lain.

1.2.8 Penatalaksanaan
1. Medis
Anti Biotik (Membunuh Kuman) :
1) Klorampenicol
2) Amoxicilin
3) Kotrimoxasol
4) Ceftriaxon
5) Cefixim

2. Antipiretik (Menurunkan panas) :


1) Paracetamol
Keperawatan:
1) Observasi dan pengobatan
2) Pasien harus tirah baring absolute sampai 7 hari bebas demam atau
kurang lebih dari selam 14 hari. MAksud tirah baring adalah untuk
mencegah terjadinya komplikasi perforasi usus.
3) Mobilisasi bertahap bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya
kekuatan pasien.
4) Pasien dengan kesadarannya yang menurun, posisi tubuhnya harus
diubah pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi
pneumonia dan dekubitus.
5) Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-
kadang terjadi konstipasi dan diare.
6) Diet:
(1) Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
(2) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.

21
(3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu
nasi tim
(4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari
demam selama 7 hari

1.3 Manajemen Asuhan Keperawatan Demam Typoid


1.3.1 Pengkajian
1. Identitas
Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pendidikan, no. Registerasi, status perkawinan, agama, pekerjaan,
tinggi badan, berat badan, tanggal MR.
2. KeluhanUtama
pada pasien Thypoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan
kembung, nafsu makan menurun, panas dan demam.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit Thypoid, apakah
tidak pernah, apakah menderita penyakit lainnya.
4. Riwayat Penyakit Sekarang
pada umumnya penyakit pada pasien Thypoid adalah demam,
anorexia, mual, muntah, diare, perasaan tidak enak di perut, pucat
(anemi), nyeri kepala pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor),
gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita
Thypoid atau sakit yang lainnya.
6. Riwayat psikososial
psiko sosial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien,
dengan timbul gejala-gejala yang dalami, apakah pasien dapat
menerima pada apa yang dideritanya.
7. Pola-Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola pesepsi dan tatalaksana kesehatan

22
perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah
dalam kesehatannya.

2. Pola nutrisi dan metabolisme

adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, lidah
kotor, dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat mempengaruhi status
nutrisi berubah.

3. Pola aktifitas dan latihan pasien akan terganggu aktifitasnya akibat


adanya kelemahan fisik serta pasien akan mengalami keterbatasan
gerak akibat penyakitnya.
4. Pola tidur dan aktifitas kebiasaan tidur

pasien akan terganggu dikarenakan suhu badan yang meningkat,


sehingga pasien merasa gelisah pada waktu tidur.

5. Pola eliminasi

kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi refensi bila dehidrasi karena
panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan.

6. Pola reproduksi dan sexual

pada pola reproduksi dan sexual pada pasien yang telah atau sudah
menikah akan terjadi perubahan.

7. Pola persepsi dan pengetahuan

perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi


pengetahuan dan kemampuan dalam merawat diri.

8. Pola persepsi dan konsep diri

didalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah


penyakitnya.

9. Pola penanggulangan stress

23
stres timbul apabila seorang pasien tidak efektif dalam mengatasi
masalah penyakitnya.

10. Pola hubungan interpersonil

adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan


interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan
perannya selama sakit.

11. Pola tata nilai dan kepercayaan

timbulnya distres dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan menjadi
cemas dan takut akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan
terganggu.

1.3.2 Pemeriksaan Fisik


1) Keadaan umum

biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, pucat,


mual, perut tidak enak, anorexia.

2) Kepala dan leher

kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal,


konjungtiva anemia, mata cowong, muka tidak odema, pucat/bibir
kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi pendengran
normal leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

3) Dada dan abdomen

Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen


ditemukan nyeri tekan.

4) Sistem respirasi

Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak
terdapat cuping hidung.

5) Sistem kardiovaskuler

24
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah
yang meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachiardi saat pasien
mengalami peningkatan suhu tubuh.

6) Sistem integumen

Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral


hangat.

7) Sistem eliminasi

Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih


pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). N ½ -1 cc/kg
BB/jam.

8) Sistem muskuloskolesal

Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak ada
gangguan.

9) Sistem endokrin

Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar toroid dan


tonsil.

10) Sistem persyarafan

Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam
penderita penyakit thypoid.

1.3.3 Diagnosa keperawatan


1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi Salmonella
Typhii
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan anoreksia
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/bedrest.
4. Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan
dengan pengeluaran cairan yang berlebihan (diare/muntah).

25
1.3.4 Intervensi dan Implementasi
2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi salmonella
typhii
Tujuan : suhu tubuh normal/terkontrol.
Kriteria hasil : Pasien melaporkan peningkatan suhu tubuh
Mencari pertolongan untuk pencegahan peningkatan suhu tubuh.
Turgor kulit membaik.
Intervensi :
1) Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang peningkatan
suhu tubuh.
Rasional: agar klien dan keluarga mengetahui sebab dari
peningkatan suhu dan membantu mengurangi kecemasan yang
timbul.
2) Anjurkan klien menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat
Rasional: untuk menjaga agar klien merasa nyaman, pakaian tipis
akan membantu mengurangi penguapan tubuh.
3) Batasi pengunjung.
Rasional: agar klien merasa tenang dan udara di dalam ruangan
tidak terasa panas.
4) Observasi TTV tiap 4 jam sekali
Rasional: tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui
keadaan umum pasien
5) 2,5 liter / 24 jam Anjurkan pasien untuk banyak minum, minum
Rasional: peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan
tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan
6) Memberikan kompres dingin
Rasional: untuk membantu menurunkan suhu tubuh

7) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik dan


antipiretik

26
Rasional: antibiotik untuk mengurangi infeksi dan antipiretik
untuk menurangi panas.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan anoreksia
Tujuan : Pasien mampu mempertahankan kebutuhan nutrisi adekuat
Kriteria hasil :
- Nafsu makan meningkat
- Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang
diberikan
Intervensi:
1) Jelaskan pada klien dan keluarga tentang manfaat makanan/nutrisi.
Rasional: untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi
sehingga motivasi untuk makan meningkat.
2) Timbang berat badan klien setiap 2 hari.
Rasional: untuk mengetahui peningkatan dan penurunan berat
badan.
3) Beri nutrisi dengan diet lembek, tidak mengandung banyak serat,
tidak merangsang, maupun menimbulkan banyak gas dan
dihidangkan saat masih hangat.
Rasional: untuk meningkatkan asupan makanan karena mudah
ditelan.
4) Beri makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
Rasional: untuk menghindari mual dan muntah.
5) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antasida dan nutrisi
parenteral.
Rasional: antasida mengurangi rasa mual dan muntah.
Nutrisi parenteral dibutuhkan terutama jika kebutuhan nutrisi per
oral sangat kurang.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/bed rest
Tujuan : pasien bisa melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS)
optimal.

27
Kriteria hasil : Kebutuhan personal terpenuhi
- Dapat melakukan gerakkan yang bermanfaat bagi tubuh..
Intervensi :
1) Beri motivasi pada pasien dan kelurga untuk melakukan
mobilisasi sebatas kemampuan (missal. Miring kanan, miring
kiri).
Rasional: agar pasien dan keluarga mengetahui pentingnya
mobilisasi bagi pasien yang bedrest.
2) Kaji kemampuan pasien dalam beraktivitas (makan, minum).
Rasional: untuk mengetahui sejauh mana kelemahan yang terjadi.
3) Dekatkan keperluan pasien dalam jangkauannya.
Rasional: untuk mempermudah pasien dalam melakukan aktivitas.
4) Berikan latihan mobilisasi secara bertahap sesudah demam hilang.
Rasional: untuk menghindari kekakuan sendi dan mencegah
adanya dekubitus.
5. Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan
dengan cairan yang berlebihan (diare/muntah)
Tujuan : tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan
Kriteria hasil : Turgor kulit meningkat Wajah tidak nampak pucat
Intervensi :
1) Berikan penjelasan tentang pentingnya kebutuhan cairan pada
pasien dan keluarga.
Rasional: untuk mempermudah pemberian cairan (minum) pada
pasien.
2) Observasi pemasukan dan pengeluaran cairan.
Rasional: untuk mengetahui keseimbangan cairan.
3) 2,5 liter / 24 jam. Anjurkan pasien untuk banyak minum
Rasional: untuk pemenuhan kebutuhan cairan.

4) Observasi kelancaran tetesan infuse.

28
Rasional: untuk pemenuhan kebutuhan cairan dan mencegah
adanya odem.
5) Kolaborasi dengan dokter untuk terapi cairan (oral / parenteral).
Rasional: untuk pemenuhan kebutuhan cairan yang tidak terpenuhi
(secara parenteral).

1.3.4 Evaluasi Keperawatan


Dari hasil intervensi yang telah tertulis, evaluasi yang diharapkan:
1. Diagnosa 1 : peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi
salmonella typhii
Evaluasi : suhu tubuh normal (36,5o C) atau terkontrol.
2. Diagnosa 2: gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.
Evaluasi : Pasien mampu mempertahankan kebutuhan nutrisi adekuat.
3. Diagnosa 3: intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/
bedrest
Evaluasi : pasien bisa melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
(AKS) optimal.
4. Diagnosa 4: gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan)
berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan
(diare/muntah)
Evaluasi : kebutuhan cairan terpenuhi

29
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
Pengkajian Tanggal,07 juni 2016
1. Identitas pasien
Nama Kepala Keluarga : Tn. Y
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Umur : 26 Tahun
Alamat : Jln. Lawu I
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : S1
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa

A. Daftar Anggota Keluarga


No Nama Jenis Hub. TTL / Pendidikan Pekerjaan
Kelamin dgn Umur
KK
1. Ny.I P 27 thn SMA SWASTA
2. Nn. L P Istri 4 thn SD PELAJAR
Anak

30
B. Genogram 3 (tiga) Generasi

C. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Tn. A termasuk tipe keluarga inti karena di dalamnya
terdiri dari ayah, ibu dan 1 orang anak.
D. Latar Belakang Keluarga
1. Latar Belakang Budaya Keluarga Dan Anggota Keluarga
Keluarga Tn. Y berasal dari suku jawa, tidak ada budaya yang khas
dalam keluarga. Kebiasaan dalam keluarga apabila ada yang sakit
langsung berobat ke puskesmas dan rumah sakit.
2. Bahasa Yang Digunakan
Bahasa yang digunakan keluarga Tn.Y sehari – hari adalahah
bahasa jawa dan bahasa Indonesia
3. Pengaruh Budaya Terhadap Kesehatan Keluarga
Tidak ada budaya yang mempengaruhi kesehatan keluarga Tn Y.
hanya percaya menurut Alqur’an saja dan ikut syariat saja.
E. Identifikasi Agama
Semua Anggota keluarga Tn.Y beragama islam.
F. Status Kelas Sosial
Tn. Y mengatakan penghasilan mampu mencukupi kebutuhan sehari –
hari, penghasilan Rp. 38.00.000,- / bulan.
G. Rekreasi Keluarga dan Pemanfaatan Waktu Luang
Tn. Y mengatakan memancing
2. Tahap perkembangan dan sejarah keluarga
1. Tahap Perkembangan dan Tugas Perkembangan Keluarga Saat Ini.
Tugas perkembangan keluarga Tn. Y yang belum terpenuhi adalah
perkembangan keluarga sudah terpenuhi,tinggal memenuhi kebutuhan
perkembangan individu sesuai kebutuhannya
2. Riwayat Kesehatan Keluarga Inti.
Tn.Y. mengatakan bahwa dirinya tidak mempunyai penyakit demam
thipoid sebelumnya,baru pertama kali ini saja.

31
3. Riwayat Kesehatan Keluaga Sebelumnya.
Tn. Y mengatakan tidak terdapat penyakit menular dalam keluarganya
3. Data lingkungan
1. Karakteristik Rumah (Disertai Denah Rumah dan Lingkungan Sekitar
Rumah)
Rumah keluarga Tn.Y berukuran kurang lebih 130 meter persegi,
mempunyai ruang tamu, satu ruang keluarga, satu kamar tidur, satu
dapur dan satu kamar mandi,tipe rumah permanen (BTN) milik
pribadi.
2. Karakteristik Tetangga Dan Komunitas
Keluarga Tn.Y tinggal di lingkungan yang cukup sunyi,tetapi letak
rumahnya tidak begitu ramai karena di belakang.interaksi keluarga
dengan tetangga cukup akrab,saling tolong menolong masih menjadi
kebiasaan di wilayah /antara anggota
3. Mobilitas Geografis Keluarga.
Tn. Y mengatakan tidak pernah berpindah – pindah rumah,keluarga
klien menempati rumahnya sudah 3 tahun,setelah menikah mereka
mempunyai tekat untuk membangun rumah sendiri kerena tidak mau
merepotkan orang tuanya.
4 Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Dengan Masyarakat.
Tn.Y mengatakan jarang mengikuti kegiatan pengajian yang
dilaksanakan di sekitar daerah rumahnya. Tn Y juga sering kumpul
bersama keluarga pada hari raya. Interaksi terjalin sangat baik antara
keluarga Tn. Y dan tetangganya.
5 Sistem Pendukung Keluarga.
Tn.Y mengatakan kalau ada masalah selalu di bicarakan dengan
istri,untuk menyelesaikan masalahnya,karena beliu menganggap
keluarga paling penting dalam kehidupanya
4. Struktur keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga
Tn. Y mengatakan komunikasi yang digunakan dalam kehidupan
sehari- hari biasanya menggunakan bahasa jawa,kadang bahasa

32
indonesia,komunikasi dalam keluarga sipatnya terbuka satu dengan
yang lainnya.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Tn. Y mengatakan bahwa yang mengambil keputusan dalam keluarga
ini baik pihak istri maupun suami keduanya saling menghargai dan
mendukung.
3. Struktur Peran
a. Tn. Y : sebagai kepala, sebagai bapak dari satu anaknya, mencari
nafkah untuk kebutuhan sehari – hari sebagai SWASTA
b. Ny. I : sebagai Ibu, mengatur dan mengurus rumah tangga,
mengurus anak dan bekerja sebagai ibu rumah tangga.
c. An. L : sebagai anak pertama, sebagai seorang pelajar.
4. Nilai – Nilai Keluarga
Tn.Y mengatakan tidak ada masalah dalam nilai dan norma keluarga
mereka menganut satu agama yang dijadikan kepercayaan dalam
keluarga menghargai dan mendukung.
5. Fungsi keluarga
1. Fungsi Afektif
Tn. Y selalu memberikan kasih sayang kepada semua anaknya dan
tidak membeda – bedakan. Di antara anggota keluarga satu sama
lainnya saling menyayangi. Hubungan keluarga terlihat harmonis dan
ikatan kekeluargaan sangat erat.
2. Funsi Sosialisai.
Seluruh anggota keluarga Tn. Y di antaranya anggota keluarga selalu
berinteraksi satu dengan yang lainnya,begitu pila berinteraksi dengan
anggota masyarakat lainya.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan
Tn. Y mengatakan tidak mengetahui banyak tentang penyakit yang di
alaminya. Keluarga Tn. Y tidak mengetahui bagaimana cara
merawatanya demam thipoid

33
4. Fungsi Reproduksi
Tn. Y mengatakan mempunyai anak satu dari Ny.I.Ny.I masih
menggunakan KB. KB yang di gunakan yaitu KB sunti
6. Pemeriksaan fisik
No Jenis Tn. Y Ny. I An. L
Pemeriksaan
1 Tanda – Kesadaran Kesadaran Kesadaran
tanda vital Composmentis Composmentis Composmentis
TD : 120/80 TD : 130/80 TD : –
mmHg. mmHg. Nadi : –
Nadi:80 Nadi:85 RR : –
x/menit. x/menit. Suhu : 36,80 C
RR:22 22 RR: 20
x/menit. x/menit.
Suhu : 370 C. Suhu 36,5 0 C.
2 Kepala Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala
tidak ada lesi tidak ada lesi tidak ada lesi
dan tidak ada dan tidak ada dan tidak ada
benjolan. Mata benjolan. Mata benjolan. Mata
tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis,
telinga tidak telinga tidak telinga tidak
ada serumen, ada serumen, ada serumen,
fungsi fungsi fungsi
pendengaran pendengaran pendengaran
baik, hidung baik, hidung baik, hidung
tidak ada tidak ada tidak ada
sekret, fungsi sekret, fungsi sekret, fungsi
penciuman penciuman penciuman
baik, gigi baik, gigi baik, gigi
tampak tampak sedikit tampak bersih,
kuning, bersih, mukosa bibir
mukosa bibir mukosa bibir lembab

34
lembab. lembab
3 Thorax dan Dada simetris, Dada simetris, Dada simetris,
fungsi frekuensi frekuensi bunyi dada
pernapasan napas napas vesikuler.
22x/menit, 20x/menit,
bunyi dada bunyi dada
vesikuler. vesikuler.
4 Kulit Kulit teraba Kulit teraba Kulit teraba
hangat, turgor hangat, turgor hangat, turgor
kulit elastic kulit elastis kulit
5 Ekstremitas Ekstremitas Ekstremitas Ekstremitas
atas dan atas dan atas dan atas dan bawah
bawah bawah tampak bawah tampak tampak normal,
normal, tidak normal, tidak tidak ada
ada edema, ada edema, edema, fungsi
fungsi fungsi pergerakan
pergerakan pergerakan baik
baik baik

7. Harapan keluarga
Tn. Y berharap bisa meningkatkan derajad hidup keluarganya dan derajad
kesehatan sehingga dapat hidup sejahtera
8. Analisa data
No. Data Masalah Penyebab
1. Ds: Ketidakmampuan
Tn. Y mengatakan selama 7 keluarga Ny. I
hari demam,oleh karena itu Hipertermi merawat anggota
keluarga di bawa ke Keluarga yang
puskesmas dan di periksa lab sakit khususnya
tn Y menderita penyakit Tn. Y
thipoid
Tn.Y mengatakan

35
demamnya muncul malam
hari
Do:
- Saat di kaji klien
tampak cemas
- TTV :
. TD: 120/80 mmHg
N : 80x/menit
RR: 22x/ menit
S: 370C
- Di peroleh hasil lab
Tanggal,06 juni 2016
Widal TyO :1/80
Type BO:1/8o

9. Masalah keperawatan keluarga


a. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Hipertermi berhubungan dengan ketidakmampuan merawat anggota
keluarga yang sakit khususnya Tn. Y

N Kreteri Nilai Bobot Scoring Pembenaran


1Sifat Masalah Masalah sudah terjadi penanganan
o aaaaaaa
.1. Aktual 3 segera agar tidak menimbulkan berbagai
1 x1=1
3
1 komplikasi dari thipoid
2. Resiko Tinggi 2

3. Potensial 1

36
2Kemungkinan 2 Kemungkinan masalah dapat di ubah
.Masalah untuk diubah 1 pada Tn.Y yaitu mengusahakan agar
𝑥2 = 1
2
1. Tinggi 1 adanya perawatan dirumah dengan
2 pemberian kompres untuk menurunkan
2. Sedang 0 suhu tubuh.

3Potensial untuk Potensial dapat di ubah tinggi karena


3. Rendah 3
.dicegah x1= 1 pendidikan keluarga jaga mendukung
3
1. Mudah dengan hadirnya perawat dalam keluarga
3 1 dalam menangani masalah klien.
2. Cukup
4Menonjolnya masalah 2 1 Keluarga menyadari mempunyai
.3.
1. Tidak Dapat
Masalah 2 2
x1 = 1 masalah kesehatan yang harus segera di
2
dirasakan, dan 1 tangani karena keluarga beranggapan
perlu penanganan bahwa kesehatan itu sangat mahal.
segera
2. Masalah
dirasakan, tidak 1
perlu ditangani
segera
3. Masalah tidak
dirasakan
Jumlah Skor: 0 4
10. Daftar keperawatan keluarga sesuai prioritas
1 Hipertermi berhubungan dengan ketidakmampuan merawat anggota
keluarga yang sakit khususnya Tn. Y

37
DAFTAR PUSTAKA

Aru W. Sudoyo.2009. Buku Ajar lmu Pnyakit Dalam. Ed V.Jilid III. Jakarta:
Interna Publishing

Dangoes Marilyn E. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC, Jakarta.

Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif .1999. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Jakarta: Media


Aesculapis

Nugroho, Susilo .2011. Pengobatan Demam Tifoid. Yogyakarta: Nuha Medika

Rahmad Juwono. 1996. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jakarta: FKUI

Suriadi & Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan pada anak. Jakarta : Cv Sagung
Seto

. Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC

38

Вам также может понравиться

  • Teknik Pengambilan Sampel
    Teknik Pengambilan Sampel
    Документ15 страниц
    Teknik Pengambilan Sampel
    Devara's Terza
    Оценок пока нет
  • Tanam Benang
    Tanam Benang
    Документ5 страниц
    Tanam Benang
    faridah
    Оценок пока нет
  • 05 Bab 3 Sampel
    05 Bab 3 Sampel
    Документ8 страниц
    05 Bab 3 Sampel
    faridah
    Оценок пока нет
  • 3b. Model Konseptual Kep Kes Kom
    3b. Model Konseptual Kep Kes Kom
    Документ25 страниц
    3b. Model Konseptual Kep Kes Kom
    Ikatan Perawat Maternitas Jatim
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan Hernia Inguinalis Lateralis
    Laporan Pendahuluan Hernia Inguinalis Lateralis
    Документ10 страниц
    Laporan Pendahuluan Hernia Inguinalis Lateralis
    Enniq Mazayudha
    78% (9)
  • Laporan Pendahuluan Kolelitiasis
    Laporan Pendahuluan Kolelitiasis
    Документ4 страницы
    Laporan Pendahuluan Kolelitiasis
    faridah
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan Kolelitiasis
    Laporan Pendahuluan Kolelitiasis
    Документ2 страницы
    Laporan Pendahuluan Kolelitiasis
    Yulianti Syamsu
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan
    Laporan Pendahuluan
    Документ15 страниц
    Laporan Pendahuluan
    faridah
    Оценок пока нет
  • Satuan Acara Penyuluhan
    Satuan Acara Penyuluhan
    Документ7 страниц
    Satuan Acara Penyuluhan
    faridah
    Оценок пока нет
  • Askep Endang Iccu HT Emergency
    Askep Endang Iccu HT Emergency
    Документ22 страницы
    Askep Endang Iccu HT Emergency
    faridah
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan
    Laporan Pendahuluan
    Документ15 страниц
    Laporan Pendahuluan
    faridah
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan
    Laporan Pendahuluan
    Документ15 страниц
    Laporan Pendahuluan
    faridah
    Оценок пока нет
  • LP Ca Paru Dan Ppok
    LP Ca Paru Dan Ppok
    Документ26 страниц
    LP Ca Paru Dan Ppok
    faridah
    Оценок пока нет
  • LP Asma
    LP Asma
    Документ19 страниц
    LP Asma
    faridah
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan
    Laporan Pendahuluan
    Документ15 страниц
    Laporan Pendahuluan
    faridah
    Оценок пока нет
  • LP Gastritis
    LP Gastritis
    Документ20 страниц
    LP Gastritis
    faridah
    Оценок пока нет
  • LP Keluarga
    LP Keluarga
    Документ10 страниц
    LP Keluarga
    faridah
    Оценок пока нет
  • Bab 2
    Bab 2
    Документ38 страниц
    Bab 2
    faridah
    Оценок пока нет
  • Format Intervensi KL
    Format Intervensi KL
    Документ6 страниц
    Format Intervensi KL
    faridah
    Оценок пока нет
  • Skip To Content
    Skip To Content
    Документ23 страницы
    Skip To Content
    faridah
    Оценок пока нет
  • Format Intervensi KL
    Format Intervensi KL
    Документ6 страниц
    Format Intervensi KL
    faridah
    Оценок пока нет
  • Bab 2
    Bab 2
    Документ38 страниц
    Bab 2
    faridah
    Оценок пока нет
  • Bab 2
    Bab 2
    Документ38 страниц
    Bab 2
    faridah
    Оценок пока нет
  • LP Asma
    LP Asma
    Документ19 страниц
    LP Asma
    faridah
    Оценок пока нет
  • Hiperemesis
    Hiperemesis
    Документ17 страниц
    Hiperemesis
    faridah
    Оценок пока нет
  • Pengkajian Gadar
    Pengkajian Gadar
    Документ25 страниц
    Pengkajian Gadar
    faridah
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Документ2 страницы
    Daftar Isi
    faridah
    Оценок пока нет
  • Asuhan Keperawatan
    Asuhan Keperawatan
    Документ25 страниц
    Asuhan Keperawatan
    ulva puspaningrum
    Оценок пока нет
  • LP Asma
    LP Asma
    Документ19 страниц
    LP Asma
    faridah
    Оценок пока нет