Вы находитесь на странице: 1из 3

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kondisi Umum Lahan


Petani jahe yang disurvey merupakan petani yang berperan langsung sebagai penadah jahe
dari petani jahe lain dengan skala besar maupun hanya tanaman samping. Nama petani yang
telah disurvey adalah Bapak Jono dengan alamat Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumi Aji,
Kota Batu. Lahan yang disurvey merupakan lahan kering yang bersistemkan irigasi tadah
hujan, dimana irigasi bergantung hanya pada hujan. Lahan yang disurvey mempunyai luasan
sekitar 0,5Ha dengan sistem penanaman yaitu jahe sebagai tanaman utama sedangkan apel
sebagai border crop (refurgia). Jahe yang ditanam oleh Bapak Jono dan kebanyakan
masyarakat Desa Sumbergondo adalah jahe dengan varietas jahe kerbau. Jarak tanam dari
tanaman jahe adalah 25x25cm per guludan. Gambar hasil survey dan Sketsa lanskap sebagai
berikut:

Gambar Aktual Lahan Jahe dan Gambar Sketsa Lahan Jahe Bapak Jono
3.2 Proses Budidaya
3.2.1. Persiapan Lahan dan Penanaman
Proses persiapan pada lahan jahe Bapak Jono yang pertama adalah pengolahan lahan
menggunakan cangkul. Pembuatan guludan juga dilakukan menggunakan cangkul.
Penanaman tanaman jahe dilakukan disaat mendekati musim hujan (1-2 bulan sebelum
musim hujan) di karenakan jahe yang dapat tumbuh optimal pada musim hujan.
Penanaman dilakukan dengan cara membenamkan rimpang jahe yang sudah disortir
kedalam guludan tanah yang telah dibuat sebelumnya. Umur penanaman jahe dari awal
tanam hingga siap panen membutuhkan sekitar 1 hingga 1.5 tahun untuk tanaman jahe
dengan varietas jahe kerbau.
3.2.2. Perawatan dan Pemupukan
Proses selanjutnya setelah proses persiapan lahan dan penanaman tanaman jahe
adalah perawatan dan pemupukan. Perawatan yang dilakukan oleh Bapak Jono adalah
dengan cara memonitoring lahan selama kurang lebih 3-4 minggu sekali untuk
dilakukannya penyiangan terhadap gulma. Sedangkan pemupukan dilakukan pada awal
tanam dan pertengahan masa tanam sekitar 4-5 bulan setelah tanam. Pupuk yang
digunakan adalah pupuk kandang dan tidak menggunakan pupuk kimia sama sekali.
Pada lahan jahe milik Bapak Jono, tidak mengalami permasalahan dengan hama jahe,
sehingga pada perawatannya sendiri tidak pernah menggunakan pestisida maupun
herbisida sendiri dalam penanganan gulma.
3.2.3. Pasca Panen
Pemanenan dilakukan dengan cara pembongkaran guludan tanah yang sudah
terdapat jahe yang berumur sekitar 1 hingga 1,5 tahun. Produktivitas panen selama 8
tahun terakhir terus mengalami peningkatan sekitar 0,5 – 0,75 ton pertahunnya atau per
masa panennya. Hasil panen pada 1 tahun lalu adalah sekitar 11 ton per 0,5 Ha lahan
yang dimiliki oleh Bapak Jono. Hasil panen dimasukkan kedalam karung goni dengan
memperhatikan kondisi karung yang tidak basah dan penyimpanan jahe tidak pada
tempat yang terlalu lembab, basah, akan tetapi tempat yang kering yang tidak secara
langsung terkena paparan sinar matahari. Hal ini mempunyai tujuan agar hasil panen
jahe tidak cepat membusuk. Hasil panen dijual langsung kepada tengkulak dengan
harga Rp 5000,00- / kilogram.
3.3 Permasalahan yang Timbul di Lahan dan Solusi
1. Permasalahan Rotasi Tanam
Tidak pernah dilakukannya rotasi tanam pada periode tanam selama 8 tahun menjadi
permasalahan yang harus diperhatikan karena penanaman secara monokultur terus
menerus akan menimbulkan masalah pada tanah maupun ekosistem.
Solusi yang dapat dilakukan untuk menangani hal ini adalah dengan cara pembenahan jarak
tanam dengan tujuan antar tanaman jahe tidak terlalu ketat dan tidak adanya persaingan hara
didalamnya. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan cara penambahan tanaman tumpang sari
yang dapat diaplikasikan secara langsung kedalam lahan. Tanaman tumpang sari dapat berupa
cover crop yaitu tanaman yang dapat menambat unsur tertentu, maupun tanaman produktif lain
yang dapat dikombinasikan dengan tanaman jahe. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
peningkatan produktivitas lahan tersebut sehingga petani tidak hanya menunggu tanaman utama
(jahe) untuk dipanen selama 1 hingga 1,5 tahun.
2. Permasalahan Gulma
Bakalan tanaman gulma berasal dan terbawa dari pupuk kandang yang digunakan sebagai
pupuk utama pada lahan jahe milik Bapak Jono. Hal ini memungkinkan karena ternak sendiri
adalah herbivora maupun pemakan biji bijan, sehingga kotoran yang digunakan menjadi pupuk
kandang banyak mengandung bakalan gulma pada lahan jahe yang diaplikasikan pupuk
kandang tersebut.
Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan cara penggunaan mulsa hitam perak (MPHP) pada
saat awal tanam dan penggunaan mulsa organik pada saat musim kemarau dengan tujuan untuk
menjaga kelembapan tanah serta menekan pertumbuhan gulma pada lahan jahe.

Menurut Lestari (2012), Kegiatan yang baik dan perlu dilakukan dalam konservasi
biodiversitas dengan memperhatikan sepuluh prinsip konservasi biodiversitas dalam lanskap
pertanian adalah sebagai berikut
Pengolahan Tanah yang Baik
Untuk mendapatkan kondisi tanah yang gembur dan subur, supaya akar tanaman jahe bisa tumbuh
dengan baik maka pasokan unsur hara harus terpenuhi. Pengolahan tanah juga tidak terlalu dalam
karena jahe mempunyai akar jahe serabut dengan panjang antara 13 – 21 cm.

DAFPUS
Lestari, A. 2012. Budidaya Brokoli (Brassica oleracea L.) di Desa Cibodas Kecamatan Lemabang
Kabupaten Bandung Barat. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Вам также может понравиться