Вы находитесь на странице: 1из 8

A.

KONSEP IMUNISASI PADA ANAK


1. Pengertian

Imunisasi adalah suatu proses untuk membuat sistem pertahanan tubuh kebal terhadap invasi
mikroorganisme (bakteri dan virus) yang dapat menyebabkan infeksi sebelum mikroorganisme
tersebut memiliki kesempatan untuk menyerang tubuh kita. Dengan imunisasi, tubuh kita akan
terlindung dari infeksi begitu pula orang lain karena tidak tertular kita.

2. Mekanisme Imunisasi Dalam Proses Pencegahan Penyakit

Imunisasi bekerja dengan cara merangsang pembentukan antibodi terhadap mikroorganisme


tertentu tanpa menyebabkan seseorang sakit terlebih dahulu. Vaksin, zat yang di gunakan untuk
membentuk imunitas tubuh, terbuat dari mikroorganisme ataupun bagian dari mikroorganisme
penyebab infeksi yang telah di matikan atau di lemahkan, sehingga tidak akan membuat penderita
jatuh sakit. Vaksin kemudian di masukan ke dalam tubuh yang biasanya melalui suntikan. Sistem
pertahanan tubuh kemudian akan bereaksi terhadap vaksin yang di masukan ke dalam tubuh
tersebut sama seperti apabila mikroorganisme menyerang tubuh dengan cara membentuk antibodi.
Antibodi kemudian akan membunuh vaksin tersebut layaknya membunuh mikroorganisme yang
menyerang tubuh.

Kemudian antibodi akan terus berada di peredaran darah membentuk imunitas. Ketika suatu
saat tubuh di serang oleh mikroorganisme yang sama dengan yang terdapat di dalam vaksin, maka
antibodi akan melindungi tubub dan mencegah terjadinya infeksi.

3. Tujuan Imunisasi

Tujuan di berikan imunisasi adalah di harapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga
dapat menurunkan angkat morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat
penyakit tertentu.

Pemberian imunisasi pada anak mempunyai tujuan agar tubuh kebal terhadap penyakit tertentu,
kekebalan tubuh juga dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya terdapat tingginya kadar
antibodi pada saat di laukukan imunisasi, potensi antigen yang di suntikan, waktu antara pemberian
imunisasi`

4. Jenis Imunisasi
a. Imunisasi Aktif

Imunisasi aktif adalah kekebalan tubuh yang di dapat seseorang karena tubuh yang secara akif
membentuk zat antibodi, contohnya : imunisasi polio atau campak. Imunisasi aktif juga dapat di
bagi menjadi 2macam :

1. Imunisasi aktif alamiah adalah kekbalan tubuh yang secara otomatis di peroleh sembuh dari
suatu penyakit.
2. Imunisasi aktif buatan adalah kekebalan tubuh yang di dapat dari vaksinasi yang di berikan
untuk mendapatkan perlindungan dari suatu penyakit.
b. Imunisasi Pasif
Adalah kekebalan tubuh yang di dapat seseorang yang zat kekebalan tubuhnya di dapat dari
luar. Contohnya : penyuntikan ATC ( Anti Tetanus Serum ) pada orang yang mengalami luka
kecelakaan. Contoh lain adalah : terdapat pada bayi yang baru lahir di mana bayi tersebut
menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah plasenta selama masa
kandungan, misalnya antibodi campak. Imunisasi pasif ini fi bagi yaitu :
1. Imunisasi pasif alamiah adalah antibodi yang di dapat seseorang karena di turunkan oleh
ibu yang merupakan orang tua kandung langsung ketika berada dalam kandungan.
2. Imunisasi pasif buatan adalah kekebalan tubuh yang di peroleh karena suntikan serum
untuk mencegah penyakit tertentu.
5. Penyakit Yang Dapat Dicegah Degan Imunisasi

Hingga saat ini terdapat 10 jenis vaksinasi yang dapat mencegah terjadinya infeksi pada anak,
yaitu : polio, campak, gondongan, rubella, ( campak Jerman ). Difteria, tetanus, batuk rejan (
pertutis), meningitis, cacar air, dan hebatisis B. Sedangkan terdapat 3 jenis vaksinasi yang dapat di
berikan pada kelompok anak – anak ataupun dewasa dengan resiko tinggi menderita infeski yaitu :
hepatitis A, flu ( influenza ), pneumonia.

6. Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Imnisasi

Keberhasilan imunisasi tergantung pada beberapa faktor, yaitu status imun host, faktor genetik
host, serta kualitas dan kuantitas vaksin.

Adanya antibodi spesifik pada host terhadap vaksin yang di berikan akan mempengaruhi
keberhasilan vaksinasi. Misalnya pada bayi yang semasa fetus mendapat antibodi maternal spesifik
terhadap virus campak, bila vaksinasi campak di berikan pada saat kadar antibodi spesifik campak
masih tinggi akan memberikan hasil yang kurang memuaskan. Demikian pula air susu ibu ( ASI ) yang
mengandung IgA sekretori ( sIgA ) terhadap virus polio dapat mempengaruhi keberhasilan vaksinasi
polio yang di berikan secara oral. Tetapi umunya kadar sIgA terhadap virus polio ASI sudah rendah
pada waktu bayi berumur beberapa bulan. Pada penelitian di sebagian Alergi – Imunologi, bagian
IKA FKUI atau RSCM, Jakarta ternyata sIgA polio sudah tidak di temukan lagi pada ASI setelah bayi
berumur 5bulan. Kadar sIgA tinggi terdapat pada kolostrum. Karena itu bila vaksinasi polio secara
oral di berikan pada masa kadar sIgA polio ASI masih tinggi, hendaknya ASI jangan di berikan dahulu
2jam sebelum dan sesudah vaksinasi.

Keberhasilan vaksinasi memerlukan maturitas imunologik. Pada bayi neonatus fungsi makrofag
masih kurang, terutama funsi mempresentasikan antigen karena ekspresi HLA masih kurang pada
permukaanya, selain deformabilitas membran serta respons kemotatik yang masih kurang. Kadar
komplemen dan aktivitas opsonim komplomen masih rendah, demikian pula aktivitas kemotatik
serta daya lisisnya. Fungsi sel Ts relatif lebih menonjol di banding pada bayi atau anak karena
memang fungsi imun pada masa intrauterin lebih di tekan pada toleransi, dan hal ini masih terlihat
pada bayi baru lahir. Pembentukan antibodi spesifik terhadap antigen tertentu masih kurang.
Vaksinasi pada neonatus akan memberikan hasil yang kurang di banding pada anak, karena itu
vaksinasi sebaiknya di tunda sampai bayi berumur 2 bulan atau lebih.

Status imun mempengaruhi pula hasil imunisasi. Individu yang mendapat obat imunosupresan,
atau menderita defisiensi imun kongental, atau menderita penyakit yang menimbulkan defisiensi
imun sekunder seperti pada penyakit leganasan, juga akan mempengaruhi keberhasilan vaksinasi,
bahkan adanya defisiensi imun merupakan indikasi kontra pemberian vaksin hidup karena dapat
menimbulkan penyakit pada individu tersebut. Vaksinasi pada individu yang menderita penyakit
infeksi sistemik seperti campak atau tuberkulosis militer akan mempengaruhi pula keberhasilan
vaksinasi.

Keadaan gizi yang buruk akan menurunkan fungsi sel sistem imun seperti mkrofag dan limfosit.
Imunitas selular menurun dan imunitas humoral spesifisitasnya rendah. Meskipun kadar globulin
normal atau bahkan meninggi, imunoglobulin yang terbentuk tidak dapat meningkat antigen dengan
baik karena terdapat kekurangan asam amino yang du butuhkan sntesis antibodi. Kadar komplemen
juga berkurang dan mobilisasi makrofag berkurang, akibatnya respons terhadap vaksin atau toksoid
berkurang.

7. Bagaimana Mendapat Hasil Yang Terbaik Imunisai ?

Imunisasi anak sedini mungkin. Setelah anak lahir, segera tanyakan atau mintalah jadwal
imunisasi dari Rumah Sakit, dokter atau bidan. Jangan tunggu anak bisa jalan, sudah bisa makan,
atau sudah umur setahun untuk di imunisasi. Imunisasi tepat waktu supaya anak bisa di imunisasi
tepat pada waktunya mintalah jadwal imunisasi. Tanyakan dan catat jenisnya imunisasi setelah anak
di imunisasi, tanyakan jadwal dan jenis imunisasi berikutnya.

8. Kontraindikasi Imunisasi

Vaksinasi pada umumnya adalah aman dan manfaat imunisasi jauh lebih banyak bila di
bandingkan dengan komplikasi yang mungkin terjadi, namun ada beberapa keadaan khusus yang
membuat anak – anak atau dewasa tidak boleh atau menunda diimunisasi.

Keadaan ini kita di sebut kontraindikasi. Kontaindikasi imunisasi adalah : secara umum ( berlaku
untuk semua vaksin ) : alergi terhadap vaksin (setelah vaksinasi pertama timbul reaksi alergi, bahkan
sampai syok ), alerfi terhadap zat lain yang terdapat di dalam vaksin ( antibotika yang terdapat di
dalam vaksin, oengawet dan lain – lain ), sakit sedang atau berat, dengan atau tanpa demam ( sakit
akur ringan dengan atau tanpa demam bahkan indikasi kontra imunisasi ). Secara ihusus ( untuk
beberapa vaksin ) Imunodefisiensi ( keganasan darah atau tumor padat, terapi dengan obat – obatan
yang menurubkan daya tahan tubuh seperti kortikosteroid ( prednisone, metil prednisolon ) jangka
panjang > imunisasi polio oral, MMR, varisela infeksi HIV ( polio oral dan varisela ) atau kontak HIV
serumah ( polio oral ) Imunodefisiensi ( gangguan kekebalan tubuh ) penghuni rumah > polio oral
kehamilan > MMR varisela ( tapi bila ibunya yang hamil, tidak apa –apa bila anaknya di imunisasi ).

9. Apa Yang Harus Dilakukan Jika Seseorang Anak Terlambat Mendapatkan Imunisasi /

Jika anak belum mendapatkan imunisasi sama sekali, segeralah rencanakan untuk memulai
pemberian imunisasi. Tenaga medis akan memberikan vaksinasi sesuai umur anak saat ini, yang
jadwalnya biasanya berbeda dengan jadwal anak yang mendapat imunisasi sesuai dengan ketentuan
umur.

Pemberian yang terlambat tidak akan mengurangi efektivitas vaksinasi untuk membentuk
imunitas tubuh, hanya saja anak tidak mendapatkan perlindungan terhadpa penyakit infeksi sedini
mungkin.
Begitu pula apabila anak tidak lengkap mendapatkanya vaksinasi, segeralah lengkapi sesuai
jadwal tanpa harus memulainya dari awal lagi. Sebenarnya, imunisasi di Indonesia secara teratur di
mulai sejak tahun 1956 sehingga indonesia do nyatakan bebas cacar oleh organisasi kesehatan dunia
( WHO ) pada tahun 1974. Tahun 1977 WHO memulai program imunisasi yang di Indonesia di sebut
program pengembangan imunisasi ( PPI ).

Pemerintah sebenarnya tidak mewajibkan berbagai jenis imunisasi harus di lakukan semua.
Hanya lima jenis imunisasi pada anak do bawah satu tahun harus di lakukan, yakni BCG ( bacillus
calmetteguerin ), DPT ( difteri pertutis tetanus ), polio, campak dan hepatitis B.

B. Jenis Imunisasi Dasar, Cara, Tempat Dan Jadwal Pemberian

Jenis imunisasi

Imunisasi BCG di lakukan sekali pdada bayi usia 0 – 11 bulan, lalu DPT di berikan tiga kali
pada bayi usia 2 – 11 bulan dengan interval minimal empat minggu. Imunisasi polio di berikan empat
kali pada bayi 0 – 11 bulan dengan interval minimal empat minggu. Sedangkan campak di berikan
satu kali pada bayi usia 9 – 11 bulan. Terakhir, imunisasi hepatitis B harus di berikan tiga kali pada
bayi usia 1 – 11 bulan dengan interval minimal empat minggu.

Jika ingin lebih teliti lagi, masih ada imunisasi yang harus di lakukan, yakni imunisasi tetanus
toxoid ( TT ). Jenis imunisasi ini minimal di lakukan lima kali seumur hidup untuk mendapatkan
kekebalan penuh. Imunisasi TT yang pertama bisa di lakukan kapan saja, misalnya sewaktu remaja.
Lalu TT2 di lakukan sebulan setelah TT1 ( dengan perlindungan tiga tahun )`

Tahap berikutnya adalah TT3, di lakukan enam bulan setelah TT2 ( perlindungan enam tahun
), kemudian TT4 di berikan satu tahun setelah TT3 ( perlindungan 10 tahun ) dan TT5 di berikan
setahum setelah TT4 ( perlindungan 25 tahun ). Oleh karena imunisasi TT ini kerap di abaikan,
pemerintah biasanya menganjurkan imunisasi TT di lakukan pada calom suami istri sebagai
kelengkapan mendapatkan surat nikah. Imunisasi sangat berguna untuk melindungi bayi yang
nantinya akan di lahirkan. Setelah mendapatkan suntikan oertama menjelang pernikahan, imunisasi
TT tetap di lanjutkan hingga 5 kali.

Inilah 5 jenis imunisasi yang wajib di peroleh bayi sebelum usia setahun. Penyakit – penyakit
yang hendak di cekalnya memiliki angka kesakitan dan kematian yang tinggi, selain bisa
menimbulkan kecacatan.

1. Imunisasi BCG

Ketahanan terhadap penyakit TB ( tuberkulosis ) berkaitan dengan keberadaan virus tubercle


bacili yang hidup di dalam darah. Itulah mengapa agar memiliki kekebalan aktif, di masukanlah jenis
basil tak berbahaya ini ke dalam tubuh, yaitu vaksinasi BCG ( Bacillius Calmette – Guerin ).

Seperti yang di ketahui di indonesia termasuk negara edemis TB ( penyakit TB terus – menerus
ada sepanjang tahun ) dan merupakan salah satu negara dengan penderita TB tertinggi di dunia. TB
di sebabkan kuman Mikrobacterium tuberculosis, dan mudah sekali menular melalui dorplet, yaitu
butiran air di udara yang terbawa keluar saat penderita batuk, nernapas ataupun bersin. Jelasanya
antara lain : berat badan anak susah bertambah, sulit makan, mudah sakit, natuk berulang, demam
dan berkeringat di malam hari, juga diare persisten. Masa inkubasi TB rata – rata berlangsung antara
8 – 12 minggu.

untuk mendiagnosis anak terkena TB atau tidak, perlu di lakukan tes rontgen untuk mengetahui
adanya flek, tes Mantoux untuk mendeteksi peningkatan kadar sel darah putih, dan tes darah untuk
mengetahui ada tidak gangguan laju endap darah. Bahkan, dokterpun perlu melakukan wawancara
untuk mengetahui apakah sikecil pernah atau tidak, berkontak dengan TB. Jika nak positif tekena TB
dokter akan memberikan obat antibiotik khusus TB yang harus di minum dalam jangka panjang,
minimal 6 bulan. Lama pengobatan tak bisa di perpendek karena bakteri TB tergolong sulit mati dan
ebagian ada yang “ tidur “ . karenanya, mencegah lebih baik dari pada mengobati. Selain
menghindari anak berkontak dengan penderita TB, juga meningkatkan daya tahan tubuhnya yang
salah satunya melalui pemberian imnunisasi BCG.

a. Jumlah pemberian

Cukup 1kali saja, tak perlu di ulang ( booster ). Sebab, vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga
antibodi yang di hasilkanya tinggi terus. Berbeda dengan vaksin berisi kuman mati, hingga
memerlukan pengulangan. Jumlah pemberian intradermal 0,05ml dan 0,1ml.

b. Usia pemberian

Di bawah 2bulan. Jika baru di berika baru setelah usia 2bulan, di sarankan test mantaux atau
tuberculin dahulu untuk mengetahui apakah si bai sudah kemasukan kuman mikobakterium
tubekulosis atau belum.

c. Lokasi penyuntikan

Lengan kanan atas , sesuai anjuran WHO. Meski ada juga petugas medis yang melakukan
penyuntikan di paha.

d. Efek samping

Umumnya tidak ada. Namun ada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar getah bening di
ketiak atau leher bagian bawah.

e. Tanda keberhasilan

Muncul bisul kecil dan bernanah di daerah bekas suntikan setelah 4 – 6 minggu. Tidak
menimbulkan nyeri dan tak di iringi panas. Bisul akan sembuh sendiri dan meninggalkan luka parut.

Jikapun bisul tak muncul, tak usah cemas. Bisa saja di karenakan cara penyuntikan yang salah.
Mengingat cara menyuntikanya perlu keahlian khusus karena vaksin harus masuk ke dalam kulit.

f. Kontaindikasi
Tak dapat di berikan pada anak yang berpenakit TB atau menunjukan mantaoux positif.
2. Imunisasi hebatitis B

Lebih dari 100 negara memasukan vaksinisasi ini dalam program nasionalnya. Apalagi indonesia
yang termasuk negara endemis tinggi penyakit hepatiis. Jika menyerang anak, penyakit yang di
sebabkan virus ini sulit di sembuhkan. Bila sejak lahir telah terinveksi virus hebatitis B, dapat
menyebabkan kelainan- kelainan yang di bawanya terus hingga dewasa. Sangat mungkin terjadi
sirosis atau pengerutan hati. Bahkan yang lebih buruk bisa mengakibatkan kanker hati.

Banyak jalan masuknya virus hepatitis B ke tubuh sikecil. Yang potensial melalui jalan lahir. Bisa
sejak dalam kandungan sudah tertular dari ibu yang emengidap hepatitis B atau saat proses
kelahiran. Cara lain melalui kontak dengan cara penderita, misalnya transfusi darah. Bisa juga
melalui alat – alat medis yang sebelumnya telah terkontaminasi darah dari penderita hepatitis B,
seperti jarum suntik yang tidak steril atau peralatan yang ada di klinik gigi.

Malangnya, tak ada gejala khas yang tampak secara kasat mata. Bahkan oleh dokter sekalipun.
Fungsi hati kadang tak terganggu meski sudah mengalami sirposis. Tidak cuma itu, anak juga terlihat
sehat nafsu ,makanya baik, berat tubuhnyapun naik dengan bagus pula. Penyakitnya baru ketahuan
setelah di lakukan pemeriksaan darah. Gejala baru tampak begitu hati si penderit tak mampu lagi
mempertahankan metabolismenya.

Upaya pencegahan adalah langkah terbaik. Jika ada salah satu anggota keluarga yang di curigai
kena virus hepatistis B biasnya di lakukan screning terhadap anak – anaknya untuk mengetahui
apakah membawa virus atau tidak. Selain itu, imunisasi merupakan langkah efektif untuk mencegah
masuknya VHB.

a. Jumlah pemberian

Sebanyak 3x, dengan inteval 1bulan antara suntikan pertama dan kedua, kemudian 5bulan
antara suntikan ke2 dan ke3. Jumlah pemberian : Hevac B = 2,5 ug, Hepaccin = 1,5 ug, B- Hepavac =
10ug, Engerix – B = 10ug. Lokasi pemberian di detoit atau paha anterolateral

b. Usia pemberian

Sekurang – kurangnya 12 jam setelah lahir dengan syarat kondisi bayi stabil, tak ada gangguan
pada paru – paru dan janin di lanjutkan pada usia 1bulan dan usia antara 3 – 6 bulan.

c. Lokasi penyntikan

Pada anak di lengan dengan cara intramuskuler. Sedangkan pada bayi di paha lewat
anterolateral (artero = otot-otot dibagian depan; lateral : otot-otot bagian luar). Penyuntikan
pada bagian bokong tidak diajurkan karena bisa mengurangi efektivitras vaksin.

d. Efek samping
Umumnya tidak terjadi. Jika pun ada (kasusnya sangat jarang), berupa keluhan nyeri pada
bekas suntikan,yang disusul demam ringan dan pembengkakan. Dan reaksi hilang dalam
beberapi hari.

e. Tanda keberhasilan
Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Namun dapat dilakukan pengukuran
keberhasilan melalui pemeriksaan darah dengan pengecekan kadar hepatitis B nya setelah
anak berusia setahun. Bila kadarnya diatas seribu, berartti daya tahannya 8 tahun sedangkan
diatas 500 tahan 5 tahun, dan diatas 200 tahan 3 tahun. Tetapi kalau angkanya Cuma 100,
maka dalam setahun akan hilang. Sementara bila angkanya 0 berarti si bayi harus disuntik
ulang 3 kali.
f. Tingkat Keberhasilan
Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya, setelah 3 kali disuntikan, lebih dari 95% bayi
mengalami respon imun yang cukup.
g. Indikasi
Tak dapat diberikan pada anak yang menderita sakit berat.
3. Imunisasi Polio
Belum ada pengobatan efektif untuk membasmi polio. Penyakit yang dapat menyebabkan
kelumpuhan ini, disebabkan virus polio-myelitis yang sangat menular. Penularan bisa lewat
makanan atau minuman yang tercemar virus polio. Bisa juga lewat percikan ludah atau air
liur penderita polio yang masuk kemulut orang sehat.
Masa inkubasi virus polio antara 6-10 hari. Setelah demam selama 2-5 hari,
umumnya akan mengalami kelumpuhan mendadak pada salah satu anggota gerak. Namun
tak semua orang yang terkena virus polio akan mengalami kelumpuhan, tergantung
keganasan virus polio yang menyerang dan daya tahan tubuh si anak. Nah, imunisasi polio
akan memberikan kekebalan terhadap serangan virus polio.
a. Jumlah pemberian
Jumlah pemberian yakni 0,5 mL subkutan.
b. Usia pemberian
Saat lahir (0 bulan), dan berikutnya di usia 2,4,6 bulan. Dilanjutkan pada usia 18 bulan
dan 5 tahun. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio bersamaan dengan vaksin DTP.
c. Cara pemberian
Bisa lewat suntikan, atau lewat mulut.
d. Efek samping
Hampir tak ada. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan, dan
sakit otot. Kasusnya pun sangat jarang.
e. Tingkat kekebalan
Dapat mencekal sampai 90%.
f. Kontr Indikasi
Tak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit akut atau demam tinggi (diatas
38o C) ; muntah atau diare, penyakit kanker atau keganasan (HIV/AIDS); sedang
menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum; serta anak dengan
mekanisme kekebalan terganggu.
4. Imunisasi DTP
a. Usia dan jumlah pemberiamn :
Sebanyak 5 kali; 3 kali di usia bayi (2,4,6 bulan), 1 kali di usia 18 bulan, dan 1 kali di usia 5
tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun, di berikan imunisasi TT.
b. Efek samping
Umumnya muncul demam yang dapat diatasi dengan obat penurun panas. Jika demam
tinggi dan tak kunjung reda setelah 2 hari, segera bawa si kecil ke dokter. Namun jika
demam tak muncul bukan berarti imunosasi gagal, bisa saja kualitas vaksinnya jelek.
c. Kontra indikasi
Tak dapat di berikan kepada mereka yang kejangnya disebabkan suatu penyakit seperti
epilepsi, menderita kelainan syaraf yang betul- betul berat atau habis riwayat karena
infeksi otak, dan yang alergi terhadap DTP.
5. Imunisasi campak
Penularan campak terjadi lewat udara atau butiran halus air ludah penderita yang terhitup
melalui hidung atau mulut. Masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari, gejala sulit
dideteksi setelah itu barulah muncul gejala flu (batuk,pilek, demam) mata kemerahan dan
berair, si kecil piun merasakan silau saat melihat cahaya. Kemudian, di sebelah dalam mulut
muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa anak juga mengalami diare
1-2 hari kemudian demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5o C.
a. Usia dan jumlah pemberian :
Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun. Dianjurkan, pemberian
campak 1 sesuai jadwal. Selain antibodi dari si ibu sudah menurun di usia 9 bulan,
penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai 12 bulan belum
mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus di imunisasi MMR.
b. Efek samping
Umumnya tidak ada. Pada beberapa anak, bisa menyebabkan demam dan diare namun
kasusnya sangat kecil. Biasanya demam berlangsung seminggu. Kadang juga terdapat
efek kemerahan mirip campak selama 3 hari.

Вам также может понравиться

  • Askep Mastitis
    Askep Mastitis
    Документ32 страницы
    Askep Mastitis
    Dita Oktaviana Mentari
    89% (9)
  • Bab I
    Bab I
    Документ22 страницы
    Bab I
    wahyu yosia
    Оценок пока нет
  • Anatomi Sistem Kardiovaskuler
    Anatomi Sistem Kardiovaskuler
    Документ9 страниц
    Anatomi Sistem Kardiovaskuler
    wahyu yosia
    Оценок пока нет
  • Anatomi Sistem Endokrin
    Anatomi Sistem Endokrin
    Документ5 страниц
    Anatomi Sistem Endokrin
    wahyu yosia
    Оценок пока нет
  • Anatomi Sistem Muskuloskeletal
    Anatomi Sistem Muskuloskeletal
    Документ9 страниц
    Anatomi Sistem Muskuloskeletal
    wahyu yosia
    Оценок пока нет
  • Sindrom Klinis Dan Terapi
    Sindrom Klinis Dan Terapi
    Документ2 страницы
    Sindrom Klinis Dan Terapi
    wahyu yosia
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ12 страниц
    Bab I
    wahyu yosia
    Оценок пока нет
  • Sindrom Nefrotik
    Sindrom Nefrotik
    Документ10 страниц
    Sindrom Nefrotik
    wahyu yosia
    Оценок пока нет
  • Askep
    Askep
    Документ6 страниц
    Askep
    wahyu yosia
    Оценок пока нет
  • Soal Kel 3
    Soal Kel 3
    Документ2 страницы
    Soal Kel 3
    wahyu yosia
    Оценок пока нет
  • K 3
    K 3
    Документ17 страниц
    K 3
    wahyu yosia
    Оценок пока нет
  • Lesi
    Lesi
    Документ5 страниц
    Lesi
    wahyu yosia
    Оценок пока нет
  • Os
    Os
    Документ12 страниц
    Os
    wahyu yosia
    Оценок пока нет
  • Aaaaaaaaaa
    Aaaaaaaaaa
    Документ19 страниц
    Aaaaaaaaaa
    wahyu yosia
    Оценок пока нет
  • Hemoragic Ante Partum
    Hemoragic Ante Partum
    Документ1 страница
    Hemoragic Ante Partum
    wahyu yosia
    Оценок пока нет
  • Christy
    Christy
    Документ5 страниц
    Christy
    wahyu yosia
    Оценок пока нет
  • Intervensi KKP Dari Nomor 29-38
    Intervensi KKP Dari Nomor 29-38
    Документ10 страниц
    Intervensi KKP Dari Nomor 29-38
    wahyu yosia
    Оценок пока нет
  • Makalah Hospitalisasi
    Makalah Hospitalisasi
    Документ15 страниц
    Makalah Hospitalisasi
    wahyu yosia
    Оценок пока нет
  • Patoflow HG
    Patoflow HG
    Документ2 страницы
    Patoflow HG
    wahyu yosia
    Оценок пока нет
  • Ispa
    Ispa
    Документ10 страниц
    Ispa
    wahyu yosia
    Оценок пока нет
  • Ispa
    Ispa
    Документ10 страниц
    Ispa
    wahyu yosia
    Оценок пока нет
  • Konsep pastoral care dan perawatan pasien terminal
    Konsep pastoral care dan perawatan pasien terminal
    Документ5 страниц
    Konsep pastoral care dan perawatan pasien terminal
    wahyu yosia
    Оценок пока нет
  • Dermatitis
    Dermatitis
    Документ33 страницы
    Dermatitis
    wahyu yosia
    Оценок пока нет
  • Askep Gonore
    Askep Gonore
    Документ3 страницы
    Askep Gonore
    wahyu yosia
    Оценок пока нет
  • Format Pengkajian Keluarga
    Format Pengkajian Keluarga
    Документ27 страниц
    Format Pengkajian Keluarga
    wahyu yosia
    Оценок пока нет
  • Sap Maternitas
    Sap Maternitas
    Документ5 страниц
    Sap Maternitas
    wahyu yosia
    Оценок пока нет
  • Lesi
    Lesi
    Документ5 страниц
    Lesi
    wahyu yosia
    Оценок пока нет
  • Hospitalisasi
    Hospitalisasi
    Документ11 страниц
    Hospitalisasi
    wahyu yosia
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ12 страниц
    Bab I
    wahyu yosia
    Оценок пока нет
  • Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang
    Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang
    Документ17 страниц
    Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang
    wahyu yosia
    Оценок пока нет