Вы находитесь на странице: 1из 22

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELLITUS

Disusun Oleh :
ADE IMA NOVIKASARI
P17420210001

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2012
KONSEP DASAR MEDIS

A. PENGERTIAN

1. Diabetes Melitus ialah suatu penyakit metabolik yang menyebabkan gangguan pada
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein sebagai akibat kekurangan insulin yang
efektif. (FKUI, 1988).
2. Diabetes Melitus adalah suatu penyakit yang disebabkan berkurangnya sekresi atau
penggunaan insulin yang mengakibatkan hiperglikemia, glikosuria dan ketosin. (John
Rendle, 1994).
3. Diabetes Melitus adalah gangguan yang melibatkan metabolisme karbohidrat primer
dan ditandai dengan defisiensi (relatif/absolute) dari hormon insulin. (Dona L. Wong,
2003)
4. Diabetes Melitus adalah suatu penyakit gangguan pada endokrin yang merupakan
hasil dari proses destruksi sel pankreas sehingga insulin mengalami kekurangan.
(Suriadi. 2001).
5. Diabetes mellitus klinis adalah suatu sindroma gangguan metabolisme dengan
hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin
atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya (Greenspan dan
Baxter, 1998:754).
6. Diabetes mellitus adalah gangguan metabolik kronis yang tidak dapat disembuhkan
tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikan dengan hiperglikemia karena defisiensi
insulin atau ketidakadekutan penggunaan insulin. (Engram , 1999:532)
7. Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan komplikasi kronik pada
mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam
pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani, &
Setiowulan, 1999:580).
8. Diabetes mellitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh ketiadaan absolut
insulin atau insensitivitas sel terhadap insulin. (Corwin, 2001:542)
9. Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Smeltzer dan Bare,
2002:1220)
B. PENYEBAB DAN KLASIFIKASI
Menurut Smeltzer dan Bare (2002:1220), klasifikasi dari Diabetes Mellitus yaitu:
1. Tipe I: Diabetes Mellitus tergantung insulin (insulin-dependent diabetes
mellitus [IDDM])
2. Tipe II: Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (non insulin-dependent
diabetes mellitus [NIDDM])
3. Diabetes mellitus gestasional (gestasional diabetes mellitus)
4. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
Menurut Corwin (2001:542-546) penyebab dari diabetes mellitus antara lain :
1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (insulin dependent diabetes mellitus
(IDDM))
Diabetes tipe I diperkirakan timbul akibat destruksi autoimun sel-sel beta
pulau Langerhans yang dicetuskan oleh lingkungan. Serangan autoimun dapat
timbul setelah terinfeksi virus misalnya mumps (gondongan), rubella,
sitomegalovirus kronik, atau setelah pajanan obat atau toksin (misalnya golongan
nitrosamin yang terdapat pada daging yang diawetkan). Pada saat diagnosis diabetes
tipe I ditegakkan, ditemukan antibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans pada
sebagian besar pasien.
2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (non-insulin dependent diabetes
mellitus (NIDDM))
Diabetes mellitus tipe II tampaknya berkaitan dengan kegemukan. Selain itu,
pengaruh genetik yang menentukan kemungkinan seseorang mengidap penyakit ini
cukup kuat. Diperkirakan bahwa terdapat suatu sifat genetik yang yang belum
teridentifikasi yang menyebabkan pankreas mengeluarkan insulin yang berbeda atau
menyebabkan reseptor insulin atau perantara kedua tidak dapat berespon secara
adekuat terhadap insulin. Juga mungkin terdapat kaitan genetik antara kegemukan
dan rangsangan berkepanjangan reseptor-reseptor insulin. Rangsangan
berkepanjangan atas reseptor-reseptor tersebut dapat menyebabkan penurunan
jumlah rsesptor insulin yang terdapat di sel-sel. Hal ini disebut docunregulation.
Mungkin pula bahwa individu yang menderita diabetes tipe II menghasilkan
otoantibodi insulin yang berkaitan dengan reseptor insulin, menghambat akses
insulin yang berkaitan dengan reseptor insulin, menghambat akses insulin ke
reseptor, tetapi tidak merangsang aktivitas pembawa. Individu tertentu yang
menderita diabetes tipe II pada usia muda dan memiliki berat normal atau kurus
tampaknya mengidap diabetes yang lebih erat kaitannya dengan suatu sifat yang
diwariskan.
3. Diabetes mellitus Gestasional ( Gestasional Diabetes mellitus (GDM))
Penyebab diabetes gestasional dianggap berkaitan dengan peningkatan
kebutuhan energi dan kadar estrogen dan hormon pertumbuhan yang terus menerus
tinggi selama kehamilan. Hormon pertumbuhan dan estrogen merangsang
pengeluaran insulin dan dapat menyebabkan penurunan responsivitas sel. Hormon
pertumbuhan memiliki beberapa efek anti-insulin, misalnya perangsangan
glikogenolisis (penguraian glikogen) dan penguraian jaringan lemak. Semua faktor
ini mungkin berperan menimbulkan hiperglikemia pada diabetes gestasional.
4. Diabetes mellitus terkait Malnutrisi ( DMTM)
Jenis ini sering ditemukan di daerah tropis dan negara berkembang. Bentuk ini
biasanya disebabkan oleh adanya malnutrisi disertai kekurangan protein yang nyata.
Diduga zat sianida yang terdapat pada cassava atau singkong yang menjadi sumber
karbohidrat di beberapa kawasan di Asia dan Afrika berperan dalam patogenesisnya.

C. FAKTOR PENCETUS
Menurut Waspadji, Sukardji & Octarina (2002:3), faktor pencetus terjadinya diabetes
mellitus yaitu :
1. Adanya infeksi cvirus (pada DM tipe I)
2. Kegemukan
3. Pola makan yang salah
4. Minum oobat yang dapat menaikkan kadar glukosa darah
5. Proses menua
6. Stress, dan lain-lain.

D. PATOFISIOLOGI
Seperti suatu mesin, badan memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan
mengganti sel yang rusak. Di samping itu badan juga memerlukan energi supaya sel
badan dapat berfungsi dengan baik. Energi pada mesin berasal dari bahan bakar yaitu
bensin. Pada manusia bahan bakar itu berasal dari karbohidrat (gula dan tepung-
tepungan), tepung (asam amino) dan lemak(asam lemak). Dalam proses metabolisme
insulin memegang peran yang sangat penting yaitu bertugas memasukkan glukosa
kedalam sel untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Insulin ini adalah
suatu zat atau hormone yang dikeluarkan oleh sel beta di pancreas. Insulin yang
dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat
membuka pintu masuknya glukosa dalam sel, untuk kemudian di dalam sel glukosa itu
dimetabolisasi menjadi tenaga. Bila insulin tidak aktif glukosa tidak dapat masuk sel
dengan akibat glukosa akan tetap berada di dalam pembuluh darah yang artinya
kadarnya di dalam darah meningkat. Dalam keadaan seperti itu badan akan menjadi
lemah tidak ada sumber enegri di alama sel. Inilah yang terjadi pada Diabetes Mellitus
tipe I atau IDDM (insulin dependent diabetes mellitus). Pada Diabetes Mellitus tipe II
atau IDDM (non-insulin dependent diabetes mellitus) jumlah insulin normal, malah
mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel
yang kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang-lubang kunci pintu
masuk ke dalam sel.
Pada keadaan tadi jumlah lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun
anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka
glukosa yang masuk sel akan sedikit, sehingga akan kekurangan bahan bakar (glukosa)
dan glukosa didalam pembuluh darah meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama
dengan pada DM tipe I. perbedaannya adalah DM tipe II di samping kadar glukosa
tinggi, juga kadar insulin tinggi atau normal. Keadaan ini disebut resistensi insulin.
Penyebab resistensi insulin pada DM tipe II sebenarnya tidak begitu jelas,
tetapi faktor-faktor di bawah ini banyak berperan:
 Diit tinggi lemak dan rendah karbohidrat
 Kurang gerak badan
 Faktor keturunan(herediter)

E. MANIFESTASI KLINIK
Gambaran klinis penyakit diabetes mellitus menurut Corwin (2001) antara lain :
1. Poliuria ( peningkatan pengeluaran urin )
Perubahan yang utama akibat hiperglikemia adalah hiperosmolalitas.
Peningkatan konsentrasi glukosa darah dan osmolalitas darah menimbulkan
dehidrasi. Apabila konsentrasi glukosa darah melebihi ambang batas ginjal maka
terjadi diuresis osmotik. Diuresis osmotik inilah yang menimbulkan peningkatan
pengeluaran urin (poliuria).
2. Polidipsia (peningkatan rasa haus )
Polidipsia terjadi akibat volume urin yang sangat besar dan keluarnya air
yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi
ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien
konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrai intrasel merangsang
pengeluaran Anti Diuretik Hormon (ADH) dan menimbulkan rasa haus.
3. Rasa lelah dan kelemahan otot
Rasa lelah dan kelemahan otot terjadi akibat katabolisme protein di otot dan
ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.
Gangguan aliran darah yang dijumpai pada klien diabetes lama juga berperan
menimbulkan kelelahan.
4. Polifagia (peningkatan rasa lapar )
Polifagia terjadi akibat kehilangan kalori dan starvasi seluler, sehingga
selera makan menjadi meningkat dan orang akan menjadi sering makan
( polifagia/Polipagia ).
5. Peningkatan angka infeksi
Peningkatan angka infeksi terjadi akibat peningkatan konsentrasi glukosa di
sekresi mukus, gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada penderita
diabetes kronik.
Menurut Mansjoer, dkk (1999) gejala yang khas pada penderita diabetes
mellitus berupa polifagia, poliuria, polidipsia, lemas dan berat badan menurun.
Gejala yang mungkin dimunculkan klien adalah kesemutan, gatal, mata kabur, dan
impotensi pada pria serta pruritus vulva pada wanita.
Sedangkan menurut Tjokroprawiro (2001) membagi gejala diabetes menjadi 2 yaitu :

I. Gejala Akut
Gejala akut adalah gejala yang timbul langsung atau tidak lama setelah klien
menderita diabetes mellitus. Gejala penyakit diabetes mellitus dari satu klien ke klien
yang lain tidaklah selalu sama. Gejala yang disebutkan di bawah ini adalah gejala
yang umumnya timbul dengan tidak mengurangi kemungkinan adanya variasi gejala
lain. Bahkan, ada klien diabetes mellitus yang tidak menunjukkan gejala apapun
sampai pada saat tertentu. Gejala-gejala akut tersebut antara lain :
a. Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi tiga serba banyak yaitu : banyak
makan (polifagia), banyak minum (polidipsia), banyak kencing (poliuria), atau
disingkat “3P” (polifagia, polidipsia, poliuria). Dalam fase ini biasanya klien
menunjukkan berat badan yang terus naik ( bertambah gemuk ) karena pada saat ini
jumlah insulin masih mencukupi.
b. Bila keadaan tersebut tidak cepat diobati, lama kelamaan mulai timbul gejala yang
ditimbulkan oleh kurangnya insulin, dan bukan “3P” lagi melainkan hanya “2P” saja
(polidipsi dan poliuria) dan beberapa keluhan lain, bahkan kadang-kadang disusul
dengan mual jika kadar glukosa darah melebihi 500 mg/dl. Apabila hal tersebut
terjadi maka klien akan merasakan : banyak minum, banyak kencing, berat badan
turun dengan cepat (dapat turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah. Bila
hal ini tidak lekas diobati maka akan timbul rasa mual, bahkan klien akan bisa jatuh
koma (tidak sadarkan diri) dan disebut koma diabetik.
Koma diabetik adalah koma pada klien diabetes mellitus akibat kadar glukosa
darah terlalu tinggi, biasanya melebihi 600 mg/dl atau kadar glukosa darah terlalu
rendah (hipoglikemia), biasanya kurang dari 60 mg/dl. Dalam praktik, gejala dan
penurunan berat badan inilah yang sering menjadi keluhan utama klien untuk pergi ke
dokter.

II. Gejala Kronik


Kadang-kadang klien dengan penyakit diabetes mellitus tidak menunjukkan gejala
akut (mendadak), tetapi klien tersebut baru menunjukkan gejala sesudah beberapa
bulan atau beberapa tahun mengidap penyakit diabetes mellitus. Gejala ini disebut
gejala kroik atau menahun. Gejala kronik yang sering timbul adalah : Kesemutan
(semuten ), kulit terasa panas (wedangen) atau seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal
di kulit sehingga kalau berjalan seperti diatas bantal atau kasur, kram, capai, mudah
mengantuk, mata kabur (biasanya sering ganti kacamata), gatal di sekitar kemaluan
(terutama pada wanita ), gigi mudah goyah atau lepas, kemampuan seksual menurun
(bahkan impoten), dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian
janin dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg.

F. PENATALAKSANAAN
Menurut Smeltzer dan Bare (2002:1226) Ada lima komponen dalam penatalaksanaan
diabetes:
1. Diet
Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes diarahkan untuk mencapai tujuan
berikut ini:
 Memberikan semua unsure makanan esensial (misalnya vitamin, mineral)
 Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
 Memenuhi kebutuhan energi
 Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengipayakan
kadar glukosa darah mendekati normal melalui car-cara yang aman dan praktis
 Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
Contoh menu makanan untuk penderita DM
2 potong roti
2 ons kalkun dan 1 ons keju rendah lemak
selada, tomat, bawang merah
1 sendok the mayonnaise
1 apel ukuran sedang
Teh es
Mustard, acar, parika merah

2. Latihan
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya dapat
menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi factor risiko kardiovaskuler.
3. Pemantauan Glukosa dan keton
Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri penderita
diabetes dapat mengatur terapinya untuk mengendalikan kadar glukosa darah
secara optimal.
4. Terapi insulin
Penyuntiakn insulin dilakukan ke dalam jaringan sukutan dengan spuit khusus
insulin dengan sudut penyuntikan 45 atau 90 derajat.
5. Pendidikan
Informasi yang di beriakn mencakup patofisiologi sederhana, cara-cara terapi,
pencegahan komplikasi an informasi lainnya seputar Diabetes Mellitus.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Doengoes, dkk. (1999) pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada
penderita penyakit diabetes mellitus antara lain :
1. Pemeriksaan darah, yang meliputi:
a. Glukosa darah biasanya meningkat antara 100-200 mg/dl atau lebih. Nilai
normalnya: GDP 70-100 mg/dl. GD2 JPP < 140 mg/dl.
b. Aseton plasma atau keton, positif secara mencolok. Normalnya nagatif.
c. Asam lemak bebas. Kadar lipid dan kolesterol meningkat. Nilai normalnya :
450-1000 mg /100ml.
d. Osmolalitas serum meningkat, tetapi biasnya kurang dari 330 mOsm/lt. Nilai
normalnya 500-850 mOsm/lt.
e. Elektrolit
Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun. (Normal : 135-145
mEq/lt).
Kalium : Normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun. (Normal: 3,5-5,0 mEq/lt).
Fosfor : Lebih sering menurun. (Normal 1,7-2,6 mEq/lt).
f. Hemoglobin glikosilat, kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir. ( Normal : P
13-18 gr/dl ; W 12-16 gr/dl ).
g. Gas darah arteri, biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3
( asidosis metabolik ) dengan kompensasi alkalosis respiratorik. (Normal : pH
7,25-7,45).
h. Trombosit darah, Ht mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis,
hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stress atau infeksi. (Normal : 150-
400 ribu/lt).
i. Ureum/kreatinin mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/ penurunan fungsi
ginjal). Nilai normalnya : 110-150 mg/mnt.
j. Amilase darah mungkin meningkat, yang mengindikasikan adanya pankreatitis
akut sebagai penyebab dari diabetes ketoasidosis (DKA). (Normal : 80-180
unit/100ml)
k. Insulin darah mungkin menurun / bahkan sampai tidak ada (tipe I) atau normal
sampai tinggi (tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin dalam
penggunaannya (endogen atau eksogen ).
l. Pemeriksaan fungsi tiroid. Peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
2. Pemeriksaan urin, yang meliputi :
a. Urin
Gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat. Normal :
Bj : 1,003-1,030
b. Kultur dan sensitivitas
Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernapasan dan infeksi
pada luka.

G. KOMPLIKASI
Komplikasi-komplikasi diabetes mellitus dapat dibagi menjadi dua kategori mayor :
1. komplikasi metabolic akut
 Ketoasidosis diabetik (DKA)
 Hiperglikemia
 Hiperosmolar
 Koma nonketotik (HHNK)
 Hipoglikemia
2. Komplikasi kronik jangka panjang
 Mikroangiopati
 Retinopati diabetic
 Nefropati duabetik
 Insufisiensi
vaskular perifer
 Gangren pada ekstremitas
 Insufisiensi serebral
 Stroke
 Makroaniopati
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Menurut Doengoes, dkk. (1999), folus pengkajian pada klien dengan DM meliputi dua
hal sebagai berikut :
1. Pengkajian data dasar yang meliputi
a. Aktivitas / istirahat
Aktivitas/ isitirahat adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup yang
diinginkan atau diperlukan ( bekerja atau bersenang-senang) dan untuk
mendapatkan istirahat / tidur yang adekuat.
Tanda dan gejalanya antara lain :
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot, tonus otot
menurun, gangguan tidur atau berjalan.
Tanda : Takikardia dan takipneu padan keadaan istirahat atau dengan aktivitas.
b. Sirkulasi
Sirkulasi adalah kemampuan untuk mengirimkan oksigen dan nutrien yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sel.
Tanda dan gejalanya antara lain :
Gejala : Adanya riwayat hipertensi; IM akut, kebas, kesemutan pada ekstremitas,
ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda : Takikardia, perubahan tekanan darah postural; hipertensi, nadi yang
menurun / tak ada, disritmia, krekels, kulit panas, kering dan kemerahan;
bola mata cekung.
c. Integritas ego
Integritas ego adalah kemampuan untuk mengembangkan dan menggunakan
keterampilan dan tingkah laku untuk mengintegrasikan dan mengelola pengalaman
hidup.
Tanda dan gejalanya antara lain :
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi.
Tanda : Ansietas, peka rangsang.
d. Eliminasi
Eliminasi adalah kemampuan untuk mengeluarkan produk sisa.
Tanda dan gejalanya antara lain :
Gejala : Poliuria, nokturia, rasa nyeri atau terbakar, kesulitan berkemih (infeksi ),
infeksi saluran kencing (ISK) baru atau berulang, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : Urin encer, pucat, kuning; poliuri, urin berkabut, bau busuk (infeksi),
abdomen keras, asites.
e. Makanan atau cairan
Makanan atau cairan adalah kemampuan untuk mempertahankan masukan dan
penggunaan nutrien dan cairan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis.
Tanda dan gejalanya antara lain :
Gejala : Hilang nafsu makan, mual atau muntah, penurunan berat badan lebih dari
periode beberapa hari atau minggu, haus.
Tanda : Kulit kering atau bersisik, turgor jelek, kekakuan atau distensi abdomen,
muntah, pembesaran tiroid, bau halitosis atau manis, bau buah (napas
aseton).
f. Neurosensori
Neurosensori adalah kemampuan untuk merasakan, mengintegrasikan, dan
berespon terhadap tanda-tanda internal dan eksternal.
Tanda dan gejalanya antara lain :
Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada
otot, parestesia, gangguan penglihatan.
Tanda : Disorientasi, mengantuk, letargi, koma ( tahap lanjut ), gangguan memori (
baru, masa lalu ), aktivitas kejang ( tahap lanjut ).
g. Nyeri atau ketidaknyamanan
Nyeri atau ketidaknyamanan adalah kemampuan untuk mengontrol lingkungan
internal dan eksternal untuk mempertahankan kenyamanan.
Tanda dan gejalanya antara lain :
Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri ( sedang atau berat ).
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
h. Pernapasan
Pernapasan adalah kemampuan untuk menyediakan dan menggunakan oksigen
untuk memenuhi kebutuhan fisiologis.
Tanda dan gejalanya antara lain :
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (
tergantung adanya infeksi atau tidak ).
Tanda : Lapar udara, batuk, dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi),
frekuensi pernapasan.
i. Keamanan
Keamanan adalah kemampuan untuk memberikan rasa aman, lingkungan yang
meningkatkan pertumbuhan.
Tanda dan gejalanya antara lain :
Gejala : Kulit kering, gatal; ulkus kulit.
Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya
kekuatan umum, parestesia.
j. Seksualitas
Seksualitas adalah ( komponen integritas ego dan interaksi sosial ) kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan atau karakteristik peran pria atau wanita.
Gejalanya antara lain :
Gejala : Rabas vagina ( cenderung infeksi ), masalah impoten pada pria,
kesulitan orgasme pada wanita.
k. Penyuluhan atau pembelajaran
Penyuluhan atau pembelajaran adalah kemampuan untuk memasukkan dan
menggunakan informasi untuk mencapai pola hidup sehat atau kesehatan yang
optimal. Gejalanya antara lain :
Gejala : Faktor risiko keluarga, DM, penyakit jantung, stroke, hipertensi.
Penyembuhan yang lambat, penggunaan obat seperti steroid, diuretik
( tiazid ); dilantin atau fenorbarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa
darah), mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai pesanan.
l. Pertimbangan rencana pemulangan
Mungkin memerlukan dalam pengaturan diet, pengobatan, perawatan diri,
pemantauan terhadap glukosa darah.

PENGKAJIAN (Donna L. Wong : 590)


1. Riwayat penyakit, terutama yang berhubungan dengan penyakit yang berbahaya.
2. Riwayat keluarga
Terutama yang berkaitan dengan anggota keluarga lain yang menderita diabetes
melitus.
3. Riwayat Kesehatan
Terutama yang berhubungan dengan penurunan berat badan, frekuensi minum dan
berkemih. Peningkatan nafsu makan, penururan tingkat kesadaran, perubahan perilaku
dan manifestasi dari diabetes melitus tergantung insulin, sebagai berikut:
a. Polifagi c. Polidipsi
b. Poliuria
Hal-hal lain yang perlu dikaji:
a. Kaji hiperglikemia dan hipoglikemia
b. Satus hidrasi
c. Tanda dan gejala ketoasidosis, nyeri abdomen, mual muntah, pernapasan kusmaul
menurunnya kesadaran.
d. Kaji tingkat pengetahuan
e. Mekanisme koping
f. Kaji nafsu makan
g. Status berat badan
h. Frekuensi berkemih
i. Fatigue
j. Irirtabel
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Glikosuria
Diketahui dari uji reduksi yang dilakukan dengan bermacam-macam reagensia
seperti benedict, clinitest, dan sebagainya.
b. Hiperglikemia
Pemeriksaan kadar gula darah puasa. Gula darah puasa meningkat dapat berkisar
antara 8-20 mmol/L (130-800 mg%) atau lebih tergantung beratnya keadaan
penyakit. Biasanya diatas 14 mmol/L dan sesudah makan, gula darah meningkat
lebih tinggi dibandingkan anak normal dan penurunan kadar ke kadar sebelumnya
membutuhkan waktu lebih lama.
c. Ketonuria
d. Kolestrol dapat meningkat
Normalnya di bawah 5,5 mmol/L. Tidak selalu nilainya paralel dengan gula darah,
tetapi kadar kolestrol darah yang tetap tinggi (yaitu diatas 10 mmol/L)
menunjukkan prognosis jangka panjangnya buruk karena komplikasi seperti
oterosklerosis lebih sering terjadi.
e. Gangguan keseimbangan cairan elektrolit, PaCO2 menurun, pH merendah. Bila
penyakit berat maka bisa terjadi asidosis metabolik dan perubahan biokimiawi
karena dehidrasinya.
(FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. 1988:261)
Pemeriksaan fisik
Menurut Doengoes, dkk (1999), pada pemeriksaan fisik biasanya ditemukan: poliuri/
banyak kencing (normal : kuramg lebih 1500 ml), polidipsi/ banyak minum, polifagia/
banyak makan, kelemahan otot, berat badan menurun, kelaianan kulit : gatal, bisul-bisul,
kelainan ginekologis : keputihan, pruritus pada vagina, luka tidak sembuh-sembuh,
peningkatan angka infeksi, impotensi pada pria.

PATHWAY KEPERAWATAN
Kekurangan Insulin

Gangguan Metabolisme
Karbohidrat, Lemak dan protein

Menurunnya penggunaan Ketidakseimbangan


glukosa oleh sel Nutrisi Kurang dari
kebutuhan tubuh

Hiperglikemi

Glikosuria dengan Osmolalitas cairan dari


Osmotik diuresis Intrasel

Kurang
Hilangnya cairan dan Pengetahuan Dehidrasi
Elektrolis dalam urine

Hipertermi
Kekurangan
Volume Cairan

Kerusakan
Integritas Kulit

(Suriadi. Askep Pada Anak Edisi I. 2001:77)


B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakseimbangan insulin dan makanan.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif
(poliuria)
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan hipertermi
4. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan

C. INTERVENSI
1. Diagnosa I
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakseimbangan insulin dan makanan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan berat badan pasien akan
ideal.
NOC: Status nutrisi: Intake makanan dan cairan
Kriteria Hasil:
a. Asupan nutrisi
b. Berat badan ideal
c. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
d. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Indikator Skala:
1 = Tidak cukup 4 = Kuat
2 = Sedikit 5 = Total
3 = Sedang
NIC: Manajemen Nutiri
1) Kaji berat badan pasien
2) Tingkatkan pemberian makanan yang mengandung protein, vitamin, dan besi
(apabila dianjurkan)
3) Berikan makanan tinggi natrium
4) Berikan makanan yang sedikit mengandung gula (glukosa)
5) Seleksi jenis makanan yang tepat
2. Diagnosa II
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif
(poliuria)
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan dan
elektrolit terpenuhi.
NOC: Fluid Balance
Kriteria Hasil:
a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia
b. Berat jenis urine normal (20-40 mg/dl)
c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, dan tidak ada rasa
haus yang berlebihan.
Indikator Skala:
1 = Kompromi yang ekstrem
2 = Sangat kompromi
3 = Cukup Kompromi
4 = Sedikit Kompromi
5 = Tidak kompromi
NIC: Fluid Management
1) Timbang popok atau pembalut jika diperlukan
2) Monitor status hidrasi
3) Monitor tanda-tanda vital
4) Kolaborasi pemberian cairan IV
5) Anjurkan keluarga untuk membantu pasien makan

3. Diagnosa III
Kerusakan Intergritas Kulit berhubungan dengan hipertermia
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi kerusakan
integritas kulit.
NOC: Tissue Integrity skin
Kriteria Hasil:
a. Integritas Kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur,
hidrasi)
b. Tidak ada luka atau lesi pada kulit
Indikator Skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
NIC: Pressure Management
1) Jaga kebersihan kulit agar tetap kering dan bersih
2) Monitor kulit adanya kemerahan
3) Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat.

4. Diagnosa IV
Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan suhu badan normal
NOC: Thermoregulator
Kriteria Hasil:
a. Suhu tubuh dalam rentang normal
b. Tidak ada perubahan warna kulit
c. Nadi dan rata-rata pernapasan dalam rentang normal
Indikator Skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
NIC: Temperature Regulation
1) Monitor tekanan darah, RR,dan nadi
2) Monitor tanda-tanda hipertermi
3) Tingkatkan intake cairan
4) Monitor suhu minimal tiap 2 jam
5) Berikan anti piretik jika perlu

5. Diagnosa V
Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan informasi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan pasien dan
keluarga tentang penyakit pasien bertambah.
NOC: Pengetahuan: Proses Penyakit
Kriteria Hasil:
a. Mengenal nama penyakit
b. Deskripsi proses penyakit
c. Deskripsi tanda dan gejala
d. Deskripsi cara meminimalkan perkembangan penyakit
e. Deskripsi tindakan pencegahan terhadap komplikasi
Indikator Skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan 5 = Selalu menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
NIC: Pembelajaran Proses Penyakit
1) Kaji pengetahuan klien tentang penyakit
2) Jelaskan proses penyakit
3) Jelaskan tanda dan gejala penyakit
4) Berikan informasi mengenai kondisi klien
5) Diskusikan perubahan gaya hidup untuk mencegah

D. EVALUASI

DX Kriteria Hasil Ket Skala


I a. Asupan nutrisi 4
b. Berat badan ideal 4
c. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi 4
d. Tidak terjadi penurunan berat badan yang 4
berarti
II a. Mempertahankan urine output sesuai 2
dengan usia 2
b. Berat jenis urine normal (20-40 mg/dl) 2
c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi,
elastisitas turgor kulit baik, dan tidak ada rasa haus
yang berlebihan.
III a. Integritas Kulit yang baik bisa 4
dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur,
hidrasi) 4
b. Tidak ada luka atau lesi pada kulit
IV a. Suhu tubuh dalam rentang normal 4
b. Tidak ada perubahan warna kulit 4
c. Nadi dan rata-rata pernapasan dalam 4
rentang normal
V a. Mengenal nama penyakit 3
b. Deskripsi proses penyakit 2
c. Deskripsi tanda dan gejala 3
d. Deskripsi cara meminimalkan 2
perkembangan penyakit
e. Deskripsi tindakan pencegahan 2
terhadap komplikasi
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito,L. J.,1999, Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinis,Edisi


6,EGC,Jakarta.

Carpenito,L. J.,2000, Diagnosa Keperawatan,Edisi 6,EGC,Jakarta.

Corwin, E.J.,2001,Buku Saku Patofisiologi,EGC,Jakarta.

Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., & Geissler, A.C.,1999.,Rencana Asuhan Keperawatan:


Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien,Edisi
3,EGC,Jakarta.

Engram, B.,1998., Rencan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah,Volume 3, EGC,Jakarta.

Isselbacher, K.J.,Braunwald, E., Martin,J.B., Fauci, A.S., & Kasper, D.L.,2000, Harrison
Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam,EGC,Jakarta.

Jhonson, Marion, dkk. 2000. NOC. Jakarta: Morsby.

Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri,R., Wardhani, W.I., & Setiowulan, W.,1999, Kapita Selekta
Kedokteran, Jilid I, Edisi 3, Media Aesculapius, Jakarta.

McCloskey, Cjoane, dkk. 1995.NIC. Jakarta: Morsby.

NANDA, 2005, Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi 2005-
2006, Alih Bahasa: Budi Santosa, Prima Medika, Jakarta.
Price, S.A., & Wilson, L.M.,2000, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi
4, Buku 2,Egc,Jakarta.
Soeparman & Waspadji, S.,1998,Ilmu Penyakit Dalam,Jilid 2,FKUI,Jakarta.

Smeltzer, S.C., & Bare, S., 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah: Brunner &
Suddarth, Edisi 8, Volume 2,EGC,Jakarta.

Tjokroprawiro, A.,2001, Diabetes Mellitus, Klasifikasi, Diagnosis dan Terapi,Edisi 3,


Gramedia Pustaka Utama,Jakarta.

Waspadji, S., Sukardji, K., Oktarina, M., 2002,Pedoman Diet Diabetes Mellitus, Balai
Penerbit FKUI,Jakarta

Wise, P.H.,2006,Mengenal Diabetes: Untuk Diabetes Tidak Tergantung Insulin, Edisi 2,


Arcan,Jakarta.

Вам также может понравиться