Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
I. PENDAHULUAN
1. Wu’u lo Suwawa
2. Baate lo Limutu (Limboto)
3. Baate lo Hulontalo (Gotontalo)
4. Baate lo Bulango dan
5. Baate lo Atinggola.
Para pemangku adat tersebut di atas, melaksanakan pembacaan
pengukuhan atas nama masyarakat adat Gorontalo. Acara yang berlangsung pkl.
09.00 sampai pkl.11.45 tersebut, dilaksanakan secara adat Gorontalo, dan dihadiri
oleh berbagai unsur seperti para ta’uwa to bonela(para pejabat seperti Gubernur,
Bupati, Walikota), para ta’uwa hitolunga(para mantan Gubernur, Bupati,
Walikota), para petinggi pemerintahan tingkat provinsi/kota/kabupaten, para
pejabat lainnya setingkat provinsi (TNI, POLRI), para Tokoh Agama, Tokoh Adat,
Pemangku Adat, Tokoh Masyarakat di daerah maupun luar daerah, serta
masyarakat lainnya.
II.PENATAAN KELEMBAGAAN
Dewan Adat Gorontalo, kedudukannya setara dengan tingkat provinsi.
Sebagai suatu organisasi, maka Dewan ini untuk pertama kalinya memiliki
4(empat) perangkat organisasi, yaitu;
1. Lahidiya /Pembina
2. Patila /Penasehat
3. Tolomato /Pengamat dan
4. Huluwa /Pelaksana.
Ke empat perangkat organisasi ini, masing-masing memiliki tugas dan fungsinya.
Untuk lebih memperlancar pelaksanaan tugas dan fungsi Dewan secara umum,
maka Dewan Adat Gorontalo sangat mengedepankan musyawarah mufakat.
Adapun permusyawaratan dimaksud meliputi;
1. Musyawarah Daerah setingkat Provinsi Gorontalo
2. Musyawarah Daerah Dewan Adat
3. Musyawarah Perangkat Organisasi dan
4. Musyawarah Daerah Luar Biasa.
Pada tingkat daerah kabupaten/kota, dapat dibentuk “Lembaga Adat”
dengan memperhatikan wilayah adat masing-masing, yaitu;
1. Wilayah Adat Suwawa
2. Wilayah Adat Limutu ( Limboto )
3. Wilayah Adat Hulontalo ( Gorontalo )
4. Wilayah Adat Bulango dan
5. Wilayah Adat Atinggola.
Keberadaan Dewan Adat Gorontalo, bukanlah untuk mengganti, apalagi
menghilangkan tugas dan fungsi lembaga adat yang diakui keberadaannya, tapi
semata-mata untuk mempersatukan persepsi, bilamana akan ada kegiatan yang
setara dengan kegiatan peradatan di tingkat provinsi, kabupaten/kota, bahkan
lembaga maupun perorangan, sehingga dengan demikian, terjadilah sinkronisasi,
kesepakatan/pemahaman yang sama, sekaligus menghindari kemungkinan adanya
tumpang tindih.
Dewan Adat Gorontalo, tidak mungkin dapat bekerja secara maksimal,
tanpa dukungan adanya lembaga adat pada masing-masing daerah.
Agar supaya terjadi juga sinkronisasi berbagai perencanaan, program,
maupun berbagai pelaksanaan sehubungan dengan adat pada khususnya di
lapangan, maka idealnya semua daerah kabupaten dan kota, di samping telah
memiliki lembaga adat, sebaiknya dilengkapi juga dengan berbagai perangkat
organisasinya, misalnya pada tingkat provinsi seperti; Lahidiya, Patila, Tolomato,
Huluwa, atau nama lain sesuai ciri khas masing-masing daerah wilayah adat,
tetapi memiliki kebersamaan fungsi.
Hubungan Dewan Adat Gorontalo maupun Lembaga Adat dengan pihak
Eksekutif, Legislatif maupun Yudikatif serta lembaga-lembaga lainnya, adalah
sebagai mitra kerja terutama dibidang adat istiadat pada khususnya, dan
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya pada umumnya, demi kemaslahatan
bersama.
III. PENUTUP
Seandainya lembaga adat ini telah terbentuk seluruhnya di provinsi
Gorontalo, maka Insya Allah upaya untuk melestarikan adat istiadat Gorontalo
akan semakin lebih mudah dan berkelanjutan secara lebih baik. Wallhu a’lam
bissawwab.
Demikianlah garis-garis besar materi ini semoga ada manfaatnya. Amiiin!
Wassalam,