Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1
PENDAHULUAN
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (Suhu tubuh diatas 380C) yang disebabkan oleh proses estrakranium.
bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 6 bulan sampai 5 tahun, berhubungan
dengan demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab
tertentu.1
Kejang demam terdiri dari kejang demam sederhana dan kejang demam
singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang
bersifat umum, tonik atau klonik, tanpa gerakan fokal dan tidak berulang dalam
waktu 24 jam1. Kejang demam kompleks ialah kejang demam yang lebih lama
dari 15 menit, fokal, multipel (lebih dari 1 kali kejang per episode demam).2
kejang demam berulang, kejang demam dengan status epileptikus dan epilepsi.
klinisnya, infeksi virus, faktor genetik dan metabolik, serta kemungkinan adanya
untuk menjadi salah satu gejala adanya infeksi meningitis bakterial akut. 2
2
Sekitar 30% pasien kejang demam hanya mengalami 1 kali episode
Tatalaksana kejang demam terbagi atas 3 hal, yaitu pengobatan fase akut, mencari
kejang demam.3
memori pada anak berumur kurang dari 1 tahun. Risiko menjadi epilepsi
meningkat 7% atau 2-10 kali lipat lebih sering dibandingkan populasi umum.4
Pada laporan kasus ini, akan dibahas mengenai kejang demam kompleks pada
3
KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. N
JenisKelamin : Laki-laki
Usia : 1 tahun 3 bulan
Tanggal pemeriksaan : 13 Oktober 2017
dirumah pada jam 14.00 wita sebanyak 1 kali pada separuh bagian tubuh (sebelah
kiri tubuh). Kejang dialami ±30 menit. Saat kejang tangan mengepal, mata keatas,
Sebelum kejang pasien sempat demam sejak 1 hari sebelumnya. Serta ibu pasien
sebelum kejang berisi makanan. BAB kesan biasa dan BAK lancar.
Tidak ada keluarga yang mengalami hal yang sama. Hipertensi (-), asma (-),
4
Kemampuan dan Kepandaian anak:
Pasien mulai mengangkat kaki nya dan menggerakkan-gerakan tangannya untuk
bermain-main sendiri. Kadangkala juga memperhatikan tangannya yang bisa
bergerak-gerak.
Mengamati tangan : 1.5 bulan
Menegakkan kepala : 2 bulan
Duduk : 6 bulan
Merangkak : 8 bulan
Berdiri : 1 tahun
Berjalan : 1 tahun 2 bulan
Anamnesis Makanan:
ASI eksklusif: 0-6 bulan
Susu formula: 6 bulan-sekarang
Bubur saring: 8 bulan-sekarang
Nasi: 1 tahun-sekarang
Riwayat Imunisasi :
Imunisasi dasar lengkap
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis
2. Pengukuran
Tandavital Nadi : 130 kali/menit, reguler, kuat angkat
5
Suhu : 39°C
Respirasi : 40 kali/menit
Berat badan : 11 kg
Tinggi badan : 85cm
Status gizi : Gizi baik (z score 0, -1)
3. Kulit : Warna : Sawo matang
Efloresensi : tidak ada
Pigmentasi : tidak ada
Sianosis : tidak ada
Turgor : cepat kembali
Kepala: Bentuk : Normocephal
Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut, tebal,
alopesia (-)
Mata : Palpebra : edema (-/-)
Konjungtiva : pucat (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Refleks cahaya : (+/+)
Refleks kornea : (+/+)
Cekung : (-/-)
Telinga : Sekret : tidak ada
Serumen : minimal
Nyeri : tidak ada
Hidung :Pernapasan cuping hidung : tidakada
Epistaksis : tidak ada
Sekret : ada
Mulut : Bibir : sianosis (-), kering (-)
Lidah :tidak kotor
4. Leher
Pembesaran kelenjar leher : -/-
Kaku kuduk : -
Faring : tidak hiperemis
6
Tonsil : T2/T2 hiperemis
5. Toraks
a. Dinding dada/paru :
Inspeksi : Bentuk : simetris
Dispnea : tidak ada
Retraksi : tidak ada
Palpasi : Vokal fremitus: simetris
Perkusi : Sonor kiri=kanan
Auskultasi : Suara Napas Dasar : Bronchovesikuler (+/+)
Suara Napas Tambahan : Rhonchi (-/-) Wheezing (-/-)
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula
sinistra
Perkusi : Pekak, Dalam batas normal
Auskultasi : Suara dasar : S1 dan S2 murni, regular
Bising :-
6. Abdomen
Inspeksi : Bentuk cembung
Auskultasi : bising usus (+) kesan normal
Perkusi : Bunyi timpani
Palpasi : Nyeri tekan suprapubik
Ekstremitas : akral hangat, edem tidak ada, Rumple leede test (-)
7. Genitalia : fimosis (-)
8. Otot-otot : hipotrofi (-)
Pemeriksaan Tambahan:
Brudzinki (-), kaku kuduk (-).
7
Pemeriksaan Laboratorium
WHOLE BLOOD Hasil Rujukan Satuan
Hemoglobin 11.2 11,5 – 17,0 g/dl
Sel darah merah 4,43 3,80 – 6,50 106/mm3
Sel darah putih 13.9 4,0 – 10,0 103/mm3
Hematokrit 32.5 37,0 – 54,0 %
Trombosit 284 150 – 500 103/mm3
RESUME
Pasien anak laki-laki masuk rumah sakit dengan keluhan kejang. Kejang
dialami dirumah pada siang hari sebanyak 1 kali pada sebelah kiri tubuh. Kejang
dialami ± 30 menit. Saat kejang tangan mengepal, mata keatas, dan kaki seperti
menendang-nendang, terjadi hanya pada bagian kiri tubuh pasien. Setelah kejang
pasien langsung menangis. Sebelum kejang pasien sempat demam sejak 1 hari
sebelumnya. Serta ibu pasien mengeluhkan anaknya batuk (+), flu(+), muntah (+)
sakit sedang, gizi baik. Tonsil T2/T2. Pemeriksaan tanda vital didapatkan nadi
DIAGNOSA
Kejang demam kompleks
Tonsillofaringitis
TERAPI
IVFD Ringer laktat 15 tetes per menit
8
Paracetamol syrup 120 mg/ 5 ml, 4 x 120 mg (1 cth)
Diazepam pulv 3x2 mg
Cefadroxil 2x150 mg pulv
Pulv batuk: 3 x 1
GG 35 mg
CTM 1 mg
ANJURAN PEMERIKSAAN
1. EEG
2. Pungsi lumbal
FOLLOW UP
Tanggal 14/10/2017
S : Demam (+), kejang (-), batuk (+), flu(+)
O: Tanda vital :
Nadi : 116 kali/menit, reguler, kuatangkat
Suhu : 38 °C
Respirasi : 32 kali/menit
Kulit : tidak ada kelainan
Kepala : tidak ada kelainan
Leher : Tonsil T2/T2 tidak hiperemis
Dada : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Genitalia : dalam batas normal
Otot : dalam batas normal
A: Tonsillofaringitis
P:
9
Cefadroxil 2x150 mg pulv
Pulv batuk: 3 x 1
GG 35 mg
CTM 1 mg
Tanggal 15/10/2017
S :Panas (-), kejang (-), Batuk (+), flu(+)
O: Tandavital :
Nadi : 105 kali/menit, reguler, kuatangkat
Suhu : 37.5°C
Respirasi : 30 kali/menit
Kulit : tidak ada kelainan
Kepala : tidak ada kelainan
Leher : Tonsil T2/T2 tidak hiperemis
Dada : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Genitalia : dalam batas normal
Otot : dalam batas normal
A: Tonsillofaringitis
P:
10
DISKUSI
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu di atas 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium tanpa
adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut dan tidak ada
riwayat kejang tanpa demam sebelumnya. Kejang demam terjadi pada 2-4% anak
Faktor resiko kejang demam pertama yang penting adalah demam. Selain itu
terdapat faktor riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung,
dan kadar natrium rendah. Setelah kejang demam pertama, kira-kira 33% anak
akan mengalami satu kali rekurensi atau lebih dan kira-kira 9% anak mengalami 3
kali rekurensi atau lebih, resiko rekurensi meningkat dengan usia dini, usia
temperatur yang rendah saat kejang, riwayat keluarga kejang demam dan riwayat
demam. Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam
11
yang tidak khas. Misalnya: kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6
tahun, atau kejang demam fokal. EEG hanya dilakukan pada kejang fokal untuk
lanjut.1
dari keadaan intrakranial, sehingga perlu dilakukan pungsi lumbal pada pasien
dengan kejang demam pertama kali meskipun tidak ada tanda spesifik meningitis.
klinis
Kejang demam kompleks adalah kejang demam dengan salah satu ciri
berikut:
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
12
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, didapatkan bahwa kejang demam yang
dialami pasien pada kasus ini adalah kejang demam kompleks karena kejang
dengan durasi 30 menit dan bersifat fokal atau hanya terjadi pada sebelah kiri
tubuh pasien.
Pada kasus ini, kejang didahului oleh demam yang disebabkan oleh
tonsillofaringitis yang ditandai dengan batuk, flu, dan pada pemeriksaan fisik
Pada kasus ini pasien masuk dengan Kejang yang terjadi sebanyak 1 kali yang
demam kompleks yang terjadi pada usia 1 tahun. Pada saat kejang berlangsung
pasien juga mengalami demam. Untuk menegakkan diagnosis kejang demam anak
13
berumur 6 bulan – 5 tahun. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam,
kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang
disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam
kejang demam. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun
SSP, atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam. Kejang demam yang
tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ketujuh kriteria modifikasi Livingston
digolongkan pada epilepsi yang diprovokasi oleh demam. (epilepsy triggered off
by fever). Kejang atau epilepsi yang diprovokasi oleh demam ini mempunyai
Menurut Soetomenggolo (1999) ada 3 (tiga) hal yang perlu dikerjakan pada
Pada waktu pasien sedang mengalami kejang, semua pakaian yang ketat
terjadinya aspirasi. Jalan napas harus bebas agar oksigen terjamin. Pengisapan
pernapasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh yang tinggi diturunkan dengan
dengan kecepatan 2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis
14
maksimal 10 mg. diazepam rectal dapat diberikan saat kejang dengan dosis
2. Profilaksis Intermitten
pada waktu pasien demam dengan suhu rektal lebih dari 38℃. Terapi
intermitten harus dapat masuk dan bekerja pada otak. Diazepam oral efektif
dapat diberikan per-oral maupun rektal. Dosis diazepam oral 0,3 mg/kg/kali.
15
Pemberian fenobarital 3-4 mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis menunjukkan
hasil yang bermakna untuk mencegah berulangnya kejang demam. Obat lain
yang dapat digunakan untuk profilaksis kejang demam ialah asam valproat
off, namun dilakukan saat anak tidak sedang demam. Indikasi profilaksis
2) Ada riwayat kejang tanpa demam pada orang tua atau saudara kandung
3) Kejang demam lebih lama dari 15 menit, fokal atau diikuti kelainan
pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau terjadi kejang multipel
16
disebabkan oleh virus, lebih sering disebabkan oleh virus common cold
(adenovirus, rhinovirus, influenza, coronavirus, respiratory syncytial virus), tapi
kadang-kadang disebabkan oleh virus Epstein-Barr, herpes simplex,
cytomegalovirus, atau HIV. Sekitar 30% kasus disebabkan oleh bakteri, dimana
bakteri Streptococcus β-hemoliticus group A adalah yang paling sering, namun
Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae,
dan Chlamydia pneumoniae juga dapat menjadi penyebab.6
Pada kasus, terjadi peningkatan leukosit sehingga kemungkinan
penyebabnya adalah bakteri. Untuk menentukan apakah streptococcus merupakan
bakteri penyebab pada kasus ini, maka perlu dilakukan skor validasi, dimana skor
ini juga akan menentukan apakah pada pasien ini perlu pemberian antibiotik
ataukah tidak. Untuk parameter dan nilai dari skor validasi adalah sebagai
berikut:6
1. Demam :1
2. Tidak batuk :0
3. Adenopati servikal anterior :1
4. Pembengkakan tonsil :1
5. Usia
a. 3-14 tahun :0
b. 15-45 tahun :0
c. > 45 tahun :0
Pada pasien ini didapatkan skor validasi 3, yaitu adanya demam,
pembengkakan tonsil dan adenopati servikal anterior lunak, sehingga perlu
diberikan antibiotik. Untuk itu, pada pasien diberikan antibiotik cefadroxil pulv
2x150mg. Pasien juga mengeluh batuk dan flu sehingga diberikan Puyer batuk
3x1 (GG 35 mg, CTM 1 mg).
Prognosis pada kasus kejang demam kompleks adalah adanya kemungkinan
gangguan memori bila kejang demam kompleks terjadi pada anak berumur kurang
dari 1 tahun. Pada penelitian juga didapatkan adanya gangguan pada hipokampus
pada kejang demam yang berlangsung lama. Mortalitas jangka panjang tidak
17
meningkat pada kejang demam, namun terdapat sedikit peningkatan mortalitas 2
sampai 7% atau 2-10 kali lipat lebih sering dibandingkan populasi umum. Faktor
Prognosis pada pasien ini adalah dubia dikarenakan kejang demam yang terjadi
adalah kejang demam kompleks yang berkaitan dengan risiko seperti diatas.
18
DAFTAR PUSTAKA
Livingstone, 2007.
4. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar Neurologi. Jakarta : Badan Penerbit
IDAI, 2008.
Jakarta: EGC
19
081341007392
20