Вы находитесь на странице: 1из 14

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hukum dan HAM dalam Islam berisi tentang penjelasan konsep-konsep


hukum Islam, HAM menurut Islam meliputi prinsip bermusyawarah dan
pengambilan keputusan sesuai sesuai dengan sya’riat Islam.

Islam sebagai agama bagi pengikutnya meyakini konsep Islam adalah sebagai
way of life yang berarti pandangan hidup. Islam menurut para penganutnya
merupakan konsep yang lengkap mengatur segala aspek kehidupan manusia.
Begitu juga dalam pengaturan mengenai hak asasi manusia Islam pun mengtur
mengenai hak asasi manusia. Islam adalah agama rahmatan lil alamin yang berarti
agama rahmat bagi seluruh alam. Bahkan dalam ketidakadilan sosial sekalipun
Islam pun mengatur mengenai konsep kaum mustadhafin yang harus dibela.

Dalam Islam, konsep mengenai HAM sebenarnya telah mempunyai tempat


tersendiri dalam pemikiran Islam. Perkembangan wacana demokrasi dengan Islam
sebenarnya yang telah mendorong adanya wacana HAM dalam Islam. Karena
dalam demokrasi, pengakuan terhadap hak asasi manusia mendapat tempat yang
spesial. Berbagai macam pemikiran tentang demokrasi dapat dengan mudah kita
temukan didalamnya konsep tentang penegakan HAM.

Dalam penjelasan mengenai demokrasin dalam kerangka konseptual Islam,


banyak pengertian diberikan pada bebrpa aspek khusus dari ranah sosial dan
politik. Demokrasi Islam dianggap sebagai sistem yang mengukuhkan konsep-
konsep Islami yang sudah lama berakar, yaitu musyawarah (syura), persetujuan
(ijma’), dan penilaian interpretative yang mandiri (ijtihad).

Hukum, Hak Asasi Manusia merupakan konsep yang tidak dapat dipisahkan.
Hal ini disebabkan karena salah satu syarat utama terwujudnya demokrasi adalah
adanya penegakan hukum dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
a. Pengertian Hukum menurut Islam?
b. Pengertian HAM menurut Islam?
1.3 Tujuan
Untuk kita mengetahui perbedaan hukum dalam pandangan Islam dan juga HAM
menurut Islam itu seperti apa
2

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 HUKUM

Secara garis besar Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan
atas rangkaian kekuasaan kelembagaan dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan
dalam bidang politik, ekonomi dan masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak,
sebagai perantara utama dalam hubungan sosial antar masyarakat terhadap
kriminalisasi dalam hukum pidana, hukum pidana yang berupayakan cara negara
dapat menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan kerangka kerja bagi
penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas kekuasaan
politik serta cara perwakilan di mana mereka yang akan dipilih. Administratif
hukum digunakan untuk meninjau kembali keputusan dari pemerintah, sementara
hukum internasional mengatur persoalan antara berdaulat negara dalam kegiatan
mulai dari perdagangan lingkungan peraturan atau tindakan militer.

Hukum dapat dibagi dalam berbagai bidang, antara lain hukum pidana/hukum
publik, hukum perdata/hukum pribadi, hukum acara, hukum tata negara, hukum
administrasi negara/hukum tata usaha negara, hukum internasional, hukum adat,
hukum agama, hukum agraria, hukum bisnis, dan hukum lingkungan.

Indonesia merupakan negara hukum dan memiliki sistem hukum tesendiri.


Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum hukum Eropa,
hukum Agama dan hukum Adat.

2.1.1 Pengertian Hukum Islam

Hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui wahyu-
Nya yang kini terdapat dalam Al Qur’an dan dijelaskan oleh nabi
Muhammad sebagai Rasul-Nya melalui Sunnah beliau yang kini terhimpun
dengan baik dalam kitab-kitab hadits. Juga dapat diartikan sebagai hukum
yang bersumber dan menjadi bagian dari agama Islam. Yang diatur tidak
hanya hubungan manusia dengan manusia lain dalam masyarakat, manusia
dengan benda dan alam semesta, tetapi juga hubungan manusia dengan
Tuhan.

Perkataan hukum yang dipergunakan sekarang dalam bahasa Indonesia


berasal dari kata hukum dalam bahasa arab. Artinya, norma atau kaidah
yakni ukuran, patokan, pedoman yang diperguanakan untuk menilai
tingkah laku atau perbuatan manusia dan benda. Hubungan antara perkataan
hukum dalam bahasa Indonesia tersebut diatas dengan hukum dalam
pengertian norma dalam bahasa arab itu memang erat sekali. Setiap
3

peraturan, apapun macam dan sumbernya mengandung norma atau kaidah


sebagai intinya. Dalam ilmu hukum Islam kaidah itu disebut hukum. Itulah
sebabnya maka didlam perkataan sehari-hari orang berbicara tentang
hukum suatu benda atau perbuatan. Yang dimaksud, seperti telah disebut
diatas, adalah patokan, tolak ukur, kaidah atau ukuran mengenai perbuatan
atau benda itu (Mohammad Daud Ali, 1999:39).

Dalam islam, hukum islam dikenal sebagai sya’riat. Sya’riat menurut


asal katanya berarti jalan menuju mata air, Dari asal kata tersebut sya’riat
Islam berarti jalan yang lurus ditempuh seorang muslim. Menurut istilah,
Sya’riat berarti aturan atau undang-undang yang diturunkan Allah untuk
mengatur seluruh aspek kehidupan manusia sebagai hamba Allah, individu,
warga, dan subyek alam semesta. Sya’riat merupakan landasan fiqih. Pada
prinsipnya syari’at adalah wahyu Allah yang terdapat dalam al- Quran dan
sunah Rasulullah. Syari’at bersifat fundamental, mempunyai lingkup lebih
luas dari fiqih, berlaku abadi dan menunjukkan kesatuan dalam islam.
Sedangkan fiqih adalah pemahaman manusiayang memenuhi syarat tentang
sya’riat. Oleh karena itu lingkupnya terbatas pada hukum yang mengatur
perbuatan manusia, dan karena merupakan hasil karya manusia maka ia
tidak berlaku abadi, dapat berubah dari masa ke masa dan dapat berbeda
dari tempat yang lain. Hal ini terlihat pada aliran-aliran yang disebut dengan
mazhab. Oleh karena itu fiqih menunjukkan keragaman dalam hukum
Islam. (Mohammad Daud Ali, 1999:45-46).

Sebagai sistem hukum, hukum Islam tidak boleh dan tidak dapat
disamakan dengan sistem hukum yang lain yang pada umumnya berasal
dari kebiasaan masyarakat dan hasil pemikiran manusia dan budaya
manusia pada suatu saat di suatu masa. Berbeda dengan sistem hukum yang
lain, hukum Islam tidak hanya merupakan hasil pemikiran yang
dipengaruhi oleh kebudayaan manusia di sutu tempat tapi dasarnya
ditetapka oleh Allah melalui wahyu-Nya yang kini terdapat dalam Al-
Quran yang dijelaskan oleh nabi Muhammad sebagai rasul –Nya melalui
sunnah beliau yang kini terhimpun dalam kitab-kitab hadits. Dasar inilah
yang membedakan hukum islam secara fundamental dengan hukum-hukum
lain yang semata-mata lahir dari kebiasaan dan hasil pemikiran dan
perbuatan manusia.

2.1.2 Sumber-Sumber Hukum Islam


a. Al Qur’an (‫)القرآن‬

Adalah kitab suci umat islam. Kitab tersebut diturunkan kepada nabi
terakhir, yaitu nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril. Al-
qur’an memuat banyak sekali kandungan. Kandungan-kandungan
tersebut berisi perintah, larangan, anjuran, ketentuan, dan sebagainya.
4

Al-qur’an menjelaskan secara rinci bagaimana seharusnya manusia


menjalani kehidupannya agar tercipta masyarakat yang madani. Oleh
karena itulah, Al-Qur’an menjadi landasan utama untuk menetapkan
suatu hukum.

b. As Sunnah (Al-Hadits)

Sunnah dalam Islam mengacu kepada sikap, tindakan, ucapan dan cara
Rasulullah menjalani hidupnya atau garis-garis perjuangan / tradisi
yang dilaksanakan oleh Rasulullah. Sunnah merupakan sumber hukum
kedua dalam Islam, setelah Al-Quran. Narasi atau informasi yang
disampaikan oleh para sahabat tentang sikap, tindakan, ucapan dan
cara Rasulullah disebut sebagai hadits. Sunnah yang diperintahkan
oleh Allah disebut Sunnatullah.

c. Ijma’ (‫)إجماع‬

Adalah kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum


hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits dalam suatu
perkara yang terjadi. Ijma' terbagi menjadi dua:

1) Ijma' Qauli, yaitu suatu ijma' di mana para ulama' mengeluarkan


pendapatnya dengan lisan ataupun tulisan yang meneangkan
persetujuannya atas pendapat mujtahid lain di masanya.

2) Ijma' Sukuti, yaitu suatu ijma' di mana para ulama' diam, tidak
mengatakan pendapatnya. Diam di sini dianggap menyetujui.

d. Taklid atau Taqlid (‫)تقليد‬

Adalah mengikuti pendapat orang lain tanpa mengetahui sumber atau


alasannya.

e. Mazhab (‫مذهب‬,)

Menurut para ulama dan ahli agama Islam, yang dinamakan mazhab
adalah metode (manhaj) yang dibentuk setelah melalui pemikiran dan
penelitian, kemudian orang yang menjalaninya menjadikannya sebagai
pedoman yang jelas batasan-batasannya, bagian-bagiannya, dibangun
di atas prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah.

f. Qiyas

Menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu hukum


suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya
5

namun memiliki kesamaan dalah sebab, manfaat, bahaya dan berbagai


aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama. Dalam
Islam, Ijma dan Qiyas sifatnya darurat, bila memang terdapat hal hal
yang ternyata belum ditetapkan pada masa-masa sebelumnya

g. Bid‘ah (‫)بدعة‬

Dalam agama Islam berarti sebuah perbuatan yang tidak pernah


diperintahkan maupun dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW tetapi
banyak dilakukan oleh masyarakat sekarang ini. Hukum dari bidaah
ini adalah haram. Perbuatan dimaksud ialah perbuatan baru atau
penambahan dalam hubungannya dengan peribadatan dalam arti
sempit (ibadah mahdhah), yaitu ibadah yang tertentu syarat dan
rukunnya.

h. Istihsan (‫)استحسان‬

Adalah kecenderungan seseorang pada sesuatu karena


menganggapnya lebih baik, dan ini bisa bersifat lahiriah (hissiy)
ataupun maknawiah; meskipun hal itu dianggap tidak baik oleh orang
lain.

2.1.3 Sifat Hukum Islam

Menurut Tahir Azhary, ada tiga sifat hukum islam yakni


bidimensional, adil, dan individualistik. Bidimensional artinya
mengandung segi kemanusiaan dan segi ketuhanan (Ilahi). Di samping itu
sifat bidimensional juga berhubungan dengan ruang lingkupnya yang luas
atau komprehensif. Hukum Islam tidak hanya mengatur satu aspek saja,
tetapi mengatur berbagai aspek kehidupan manusia. Sifat dimensional
merupakan sifat pertama yang melekat pada hukum islam dan merupakan
sifat asli hukum Islam.

Adil, dalam hukum Islam keadilan bukan saja merupakan tujuan tetapi
merupakan sifat yang melekat sejak kaidah – kaidah dalam sya’riat
ditetapkan. Keadilan merupakan sesuatu yang didambakan oleh setiap
manusia baik sebagai individu maupun masyarakat.
Individualistik dan Kemasyarakatan yang diiikat oleh nilai-nilai
transedental yaitu Wahyu Allah yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW. Dengan sifat ini, hukum islam memiliki validitas baik
bagi perseorangan maupun masyarakat. Dalam sistem hukum lainnya sifat
ini juga ada, hanya asaja nilai-nilai transedental sudah tidak ada lagi.
(Mohammad Tahir Azhary, 1993:48-49)
6

2.1.4 Ciri-ciri Hukum Islam

a. Merupakan bagian dan bersumber dan Agama islam


b. Mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat di pisahkan dan
aqidah dan akhlak.
c. Mempunyai dua istilah kunci.
d. Tediri atas dua bidang utama.
e. Strukturnya berlapis.

2.1.5 Ruang Lingkup Hukum Islam

Hukum islam baik dalam pengertian syari’at maupun fiqih dibagi


menjadi dua bagian besar, yakni bidang ibadah dan muamalah. Ibadah
artinya menghambakan diri kepada Allah dan merupakan tugas hidup
manusia. Ketentuannya telah diatur secara pasti oleh Allah dan dijelaskan
oleh Rasul-Nya. Dengan demikian tidak mungkin adanya perubahan
dalam hukum dan tata caranya, yang mungkin berubah hanyalah
penggunaan alat-alat modern dalam pelaksanaannya. Adapun mu’amalat
adalah ketetapan Allah yang langsung mengatur kehidupan sosial manusia
meski hanya pada pokok-pokoknya saja. Oleh karena itu sifatnya terbuka
untuk dikembangkan melalui ijtihad.

Hukum islam tidak membedakan dengan tajam antara hukum perdata


dan hukum publik seperti halnya dalam hukum barat. Hal ini disebabkan
karena menurut hukum islam pada hukum perdata ada segi-segi publik
dan begitu pula sebaliknya. Dalam hukum Islam yang disebutkan hanya
bagian-bagiannya saja.

Dari hal-hal yang sudah dikemukakan di atas, jelas bahwa hukum


islam itu luas, bahkan bidang-bidang tersebut dapat dikembangkan
masing-masing spesifikasinya lagi.

a. Tujuan Hukum Islam

Maqasih syariah (tujuan hukum islam) maksudnya adalah nilai-


nilai yang terkandung dalam aturan-aturan islam. Tujuan akhir dari
hukum islam pada dasarnya adalah kemaslahatan manusia di dunia
dan di akherat. Adapun tujuan hukum Islam secara umum adalah
untuk mencegah kerusakan pada manusia, mengarahkan mereka pada
kebenaran untuk mencapai kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di
akherat, dengan jalan mengambil segala yang bermanfaat dan
mencegah atau menolak yang tidak berguna bagi hidup dan kehidupan
manusia.Berikut ini adalah beberapa dari tujuan hukum islam.
7

b. Pemeliharaan atas keturunan

Hukum islam telah menetapkan aturan beserta hukum untuk mencegah


kerusakan atas nasab dan keturunan manusia.contohnya, islam
melarang zina dan menghukum pelakunya.

(QS. Al-Israa’ : 32)

“dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah


perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”

c. Pemeliharaan atas akal

Islam menetapkan aturan yang melarang umatnya mengkonsumsi


segala sesuat yang dapat merusak akal. Di sisi lain, islam mengajarkan
umatnya agar menuntut ilmu mentaddaburi alam, dan berpikir untuk
mengembangkan kemampuan akal. Allah memuji orang-orang yang
memiliki ilmu pengetahuan.

(QS. Az-Zumar : 9)

“Katakanlah, ‘apakah sama antara orang-orang yang mengetahui dan


orang-orang yang tidak mengetahui.”

d. Pemeliharaan untuk agama

Islam tidak pernah memaksa seseorang untuk masuk dan menganut


agama islam. Allah telah berfirman

(QS. Al-Baqarah : 256)

“Tidak ada paksaan untuk agama. Tidak ada paksaan untuk agama.
Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang
sesat...”

2.2 HAK ASASI MANUSIA

Penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan salah satu issu penting
dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat di Indonesia. Namun masih
banyak pelanggaran HAM di Indonesia yang belum terselesaikan dengan baik,
banyak pihak yang masih ragu-ragu akan penegakan hak asasi manusia di
Indonesia. Banyak faktor yang mempengaruhi penegakan HAM di Indonesia, dan
faktor penyebab kurang ditegakannya HAM di Indonesia, termasuk kolerasi
penegakan HAM dengan kegiatan keagamaan dan hukum dari agama yang di anut
oleh masyarakat.
8

2.2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM )

Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki oleh setiap pribadi
manusia secara kodrati sebagai anugerah dari Tuhan, mencangkup hak
hidup, hak kemerdekaan/kebebasan dan hak memiliki sesuatu. Ini berarti
bahwa sebagai anugerah dari tuhan kepada makhluknya, hak asasi tidak
dapat dipisahkan dari eksistensi pribadi manusia itu sendiri. Hak asasi
tidak dapat dicabut oleh suatu kekuasaan atau oleh sebab-sebab lainnya,
karena jika hal itu terjadi maka manusia kehilangan martabat yang
sebenarnya menjadi inti nilai kemanusiaan. Hak asasi manusia (HAM)
adalah hak-hak yang dipunyai oleh semua orang sesuai dengan kondisi
yang manusiawi.1 Hak asasi manusia ini selalu dipandang sebagai sesuatu
yang mendasar, fundamental dan penting. Oleh karena itu, banyak
pendapat yang mengatakan bahwa hak asasi manusia itu adalah
“kekuasaan dan keamanan” yang dimiliki oleh setiap individu dan wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara hukun,
Pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia.

Walau demikian, bukan berarti bahwa perwujudan hak asasi manusia


dapat dilaksanakan secara mutlak karena dapat melanggar hak asasi orang
lain. Memperjuangkan hak sendiri sampai-sampai mengabaikan hak orang
lain, ini merupakan tindakan yang tidak manusiawi. Kita wajib menyadari
bahwa hak-hak asasi kita selalu berbatasan dengan hak-hak asasi orang
lain.

Definisi hak asasi manusia menurut para ahli, antara lain :

John Locke menyatakan macam-macam Hak Asasi Manusia yang pokok


adalah:
a. Hak hidup (the rights to life);
b. Hak kemerdekaan (the rights of liberty);
c. Hak milik (the rights to property).
Thomas Hobbes menyatakan bahwa satu-satunya Hak Asasi Manusia
adalah hak hidup.

2.2.2 Macam-Macam HAM

a. Hak asasi pribadi(personal right) Contohnya :


1) Hak mengemukakan pendapat
2) Hak memeluk agama
3) Hak beribadah
4) Hak kebebasan berorganisasi/berserikat
9

b. Hak asasi ekonomi (property right) Contohnya :


1) Hak memiliki sesuatu
2) Hak membeli dan menjual
3) Hak mengadakn suatu perjanjian/kontrak
4) Hak memilih pekerjaan

c. Hak asasi untuk mendapatkan pengayoman dan perlakuan yang


sama dalam keadilan hukum dan pemerintahan(right of legal
equality) Contohnya :
1) Hak persamaan hukum
2) Hak asas praduga tak bersalah
3) Hak untuk diakui sebagai WNI
4) Hak ikut serta dalam pemerintahan
5) Hak untuk dipilih dan memilih dalam pemilu
6) Hak mendirikan partai politik

d. Hak asasi politik(political right )


1) Hak untuk diakui sebagai WNI
2) Hak ikut serta dalam pemerintahan
3) Hak untuk dipilih dan memilih dalam pemilu
4) Hak mendirikan partai politik

e. Hak asasi sosial dan budaya(social and cultural right )


1) Hak untuk memilih pendidikan
2) Hak mendapat pelayanan kesehatan
3) Hak mengembangkan
kebudayaan
f. Hak asasi untuk mendapat perlakuan tata cara peradilan dan
perlindungan hukum(procedural right)

Hak mendapatkan perlakuan yang wajar dan adil dalam


penggeledahan, penangkapan, peradilan dan pembelaan hukum.

2.2.3 Penegakan HAM

Hak asasi merupakan hak yang bersifat dasar dan pokok. Pemenuhan
hak asasi manusia merupakan suatu keharusan agar warga negara dapat
hidup sesuai dengan kemanusiaannya. Hak asasi manusia melingkupi
antara lain hak atas kebebasan berpendapat, hak atas kecukupan pangan,
hak atas rasa aman, hak atas penghidupan dan pekerjaan, hak atas hidup
yang sehat serta hak-hak lainnya sebagaimana tercantum dalam Deklarasi
Hak Asasi Manusia Tahun 1948.

Penghormatan terhadap hukum dan hak asasi manusia merupakan


suatu keharusan dan tidak perlu ada tekanan dari pihak manapun untuk
melaksanakannya. Pembangunan bangsa dan negara pada dasarnya juga
10

ditujukan untuk memenuhi hak-hak asasi warga negara. Hak asasi tidak
sebatas pada kebebasan berpendapat ataupun berorganisasi, tetapi juga
menyangkut pemenuhan hak atas keyakinan, hak atas pangan, pekerjaan,
pendidikan, kesehatan, hak memperoleh air dan udara yang bersih, rasa
aman, penghidupan yang layak, dan lain-lain. Kesemuanya tersebut tidak
hanya merupakan tugas pemerintah tetapi juga seluruh warga masyarakat
untuk memastikan bahwa hak tersebut dapat dipenuhi secara konsisten dan
berkesinambungan.

Penegakan hukum dan ketertiban merupakan syarat mutlak bagi


upayaupaya penciptaan Indonesia yang damai dan sejahtera. Apabila
hukum ditegakkan dan ketertiban diwujudkan, maka kepastian, rasa aman,
tenteram, ataupun kehidupan yang rukun akan dapat terwujud. Namun
ketiadaan penegakan hukum dan ketertiban akan mengHAMbat
pencapaian masyarakat yang berusaha dan bekerja dengan baik untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal tersebut menunjukkan adanya
keterkaitan yang erat antara damai, adil dan sejahtera. Untuk itu perbaikan
pada aspek keadilan akan memudahkan pencapaian kesejahteraan dan
kedamaian.

2.2.4 Program Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia

Program penegakan hukum dan hak asasi manusia bertujuan untuk


melakukan tindakan preventif dan korektif terhadap penyimpangan norma
hukum, norma sosial dan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di
dalam proses penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara Dalam kurun waktu lima tahun kedepan, penegakan hukum dan
hak asasi manusia menjadi tumpuan penegakan hukum dan hak asasi
manusia dalam rangka merebut kembali kepercayaan masyarakat terhadap
hukum, dengan mengutamakan tiga agenda penegakan hukum dan hak
asasi manusia, yaitu: pemberantasan korupsi; anti-terorisme; dan
pembasmian penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya. Untuk itu
penegakan hukum dan hak asasi manusia harus dilakukan secara tegas,
tidak diskriminatif, serta konsisten.

2.2.5 Hak Asasi Manusia Dalam Prespektif Islam

Ide mengenai HAM juga terdapat dalam Islam, yang telah tertuang
dalam syari’ah sejak diturunkannya Islam. Hal ini dapat dilihat dalam
ajaran tauhid. Tauhid dalam islam mengandung arti bahwa hanya ada satu
pencipta bagi alam semesta. Ajaran dasar pertama dalam Islam adalah la
ilaha illa Allah ( tiada Tuhan selain Allah SWT). Seluruh alam dan semua
yang ada dipermukaan bumi adalah ciptaan Allah, semua manusia, hewan,
tumbuhan dan benda tak bernyawa berasal dari Allah. Dengan demikian,
dalam tauhid terkandung ide persamaan dan persaudaraan seluruh
manusia.
11

Dari ajaran dasar persamaan dan persaudaraan manusia tersebut,


timbullah kebebasankebebasan manusia, seperti kebebasan dari
perbudakan, kebebasan beragama, kebebasan mengeluarkan pendapat dan
lain-lain. Dari situ pulalah timbul hak-hak asasi manusia, seperti hak
hidup, hak memiliki harta, hak berbicara, hak berpikir dan sebagainya.

Hak asasi dalam Islam berbeda dengan hak asasi menurut pengertian
yang umum dikenal. Dalam Islam seluruh hak asasi merupakan kewajiban
bagi negara maupun individu yang tidak boleh diabaikan. Oleh karena itu,
negara bukan saja menahan diri dari menyentuh hak-hak asasi tersebut,
melainkan juga mempunyai kewajiban untuk melindungi dan menjamin
hak-hak tersebut.

Hak asasi manusia dalam Islam tertuang secara transenden untuk


kepentingan manusia, lewat syari’ah Islam yang diturunkan melalui
wahyu. Menurut syari’ah, manusia adalah makhluk bebas yang
mempunyai tugas dan tanggung jawab, dan karenanya ia juga mempunyai
hak dan kebebasan. Dasarnya adalah keadilan yang ditegakkan atas dasar
persamaan atau egaliter, tanpa pandang bulu. Artinya, tugas yang diemban
tidak akan terwujud tanpa adanya kebebasan, sementara kebebasan secara
eksistensial tidak terwujud tanpa adanya tanggung jawab itu sendiri.

Sistem HAM Islam mengandung prinsip-prinsip dasar tentang


persamaan, kebebasan dan penghormatan terhadap sesama manusia.8
Persamaan, artinya Islam memandang semua manusia sama dan
mempunyai kedudukan yang sama, satu-satunya keunggulan yang
dinikmati seorang manusia atas manusia lainya hanya ditentukan oleh
tingkat ketakwaannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al-
Hujarat ayat 13, yang artinya sebagai berikut : “Hai manusia,
sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan, dan
Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling
mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kaum adalah yang
paling takwa.”

Al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber hukum dalam Islam


memberikan penghargaan yang tinggi terhadap hak asasi manusia. Al-
Qur’an sebagai sumber hukum pertama bagi umat Islam telah meletakkan
dasar-dasar HAM serta kebenaran dan keadilan, jauh sebelum timbul
pemikiran mengenai hal tersebut pada masyarakat dunia. Ini dapat dilihat
pada ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Al-Qur’an, antara lain :

Dalam Al-Qur’an terdapat sekitar 80 ayat tentang hidup, pemeliharaan


hidup dan penyediaan sarana kehidupan, misalnya dalam Surat Al-Maidah
ayat 32. Di samping itu, Al-Qur’an juga berbicara tentang kehormatan
dalam 20 ayat. Al-Qur’an juga menjelaskan dalam sekitas 150 ayat tentang
ciptaan dan makhluk-makhluk, serta tentang persamaan dalam penciptaan,
misalnya dalam Surat Al-Hujarat ayat 13. Al-Qur’an telah
mengetengahkan sikap menentang kezaliman dan orang-orang yang
12

berbuat zalim dalam sekitar 320 ayat, dan memerintahkan berbuat adil
dalam 50 ayat yang diungkapkan dengan kata-kata : µadl, qisth dan
qishash.

Dalam Al-Qur’an terdapat sekitar 10 ayat yang berbicara mengenai


larangan memaksa untuk menjamin kebebasan berpikir, berkeyakinan dan
mengutarakan aspirasi. Misalnya yang dikemukakan oleh Surat Al-Kahfi
ayat 29.

Begitu juga halnya dengan Sunnah Nabi. Nabi MuHAMmad saw telah
memberikan tuntunan dan contoh dalam penegakkan dan perlindungan
terhadap HAM. Hal ini misalnya terlihat dalam perintah Nabi yang
menyuruh untuk memelihara hak-hak manusia dan hak-hak kemuliaan,
walaupun terhadap orang yang berbeda agama, melalui sabda beliau.

“ Barang siapa yang menzalimi seseorang mu’ahid (seorang yang telah


dilindungi oleh perjanjian damai) atau mengurangi haknya atau
membebaninya di luar batas kesanggupannya atau mengambil sesuatu dari
padanya dengan tidak rela hatinya, maka aku lawannya di hari kiamat.”
Pengaturan lain mengenai HAM dapat juga dilihat dalam Piagam Madinah
dan Khutbah Wada’. Kedua naskah yang berkenaan dengan Nabi ini
kemudian menjadi masterpeacenya HAM dalam perspektif Islam.

Piagam Madinah adalah suatu kesepakatan antara berbagai golongan


di Madinah dalam menegakkan ikatan kebersamaan dan kemanusiaan.
Adapun golongan masyarakat di Madinah pada masa itu terdiri dari tiga
kelompok, yaitu golongan Islan yang terdiri dari golongan Anshar dan
Muhajirin, golongan Yahudi dan para penyembah berhala. Di tengah-
tengah pluralitas masyarakat seperti ituNabi saw berusaha membangun
tatanan kehidupan bersama yang dapat menjamin hidup berdampingan
secara damai dan sejahtera. Prakteknya, Nabi saw mempererat persaudara
Muhajirin dan Anshar berdasarkan ikatan akidah. Sedangkan terhadap
mereka yang berlainan agama, beliau mempersatukannya atas ikatan sosial
politik dan kemanusiaan. Bukti konkretnya adalah adanya kesepakatan
yang tertuang dalam piagama Madinah tersebut. Adapun inti dari Piagam
Madinah ini meliputi prinsip-prinsip persamaan, persaudaraan, persatuan,
kebebasan, toleransi beragama, perdamaian, tolong menolong dan
membela yang teraniaya serta mempertahankan Madinah dari serangan
musuh. Berikut adalah substansi ringkasan dari Piagam Madinah
.Deklarasi Islam Universal tentang Hak Asasi Manusia Deklarasi ini
disusun dalam Konferensi Islam di Mekkah pada tahun 1981.

Deklarasi ini terdiri dari 23 pasal yang menampung dua kekuatan


dasar, yaitu keimanan kepada Tuhan dan pembentukan tatanan Islam.
Dalam pendahuluan deklarasi ini dikemukakan bahwa hak-hak asasi
manusia dalam Islam bersumber dari suatu kepercayaan bahwa Allah
13

SWT, dan hanya Allah sebagai hukum dan sumber dari segala HAM.Salah
satu kelebihan dari deklarasi ini adalah bahwa teksnya memuat
acuanacuan yang gamblang dan unik dari totalitas peraturan-peraturan
yang berasal dari Al-Qur’an dan Sunnah serta hukum-hukum lainnya yang
ditarik dari kedua sumber tersebut dengan metodemetode yang dianggap
sah menurut hukum Islam. Dalam deklarasi ini antara lain dijelaskan
bahwa:

a. Penguasa dan rakyat adalah subjek yang sama di depan hukum (pasal
IV a).
b. Setiap individu dan setiap orang wajib berjuang dengan segala cara
yang tersedia untuk melawan pelanggaran dan pencabutan hak ini
(pasal IV c dan d).
c. Setiap orang tidak hanya memiliki hak, melainkan juga mempunyai
kewajiban memprotes ketidakadilan (pasal IV b).
d. Setiap muslim berhak dan berkewajiban menolak untuk menaati setiap
perintah yang bertentangan dengan hukum, siapa pun yang
memerintahkannya (pasal IV e).
14

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

a. Hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui wahyu-Nya
yang kini terdapat dalam Al Qur’an dan dijelaskan oleh nabi Muhammad
sebagai Rasul-Nya melalui Sunnah beliau yang kini terhimpun dengan baik
dalam kitab-kitab hadits. Juga dapat diartikan sebagai hukum yang bersumber
dan menjadi bagian dari agama Islam. Yang diatur tidak hanya hubungan
manusia dengan manusia lain dalam masyarakat, manusia dengan benda dan
alam semesta, tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan.

b. Islam itu adalah agama yang asy-syumul ( lengkap). Ajaran Islam meliputi
seluruh aspek dan sisi kehidupan manusia. Islam memberikan pengaturan dan
tuntunan pada manusia, mulai dari urusan yang paling kecil hingga urusan
manusia yang berskala besar.Dan tentu saja telah tercakup di dalamnya aturan
dan penghargaan yang tinggi terhadap HAM. Memang tidak dalam suatub
dokumen yang terstruktur, tetapi tersebar dalam ayat suci Al-Qur’an dan
Sunnah Nabi saw.

3.2 Saran

Вам также может понравиться