Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Latar Belakang
Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Buffer
Larutan buffer adalah larutan yang mengandung asam lemah atau basa
lemah dan garamnya. Larutan buffer mempunyai kemampuan dalam
mempertahankan pH bila sedikit asam atau basa kuat ditambahkan kedalam
larutan tersebut. Buffer terbagi menjadi dua yaitu buffer asam dan buffer basa.
Buffer asam memiliki pH <7 yang contohnya cairan rumen, sedangkan buffer
basa memiliki pH >7 yang contohnya adalah buffer posphat. Buffer pada hewan
ternak sangat penting karena proses metabolisme terjadi pada pH tertentu.
Perubahan pH akan memengaruhi metabolisme nutrien di dalam sel yang pada
akhirnya dapat memengaruhi pertumbuhan, nafsu makan, metabolisme asam
amino dan energi, penggunaan mineral, metabolisme vitamin, dan penyerapan zat
makanan (Rohimah 2010).
Derajat keasaman atau pH itu sendiri merupakan suatu indeks kadar ion
hidrogen (H+) yang mencirikan keseimbangan asam dan basa. Derajat keasaman
suatu perairan, baik tumbuhan maupun hewan sehingga sering dipakai sebagai
petunjuk untuk menyatakan baik atau buruknya suatu perairan. Nilai pH juga
merupakan salah satu faktor yang memengaruhi produktivitas perairan. Biasanya
angka pH dalam suatu perairan dapat dijadikan indikator dari adanya
keseimbangan unsur-unsur kimia dan dapat mempengaruhi ketersediaan unsur-
unsur kimia dan unsur-unsur hara yang sangat bermanfaat bagi kehidupan
vegetasi akuatik. Tinggi rendahnya pH dipengaruhi oleh fluktuasi kandungan O2
maupun CO2. Tidak semua mahluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH,
untuk itu alam telah menyediakan mekanisme yang unik agar perubahan tidak
terjadi atau terjadi tetapi dengan cara perlahan. Dalam laboratorium, para peneliti
biokimia mengikuti reaksi in vitro dengan kondisi pH yang hanya berubah sekecil
mungkin, sehingga diperlukan larutan buffer yang efisien dan sesuai. Asam yang
sering dipakai yakni asam lemah seperti asam fosfat, asam asetat, asam glutarat,
dan asam tartrat, sedangkan basa yang sering digunakan yakni piridin, dan tris
(hidroksimetil) amino matan (Rohimah 2010).
Basa merupakan akseptor ion hidrogen. Basa yang larut dalam air disebut
alkali. Alkali berdisosiasi dalam air untuk memberikan ion hidroksida OH-. Basa
memiliki karakteristik yaitu memiliki rasa sedikit pahit atau rasa logam, bersifat
korosif (membaka jaringan), membuat kertas lakmus menjadi biru, memiliki pH
lebih dari 7, dan apabila bereaksi dengan asam akan membentuk garam dan air
(netralisasi). Natrium hidroksida merupakan basa kuat dan dapat berdisosiasi
sempurna dalam larutan. Natrium hidroksida (soda kaustik) berfungsi sebagai zat
pembersih kuat terutama untuk kotoran berminyak seperti pembersih oven (James
2008).
Asam klorida (HCl) adalah gas yang tidak berwarna yang dilarutkan dalam
air. Azizah (2010) mengemukakan bahwa asap HCl dan ion-ionnya yang
terbentuk dalam larutan, keduanya berbahaya bagi jaringan tubuh manusia. Asam
klorida merupakan asam kuat karena dapat berdisosiasi sempurna dalam
larutan. Asam klorida terdapat di lambung dan terlibat dalam pencernaan protein
serta menurunkan jumlah bakteri dari makanan yang ditelan (James 2008).
Cairan eksokrin yang terdiri dari 99% air, berbagai elektrolit yaitu sodium,
potasium, kalsium, kloride, magnesium, bikarbonat, fosfat, dan terdiri dari protein
yang berperan sebagai enzim, immunoglobulin, antimikroba, glikoprotein
mukosa, albumin, polipeptida, dan oligopeptida yang berperan dalam kesehatan
rongga mulut yang terdapat pada saliva. Saliva buatan memiliki fungsi sebagai
penyangga fosfat. Gigi dapat larut jika dimasukkan pada larutan asam yang kuat.
Email gigi yang rusak dapat menyebabkan kuman masuk ke dalam gigi. Adanya
air liur yang mengandung larutan penyangga fosfat yang dapat menetralisir asam
yang terbentuk dari fermentasi sisa-sisa makanan. Air ludah dapat
mempertahankan pH pada mulut sekitar 6,8. Penggunaan saliva buatan atau
larutan Mc. Dougall pada proses evaluasi in vitro bertujuan untuk
mempertahankan pH selama proses fermentasi berlangsung. Saliva yang terbentuk
didalam acini bersifat isotonik, saliva mengalir melalui duktus dan mengalami
perubahan menjadi hipotonik. Kandungan hipotonik saliva terdiri dari glukosa,
sodium, klorida, urea dan memiliki kapasitas untuk memberikan kelarutan
substansi yang memungkinkan gustatory buds merasakan aroma yang
berbeda. Saliva membentuk lapisan seromukos yang berperan sebagai pelumas
dan melindungi jaringan rongga mulut dari agen-agen yang dapat mengiritasi.
Mucin sebagai protein dalam saliva memiliki peranan sebagai
pelumas, perlindungan terhadap dehidrasi, dan dalam proses pemeliharaan
viskoelastisitas saliva. Saliva buatan atau Larutan McDougall berperan sebagai
larutan penyangga atau buffer dalam medium atau sebagai pengganti fungsi
saliva. Penggunaan saliva buatan penting untuk mempertahankan pH supaya tetap
berada dalam kisaran normal. Larutan saliva buatan (buffer) McDougall
(campuran 58,80g NaHCO3, 48g Na2HPO4.7H2O, 3,42g KCl, 2,82g NaCl,
0,72gMgSO4.7H2O, 0,24g CaCl2 dalam 6 liter akuades) (Tanuwiria et al
2006).
Buffer Fosfat
Sistem buffer fosfat serupa sistem buffer bikarbonat. Garam natrium dari
hidrogen fosfat berperan sebagai asam lemah dan monohidrogen fosfat berperan
sebagai basa lemah. Buffer fosfat akan mempertahankan pH fluida intraseluler
dan tubulus ginjal dan tidak mempertahankan pH darah, namun buffer penting
untuk urin (James 2008).
Cairan Rumen
Materi
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain yaitu pipet mohr,
sendok, bulb, kertas indikator pH, botol selai, gelas ukur, aquadest dan pippet.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah cairan rumen, larutan Hcl
0,05 N, larutan NaOH 0,05 N, larutan buffer fosfat dan larutan saliva buatan (mc
dougall).
Metode
Hasil
Di bawah ini merupakan data hasil praktikum dalam bentuk tabel dari
titrasi buffer fosfat dengan NaOH 0,05 N dan HCl 0,05 N.
Tabel 1 Titrasi buffer fosfat dengan NaOH 0,05 N dan HCl 0,05 N
Volume NaOH 0,05 N pH Volume HCl 0,05 N pH
0 8 0 8
10 10 10 7
20 11 20 2
Grafik 1
pH
11
: NaOH 0,05 N
10
: HCl 0,05 N
8
2
Volume
10 20 30 40 50
Berikut ini merupakan data hasil praktikum dalam bentuk tabel dari titrasi
saliva Mc. Dougall dengan NaOH 0,05 N dan HCl 0,05 N.
Tabel 2 Titrasi saliva buatan dengan NaOH 0.05 N dan HCl 0.05 N
Volume NaOH 0,05 N pH Volume HCl 0,05 N pH
0 10 0 10
10 11 10 9
20 7
30 6
40 5
50 2
Grafik 2
pH
11
: NaOH 0,05 N
10 :
HCl 0,05 N
8
2
Volume
10 20 30 40 50
Berikut ini merupakan data hasil praktikum dalam bentuk tabel dari titrasi
cairan rumen dengan NaOH 0,05 N dan HCl 0,05 N.
Tabel 3 Titrasi cairan rumen dengan NaOH 0,05 N dan HCl 0,05 N
Volume NaOH 0,05 N pH Volume HCl 0,05 N pH
0 7 0 7
10 7 10 5
20 8 20 4
30 9 30 4
40 10 40 4
50 10 50 3
60 10 60 3
70 11 70 2
Grafik 3
pH
11
: HCl 0,05 N
10
: NaOH 0,05 N
8
2
Volume
10 20 30 40 50 60 70
Berikut ini merupakan data hasil praktikum dalam bentuk tabel dari titrasi
NaOH 0,05 N dengan HCl 0,05 N.
Grafik 4
pH
11
10
: HCl 0,05 N
8
: NaOH 0,05 N
6
Volume
10 20 30 40
Larutan buffer adalah larutan yang mengandung asam lemah atau basa
lemah dan garamnya. Larutan buffer mempunyai kemampuan dalam
mempertahankan pH bila sedikit asam atau basa kuat ditambahkan kedalam
larutan tersebut. Buffer terbagi menjadi dua yaitu buffer asam dan buffer basa.
Buffer asam memiliki pH <7 yang contohnya cairan rumen, sedangkan buffer
basa memiliki pH >7 yang contohnya adalah buffer posphat. Buffer pada hewan
ternak sangat penting karena proses metabolisme terjadi pada pH tertentu.
Perubahan pH akan memengaruhi metabolisme nutrien di dalam sel yang pada
akhirnya dapat memengaruhi pertumbuhan, nafsu makan, metabolisme asam
amino dan energi, penggunaan mineral, metabolisme vitamin, dan penyerapan zat
makanan (Rohimah 2010). Prinsip kerja buffer yaitu larutan penyangga tidak akan
berubah pH nya karena memiliki komponen yang saling mempertahankan harga
pH. Komponen tersebut antara lain adalah komponen asam yang menahan
kenaikan pH dan komponen basa yang menahan penurunan pH. (Yunitasari et al.
2013).
Dalam praktikum ini digunakan bahan berupa titrasi buffer fosfat dengan
NaOH dan HCl. Sebelum dititrasi pH buffer fosfat awal 8 kemudian diberi NaOH
dengan volume sampai 20 ml pH menunjukkan basa atau meningkat hingga pH
11. Sedangkan diberi HCl pH menunjukkan asam atau menurun hingga pH 2.
Titrasi saliva buatan dengan NaOH dan HCl. Sebelum dititrasi pH awalnya 10
kemudian diberi NaOH dengan volume 10 ml pH meningkat menjadi 11. Proses
selanjutnya saat diberikan HCl berbeda dengan larutan sebelumnya, HCl
membutuhkan volume yang cukup banyak hingga 50 ml untuk pH berubah
menjadi 2. Titrasi cairan rumen dengan NaOH dan HCl. pH awal menunjukkan 7
namun setelah dititrasi dengan NaOH membutuhkan volume hingga 70 ml untuk
mendapatkan pH 11, begitupun dengan volume HCl yang dibutuhkan hingga 70
ml untuk mendapatkan pH 2. Percobaan titrasi NaOH dengan HCl. Diketahui
bahwa jika semakin banyak penambahan larutan asam HCl 0.05 N maka pada
larutan NaOH didapat semakin asam. Pada percobaan setelah penambahan 30 ml
larutan HCl 0.05 N, pH larutan HCl yang awalnya 11 turun hingga
menjadi bernilai 2. Sedangkan semakin banyak penambahan larutan basa NaOH
maka larutan HCl akan semakin basa. Pada awalnya pH 1 setelah diberi larutan
NaOH hingga volume 40 ml pH berubah menjadi 10 ataupun 11. Hal ini
menunjukan jika cairan rumen dan saliva buatan sama-sama lebih kuat komponen
untuk mempertahankan pH. Sedangkan buffer fosfat memiliki komponen yang
tidak dapat mempertahankan pH. Selain itu dikarenakan buffer fosfat merupakan
buffer basa yang tersusun atas garam natrium dari hidrogen fosfat yang berperan
sebagai asam lemah dan monohidrogen fosfat berperan sebagai basa lemah (James
2008).
Sistem tubuh yang mengatur kadar asam-basa terdiri atas 3 yaitu sistem
buffer kimiawi, sistem regulasi respirasi (paru), dan sistem regulasi renal (ginjal).
Sistem buffer terbagi menjadi sistem buffer bikarbonat, sistem buffer fosfat,
sistem buffer protein, sistem buffer hemoglobin, dan sistem buffer
amonia. Semua sistem buffer bekerja sama dalam mempertahankan pH. Sistem
buffer dalam tubuh ternak sama prinsip kerjanya dengan sistem buffer dalam
tubuh manusia (James 2008). Tetapi pada ternak ruminansia memiliki sistem
buffer yang berbeda karena ternak ini memiliki protein mikroba.
Sistem buffer pada ternak ruminansia adalah sistem yang mengontrol atau
mempertahankan pH rumen. Pemberian konsentrat yang berlebihan dapat
mengakibatkan menurunnya pH rumen dengan timbulnya gejala asidosis. Untuk
mengatasi penurunan pH rumen akibat penggunaan konsentrat ini maka dapat
dilakukan dengan penambahan mineral penyangga (buffer). Contoh mineral buffer
adalah NaHC03, CaC03, KHCO3, Na2CO3 dan MgO. Sistem buffer ini dalam
tubuh ternak ini penting dalam optimalisasi kerja enzim karena enzim dapat
bekerja pada pH netral (Joseph 2001).
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA