Вы находитесь на странице: 1из 5

TUGAS BAHASA INDONESIA

MEMBUAT TEKS ULASAN

Berdasarkan Film :

ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI

NAMA : DENNY RIZKY ZULPAS

KELAS : XI MIPA 1

NO. ABSEN : 10

SMA NEGERI 1 PRAYA


2017 / 2018
DETAIL FILM

 Judul Film : Alangkah Lucunya Negeri Ini


 Produksi : Citra Sinema
 Rilis : 2010
 Durasi : 105 Menit
 Produser : Zairin Zain
 Penulis scenario : Musfar Yasin
 Sutradara : Deddy Mizwar
 Pemeran : Reza Rahadian, Deddy Mizwar, Slamet Rahardjo, Jaja
Mihardja, Tio Pakusadewo, Asrul Dahlan, Ratu Tika Bravani, Rina Hasyim, Sakurta
Ginting, Sonia, Teuku Edwin.
TEKS ULASAN

Sindiran untuk Negeri yang Gila

Film “Alangkah Lucunya Negeri Ini” merupakan film yang bergenre komedi yang
ditulis oleh Musfar Yasin. Pemeran film ini antara lain Reza Rahadian, Deddy Mizwar,
Slamet Rahardjo, Jaja Mihardja, Tio Pakusadewo, Asrul Dahlan, Ratu Tika Bravani, Rina
Hasyim, Sakurta Ginting, Sonia, dan Teuku Edwin. Film yang dirilis oleh Deddy Mizwar
pada tahun 2010 ini mengangkat cerita yang bertema pendidikan di negeri ini.

Dalam film ini diceritakan bahwa ada seorang lulusan S1 serjana manajemen yang
susah mendapatkan pekerjaan. Hal ini menimbulkan pro-kontra pada orang tua yang
beranggapan bahwa pendidikan itu tidak penting. Pendidikan itu penting dan harus seirama
dengan kemampuan bersosialisasi dengan masyarakat secara komunikatif sehingga
memudahkan untuk mendapatkan pekerjaan. Film ini juga menampakkan kemiskinan yang
dialami oleh negeri ini. Akibatnya, banyak orang menghalalkan segala cara untuk bertahan
hidup. Sekumpulan anak-anak yang berprofesi sebagai pencopet menggambarkan betapa
sedihnya kondisi negeri ini, dimana seharusnya anak-anak mendapatkan pendidikan yang
layak untuk menciptakan masa depan bangsa yang jelas dengan generasi yang berbobot.

Film ini berawal dari seorang serjana manajemen bernama Muluk yang begitu sulit
mendapatkan pekerjaan. Di tengah-tengah perjuangannya mencari pekerjaan, tak sengaja ia
menyaksikan sekelompok anak yang begitu profesional melakukan aksi pencopetan. Dengan
sengaja Muluk terus mengikuti aksi tersebut sampai akhirnya dompet yang dirampas berada di
tangan salah seorang anak dari kelompok tersebut yang bernama Komet. Muluk merasa
kasihan dengan anak-anak tersebut sehingga ia memutuskan untuk menemui Bang Jarot yang
berperan sebagai kepala pencopet dengan navigasi dari Komet yang sebelumnya ia bebaskan.
Karena Bang Jarot yang berpendidikan, ia pun menyetujui kerja sama yang diajukan Muluk
untuk mengembangkan potensi anak buahnya. Bang Jarot terlebih dahulu memperkenalkan
manajemen pencopetan yang selama ini ia terapkan. Anak-anak tersebut dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu kelompok pencopet di Mall dengan penampilan modis dan trendi, kelompok
pencopet di angkutan umum dengan penampilan layaknya pelajar sekolah, dan kelompok
pencopet di pasar dengan penampilan sederhana seperti anak-anak di pasar pada umumnya.
Muluk sangat berharap mampu mengubah nasib anak buah Bang Jarot tersebut dengan
mananamkan pendidikan pada mereka. Dalam hal ini, Muluk dibantu oleh temannya yaitu
Samsul dan Pipit. Mereka berusaha keras untuk mengubah para pencopet tersebut menjadi
sumber daya manusia yang berkualitas serta dapat membedakan antara halal dan haram.

Film ini menekankan pada hakekat manusia untuk berkembang. Perilaku positif mulai
dibiasakan oleh Komet yang beralih menjadi pengasong seperti yang diharapkan Muluk.
Sebaliknya, Glen yang merupakan ketua pencopet mall tetap keras menjadi pencopet karena
itulah yang ia inginkan. Dari penggalan film tersebut dapat kita katakan bahwa seorang yang
mengarahkan dirinya pada hal positif cenderung mampu mengontrol dirinya.

Banyak hal yang dikritik dalam film ini, mulai dari pendidikan yang tidak menjamin
kesejahteraan. Buktinya, Muluk yang menyandang gelar Sarjana Manajemen (atau sarjana
Ekonomi-red) mengalami kesulitan mecari kerja. Begitu juga yang dialami Samsul yang
menyandang gelar Sarjana Pendidikan. Sementara dua kakak Rohmah yang hanya lulusan
Tsanawiyah dan Madrasah (CMIIW) sukses dengan kios dan konveksi sablonnya. Kebebasan
dalam pendidikan juga ditekankan. Tidak semestinya dalam pendidikan anak harus melakukan
hal seperti ini atau itu. Biarkan anak melakukan dengan caranya sendiri yang penting mereka
nyaman dalam belajar. Di sisi lain, film ini juga membahas tentang peran pendidikan dalam
profesi. Orang yang tidak memiliki pendidikan hanya bisa menjadi pencopet sedangkan orang
yang berpendidikan dikontrol oleh kecerdasannya untuk melakukan korupsi. Lalu bagaimana?
Pendidikan saja tidak cukup untuk membekali diri, peran karakter sangat diperlukan disini.
Pendidikan dan karakter harus seimbang karena manusia yang terdidik dan berkarakterlah
yang diperlukan saat ini! Seperti yang dilakukan oleh Muluk, Samsul dan Pipit, tindakan
mereka harus diberikan suatu penghargaan. Karena dalam mendidik para pencopet tersebut
tidak bisa secara instan, harus secara bertahap yang dimulai dari hal-hal yang kecil. Dan yang
tidak kalah lucunya lagi, film ini menyatakan bahwa lagu Indonesia Raya belum bisa menjadi
lagu kebangsaan Indonesia karena nyatanya kondisi rakyat Indonesia belumlah merdeka. Lagu
ini lebih cocok dikatakan sebagai doa sebagaimana cuplikan ketika lagu Indonesia Raya
berakhir, Bedil mempraktikkan pendidikan agama yang telah diajarkan Pipit dengan
mengucapkan “aamiin”. Film ini juga mengkritik dengan seolah-olah bertanya kenapa
pedagang asongan dikejar-kejar Pol-PP? Karena mengganggu jalan raya. Lalu bagaimana
dengan koruptor? Koruptor dibiarkan bebas begitu saja. Memang pedagang asongan
mengganggu jalan raya tetapi koruptor merusak jalan raya dengan mengkorup sehingga
pembangunan tidak maksimal. Jadi, manakah yang lebih baik dimusnahkan?

Film ini sangat dianjurkan untuk ditonton oleh semua masyarakat. Karena secara
keseluruhan, film ini dapat membuat penonton lebih mengetahui bagaimana keadaan
negerinya saat ini dan terdorong untuk bersama mengubahnya menjadi lebih baik. Kepandaian
pemeran dalam berakting membuat film ini semakin menarik. Berbagai sindiran dalam film
ini sangat jelas dan terkesan lucu. Latar yang mendukung yang menunjukkan bahwa seperti
inilah realita keadaan negeri kita sehingga penonton benar-benar terbawa dalam suasana film.
Ending yang menggantung dari film ini membuat penonton menjadi penasaran terhadap nasib
anak-anak didik Muluk di masa depannya. Karena pada akhir film ini hanya menggambarkan
Muluk yang ditangkap usai menyelamatkan Komet dan teman-temannya dari sergapan Pol-
PP. Hal ini yang memberikan nilai tersendiri pada film ini.

Film “Alangkah Lucunya Negeri Ini” secara keseluruhan menceritakan tentang realita
yang terjadi pada negeri ini. Kisah dalam film ini begitu mengesankan. Berbagai bentuk kritik
dari Deddy Mizwar dan tim telah ditumpahkan dalam film ini. Dari film ini kita mengetahui
bahwa banyak sekali masalah politik yang terjadi di Indonesia. Hukum tentang politik sudah
tertulis dengan jelas. Namun, masih banyak koruptor yang dibiarkan begitu saja sementara
masyarakat rendah yang berusaha bertahan hidup dengan cara yang halal langsung
ditindaklanjuti. Film ini tak menyajikan akhir yang menjawab pertanyaan kita. Dia hanya
mengangkat realita yang ada yang dibenturkan dengan “Fakir miskin dan anak terlantar
dipelihara oleh negara.” Satu tamparan besar bagi negeri ini. Semoga dengan adanya film ini,
pemerintah semakin meningkatkan kualitas pendidikan negeri dan lebih tanggap dalam
menangani kasus korupsi yang menghambat pembangunan negeri. Diharapkan agar industri
perfilman Indonesia lebih banyak menciptakan karya yang berkualitas seperti film ini. Dengan
demikian, masyarakat akan terinspirasi untuk memperbaiki kualitas anak bangsa.

Вам также может понравиться